perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Media massa pada saat ini telah menjadi suatu bagian yang melekat dalam masyarakat serta memiliki fungsi dan peranan yang penting bagi perkembangan dan kemajuan masyarakat suatu bangsa. Media massa kerap diibaratkan sebagai matahari, memberikan sinar yang menerangi dunia atau menyampaikan pesan yang merasuk ke kalbu umat manusia hingga memberi pencerahan. Dengan begitu media massa seolah memiliki posisi di luar kehidupan masyarakat1. Hal ini sejalan dengan bagaimana perkembangan media massa di Indonesia, khususnya RRI yang merupakan radio publik yang dimiliki oleh negara. RRI merupakan radio berjaringan terluas di Indonesia, dengan 77 cabang se-Indonesia dan jangkauan siaran kurang lebih 80% wilayah di Indonesia2. Seorang penyair berkebangsaan Amerika, Josephine Preston pernah mendeskripsikan akan gambaran dari kemampuan radio di dalam baris puisinya3;
1
Ashadi Siregar. Media Pers dan Negara: Keluar Dari Hagemoni. Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UGM. Volume 4, Nomer 2, November 2000 (171-196). Hal 171 2 Profil Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia. 2011. Hal 2 3 Joint Message of the Director-General of UNESCO and Secretary-General of International Telecommunication Union on the occasion of World Radio Day established by the UNESCO General Conference, commit February to 13thuser 2012, p.1
18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Fly a thought across a stretch sky” as “a marvel of the universe” (Menerbangkan sebuah pemikiran di hamparan langit sebagai keajaiban dari semesta). Berdasarkan kutipan di atas nampak jelas bahwa radio memiliki karakteristik yang berbeda dari media massa lainnya. Radio memberikan keleluasaan para pendengarnya untuk berimajinasi, serta kemampuan dari radio untuk membuat para pendengarnya merasa diperhatikan secara personal. Pernyataan tersebut sesuai sebagaimana RRI yang berfungsi sebagai perekat sosial, pemersatu bangsa, mencerminkan identitas bangsa, merefleksikan keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan serta ikut menjaga kedaulatan NKRI4. Effendy mengungkapkan, bahwa radio di dalam fungsinya sebagai alat penghibur, penyampai informasi serta sebagai sarana pendidikan bagi masyarakat memiliki berbagai macam program siaran5. Berkaitan dengan hal tersebut, radio sejatinya memiliki program acara yang terdiri dari siaran yang berisi musik, informasi seputar gaya hidup, berita, hingga siaran tentang kebudayaan yang termuat dalam radio, yang setidaknya dapat memiliki manfaat atas informasi yang disampaikan kepada pendengarnya. Dimana sebagai salah satu bentuk implementasinya adalah siaran kebudayaan yang di usung oleh RRI sebagai alat pelestari kebudayaan. Kebudayaan yang dimaksud adalah kebudayaan asli milik bangsa Indonesia, yang merupakan
4 5
Profil Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia. 2011. Hal 2 commit to dan userPraktek. Bandung: Mandar Maju. hal 18 Effendy. Onong Uchana 1991. Radio Siaran:Teori
19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kebudayaan yang beragam dan memiliki nilai luhur dalam membentuk kepribadian dan jati diri bangsa. Dengan adanya program siaran yang berisi tentang acara kebudayaan di radio, selain untuk mendidik generasi bangsa, tujuan lainnya yakni untuk turut andil dalam pelestarian kebudayaan Indonesia. Namun sayangnya, hingga saat ini sedikit sekali radio yang menyiarkan program
siaran
yang bertemakan kebudayaan, padahal
kebudayaan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan sosial manusia. Dunia radio saat ini didominasi oleh siaran yang lebih menonjolkan informasi/ berita (news) dan hiburan (entertainment). Akibatnya masyarakat dilayani oleh media yang isi siarannya berorientasi pada keuntungan finansial tanpa mempertimbangkan aspek moral, etika, budaya, dan kepribadian masyarakat. Radio publik seharusnya menata program siaran dengan menekankan pada aspek pendidikan masyarakat yang bertujuan mencerdaskan pendengar. Program disusun berdasarkan pada gagasan melestarikan dan mendorong berkembangnya budaya lokal, sejarah kebangsaan dan sebagainya. Namun pada kenyataannya, sulit untuk mewujudkan misi tersebut. Dikatakan oleh Cahyono bahwa ada tiga hal yang menjadi tantangan dalam upaya melestarikan kebudayaan. Di satu sisi ada kemauan yang besar untuk melestarikan kebudayaan, sedang di sisi yang lain harus menggandeng
pengiklan
untuk
mendukung
pendanaan
acara
tersebut. Kedua, di satu sisi commit ingin melestarikan kebudayaan, sedang di sisi to user
20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang lain harus berhadapan dengan hembusan pengaruh budaya Barat yang semakin mengikis kebudayaan. Sedang yang ketiga adalah anggapan sebagian besar dari masyarakat bahwa kebudayaan tradisional seperti kebudayaan Jawa tidak memiliki gengsi selayaknya budaya Barat 6. Kebudayaan Jawa adalah salah satu kebudayaan di Asia yang paling kuno dan identik dengan tradisi, perilaku dan peralatan kuno. Kekayaan ini cukup nyata dari sejarah kebudayaan Jawa yang berjalan terus menerus selama lebih dari seribu tahun di daerah-daerah tertentu di pulau Jawa7. Pada perkembangannya, kebudayaan Jawa berasal dari beraneka ragam tradisi, kepercayaan dan cara hidup orang-orang dan bagi orang Jawa yang tinggal di Pulau Jawa, namun “kebudayaan” sendiri adalah sesuatu yang mereka anut sesuai dengan kondisi dan situasi lokal, sejarah dan pengaruhpengaruh luar. Meskipun kebanyakan orang Jawa mengidentifikasi dirinya sendiri dengan kebudayaan Jawa, namun aspek-aspek dari cara hidup mereka akan bervariasi menurut tempat dimana mereka tinggal. Karena kebudayaan Jawa yang asli dari masyarakat-masyarakat di pulau Jawa sudah berjalan selama puluhan generasi maka kebudayaan Jawa sudah sangat kaya dengan unsurunsur kebudayaan universal seperti sistem organisasi sosial, pengetahuan, kesenian, religi dan bahasa. Lagi pula, gagasan saja tentang pergaulan antar 6
Hery Bambang Cahyono. 2012. Peran Radio Republik Indonesia (RRI) Jember Dalam Melestarikan Kesenian Jawa. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jember. Hal 2. 7 Muktiyo, Widodo. 2011. Dinamika Media Lokal: Dalam Mengkonstruksi Realitas Budaya Lokal commitSebelas to userMaret University Press. Hal. 57. Sebagai Sebuah Komioditas. Surakarta:
21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
manusia dan pandangan dunia sampai terciptanya benda-benda yang memantulkan identitas konkret akan masyarakatnya. Agar kebudayaan tidak mudah hilang terkena arus modernisasi dan globalisasi, maka yang perlu dilakukan adalah dengan melestarikan kebudayaan. Pelestarian ini akan berjalan sukses bila didukung oleh berbagai pihak termasuk pemerintah dan adanya sosialisasi luas dari media massa termasuk radio. RRI di dalam melaksanakan fungsinya pun turut andil dalam melestarikan budaya bangsa. Yang mana dilakukan secara konsisten baik berupa Festival Penyanyi Lagu Melayu, Bintang Radio, Kethoprak, Wayang Orang, Wayang Golek, Madihin, Saluang dan budaya-budaya daerah lainnya. RRI menjadikan program siaran kebudayaan sebagai perekat sosial dan keberagaman budaya Indonesia guna memajukan kebudayaan nasional dengan menumbuh kembangkan unsur budaya lokal, ditengah arus kebudayaan global8. Sejalan dengan tagline yang dimiliki oleh RRI Surakarta, “Terdepan Pelestari dan Pengembang Budaya Bangsa”, RRI Surakarta pun turut berperan dalam pelestarian budaya bangsa. Surakarta merupakan salah satu pusat dari kebudayaan Jawa. Berbagai bentuk kesenian tradisi Jawa termasuk di dalamnya kesenian daerah atau kesenian rakyat, dan kesenian klasik yang hingga kini eksistensinya masih diakui oleh masyarakat, berkembang di daerah ini. Nuansa budaya 8
user 2011. Hal 5 Profil Lembaga Penyiaran Publik Radiocommit RepubliktoIndonesia.
22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Jawa itu dalam kehidupan masyarakat masih terasa sangat kental hingga saat ini. Terlebih kesenian tradisi merupakan aset potensial bagi pengembangan pariwisata budaya di Surakarta. Salah satu acara yang bernafaskan budaya pada Pro I RRI Surakarta adalah Panggung Wayang Orang. Panggung Wayang Orang merupakan sebuah pertunjukan wayang yang dimainkan oleh orang sebagai tokoh dalam cerita tersebut. Dialog dalam Panggung Wayang Orang pun menggunakan bahasa Jawa. Acara Panggung Wayang Orang disiarkan setiap hari Selasa minggu kedua di FM 101 Mhz pada pukul 20.00 WIB. Acara ini merupakan siaran live dari pertunjukan Panggung Wayang Orang yang digelar di aula Sarsito Mangunkusumo di radio RRI Surakarta. Pemain dalam Panggung Wayang Orang ini pun bukanlah pemain wayang profesional, melainkan karyawan dan karyawati RRI Surakarta serta mahasiswa Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta. RRI Surakarta memiliki jangkauan seluruh Solo Raya, yakni Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Karanganyar dan Klaten. Peran RRI sebagai lembaga penyiaran publik tetap harus berada pada prinsip menjangkau, mendidik, dan merefleksikan selera serta minat seluruh masyarakat termasuk peran-peran yang tidak dapat dijalankan lembaga penyiaran lainnya. Namun diantara visi dan misi yang ada di RRI Surakarta, RRI Surakarta lebih menitik beratkan pada pelestarian dan pengembangan budaya Jawa. Hal ini sangat dipengaruhi oleh sejarah lahirnya RRI Surakarta, juga commit to user
23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
banyaknya keberadaan perkumpulan seni Jawa di wilayah jangkauannya. Karena itu RRI tidak pernah berhenti melakukan terobosan agar citranya di publik semakin baik, terutama dengan upaya pelestarian budaya Jawa khususnya Wayang Orang yang disiarkan apakah benar-benar mewakili aspirasi publik. RRI juga tetap berusaha mempertahankan budaya-budaya Jawa yang dimasa yang modern ini masih menyiarkan budaya Jawa seperti Wayang Orang, berita bahasa Jawa dan lain-lain. Guna mensukseskan serta mewujudkan akan visi dan misi tersebut, dibutuhkan strategi-strategi yang efektif dan handal agar dapat memperoleh perhatian dari masyarakat. Salah satunya adalah dengan membangun citra positif RRI Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa. Didalam membangun citra positif RRI Surakarta maka dibutuhkan peran dari Komunikasi Publik RRI, atau yang lebih familiar disebut sebagai praktisi Humas. Humas pada dasarnya adalah kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan, saling adanya pengertian dan citra yang baik dari publik atau masyarakat pada umumnya9. Seorang Humas harus dapat memberi identitas organisasinya dengan tepat dan benar serta mampu mengkomunikasikannya
sehingga
publik
menaruh
kepercayaan
dan
mempunyai pengertian yang jelas dan benar terhadap organisasi tersebut.
