BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Populasi usia lanjut (usila) meningkat cepat, baik di negara maju maupun di negara berkembang termasuk Indonesia. Peningkatan jumlah populasi usia lanjut sebagai konsekuensi dari peningkatan usia harapan hidup yang menjadi salah satu tolak ukur kemajuan suatu bangsa. Dengan batasan usia lanjut 65 tahun, maka pada tahun 2000 populasi usia lanjut dunia diproyeksikan mengalami peningkatan sebesar lebih dari 8 – 10 % (Gavrilov dan Heuveline, 2003). Indonesia diperkirakan akan mengalami kenaikan jumlah populasi usia lanjut terbesar di dunia yaitu sebesar 414%, antara tahun 1990 – 2025 (Kinsella dan Velkoff, 2001). Sehingga menjadikan Indonesia sebagai negara dengan populasi usia lanjut terbanyak peringkat ke 4 dunia, di bawah Cina, India dan Amerika Serikat (Darmojo dan Martono, 2010). Depresi merupakan salah satu masalah emosional yang sering dijumpai pada usia lanjut. Prevalensi depresi pada populasi umum, terendah pada usia pertengahan, selanjutnya mengalami peningkatan dan mencapai puncaknya pada usia 80 tahun atau lebih (Glas et al., 1997). Hasil sebuah metaanalisis menyatakan prevalensi rata-rata depresi pada usia lanjut adalah sekitar 13,5 % dengan perbandingan wanita-pria 14,1 : 8,6. Prevalensi depresi usia lanjut yang menjalani perawatan di rumah sakit dan panti perawatan sebesar 30 – 45 % (Darmojo dan Martoyo, 2010). Faktor resiko terjadinya depresi pada orang usia lanjut adalah antara lain kematian teman dekat, keterbatasan fisik, ketergantungan dengan orang lain dan 1
2
hilangnya tujuan hidup. Simtom depresi usia lanjut sering tidak terdeteksi karena tertutupi oleh keluhan somatik. Depresi pada usia lanjut jika tidak ditatalaksana akan mengakibatkan penurunan fungsi fisik, kognitif dan sosial yang berlangsung lebih awal, akan memperburuk kondisi medis, memperlambat proses pemulihan penyakit dan operasi, meningkatkan biaya kesehatan, meningkatkan angka bunuh diri dan meningkatkan mortalitas (Kurlowicz, 2007; Yanagita et al., 2006). Populasi usia lanjut mengalami peningkatan resiko terjadinya malnutrisi yang diakibatkan oleh berbagai sebab. Malnutrisi pada usia lanjut merupakan problem besar dan sering tidak terdeteksi. Prevalensi malnutrisi pada populasi umum usia lanjut sebesar 1 – 15 % (Guigoz et al., 2002). Prevalensi ini meningkat menjadi 20 – 60 % pada usia lanjut yang dirawat di rumah sakit dan sebesar 25 – 65 % pada populasi usia lanjut di panti-panti jompo (Omran dan Morley, 2000). Usia lanjut yang mengalami malnutrisi mempunyai simptom depresi yang lebih nyata, tingkat pendidikan lebih rendah, serta status kognitif dan status fungsional yang lebih rendah (Feldblum et al., (2007). Depresi merupakan penyebab tersering terjadinya penurunan berat badan dan kekurangan gizi pada usia lanjut (Wilson et al., 1998; Evers dan Marin, 2002). Depresi pada usia lanjut sering tidak terdeteksi sehingga tidak mendapatkan penatalaksanaan yang adekuat. Depresi bukan merupakan bagian alami dari proses penuaan dan bersifat reversibel jika dilakukan penatalaksanaan yang baik dan tepat (Castel et al., 2006).
3
Penatalaksanaan depresi terdiri dari tiga macam yaitu intervensi psikososial, farmakoterapi dan terapi kombinasi (Baldwin dan Mayers, 2003). Walaupun secara umum farmakoterapi aman dan efektif untuk penatalaksanaan depresi, namun pemberian antidepressant pada orang tua perlu hati-hati dengan mempertimbangkan efek samping dan interaksi obat mengingat pada usia lanjut didapatkan berbagai komorbid dan polifarmasi. Selain ketiga modalitas terapi tersebut di atas, terdapat mind-body therapy yang banyak direkomendasikan dan dipakai untuk terapi depresi. Survei pada populasi melaporkan tentang manfaat penggunaan meditasi, relaksasi dan latihan pernafasan dalam mengatasi ansietas, depresi dan nyeri kronik (Koithan, 2009). Latihan pasrah diri (LPD) merupakan salah satu metode dalam mind and body therapy yang memadukan antara relaksasi dan dzikir dengan fokus latihan pada pernafasan dan kata yang terkandung di dalam dzikir (relaxation and repetitive prayer) untuk membangkitkan respons relaksasi, dimana timbulnya respons relaksasi diharapkan mampu memperbaiki gejala stres ataupun gejala depresi (Dharma, 2006 ). B. Pertanyaan Penelitian Pertanyaan penelitian ini adalah apakah latihan pasrah diri dapat memperbaiki status nutrisi usia lanjut dengan simtom depresi di wilayah Kecamatan Manisrenggo Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah?
4
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah mind and body intervention berupa latihan pasrah diri dapat memperbaiki status nutrisi usia lanjut dengan simtom depresi di wilayah Kecamatan Manisrenggo Kabupaten Klaten Propinsi Jawa Tengah. D. Manfaat Penelitian 1.