9
Herimanto, Bambang et al. 2007. Public Relations Dalam Organisasi. Yogyakarta: Gavamedia. commit to user Hal. 25.
24
perpustakaan.uns.ac.id
Kegiatan
digilib.uns.ac.id
seorang
Humas
yaitu
mengkomunikasikan
dan
menyampaikan pesan dari suatu perusahaan kepada publiknya atau sebaliknya. Sedikit berbeda dengan kegiatan komunikasi lainnya, ciri hakiki komunikasi Humas adalah two ways communication (komunikasi dua arah/ komunikasi timbal balik). Rachmadi mengatakan bahwa arus komunikasi timbal balik ini yang harus dilakukan dalam kegiatan Humas sehingga terciptanya umpan balik yang merupakan prinsip pokok dalam Humas10. Yang ingin didapat dari kinerja Humas adalah pandangan masyarakat terhadap instansi dimana Humas itu berada. Dikaitkan dengan Humas secara nyata, dimana Humas dari radio BBC pun melakukan pencitraan melalui kegiatan CSR untuk memperoleh citra positif dimata publiknya. Salah satu dari kegiatan CSR yang dimiliki oleh BBC adalah “BBC Children in Need”, dimana kegiatan tersebut memfokuskan pada kegiatan amal yang ditujukan untuk anak-anak dan kaum muda di Inggris yang kurang mampu secara financial, serta yang memiliki kondisi disabilitas. Melalui kegiatan “BBC Children in Need”, masyarakat lokal di seluruh penjuru Inggris dapat mendonasikan uangnya untuk turut mendukung kegiatan tersebut guna pemberdayaan hidup anak-anak dan kaum muda penerima donasi di Inggris11.
10
Rachmadi F. 1994. Public Relations Dalam Teori dan Praktek. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal 7. 11 commit to user BBC Corporate Responsibility Performance Review. 2013. p 22
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Humas dari radio Prambors, salah satu radio dengan segmentasi kaum muda terkemuka di Indonesia pun turut melakukan kegiatan CSR berupa kegiatan #Hits Without Violence, Gerakan 3000 Anak Muda Anti Kekerasan. Melalui kegiatan tersebut, Humas radio Prambors tidak hanya melalukan kegiatan pencitraan guna memperoleh citra positif dimata publiknya, namun turut untuk mensukseskan visi dan misi Prambors, yaitu membawa perubahan positif serta dorongan untuk selalu maju secara positif dan menjadi Hits kepada kawula muda12. Sebagaimana yang telah dilakukan pada radio BBC serta Prambors, Humas dari RRI Surakarta pun seyogyanya turut melakukan pencitraan guna mendapatkan perhatian dari publiknya. Dalam bukunya, Muktiyo mengemukakan bahwa membangun citra (image) secara sederhana diartikan dalam proses kehidupan, perusahaan mempunyai cita-cita atau tujuan agar dalam hal yang ingin diraih dapat terwujud. Salah satunya adalah mencoba memahami bahwa perusahaan sebenarya mau dicitrakan seperti apa dan itu akan bergulir seiring berkembangnya waktu13. Citra merupakan pandangan dari masyarakat baik itu positif atau negatif yang diberikan publik. Terdapat empat tahapan untuk menciptakan citra dimata masyarakat yang mengadopsi model AIDA. Yaitu awareness,
12
http://www.lensaindonesia.com/2012/03/15/radio-prambors-gelar-kegiatan-hits-withoutviolence.html 13 Muktiyo, Widodo. 2014. Membanguin Usaha dengan Kekuatan Image. Surakarta: Yuma commit to user Pustaka. Hal. 29.
26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
interest, desire, action14. Disinilah peran bagaimana Humas mewujudkan itu semua kepada publik. Terlepas dari penelitian tersebut, menciptakan citra positif instansi merupakan tugas yang harus dilaksanakan praktisi Humas. Untuk menciptakan kesadaran publik sehingga akhirnya muncul rasa tertarik dan disusul dengan sikap percaya sehingga memutuskan untuk melakukan sebuah aksi atau tindakan dibutuhkan sebuah perencanaan strategi pada kinerja Humas. Dengan demikian peran Humas amatlah penting dalam membangun citra sebuah instansi, begitu pula dengan RRI Surakarta. Usaha untuk menarik minat khalayak audiens RRI Surakarta yang dilaksanakan oleh Humas RRI Surakarta dilakukan dengan beragam bentuk. Humas dari RRI Surakarta turut melakukan kegiatan bertemakan budaya yang diselenggarakan baik bersifat on air maupun off air. Sebagai contoh dari kegiatan off air adalah diselenggarakannya Roadshow pentas Wayang Wong di Kecamatan Ngargoyoso, Surakarta, serta lomba berbusana adat Jawa yang rutin dilaksanakan setiap hari Kartini. Seorang Humas tidak hanya melakukan komunikasi dengan publiknya saja, namun juga melaksanakan kegiatan-kegiatan penunjang lainnya. Tanpa adanya hubungan timbal balik yang harmonis dan kegiatan yang melibatkan antara suatu instansi dengan publiknya, maka instansi tidak akan saling mengetahui seperti apa klasifikasi dan keinginan publiknya. Begitu juga
14
David Michaelson and Don W, Stacks. Standarization in Public Relations Measurement and commit user2011. Evaluation. Pulic Relation Journal. Vol. 5toNo.2.
27
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebaliknya publik tidak akan mengetahui tujuan dan harapan dari sebuah instansi itu. Hal tersebut sesuai apa yang disampaikan oleh Renata Scholls, bahwa di dalam strategi Humas dibutuhkan komunikasi dua arah, karena komunikasi satu arah dirasa tidak cukup pesan yang ingin disampaikan atau diketahui apakah sampai atau tidak dan tidak diketahui respon dari publik15. Peran penting Humas inilah yang mendorong setiap organisasi atau lembaga memiliki divisi Humas dalam struktur organisasinya. Tak terkecuali pada RRI Surakarta. Selain berfungsi untuk menjaga hubungan baik antara pihak internal dan eksternal, Humas juga dibutuhkan untuk memajukan organisasi sesuai dengan tujuan yang dimiliki, seperti merencanakan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan untuk menjaga citra lembaga atau organisasi tetap baik di mata publiknya. Berkaitan dengan hal tersebut, citra yang ingin dibangun oleh RRI terhadap publiknya ialah wish image (citra harapan). Citra harapan adalah citra yang diinginkan oleh RRI Surakarta. Citra ini merupakan harapan dan cita-cita dari RRI Surakarta, yaitu citra RRI sebagai media pelestari budaya Jawa. Berdasarkan pemaparan pada latar belakang diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul, “RRI dan Media Pelestarian Budaya (Studi Deskriptif Kualitatif Strategi Humas RRI Surakarta Dalam Membangun Citra RRI Surakarta Sebagai Media Pelestari Budaya Jawa di Surakarta). 15
Renata Scholls. Health Care Public Relations and Strategic Communication. Jurnal dipresentasikan pada Annual Meeting of the NCA 94th Convention. TBA San Diego CA. commit to user 20 November 2008.
28
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam membangun citra Radio Republik Indonesia Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa di Surakarta.
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam membangun citra Radio Republik Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa di Surakarta, sehingga hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis a. Secara akademik, hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi pada pengembangan penelitian di bidang ilmu komunikai, khususnya yang berkaitan dengan ilmu kehumasan/ Public Relations. b. Sebagai wacana tambahan dan bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran ataupun sebagai dasar untuk melakukan penelitian lain yang serupa. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat
commit to user
29
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
sebagai informasi bagi pihak-pihak yang tertarik dan peduli dengan citra radio. 2. Manfaat Praktis c. Mengetahui dan mendapat gambaran mengenai strategi komunikasi yang dilakukan oleh Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam membangun citra Radio Republik Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa di Surakarta, yang selanjutnya dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam melakukan penelitian-penelitian selanjutnya. d. Sebagai gambaran bagi Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam membangun citra Radio Republik Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa di Surakarta.
E. Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi Kata “Komunikasi” menurut Hasan, berasal dari bahasa latin yakni “communication” bersumber dari perkataan “communis” yang berarti “sama”16.
Sementara
itu
Kancaid
dalam
Hasan
mengemukakan,
komunikasi adalah proses saling berbagi atau menggunakan informasi secara bersama dan pertalian antar para peserta dalam proses informasi17.
16 17
Hasan, Erliana. 2005. Komunkasi Pemerintahan. Bandung: Refika Aditama. Hal. 19. commit to user Ibid. hal 17
30
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pada hakikatnya komunikasi adalah proses pernyataan antar manusia, yang dinyatakan dalam bentuk pikiran atau perasaan seseorang kepada
orang
lain
dengan
menggunakan
bahasa
sebagai
alat
penyalurnya18. Wilcox, dkk, komunikasi adalah tindakan mengirim informasi, gagasan, dan sikap dari seseorang terhadap yang lainnya. Besar kaitannya dalam hal ini dengan apa yang dikirim, siapa penerima, bagaimana proses pengirimannya, timbal balik (feedback) dari adanya informasi, gagasan, dan sikap tersebut. Aspek-aspek yang berkaitan dalam proses komunikasi tersebut sesungguhnya muncul dalam pribadi manusia yang dipengaruhi oleh faktor psikologis manusia itu sendiri19. Widjaja, mengemukakan bahwa
komunikasi berfungsi sebagai
jembatan yang dijembatani cita-cita dan aspirasi dengan masyarakat secara timbal balik, adanya semacam give and take20. Rudy, Tujuan komunikasi adalah untuk tercapainya saling pengertian (mutual understanding), pemahaman bersama (common understanding), atau kesepakatan timbal balik (mutual agreement). Tingkat keberhasilan (pencapaian tujuan) komunikasi dapat dilihat atau dinilai dari sampai mana atau sejauh mana saling pengertian
18
Effendy. 2003. Hal. 27. Wilcox, Denis L.,P.H. Ault dan W.K. Agee. 2006. Public Relation, Strategi dan Taktik. Jilid satu. Batam: Interaksara. Hal 229 20 commit to user Widjaja, H.A.W. 2008. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 52 19
31
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dan kesepakatan dapat tercapai oleh pihak-pihak yang melakukan komunikasi itu21.
Suranto Aw mengklasifikasikan bentuk komunikasi menurut jumlah pihak yang terlibat komunikasi22: a.
Komunikasi intrapersonal (intrapersonal communication), ialah proses komunikasi yang terjadi dalam diri sendiri.
b.
Komunikasi
antarpersonal
(interpersonal
communication),
komunikasi antara seseorang dengan orang lain, bisa berlangsung secara tatap muka maupun dengan bantuan media. c.
Komunikasi
kelompok
(group
communication),
proses
komunikasi yang berlangsung dalam suatu kelompok d.
Komunikasi massa (mass communication), komunikasi yang melibatkan banyak orang serta melalui media massa.
2. Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan komunikasi yang melibatkan banyak orang. Ada sebagian ahli berpendapat bahwa komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa23. Media massa ini termasuk
21
Rudy, Teuku May. 2005. Komunikasi dan Hubungan Masyarakat International. Bandung: Refika Aditama. Hal 2 22 Aw, Suranto. 2010. Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal 16 23 commit to user Ibid
32
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
diantaranya adalah surat kabar, film, radio dan televisi. Ciri komunikasi massa bisa dilihat dari unsur-unsur yang mencakupnya menurut Effendy24. a.
Sifat komunikan Komunikasi massa ditujukan kepada khalayak yang jumlahnya relatif besar, heterogen dan anonim.
b. Sifat media massa Serempak cepat, yaitu keserempakan kontak antara komunikator dengan komunikan yang jumlahnya besar. Media massa bersifat cepat (rapid), dalam artian memungkinkan pesan yang disampaikan kepada banyak orang dengan waktu yang cepat.
c.
Sifat pesan Sifat pesan yang dibawa media massa adalah umum. Karena media massa adalah sarana untuk menyampaikan pesan kepada khalayak, bukan untuk sekelompok orang saja.
d. Sifat komunikator Karena media massa adalah sebuah lembaga atau organisasi, maka ia termasuk komunikator terlembagakan. Media massa memiliki pesan yang dikerjakan secara kolektif 24
Effendy, Uchjana Onong. 2004. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal 51-55
commit to user
33
perpustakaan.uns.ac.id
e.
digilib.uns.ac.id
Sifat efek Efek komunikasi yang timbul pada komunikan bergantung pada tujuan komunikasi yang dilakukan oleh komunikator. Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C.
Whitney antara lain: (1) to inform (menginformasikan), (2) to entertain (memberi hiburan), (3) to persuade (membujuk), (4) transmission of the culture (transmisi budaya)25. Sementara itu, fungsi komunikasi massa menurut John Vivian disebutkan; (1) providing information (memberikan informasi), (2) providing entertainment (memberikan hiburan), (3) helping to persuade (mempersuasi) dan (4) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial)26.
3. Efek Komunikasi Massa Komunikasi massa merupakan sejenis kebutuhan sosial yang dapat menggerakkan proses sosial ke arah suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu. Akan tetapi untuk mengetahui secara tepat dan rinci mengenai kekuatan sosial yang dimiliki oleh komuniksi massa dan hasil yang dapat dicapainya dalam menggerakkan proses sosial tidaklah mudah. Oleh karena itu, efek atau hasil yang dapat dicapai oleh komunikasi yang dilaksanakan melalui berbagai media (lisan, tulisan, visual/ audio visual)
25 26
Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Hal 64 commit to user Ibid
34
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
perlu dikaji melalui metode tertentu yang bersifat analisis psikologi dan analisis sosial. Analisis psikologi adalah kekuatan sosial yang merupakan hasil kerja dan berkaitan dengan watak serta kodrat manusia. Sedangkan analisis sosial adalah peristiwa sosial yang terjadi akibat komunikasi massa dengan penggunaan media massa yang sangat unik serta kompleks27. Efek dari pesan yang disebarkan oleh komunikator melalui media massa timbul sebagai sasaran komunikasi. Oleh karena hal tersebut, efek melekat pada khalayak sebagai akibat dari perubahan psikologis. Mengenai efek komunikasi massa28 apat diklasifikasikan sebagai: a. Efek Kognitif (Cognitive effect) Efek kognitif berhubungan dengan pikiran dan penalaran, sehingga khalayak yang semula tidak tahu menjadi tahu, yang tidak tidak mengerti menjadi mengerti dan bingung menjadi jelas. Contoh pesan yang menimbulkan efek kognitif anatara lain berita, tajuk rencana, artikel, acara penerangan, acara pendidikan dan lainnya. Efek kognitif timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Efek kognitif ini akan membahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan
27
28
Ardianto, Elvinaro & Komala Lukiati, Karlinah Siti. 2004. Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Hal. 48. Effendy. 2003. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Cetakan kesembilanbelas. Bandung. PT Remaja Rosdakarya Hal. 318. commit to user
35
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kognitifnya. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. b. Integratif Personal Kebutuhan untuk memperkuat kreadibilitas seseorang, rasa percaya diri, stabilitas dan status. Bagaimana suatu tayangan dapat berpengaruh kepada setiap individu.
4.
Radio Salah satu media komunikasi massa yang dapat dimanfaatkan untuk mengkomunikasikan pesan kepada khalayak adalah radio. Radio broadcast atau radio siaran adalah suatu aspek dari komunikasi. Radio siaran sebagai media massa muncul setelah film, yakni sekitar tahun 20an. Radio siaran mendapat julukan “kekuasaan kelima” atau “the fifth estate” setelah pers yang dianggap sebagai “kekuasaan keempat” dan eksekutif legislatif, yudikatif yang masing berperingkat pertama, kedua, ketiga29. Radio yang selanjutnya disebut radio siaran adalah media komunikasi massa elektronik bersifat auditif yang menggunakan ranah publik (frekuensi). Radio merupakan sebagai salah satu bukti nyata dari perkembangan teknologi komunikasi yang juga sudah menunjukkan perannya dalam kehidupan. Pemanfaatan radio semakin lama semakin
29
commit to Radio. user Solo: UNS Press. hal 11. Drs. Subagyo, SU. 1999. BPK Komunikasi Media
36
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
bertambah. Sebagai salah satu media massa, radio memiliki karakteristik yang khas dibandingkan media massa lain yaitu: (1) Imajinatif, pesan radio dapat mengajak pendengarnya untuk berimajinasi. (2) Auditif, sifat radio untuk didengar sehingga dengan demikian sampai di pendengaran hanya sepintas dan tidak dapat diulang kembali30. Radio diberikan peringkat kelima oleh para ahli komunikasi dikarenakan dan dibuktikan oleh sejarah, yakni menjelang dan sesudah Perang Dunia II tatkala masing-masing kubu terlibat dalam perang propaganda dengan menggunakan radio sebagai medianya. Radio sebagai aspek komunikasi dipelajari dalam komunikasi guna menyebarkan pesan, informasi, serta melancarkan persuasi. Radio atau wireless sendiri berasal dari kata “radius” yang berarti jari-jari31. Radio adalah suara. Suara merupakan modal utama terpaan ke khalayak dan stimulasi yang dikoneksikan kepadanya oleh khalayak. Secara psikologis, suara adalah sensasi yang terpersepsikan ke dalam kemasan auditif. Suara dalam sebuah radio adalah suatu kombinasi tekanan emosional, perseptual dan fisikal yang timbul dan berasal dari suatu suara yang termediasi oleh teknologi yang kemudian menimbulkan formasi imajinasi visual tertentu di benak pendengar. Setiap suara mempunyai komponen visual yang mampu menciptakan gambaran. Pencampuran antara kata, musik, dan efek suara lainnya akan
30 31
Riswandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Jakarta : Graha Ilmu. commit to user Ibid
37
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempengaruhi emosi pendengar serta mengajak mereka berda di lokasi kejadian yang dikomunikasikan. Semuanya tersimpul dalam konsep yang dikenal sebagai the theatre of mind32. Ada beberapa faktor yang menyebabkan radio dianggap memiliki kekuasaan yang demikian hebat, yaitu33: a. Radio siaran sifatnya langsung. Radio siaran dapat mencapai sasarannya dengan mudah, tidak mengalami proses yang kompleks. Berbeda dengan barang cetakan seperti surat kabar, majalah dan barang cetakan lainnya, yang penyebarannya melalui proses panjang dan berbelit-belit. Di samping itu, radio pada pelaksanaannya dapat dilakukan dengan mudah. b. Radio siaran tidak mengenal jarak dan rintangan. Selain waktu, ruangpun tidak merupakan masalah bagi siaran radio. Seberapapun jauh jaraknya, sasaran yang dituju dengan cepat dapat dicapai dengan mudah. Gunung-gunung yang menjulang tinggi, lembah yang dalam, padang pasir di gurun yang luas tidak menjadi halangan dan rintangan untuk ditembus oleh siaran radio. c. Radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat. Beberapa hal yang menyebabkan radio siaran mempunyai daya tarik yang kuat adalah karena ada tiga unsur, yaitu musik, kata-kata dan efek suara. Pesawat radio yang kecil dan harganya relatif murah dapat memberikan 32 33
Masduki. 2004. Menjadi Broadcaster Profesional. Yogyakarta: Pustaka Populer. hal 16 Rusdi Sufi. 1999. Perkembangan Media Komunikasi Daerah: Radio Rimba Raya di Aceh. commit to userRI. hal 13-16 Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
38
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hiburan, penerangan, dan pendidikan dan untuk menikmatinya cukup menggunakan indera telinga. Ketiga faktor itulah, yakni faktor langsung, faktor tidak mengenal jarak dan rintangan, dan faktor daya tarik yang kuat dalam mempengaruhi massa, yang menyebabkan radio diberi julukan “The Fifth Estate”34. Dalam kapasitasnya sebagai media publik, atau yang dikenal dengan konsep radio for society ada beberapa tingkatan peran sosial yang diemban radio, yaitu: a. Radio sebagai media penyampaian informasi dari satu pihak ke pihak lain. b. Radio sebagai sarana mobilisasi pendapat publik untuk mempengaruhi kebijakan. c. Radio sebagai sarana untuk mempertemukan dua pendapat berbeda atau
diskusi
untuk
mencari
solusi
bersama
yang
saling
menguntungkan. d. Radio sebagai sarana untuk mengikat kebersamaan dalam semangat kemanusiaan dan kejujuran. Beberapa fungsi tersebut bisa diemban sekaligus, tetapi ada kalanya hanya satu saja yang penting adalah konsistensi dan optimalisasi pada satu peran. Sebagai medium komunikasi yang makin diperlukan oleh masyarakat yang aktif bekerja, radio memiliki tiga kekuatan. Yang
34
Onong Uchjana Effendy. 1993. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya commit to user Bakti. hal 145
39
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pertama, radio bisa membawa pendengarnya kemana-mana walaupun pendengarnya tetap berada di suatu lokasi. Yang kedua, radio bisa menggiring pendengar ke dalam kenyataan dengan suara-suara aktual dan bunyi dari fakta yang terekam dan disiarkan. Dan yang ketiga, dari tingkat kesegaran radio menyajikan informasi dan petunjuk yang dibutuhkan pendengar dengan cepat, bahkan secara langsung pada saat kejadian. Effendy mengatakan sebagai alat atau medium komunikasi massa, maka radio menjalankan fungsi komunikasi massa sebagai berikut35: a. Informasi: pengumpulan, penyampaian, pemrosesan, penyebaran berita, data, gambar, fakta dan pesan, opini dan komentar yang dibutuhkan agar orang dapat mengerti dan bereaksi secara jelas terhadap kondisi internasional, lingkungan dan orang lain, dan agar dapat mengambil keputusan yang tepat. b. Sosialisasi:
Penyediaan
sumber
ilmu
pengetahuan
yang
memungkinkan orang untuk bersikap dan bertindak sebagai anggota masyarakat yang efektif yang menyebabkan ia sadar akan fungsi sosialnya, sehingga ia dapat aktif di dalam masyarakat. c. Motivasi: menjelaskan tujuan setiap masyarakat jangka pendek maupun jangka panjang, mendorong orang untuk menentukan pilihan dan keinginannya, mendorong kegiatan individu dan kelompok berdasarkan tujuan bersama yang dikejar.