Bagi para usila yang mengalami simtom depresi dapat memberikan harapan bahwa latihan pasrah diri dapat memperbaiki status nutrisi.
2.
Bagi klinisi dapat mengetahui apakah latihan pasrah diri yang murah dan sederhana dapat memperbaiki status nutrisi usia lanjut dengan simtom depresi.
3.
Bagi ilmu pengetahuan dapat memberikan data tentang pengaruh latihan pasrah diri pada orang usia lanjut dengan simtom depresi terhadap perbaikan status nutrisi sehingga dapat digunakan sebagai acuan dan menambah wawasan untuk penelitian selanjutnya.
4.
Bagi masyarakat dapat diaplikasikan dalam pengelolaan usia lanjut dengan simtom depresi sehingga dapat memperbaiki status nutrisi dan menekan biaya pengobatan farmakoterapi serta mengurangi efek samping obat-obatan E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang latihan pasrah diri pernah dilakukan oleh Hidayat (2008)
yang meneliti pengaruh latihan pasrah diri terhadap kualitas hidup pada penderita diabetes tipe 2 dengan gejala depresi dan Dharma (2006) tentang pengaruh latihan
5
pasrah diri terhadap terhadap kontrol gula darah pada penderita diabetes melitus tipe 2 dengan gejala depresi. Morley dan Kraenzle, 1994 melakukan penelitian mengenai penyebab penurunan berat badan pada pasien perawatan di rumah (home care). Depresi menjadi penyebab penurunan berat badan sebesar 36 %. Penyebab kehilangan nafsu makan antara lain pemberian obat-obatan, gangguan menelan, paranoid, dimensia, batu saluran kemih dan gangguan obsesif kompulsif. . Feldblum et al., 2007 melakukan penelitian dengan populasi usia lanjut sebesar
2059.
Dengan
menggunakan Mini
Nutritional
Assesment
(MNA)
mendapatkan 18,5 % subjek berada pada status malnutrisi dan 81,5% berada pada status resiko mengalami malnutrisi. Faktor prediksi terjadinya malnutrisi pada usia lanjut antara lain tingkat pendidikan rendah (p 0,029; OR 3,22; 95% CI: 1,13 – 9,19), simtom depresi (p 0,82; OR 0,99; 95% CI: 0,88 – 1,11), fungsi kognitif yang rendah (p 0,013; OR 1,12; 95% CI: 1,02 – 1,22) dan status fungsional rendah (p 0,14; OR 1,02; 95% CI: 0,99 – 1,04). Problem lain yang berkaitan erat dengan malnutrisi adalah problem menelan sebesar 41 % (p 0,001) dan kehilangan nafsu makan sebesar 47,9% (p 0,005). Purwandini, 2010 melakukan penelitian untuk melihat hubungan antara status nutrisi dengan simtom depresi usia lanjutdi panti wreda di Yogyakarta. Pada 117 subjek dilakukan penilaian status nutrisi dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh (IMT) dan penilaian simtom depresi menggunakan Geriatric Depression Scale (GDS). Penelitian ini menemukan adanya hubungan negatif antara indeks massa
6
tubuh dengan simtom depresi pada usia lanjut dimana indeks massa tubuh kurus memiliki proporsi simtom depresi lebih tinggi dibandingkan indeks massa tubuh normal dan gemuk. Tabel 1. Penelitian Complementary Alternative Medicine dan Status Nutrisi No 1
Judul Penelitian Causes of weight loss in a community nursing home
Jenis Penelitian Cross sectional
Hasil Penelitian Depresi menjadi penyebab penurunan berat badan sebesar 36 %. Penyebab kehilangan nafsu makan antara lain pemberian obatobatan, gangguan menelan, paranoid, dimensia, batu saluran kemih dan gangguan obsesif kompulsif.
Peneliti, tahun Morley dan Kraenzle, 1994
2
Characteristics of undernourished older medical patients and the identification of predictors for undernutrition status
Cross sectional
Feldblum et al., 2007
3
Hubungan antara status nutrisi dengan simtom depresi pada usia lanjut di panti wreda Propinsi DIY
Cross sectional
Menggunakan MNA, 18,5 % berada pada status malnutrisi; 81,5% status resiko mengalami malnutrisi. Faktor prediksi malnutrisi usia lanjut: tingkat pendidikan rendah (OR 3,22), simtom depresi (OR 0,99), fungsi kognitif yang rendah (OR 1,12) dan status fungsional rendah (OR 1,02). Populasi usia lanjut di panti wreda di Yogyakarta. Proporsi IMT normal 58,1 %, IMT kurus 29,1 % dan IMT gemuk 12,8%. Pada penilaian Geriatric Depression Scale (GDS) untuk nilai normal 70,9% dan dengan simtom depresi sebanyak 29,1%. Terdapat hubungan negatif antara IMT dengan simtom depresi pada usia lanjutdimana indeks massa tubuh kurus memiliki proporsi simtom depresi lebih tinggi dibandingkan indeks massa tubuh normal dan gemuk.
Purwandini, 2010
7
Penelitian pengaruh latihan pasrah diri terhadap status nutrisi
dengan
menggunakan penilaian skor Mini Nutritional Assesment (MNA) pada usia lanjut dengan simtom depresi sejauh ini belum pernah dilakukan sebelumnya.