35
Ibid, hal 27
commit to user
40
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. Pendidikan: pengalihan ilmu pengetahuan sehingga mendorong perkembangan intelektual, pembentukan watak dan pendidikan ketrampilan, serta kemahiran yang diperlukan pada semua bidang kehidupan. e. Memajukan kebudayaan: penyebarluasan hasil kebudayaan dan seni dengan maksud melestarikan warisan masa lalu, pengembangan kebudayaan dengan memperluas horizon seseorang, membangunkan imajinasi dan mendorong kreativitas serta kebutuhan estetikanya. f. Hiburan: penyebarluasan sinyal, simbol, suara dan citra dari drama, tari, kesenian, musik, komedi, olahraga, permainan dan sebagainya untuk rekreasi, dan kesenangan kelompok dan individu. g. Integrasi: menyediakan bagi bangsa, kelompok dan individu; kesempatan untuk memperoleh berbagai pesan yang diperlukan agar mereka dapat saling mengenal, mengerti dan saling mengenal, mengerti dan saling menghargai kondisi, pandangan dan keinginan orang lain.
5. Fungsi Media Massa Sebagai Media Pelestari Budaya Ada bermacam-macam media yang dapat digunakan untuk mewariskan budaya, antara lain:36 a. Keluarga b. Masyarakat 36
commit to user Siti Waridah Q, dkk. 2001. Antropologi untuk SMU Kelas 3. Jakarta: Bumi Aksara. Hal 220
41
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Sekolah, Lembaga Pemerintah, Perkumpulan Institusi resmi lainnya d. Media Massa Selama ini pembinaan kebudayaan secara umum dilakukan melalui pendidikan dalam arti luas: di lingkungan keluarga (informal), lingkungan sosial (formal) dan di area sosial (non formal)37. Kebudayaan bukanlah benda mati atau bersifat statis, karena secara kronologis kebudayaan akan selalu berkembang dan mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan dinamika masyarakat pendukungnya. Justru inilah yang menjadi kekuatan dalam pengembangan kebudayaan, karena dalam upaya pelestarian tidak mempunyai keharusan untuk mempertahankan kebudayaan seperti semula. Salah satu pendorong terjadinya dinamika di masyarakat tersebut adalah media massa, menurut Mc Luhan38: Teknologi informasi dianggap merupakan faktor penyebab utama terjadinya perubahan masyarakat. Disini masyarakat terbentuk oleh sifatsifat alamiah media yang dipakai untuk berkomunikasi daripada isi atau berita itu sendiri. Jelas disini bahwa posisi media massa tersebut merupakan suatu pesan.
37
Ambar Andrianto, dkk. 1997. Peranan Media Massa Lokal Bagi Pembinaan dan Pengembangan Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Hal 1. 38 commit to user Ibid hal 6
42
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Melalui fungsinya, media massa termasuk dapat mempengaruhi perkembangan masyarakat. Menurut Harold D. Lasswell ada 3 fungsi utama media massa, yaitu:39 a) Fungsi pengamat lingkungan sebagai pencari, pengumpul dan penyebaran (penyampaian) informasi mengenai peristiwa-peristiwa yang terjadi di luar maupun di dalam masyarakat. b) Menekankan pada seleksi, evolusi dan interprestasi dengan menghubungkan bagian-bagian dari masyarakat agar sesuai dengan lingkungannya dan peranan media massa yaitu melakukan seleksi apa yang perlu dan tidak perlu disiarakan. c) Sebagai sarana penerus atau pewarisan sosial dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Menurut teori norma-norma budaya yang diungkapkan Melvin De Fleur, media massa melalui pesan-pesan yang disampaikannya dengan cara-cara tertentu dapat menumbuhkan kesan-kesan yang oleh para pemirsa/ pendengarnya yang disesuaikan dengan situasi yang dihadapinya. Paling sedikit ada 3 cara yang dapat ditempuh media massa untuk mempengaruhi norma-norma budaya, antara lain berikut ini:40
39 40
J.B Wahyudi. 1986. Media Komunikasi Massa Televisi. Bandung: PT Alumni. Hal 44 Eduard Depari dan Colin Mac Andrews. 1988. Peran Komunikasi Massa Dalam Pembangunan, commit to hal user Yogyakarta: Gajah Mada University Press. 8.
43
perpustakaan.uns.ac.id
a)
digilib.uns.ac.id
Pesan-pesan komunikasi massa dapat memperkukuh pola-pola budaya yang berlaku serta membimbing masyarakat agar yakin bahwa polapola tersebut masih berlaku dan dipatuhi masyarakat.
b)
Media massa dapat menciptakan pola-pola budaya baru yang tidak bertentangan
dengan
budaya
yang
ada,
bahkan
lebih
menyempurnakannya. c)
Media massa dapat mengubah norma-norma budaya yang berlaku bagi perilaku individu-individu dalam masyarakat diubah sama sekali. Media massa tanpa disadari telah menjadi bagian penting dalam perkembangan budaya. Dengan kemampuannya media massa telah menembus batas-batas ruang dan berada dimana-mana (omnipresent), membuat media massa memiliki potensi yang besar dalam menyebarkan pengaruh-pengaruh yang dibawanya, baik yang bersifat positif maupun negatif. Oleh karena itu, selain dapat menjadi hambatan budaya nasional untuk berkembang, media massa juga menjadi alat yang potensial untuk melestarikan budaya nasional yaitu dengan cara menanamkan nilai-nilai budaya pada masyarakat melalui isi pesan yang dibawanya. Media massa dalam aktivitasnya dapat berfungsi sebagai penyedia
tempat bagi budaya nasional untuk kembali diapresiasi oleh khalayaknya. Budaya daerah yang tadinya telah atau hampir kehilangan tempat di hati masyarakatnya, kembali menemukan tempat apresiasinya di media massa. Melalui pesan-pesan yang disampaikan media massa dapat pula commit to user
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melakukan perubahan-perubahan terhadap suatu budaya, tapi tidak sampai mengubah inti dari budaya tersebut. Hal ini bisa dilakukan melalui program-program kesenian tradisional yang telah mengalami modifikasi. Sehingga diharapkan melalui cara-cara tersebut pelestarian budaya dapat tetap dipertahankan. Media massa dapat juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk kembali mengempati kepeduliannya terhadap budaya nasional dengan cara menyajikan artikel-artikel dan informasi, yang isinya menghimbau masyarakat agar tidak melupakan akar budaya daerah masing-masing. Masih banyak lagi yang dapat dilakukan oleh media massa untuk meningkatkan kesadaran akan kebudayaan nasionalnya. Acara-acara off air-pun dapat dilakukan oleh media massa dengan melakukan peliputan terhadap kegiatan-kegiatan saresehan. Seminar, maupun pagelaranpagelaran budaya yang disponsori langsung oleh media massa. Dengan cara ini, khalayak dapat lebih merasakan manfaat yang diberikan dari kegiatan ini. Radio sebagai satu hasil kemajuan teknologi komunikasi, harus dimanfaatkan sebaik mungkin. Sebagai media informasi dan hiburan, radio sangat efektif untuk memelihara, melestarikan budaya, dan meningkatkan eksistensi seni budaya Jawa yang cenderung di tinggalkan melalui penyiaran program-program yang mengangkat lokalitas budaya Jawa.
commit to user
45
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Radio diharapkan dapat mengemas secara menarik dan menyiarkan berbagai bentuk program siaran budaya, terlebih bagi generasi muda yang mungkin saat ini sudah tidak terlalu mengenal budaya tersebut. Selain itu dengan memberikan porsi yang besar terhadap program siaran budaya. Melalui informasi-informasi/ pesan yang disiarkan setiap hari, radio dapat mengenalkan, mengakrabkan, mengukuhkan dan memperkuat keberadaan kebudayaan
tradisional
pada
masyarakat
sehingga
tetap
terjaga
kelestariannya. Radio sebagi media pewarisan budaya seharusnya tidak sebatas menyelenggarakan penyiaran kebudayaan tetapi radio juga bisa dapat menjadi pusat dokumentasi kebudayaan tradisional. Namun kenyataanya masih banyak stasiun radio yang belum mampu memfungsikan dirinya sebagai tempat dan penyelenggaraan dokumentasi musik di daerahnya atau wilayah lokalnya. Hal ini disebabkan karena keterbatasan dari stasiun radio tersebut, diantaranya:41 a)
Kesadaran untuk menyimpan atau mendokumentasikan seni bunyi atau musik yang ada di wilayahnya lokalnya belum terbangun.
b)
Wawasan penyiar radio (broadcaster) tentang musik/kesenian tradisional belum cukup.
c)
Kemampuan sumber daya manusia sebagai pendokumentasi memang belum ada atau terbentuk.
41
Edy Sedyawati. 2003. Warisan Budaya Tak Benda: MasalahKini di Indonesia. Depok: Pusat commit to user Penelitian Kemasyarakatan dan Budaya Lembaga Penelitian Universitas Indonesia. Hal 42-43
46
perpustakaan.uns.ac.id
d)
digilib.uns.ac.id
Penyiar radio lebih berpikir untuk melayani pendengar radio, bukan mendokumentasikan musik.
e)
Keterbatasan ruang di studio siaran. Sebagaimana yang dikatakan oleh McQuail42, bahwa media sering
kali berperan sebagai wahana pengembangan kebudayaan, bukan saja pengertian pengembangan bentuk seni dan simbol, tetapi juga dalam pengertian pengembangan tata cara, mode, gaya hidup dan norma-norma. Hal ini mengisyaratkan bahwa media massa seperti radio mempunyai peran yang amat strategis dalam pelestarian budaya.
6. Strategi Strategi pada hakikatnya adalah suatu perencanaan (planning) dan manajemen (management) untuk mencapai tujuan tertentu dan praktek operasionalnya43. Sedangkan menurut Pace, Peterson dan Burnet, tujuan strategi komunikasi adalah sebagai berikut44: a. To secure understanding. Untuk memastikan bahwa yang terjadi suatu pengertian dalam berkomunikasi. b. To establish acceptance. Bagaimana cara penerimaan itu tersu dibina dengan baik. c. To motive action. Penggiatan untuk memotivasi.
42
Dennis McQuail. Ibid Effendy, 2007. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktel. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 32. 44 Ruslan. 1997. Kiat dan Strategi Kampanye Public Relations. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. commit to user Hal. 31. 43
47
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
d. The goals which the communications sought to achieve. Bagaimana mencapai tujuan yang hendak dicapai oleh pihak komunikator dari proses komunikasi tersebut. Strategi memiliki pengertian yang terkait dengan hal-hal seperti kemenangan, kehidupan, atau daya juang. Artinya menyangkut denagn hal-hal yang berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi tekanan yang muncul dari dalam atau luar45. Lebih lanjut Ruslan mendefinisikan strategi sebagai bagian terpadu dari suatu rencana (plan), sedangkan rencana merupakan produk dari suatu perencanaan (planning), yang pada akhirnya perencanaan adalah salah satu fungsi dasar dari proses manajemen. Memilih unsur perencanaan dan unsur pengorganisasian (organizing), termasuk di dalamnya strukturisasi, pengawakan (staffing), dan pengarahan (directing) dan pengendalian (controlling). Hal ini dimaksudkan agar tujuan bersama dapat tercapaid ngan baik, serta tidak terjadi penyimpangan dari aa ynag direncanakan semula. Berdasarkan definisi yang diuraikan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa strategi adalah perencanaan yang dijasikan sebagai pedoman atau taktik dalam tindakan operasional untuk mencapai tujuan tertentu dan dilakukan untuk meminimalisir terjadinya krisis. Bila dikaitkan
45
dengan
Soemirat. 2008. Op cit. Hal. 91.
penelitian
ini
tentunya
commit to user
48
apapun
strategi
yang
perpustakaan.uns.ac.id
direncanakan
digilib.uns.ac.id
Humas
RRI Surakarta
akan
berpengaruh
terhadap
kelangsungan hidup RRI untuk jangka waktu tertentu ke depan. Sebagaimana pembahasan sebelumnya, Humas bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan suatu citra yang menguntungkan (favourable image) bagi organisasi atau perusahaan, atau produk barang dan jasa terhadap para stakeholdernya sasaran yang terkait yaitu publik internal dan publik eksternal. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka strategi kegiatan Humas mengarah pada upaya menggarap persepsi para stakeholder, akar sikap tindak dari persepsi mereka. Konsekuensinya, jika strategi penggarapan persepsi itu berhasil maka akan diperoleh sikap tindak dan persepsi yang menguntungkan dari stakeholder sebagai khalayak sasaran, yang pada akhirnya akan tercipta suatu opini dan citra yang menguntungkan.
7. Humas Jefkins mendefinisikan Humas sebagai sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik itu ke dalam maupun keluar antara suatu organisasi dengan semua khalayak dalam rangka mencapai tujuan-tujuan spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian46. Menurut Seitel dalam Saputra, Humas adalah47:
46 47
Nila Sari, Betty Wahyu. 2012. Humas Pemerintah. Yogyakarta: Graha Ilmu. Hal. 1. Saputra, Wahidin dan Rully Nasrulah. 2011. Public Relations 2.0 (Teori dan Praktik Public commit user Relations di Era Cyber). Jakarta: GramatatoPublishing.
49
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
“Public Relations is the continuing process by which management endeavors to obtain goodwill and understanding of its customer, its employee, and the public at large, inwardly through self analysis and
corrections,
outwardly
through
all
mean
of
expression.”(Public Relations adalah proses yang kontinyu dari usaha-usaha
manajemen
untuk
memperoleh
good
will
langganannya, pegawainya dan publik umumnya; ke dalam dengan mengadakan analisa dan perbaikan-perbaikan terhadap diri sendiri, keluar dengan mengadakan pernyataan-pernyataan). Humas merupakan gambaran proses pembentukan citra yang dilaksanakan secara terprogram untuk menunjukkan niatan yang baik dari perusahaan kepada khalayaknya. Dengan kata lain seorang Humas dalam suatu perusahaan akan menjadi media penghubung perusahaan baik kepada pihak internal maupun eksternal dengan cara menciptakan hubungan saling memahami (mutual understanding) sehingga komunikasi yang efektif dapat dicapai. Hal ini sejalan dengan pemahaman yang akan disampaikan berikut ini48: “Pada dasarnya praktik Humas merupakan suatu kegiatan yang terencana dan suatu usaha yang terus menerus untuk dapat memantapkan dan mengembangkan niatan baik (good will) dan
48
Saka Abadi, et al. 1994. Marketing Public Relations (Upaya Memenangkan Persaingan Melalui Pemasaran yang Komunikatif) Seri Manajemen Pemasaran. Jakarta: Lembaga commit Management FE-UI dan Indofood Group.tohaluser 45.
50
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
pengertian yang timbal baik (mutual understanding) antara suatu organisasi dengan masyarakat”.
Dari penjelasan diatas diterangkan bahwa dalam usahanya untuk menunjukkan niatan baik dari perusahaan dengan publiknya, seorang Humas memerlukan proses dan waktu yang bertahap. Hal ini tentu dapat dimengerti karena demi terupayanya situasi tersebut dibutuhkan segala daya upaya yang terencana dan proses panjang yang dijalankan oleh Humas untuk membangun hubungan yang sifatnya tidak sementara49. “Public relations is a management function that classify focuses on longterm patterns of interaction between and organizations and all of its various publics, both supportive and nonsupportive. Public relations seek to enhance these relationship, thus generating mutual understanding, goodwill and support”. Humas adalah fungsi klasik manajemen yang berfokus pada jangka panjang pola interaksi antara organisasi dan berbagai publiknya, baik mendukung dan tidak mendukung. Humas berusaha untuk meningkatkan hubungan ini, sehingga menghasilkan saling pengertian, itikad baik dan dukungan. Teori diatas menekankan kembali bahwa Humas pada umumnya berfokus pada pola interaksi komunikasi jangka panjang antara perusahaan dengan publiknya yang beragam, baik yang mendukung maupun yang tidak mendukung perusahaan. Dalam hal ini kesigapan Humas akan diuji mengingat adanya pro kontra yang mungkin tertuju kepada perusahaan sehingga Humas dituntut untuk secara bijak mengatasinya.
49
Ronald D. Smith. 2005. Strategic Planning for Public Relations, second edition. London: commit to Lawrence Erlbaum Associates Publisher. Haluser 4.
51
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Secara lebih luas seorang Humas digambarkan juga memiliki fungsi manajemen yang salah satunya dijelaskan oleh Glen Broom Center dalam bukunya Effective Public Relations disebutkan50: “Public relations is the management function which evaluates public attitudes, identifies the policies and procedures of an individual or an organization with the public interest, and plans and excutes a program of action to earn public understanding and acceptance”. Humas merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi kebijakan-kebijakan dan prosedur yang dimiliki tiap individu, organisasi dan ketertarikan publik serta perencanaan dan pelaksanaan program untuk dapat mencapai pengertian dan dukungan publik. Penjelasan dari Glen Broom tersebut guna memaparkan fungsi dari keberadaan Humas yang mana Humas menganalisa publiknya guna menyesuaikan kebijakan yang dibuat berdasarkan fakta dan kebutuhan dari publik. Sebelum
membuat program,
seorang Humas
selayaknya
menjalankan proses evaluasi mendalam untuk mengetahui apa yang benarbenar dibutuhkan oleh publiknya serta mengetahui perkembangan apa yang terjadi di luar perusahaan baru setelahnya dapat merencanakan program yang akan dijalankan. Program-program yang akan diterapkan oleh Humas memiliki maksud untuk menciptakan citra baik bagi perusahaan. Secara garis besar Humas dapat dirangkum ke dalam pemahamanpemahaman berikut ini51:
50
Gleen Broom Center, Cutlip. 2000. Effective Public Relation 6th edition. New Jersey: PrenticeHall Inc Englewood Cliffs. 51 F. Rachmadi. 1992. Public Relations dalam Teori dan Praktek. Jakarta: Gramedia Pustaka. Hal commit to user 20.
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Humas merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh goodwill, kepercayaan, saling pengertian dan citra yang baik dari publik/masyarakat. b. Sasaran dari Humas adalah menciptakan opini publik yang favourable, menguntungkan semua pihak. c. Humas merupakan fungsi yang penting dalam manajemen guna mencapai tujuan yang spesifik dari organisasi atau perusahaan. d. Humas adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara suatu badan atau organisasi dengan masyarakat melalui suatu proses timbal balik atau dua arah. Hubungan yang harmonis ini timbul dari adanya mutual understanding, mutual confidence, dan image yang baik. Ini semua merupakan langkah-langkah yang ditempuh oleh Humas. Sebagai suatu sistem fungsi-fungsi ini menunjukkan apakah Humas sudah berada di dalam posisi yang strategis dan menjadi koalisi dominan atau hanya berfungsi dalam level teknis saja. Dalam buku yang berjudul Public Relations the Proffesion and the Practice yang dikarang oleh Baskin, Arronof dan Latimore menyebutkan fungsi-fungsi Humas dalam suatu organisasi yaitu52: a. Fungsi Manajemen
52
Ruslan, Rusady. 2006. Manajemen Humas dan Komunikasi, Konsepsi dan Aplikasi. Jakarta: PT. commit to user Rajagrafindo Persada.
53
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Humas berhubungan pada pemikiran-pemikiran di tingkat manajemen. Humas membantu organisasi membangun filosofinya, mencapai tujuan yang ditetapkan perusahaan, beradaptasi dengan lingkungan dan bertahan dalam persaingan. Dengan kata lain Humas menjadi bagian dari top manajemen di sebuah perusahaan dan terlibat secara aktif dalam manajemen organisasi secara keseluruhan. Dalam menciptakan hubungan yang saling menguntungkan, Humas harus membantu dan memfasilitasi organisasi dengan melakukan perubahan sesuai yang terjadi di lingkungan. Indikator dari fungsi manajemen adalah: 1) Humas harus memberikan masukan atau saran kepada manajemen dalam pembuatan kebijakan, tujuan, dan filosofi organisasi agar tercipta hubungan yang saling menguntungkan. 2) Harus membantu memfasilitasi organisasi dalam melakukan perubahan sesuai dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya. b. Fungsi Komunikasi Humas menjadi fungsi staff khusus yang membantu organisasi untuk berkomunikasi dengan seluruh publiknya. Humas menerapkan konsep komunikasi dengan empat cara yaitu : 1) Skill (kemampuan). Humas perlu memiliki kemampuan untuk menulis, berbicara dan menggunakan alat teknologi baru yang akan selalu
muncul.
Selain
itu
Humas
perlu
mengembangkan
kemampuan untuk melakukan riset, merumuskan rencana dan mengevaluasi hasil.commit to user
54
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) Task (tugas). Humas harus mampu melakukan tugas-tugas kehumasan seperti membuat press release, laporan tahunan, majalah internal dan sebagainya. 3) System (sistem). Humas harus mampu merancang dan mendesain sistem komunikasi yang baik dan berkelanjutan. 4) System Operation (sistem operasi). Humas harus mampu bertanggung jawab atas sistem yang telah dibuat dan harus mampu memelihara sistem komunikasi dua arah sehingga bisa berjalan secara sistematis. c. Alat Untuk Mempengaruhi Opini Publik Humas harus selalu menjaga tiga tujuan utama persuasi dalam pikirannya untuk mengembangkan suatu strategi yaitu : 1) Memelihara opini positif organisasi agar opini tersebut tidak berubah. 2) Menciptakan opini yang tersembunyi/ membuat opini apabila opini belum terbentuk. 3) Menetralkan opini negatif yang merugikan perusahaan. Di dalam menjalankan tugasnya, Humas memiliki berbagai macam kegiatan yang digolongkan menjadi dua53: 1. Membina Hubungan Internal Yang dimaksud dengan publik internal adalah publik yang menjadi bagian dari unit/ badan/ perusahaan atau organisasi itu sendiri. Dan 53
Ibid
commit to user
55
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mampu mengidentifikasi hal-hal yang menimbulkan gambaran negatif di masyarakat sebelum kebijaksanaan itu dijalankan oleh organisasi. 2. Membina Hubungan Keluar (Publik Eksternal) Yang dimaksud dengan publik eksternal adalah publik umum (masyarakat). Mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran yang positif terhadap lembaga yang diwakilinya. Menurut H. Fayol beberapa kegiatan dan sasaran Humas adalah sebagai berikut54: 1. Membangun identitas dan citra perusahaan. a. Menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif. b. Mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak. 2. Menghadapi krisis. Menangani keluhan dan menghadapi krisis yang terjadi dengan membentuk manajemen krisis dan memperbaiki citra. 3. Mempromosikan aspek kemasyarakatan. a. Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik. b. Mendukung kegiatan kampanye sosial anti merokok serta menghindari obat-obatan terlarang dan sebagainya. Kegiatan strategi Humas meliputi dua tahap, yakni komponen sasaran dan komponen sarana. Pada umumnya komponen sasaran adalah para stakeholder dan publik yang memiliki kepentingan yang sama. Sasaran umum tersebut secara struktural dan formal yang dipersempit 54
Betty Wahyu. Op. Cit. Hal. 26.
commit to user
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
melalui upaya segmentasi yang dilandasi seberapa jauh sasaran itu menyandang opini bersama, potensi polemik, dan pengaruhnya bagi masa depan organisasi, lembaga, nama perusahaan dan produk yang menjadi sasaran khusus. Maksud sasaran khusus disini adalah yang disebut publik sasaran55.
8.
Citra Citra adalah tujuan utama sekaligus merupakan reputasi dan prestasi yang hendak dicapai bagi dunia Humas56. Sekarang ini, banyak sekali perusahaan, organisasi, badan, atau instansi yang memahami perlunya mamberi perhatian yang cukup untuk membangun suatu citra yang menguntungkan bagi suatu perusahaan, tidak hanya melepaskan diri terhadap terbentuknya suatu kesan publik yang bersifat negatif terhadap perusahaan, organisasi, badan, atau instansi yang bersangkutan. Dengan perkataan lain, citra perusahaan adalah fragile commodity (komoditas rapuh/ mudah pecah). Namun kebanyakan perusahaan juga meyakini bahwa citra perusahaan yang positif adalah essential, sukses yang berkelanjutan dan dalam jangka panjang57. Proses pembentukan citra berawal dari persepsi. Akar dari opini sebenarnya tak lain adalah persepsi. Opini muncul ketika orang tersebut
55
Ibid. hal 27 Rosady Ruslan. 1999. Manajemen Humas dan Manajemen Komunikasi : Konsep dan Aplikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Hal 70. 57 Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto. 2004. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal 111. commit to user 56
57
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mempunyai persepsi58. Untuk mengetahui seperti apa citra yang terbentuk di masyarakat, perlu diadakan penelitian yang berawal dengan mempertanyakan opini pubik yang berkembang. Citra menurut Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations Edisi Keempat adalah kesan, gambaran, impresi yang tepat (sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya) atau sosok keberadaan, berbagai kebijakan, personil, produk atau jasa-jasa dari suatu organisasi atau perusahaan59. Sedangkan menurut Bill Canton, citra adalah kesan perasaan, gambaran diri publik terhadap perusahaan; kesan yang sengaja diciptakan dari suatu objek atau organisasi60. Citra merupakan dampak yang dapat diterima secara langsung oleh perusahaan karena dapat terlihat dari tanggapan yang diberikan oleh khalayaknya. Humas dalam prosesnya menciptakan komunikasi yang efektif, mengupayakan agar melalui komunikasi yang efektif tersebut akan terbentuk citra yang positif dari perusahaan. Citra adalah tujuan utama dan sekaligus merupakan reputasi dan prestasi
yang hendak dicapai bagi dunia hubungan masyarakat
(kehumasan). Pengertian citra itu sendiri abstrak (intangible) dan tidak dapat diukur secara matematis, tetapi wujudnya bisa dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk, seperti penerimaan dan tanggapan baik positif 58
Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations : Konsep dan Aplikasinya di Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 1994, hlm 28 59 Frank Jefkins. 1995. Public Relations. Jakarta: Erlangga. Hal 362 60 Soleh Soemirat, dan Elvinaro Ardianto. 2004. Dasar-Dasar Public Relations. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal 111 commit to user
58
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
negatif yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan masyarakat luas pada umumnya61. Biasanya landasan citra berakar dari “nilai-nilai kepercayaan” yang kongkritnya diberikan secara individual dan merupakan pandangan atau persepsi. Proses akumulasi kepercayaan yang telah diberikan oleh individu-individu tersebut akan mengalami suatu proses cepat atau lambat untuk membentuk suatu opini publik yang lebih luas dan abstrak yang kemudian sering disebut sebagai citra/ image62. Dalam buku Metode Riset, citra dideskripsikan sebagai pandangan yang berasal dari khalayak terhadap institusi. Citra dapat digambarkan sebagai sebuah “mental pictures” yang terbentuk akibat adanya rangsangan atau stimulus yang diterima individu63. Dari penjelasan tersebut dapat pula digambarkan proses pola pembentukan citra pengalaman melalui stimulus sesuai dari kutipan dalam buku Dasar-Dasar Public Relations berikut ini64:
Kognisi Persepsi
Sikap
Stimulus Rangsang
Respon Perilaku Motivasi
Gambar 1.1
61
Ruslan, Rosady. 2001. Manajemen Humas & Manajemen Komunikasi: Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 70. 62 Ibid 63 J. Supranto, MA. 1981. Metode Riset. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI. Hal 206 64 commit to user Soleh Soemirat. Op. Cit. hal 115.
59
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Model Pembentukan Citra Model ini menunjukkan bagaimana stimulus berasal dari luar, diorganisasikan dan mempengaruhi respon stimulus yang diberikan pada individu dapat diterima atau tidak. Jika ditolak maka proses selanjutnya tidak akan berjalan. Hal ini menunjukkan stimulus tidak efektif dalam menyampaikan pesan. Jika diterima maka empat elemen (kognisi, sikap, persepsi dan motivasi) merupakan citra individu yang dapat ditangkap dan direspon oleh penerima. Gambar diatas menjelaskan citra yang ditangkap oleh publik tergantung bagaimana pesan yang disampaikan Humas. Bagaimana pesan yang dikemas dalam kegiatan-kegiatan Humas dapat mempengaruhi persepsi dan sikap masyarakat sehingga timbul citra positif dari organisasi. Frank Jefkins menjelaskan ada beberapa jenis citra (image) yang dikenal di dunia aktivitas hubungan masyarakat, yaitu:65 a. Citra cermin (mirror image) Pengertian disini bahwa citra yang diyakini oleh perusahaan bersangkutan, terutama para pimpinannya yang tidak percaya terhadap kesan orang luar terhadap perusahaan yang dipimpinnya itu tidak selamanya selalu dalam posisi baik. b. Citra kini (current image) Citra merupakan kesan yang baik diperoleh dari orang lain tentang perusahaan/organisasi atau hal yang lain berkaitan dengan produknya. 65
Ruslan, Rosady. Opcit. Hal 76
commit to user
60
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
c. Citra keinginan (wish image) Citra keinginan ini adalah seperti apa yang ingin dan dicapai oleh pihak manajemen terhadap lembaga/perusahaan, atau produk apa yang ditampilkan tersebut lebih dikenal (good awareness), menyenangkan dan diterima dengan kesan yang selalu positif diberikan (take and give) oleh publiknya atau masyarakat umum.
d. Citra perusahaan (corporate image) Jenis citra ini adalah yang berkaitan dengan sosok perusahaan sebagai tujuan utamanya, bagaimana menciptakan citra perusahaan (corporate image) yang positif, lebih dikenal serta diterima oleh publiknya, mungkin tentang sejarahnya, kualitas pelayanan prima, keberhasilan dalam bidang marketing dan hingga berkaitan dengan tanggung jawab sosial (social care) sebagainya. e. Citra serbaneka (multiple image) Citra ini merupakan pelengkap dari citra perusahaan di atas, misalnya bagaimana pihak Humasnya menampilkan pengenalan (awareness) terhadap identitas, atribut logo, brand’s name, seragam (uniform), para front liner, sosok gedung, dekorasi, lobby kantor dan penampilan para profesionalnya, kemudian diunifikasikan atau diidentikkan ke dalam suatu citra serbaneka (multiple image) yang diintegrasikan terhadap citra perusahaan (corporate image). commit to user
61
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
f. Citra penampilan (performance image) Citra penampilan ini lebih ditujukan kepada subyeknya, bagaimana kinerja atau penampilan diri (performance image) para profesional pada perusahaan yang bersangkutan, misalnya dalam memberikan berbagai bentuk dan kualitas pelayanannya, bagaimana pelaksanaan etika menyambut telepon, tamu, dan pelanggan serta publiknya, serba menyenangkan dan memberikan kesan yang selalu baik.
9. Strategi Humas Membangun Citra Sebagaimana diketahui sebelumnya hubungan masyarakat (Humas) bertujuan untuk menegakkan dan mengembangkan suatu citra yang menguntungkan bagi organisasi atau lembaga terhadap khalayak (publik internal dan eksternal), untuk mencapai tujuan tersebut maka strategi kegiatan hubungan masyarakat (Humas) diarahkan pada upaya menggarap persepsi para stakeholdernya sebagai tempat akarnya sikap, tindakan dan persepsi mereka. Strategi hubungan masyarakat (Humas) adalah dibentuk melalui dua komponen, yaitu66: a. Komponen
sasaran
dengan
pembentukan
strategi
hubungan
masyarakat satuan atau sekmen yang akan digarap. b. Komponen sarana dengan panduan atau bauran sarana untuk menggarap suatu sasaran.
66
Ruslan, Rosady. Opcit. Hal. 115.
commit to user
62
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Pearce dan Robinson, mengembangkan langkah-langkah strategic management sebagai berikut67: a. Menentukan mission perusahaan. Termasuk di dalammnya adalah pernyataan yang umum mengenai maksud pendirian (purpose) filosofi, dan sasaran (goals). b. Mengembangkan company profile yang mencerminkan kondisi intern perusahaan dan kemampuan yang dimilikinya. c. Penilaian terhadap lingkungan ekstern perusahaan, baik dari segi semangat kompetitif maupun secara umum. d. Analisis terhadap peluang yang tersedia dari lingkungan (yang melahirkan pilihan-pilihan). e. Identifikasi atas pilihan yang dikehendaki yang tidak dapat digenapi untuk memenuhi tuntutan misi perusahaan. f. Pemilihan strategi atas objektif jangka panjang dan garis besar strategi yang dibutuhkan untuk mencapai objektif tersebut. g. Mengembangkan objektif tahunan dan rencana jangka pendek yang selaras dengan objektif jangka panjang dan garis besar strategi. h. Implementasi atas hal-hal di atas dengan menggunakan sumber yang tercantum pada budget (anggaran) dan mengawinkan rencana tersebut dengan sumber daya manusia, struktur, teknologi dan sistem balas jasa yang memungkinkan.
67
Soemirat dan Ardianto. 2008. Hal. 92.commit to
63
user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
i. Review dan evaluasi atas hal-hal yang telah dicapai dalam setiap periode jangka pendek sebagai suatu proses untuk melakukan kontrol dan sebagai input bagi pengambilan keputusan di masa depan. Lebih lanjut teori yang disampaikan oleh Glenn Griswold dan Denny Griswold dalam bukunya Your Public Relations:68 “Public relations is a management function which evaluates public attitudes, identifies the policies and produces of an individual or organization with the public interest, and executes a program of action to learn public understanding and acceptance”. Humas merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan dan menghasilkan individu dari organisasi dengan kepentingan publik, dan melaksanakan program tindakan untuk mempelajari pemahaman dan penerimaan publik.
Kegiatan
Humas
merupakan
pelaksanaan
dalam
strategi
komunikasi Humas. Seperti yang diungkapkan Renata Scholls dalam jurnalnya bahwa untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dibutuhkan strategi komunikasi yang tepat. Disitulah peran Humas yang seharusnya memimpin pelaksanaan semua kegiatan komunikasi dalam rangka membangun citra. Jika sebuah organisasi termasuk instansi radio ingin memperoleh citra yang baik dimata publiknya, diperlukan strategi komunikasi yang dapat diterima dan memberi efek positif
bagi publiknya. Ruslan
menyebutkan sasaran Humas sebagai pendukung fungsi manajemen perusahaan/ organisasi/ lembaga adalah sebagai berikut:69
68 69
Oemi Abdurrahman. 2001. Dasar-dasar Public Relations. Bandung: Penerbi Alumni. Hal 21 commit to user Ruslan, Rosady. Opcit. Hal 21
64
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Building corporate identity and image Yaitu menciptakan identitas dan citra perusahaan yang positif dan mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai pihak. b. Facing crisis Menangani complain, membentuk manajemen krisis dan PR recovery of image, memperbaiki: lost of image and damage. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk membangun citra sebuah organisasi, diperlukan strategi komunikasi yang terencana dengan teratur. Dan strategi itu merupakan tugas Humas karena fungsi Humas erat kaitannya dengan membangun citra. Adapun lima tugas pokok Humas menurut Asumpta:70 a. Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyamapaian informasi secara lisan, tertulis melalui gambar kepada publik. Supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi, tujuan dan kegiatan yang dilakukan. Itu semua dilakukan sesuai kebutuhan, harapan publik dengan memperhatikan lingkungan demi perbaikan dan perkembangan organisasi. b. Memonitor, merekam dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum/masyarakat. Selain itu juga menjalankan dan bertanggung jawab terhadap kehidupan sekitar. Perlunya menjaga hubungan dengan
70
Maria Asumpta Rumanti. 2002. Dasar-dasar Public Relations: Teori dan Prakterk. Jakarta: Gramedia Widiasarana. Hal 39-42 commit to user
65
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
lingkungan karena Humas memerlukan dukungan lingkungan dalam mempertahankan citra organisasi. c. Memperbaiki citra organisasi, dimana citra tersebut tercipta pada bagaimana organisasi mencerminkan organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan, memiliki perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terkontrol. d. Humas merupakan instrumen yang bertanggung jawab terhadap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab tersebut (publik internal, eksternal pers). Suatu organisasi mempunyai kewajiban mengadakan pelayanan sosial yang harus menjadi tanggung jawab. e. Humas mempunyai bentuk komunikasi yang khusus, komunikasi timbal balik. Maka dari itu pengetahuan komunikasi menjadi modalnya. Soemirat dan Ardianto juga menjelaskan proses pembentukan citra dalam model komunikasi, bahwa kegiatan-kegiatan Humas berpengaruh terhadap pembentukan citra. Dalam model komunikasi Lasswel, unsurunsur yang penting terdapat pada sebuah proses komunikasi adalah, sumber atau komunikator (who), pesan yang disampaikan (says what), saluran atau media komunikasi (in which channel), penerima/komunikan (to whom), pengaruh/efek yang ditimbulkan dari pesan (with what effect)71.
71
Deddy Mulyana. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. commit to user Hal 136-137.
66
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Dalam proses komunikasi selalu ada sumber/komunikator, pesan yang ingin disampaikan, komunikan sebagai penerima pesan dan efek yang dihasilkan dari proses komunikasi tersebut. Jika model komunikasi tersebut diterapkan dalam public relations maka hubungannya sebagai berikut:
Sumber
Perusahaan/ lembaga/ organisasi
Komunikator
Bidang/divisi humas
Pesan
Kegiatankegiatan
Komunikan
Publik/ humas/ masyarakat
Efek
Citra publik terhadap perusahaan/ lembaga/ organisasi
Gambar 1.2 Model komunikasi dalam Public Relations Strategi Humas dalam membangun citra adalah bentuk dari tugas eksternal humas. Citra sebuah instansi muncul dari adanya hubungan harmonis dari internal instansi dengan publiknya, dan hubungan itu tidak
commit to user
67
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
tercipta sendirinya tetapi dengan komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif72.
F. Kerangka Pemikiran Keberadaan Humas di dalam suatu perusahaan sangatlah penting, bahkan citra perusahaan dapat dibentuk oleh seorang Humas. Khususnya dalam penelitian ini akan membahas tentang strategi Humas RRI Surakarta dalam membangun citra RRI Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa di Surakarta. Fungsi Humas sesungguhnya memiliki cakupan yang lebih luas yang menyangkut hubungan dengan berbagai pihak dan pada akhirnya komunikasi tersebut menimbulkan pemahaman dan penerimaan publik. Citra yang ingin dibangun oleh Humas RRI Surakarta adalah citra RRI Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa. Citra positif RRI Surakarta terbentuk dari banyak hal hal hal positif yang bisa membantu meningkatkan citra antara lain sejarah atau riwayat hidup RRI Surakarta yang gemilang, keberhasilan-keberhasilan yang pernah diraihnya, hubungan komunikasi dengan lembaga lain yang baik, kesuksesan dalam bidang keuangan, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja dalam jumlah yang besar, kesediaan memikul tanggung jawab sosial, komitmen mengadakan riset. Citra terbentuk berdasarkan informasi yang diterima seseorang terhadap suatu lembaga, citra bisa berbentuk positif juga bisa berbentuk
72
Kustadi Suhandang. 2004. Public Relation Perusahaan: Kajian Program Implementasi. commit to user Bandung: Nuansa. Hal 80.
68
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
negatif tergantung pada nilai-nilai yang bersumber pada diri penilaian masingmasing individu yang bisa didapat melalui pengalaman langsung berdasarkan interaksi namun bisa didasarkan pula pada pengalaman tidak langsung melalui berita atau cerita seseorang. Penilaian tersebut berdasarkan reaksi aktif yang berupa dimensi positif atau negatif terhadap suatu objek. Apabila komunikator dalam hal ini adalah Humas atau lebih dikenal dengan Public Relations dapat melakukan melakukan tugasnya sesuai dengan menggunakan sistem komunikasi yang sesuai dengan teori ini, sebagai salah satu faktor penunjang untuk mengatur strategi Humas RRI Surakarta dalam membangun citra RRI Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa di Surakarta. Adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Humas RRI Surakarta
Strategi Humas RRI Surakarta s Masyarakat
Citra RRI sebagai pelestari budaya Jawa
commit to user
69
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Gambar 1.3 Kerangka Pemikiran
G. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif, dengan metode penelitian deskriptif, artinya permasalahan yang dibahas bertujuan untuk dapat menggambarkan atau menguraikan tentang keadaan atau fenomena yang ada atau proses penelitian untuk memahami masalah manusia atau masalah sosial, berdasarkan pada tatanan yang kompleks, gambaran yang holistik, disusun dengan kata-kata, melaporkan pandangan detail para informan dan dilaksanakan pada latar alamiah atau natural. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metodologi penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, metode ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan73. Penelitian dengan pendekatan kualitatif selalu berlatar alamiah dan sumber datanya berkonteks sewajarnya (natural setting). Dalam metode kualitatif, peneliti sebagai instrumen utama. Dalam penelitiannya lebih mengutamakan proses untuk mencari makna dibalik perilaku yang diamati, 73
commit to user Lexy, J. Moleong. 2001. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 3.
70
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengutamakan data langsung atau first hand yang hasilnya disepakati bersama antara peneliti dan narasumber. Di dalam penelitian ini, Penulis ingin mengetahui bagaimana strategi komunikasi yang dilakukan oleh Humas Radio Republik Indonesia Surakarta dalam membangun citra Radio Republik Indonesia Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa di Surakarta.
2. Lokasi Penelitian Lokasi dalam penelitian ini adalah Radio Republik Indonesia Surakarta yang terletak di Jl. Abdul Rachman Saleh 51 Surakarta.
3. Teknik Sampling Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling (sampling bertujuan), dimana peneliti cenderung untuk memilih informan atau narasumber yang dianggap berkompeten dan mengetahui informasi serta masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap74. Purposive sampling menentukan subjek atau objek sesuai tujuan penelitian dan sudah ditetapkan dengan pertimbangan pribadi yang sesuai 74
H.B. Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: Sebelas Maret University Press. hal 56.
commit to user
71
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan topik penelitian, peneliti memilih RRI Surakarta sebagai objek penelitian sebagai unit analisis. Peneliti memilih unit analisis tersebut berdasarkan kebutuhannya dan menganggap bahwa unit analisis tersebut representatif. Dalam purposive sampling, jumlah informan tidak ditentukan sebelumnya namun disesuaikan ke dalam informasi yang diperoleh karena yang diprioritaskan dalam penelitian kualitatif adalah perolehan variasi informasi, bukan banyaknya informan. Dengan menggunakan penarikan sampel jenis purposive sampling ini maka peneliti akan memilih informan yang dapat dipercaya untuk menjadi sumber informasi dan diharapkan mampu menjelaskan tujuan dari penelitian yaitu orang-orang yang ada di RRI Surakarta. Adapun informan yang dijadikan sebagai narasumber dalam penelitian ini adalah: a. Kasubsi Layanan Publik RRI Surakarta Bapak Istiyono, adalah seorang informan yang merupakan karyawan dari RRI Surakarta yang menjabat sebagai Kasubsi Layanan Publik. b. Kasubsi Komunikasi Publik RRI Surakarta Bapak Jaka Marwata, adalah seorang informan yang merupakan karyawan dari RRI Surakarta yang menjabat sebagai Kasubsi Komunikasi Publik. c. Pendengar
RRI Surakarta
yang
Monitoring RRI Surakarta atau Pamor.
commit to user
72
tergabung dalam Paguyuban
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Sumber Data Adapun sumber data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yakni: a. Data primer Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil wawancara dengan informan yang mengetahui dan berkompeten seputar tema penelitian ini dan dari hasil observasi yang dilakukan di lapangan. Data primer dalam penelitian ini diperoleh secara langsung dari hasil wawancara peneliti dengan nara sumber yaitu Kasubsi Layanan publik, Kasubsi Komunikasi Publik, dan pendengar RRI Surakarta yang tergabung dalam Paguyuban Monitoring RRI Surakarta atau Pamor. b. Data Sekunder Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan atau data sekunder berasal dari sumber tertulis, seperti mengutip buku, dokumen, arsip dan catatan lain yang mendukung. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari buku literatur, artikel di internet, data base lembaga perusahaan, jurnal komunikasi, penelitian terdahulu, dokumen, brosur/ leaflet dan lain-lain mengenai informasi-informasi terkait dengan penelitian yang dapat mendukung data primer baik yang diperoleh dari bagian Humas Radio Republik Indonesia Surakarta maupun dari perpustakaan dan internet.
5. Teknik Pengumpulan Data commit to user
73
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah: a. Wawancara Sumber data yang paling penting dalam penelitian kualitatif adalah narasumber atau informan75. Untuk mendapatkan data dari narasumber atau informan hanya bisa dilakukan dengan cara wawancara. Teknik wawancara yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam atau depth interview. Wawancara mendalam merupakan proses menggali informasi secara mendalam, terbuka dan bebas sesuai dengan masalah dan fokus penelitian dan diarahkan pada pusat penelitian. Adapun pertanyaan yang diberikan sesuai dengan pedoman wawancara yang dilakukan kepada Kasubsi Layanan Publik, Kasubsi Komunikasi Publik, dan Pendengar RRI Surakarta yang tergabung dalam anggota Pamor, mengenai strategi yang dilakukan Humas RRI dalam membangun citra Radio Republik Indonesia Surakarta sebagai media pelestari budaya Jawa. b. Observasi
75
Ibid. hal 67
commit to user
74
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Observasi adalah kegiatan paling utama dan teknik penelitian yang penting76. Spranley menjelaskan bahwa teknik dalam observasi dapat dibagi menjadi, (1) tak berperan sama sekali, (2) observasi berperan yang terdiri dari berperan aktif, berperan pasif, berperan penuh77. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan observasi berperan aktif untuk mendapatkan data yang diperlukan. Teknik observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung tentang kondisi yang ada di RRI Surakarta, dengan mengamati gejala-gejala sosial dalam kategori yang tepat, mengamati berkali-kali dan mencatat segera dengan memakai alat bantu seperti alat pencatat, formulir dan alat mekanik. Pengamatan juga dilakukan kepada anggota Pamor sekaligus pemerhati program siaran di RRI Cabang Surakarta. c. Studi Pustaka Untuk mengumpulkan data dan teori dalam penelitian ini maka peneliti memanfaatkan berbagai data dan teori yang diperoleh dari buku, jurnal, internet dan sumber informasi melalui program-program yang tersedia, company profile, selain itu juga melalui kliping atau artikel di berbagai media massa serta internet yang berupa beberapa blog dan website dari program siaran RRI Surakarta, dan hasil penelitian lain yang menunjang penelitian.
76
77
Jallaludin Rakhmat. Opcit. Hal 75 Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKis. Hal 97
commit to user
75
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Teknik Analisis Data Data yang berhasil dikumpulkan, dianalisis dengan menggunakan kategori 1) pesepsi, 2) motif dengan model analisis interaktif. Dalam model analisis ini, tiga komponen analisisnya, yaitu: reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau verifikasi dilaksanakan bersama dengan proses pengumpulan data dalam bentuk interaktif melalui proses siklus78. Adapun panduan yang dijadikan pedoman dalam proses analisis data, dapat dikemukakan sebagai berikut: a. Dari hasil wawancara, observasi, pencatatan dokumen, dibuat catatan lapangan secara lengkap. Catatan lapangan ini terdiri dari deskripsi dan refleksi. b. Berdasarkan catatan lapangan, selanjutnya dibuat reduksi data. Reduksi data ini berupa pokok-pokok temuan yang penting. c. Dari reduksi data kemudian diikuti penyusunan sajian data yang berupa cerita sistematis dengan suntingan peneliti supaya maknanya lebih jelas dipahami. Sajian data ini, dilengkapi dengan faktor pendukung, antara lain metode, skema, bagan, tabel dan sebagainya. d. Berdasarkan sajian data tersebut, kemudian dirumuskan kesimpulan sementara. e. Kesimpulan sementara tersebut senantiasa akan terus berkembang sejalan dengan penemuan data baru dan pemahaman baru, sehingga akan didapat suatu kesimpulan yang mantap dan benar-benar sesuai 78
commit toUNS user Sutopo, H.B. 2002. Media Penelitian Kualitatif. Press. Hal 78.
76
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dengan keadaan yang sebenarnya. Demikian seterusnya aktivitas penelitian ini berlangsung, yaitu terjadi interaksi yang terus menerus antara ketiga komponen analisisnya bersamaan dengan pengumpulan data yang lengkap sehingga dapat dirumuskan kesimpulan akhir. f. Dalam merumuskan kesimpulan akhir, agar dapat terhindar dari unsur subyektif, dilakukan upaya: 1) Melengkapi data-data kualitatif dengan data-data kuantitatif. 2) Mengembangkan ”Intersubyektifitas”, melalui diskusi dengan orang lain. Guna memperjelas proses pelaksanaan analisis model interaktif, lihat gambar dibawah ini: Pengumpulan Data II Sajian Data
I Reduksi Data
Gambar 1.4 Model Analisis Interaktif III Penarikan/ kesimpulan Verifikasi
7. Validitas Data Validitas menunjukkan sampai sejauh mana data yang diperoleh telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti. Sementara reliabilitas berkaitan dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan cara pengumpulan data79.
79
Jallaludin Rakhmat. Op.Cit. hal 83
commit to user
77
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik triangulasi, yaitu suatu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan data dari satu sumber dengan melakukan pengecekan terhadap sumber lain80. Hal ini dilakukan sebagai perbandingan terhadap data. Teknik tringulasi ada empat macam, yaitu (1) triangulasi data, (2) triangulasi peneliti, (3) triangulasi metodologis, (4) triangulasi teoritis81. Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber sebagai validitas data. Hal tersebut untuk mengetahui validitas data yang diperoleh dari sumber satu dengan sumber yang lain. Validitas atau pengujian ini dimaksudkan
untuk
melihat
kekonsistenan
data,
sehingga
dapat
mengungkapkan gambaran penelitian yang lebih valid. Triangulasi sumber memanfaatkan jenis sumber yang berbeda, tidak hanya informan sebagai sumber tetapi juga sumber pustaka dan hasil observasi.
80 81
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. hal 273 Pawito. Op.Cit. hal 99-100
commit to user
78