BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi (TI) telah menjadi faktor penting dalam keberhasilan organisasi karena peran pentingnya dalam memungkinkan pencapaian tujuan individu dan organisasi. Pengenalan TI tidak lagi terbatas pada fungsi bisnis tetapi telah berkembang untuk memasukkan proses inti di bidang kesehatan, pendidikan, transportasi, perbankan, dan bidang lainnya. Perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat membawa dampak yang cukup besar di segala bidang, termasuk di bidang pendidikan. Sektor pendidikan dianggap sebagai salah satu sektor yang telah secara radikal dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi Kemajuan TI inipun memberikan tuntutan pada guru dan sekolah untuk memanfaatkan teknologi informasi dalam pelaksanaan proses pendidikan dan pembelajaran. Salah satu pemanfaatan teknologi telekomunikasi untuk kegiatan pembelajaran adalah dengan munculnya e-learning sebagai media alternatif pembelajaran jarak jauh. E-learning diyakini menjadi fokus utama yang mengadopsi dan menggunakan kemajuan TI di sektor pendidikan. Sistem-sistem e-learning juga telah diadopsi oleh organisasi non-pendidikan untuk melatih karyawan mereka (Wang dan Wang, 2009). Siahaan (2001) dalam Muzid dan Munir (2005) mengemukakan bahwa e-learning
merupakan sebuah sistem yang memanfaatkan kelebihan-
kelebihan yang dimiliki oleh internet, yang selama ini digunakan sebagai media transfer ilmu pengetahuan. Sistem yang memberi kebebasan waktu, tempat, dan
1
tidak hanya berorientasi pada tenaga pengajar. Prasojo dan Riyanto (2010) menyatakan teknologi e-learning merupakan sebuah teknologi yang dijembatani oleh teknologi Internet, membutuhkan sebuah media untuk dapat menampilkan materi-materi kursus dan pertanyaan-pertanyaan dan juga membutuhkan fasilitas komunikasi untuk dapat saling bertukar informasi antara peserta dengan pengajar. Fungsi dari penerapan e-learning bisa sebagai tambahan (suplemen), atau pelengkap/pendukung (komplemen) ataupun sebagai pengganti (subsitusi) pembelajaran konvensional. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan elearning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (contents) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasi e-learning khususnya di lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas). SMKN 2 Yogyakarta merupakan salah satu institusi pendidikan yang telah menerapkan atau mengimplementasikan sistem e-learning PINTER berbasis moodle
melalui situs
http://pinter.smk2-yk.sch.id/ dengan
menggunakan
learning management system moodle. Media e-learning PINTER ini dibangun untuk memudahkan dan meningkatkan mutu pembelajaran di SMK Negeri 2 Yogyakarta baik mata diklat normatif, adaptif, maupun produktif. Melalui sistem belajar online ini, guru dapat mengelola program / kelas dan bertukar informasi dengan siswa. Selain itu, akses terhadap materi pembelajaran yang berlangsung dalam kurun waktu yang telah ditentukan juga dapat dilakukan sehingga guru dimungkinkan dapat mendorong dan memotivasi siswa untuk belajar lebih aktif
2
dan interaktif. Fitur-fitur yang tersedia pada e-learning PINTER adalah pengelolaan hak akses pengguna (user), pengelolaan course, pengelolaan bahan ajar (resource), pengelolaan aktivitas (activity), pengelolaan nilai (grades), menampilkan nilai (score) dan transkrip, serta pengelolaan visualisasi e-learning sehingga bisa diakses dengan web browser. Dalam sistem teknologi informasi, software e-learning disini hanya sekedar tool yang membantu guru dalam melaksanakan proses pembelajaran ruang “kelas digital” untuk bisa saling berinteraksi (berdiskusi, mengerjakan kuis online, dsb) dengan siswa serta mengakses materi-materi pembelajaran dimana saja dan kapan saja selama terkoneksi dengan internet. Namun yang terpenting adalah individu yang menjalankan sistem tersebut. Fenomena yang terjadi pada penerapan e-learning Yogyakarta
di SMKN 2
bahwa penggunaan e-learning belum berfungsi secara maksimal
meskipun penerapan e-learning ini sudah berjalan 2 tahun sejak tahun 2011 dan sampai saat ini SMKN 2 Yogyakarta belum pernah melakukan upaya analisis secara komprehensif pada penerapan e-learning dalam proses pembelajaran tersebut sebagai bagian dari proses evaluasi. Padahal proses evaluasi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah sistem dan merupakan proses setelah tahapan implementasi e-learning. Meskipun e-learning SMKN 2 Yogyakarta telah dirilis sejak tahun 2011, akan tetapi penerapan e-learning tersebut sampai saat ini belum digunakan oleh siswa karena para guru SMKN 2 Yogyakarta yang telah mengikuti pembekalan e-learning moodle
belum secara maksimal
memanfaatkan fitur e-learning dalam proses pembelajaran.
3
Menurut Prayudi (2009), adanya evaluasi melalui analisis yang komprehensif terhadap implementasi e-learning di sebuah institusi akan menjadi masukan pada banyak aspek dari e-learning itu sendiri, diantaranya sejauh mana penerapan e-learning telah sesuai dengan tujuan awalnya. Maka dari itu adanya kajian, penelitian, dan pengembangan model e-learning termasuk analisis terhadap penyelenggaraan e-learning itu sendiri sangat penting dilakukan. Banyak kalangan yang menganggap bahwa pada e-learning sulit diukur indikator keberhasilannya karena e-learning merupakan sistem belajar yang relatif baru. Pada kenyataannya memang terdapat hal baru dalam indikator keberhasilan e-learning, akan tetapi hal tersebut bukan berarti bahwa keberhasilan e-learning sulit atau tidak dapat diukur. Pada dasarnya, pengukuran terhadap keberhasilan implementasi sebuah sistem e-learning mencakup empat hal pokok, yaitu: tingkat keterpakaian, efektifitas, efisiensi, dan produktifitas pembelajaran. (Bakrie, 2010). Meskipun pertumbuhan e-learning sangat cepat, namun masih ditemui berbagai masalah yang dihadapi para pemangku kepentingan sistem e-learning. Salah satu isu kunci adalah mengukur keberhasilan sistem e-learning (Wang & Wang, 2009). Kurangnya analisis sistem keberhasilan e-learning menjadi pusat perhatian bagi penulis untuk melakukan penelitian ini. Pada dunia penelitian, telah banyak dikembangkan model untuk mengevaluasi kesuksesan sebuah penerapan sistem teknologi informasi. Sebenarnya banyak sekali pengukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan sistem informasi. Namun tidak ada satupun pengkuran yang lebih baik dari yang lainnya (Jogiyanto, 2007). Penelitian yang dilakukan oleh DeLone
4
dan McLean (1992) merupakan salah satu penelitian yang terkenal pada area ini. Penelitian yang dikembangkan oleh DeLone dan McLean (1992) banyak diminati karena merupakan model yang parsimoni tetapi dianggap cukup valid dan telah banyak penelitian sebelumnya yang menggunakan model ini sebagai acuan untuk menguji apakah sistem teknologi informasi dapat diterapkan secara sukses di organisasi. Sebagai contoh Livari (2005) menggunakan model kesuksesan sistem informasi yang dikembangkan oleh DeLone dan McLean untuk melakukan studi lapangan dari sistem informasi yang digunakan pada sektor publik, Roldan dan Leal (2003) yang mengembangkan suatu model penelitian berbasis pada model kesuksesan sistem informasi milik DeLone dan McLean dan mengujinya di bidang sistem informasi eksekutif (executive information system atau EIS), dan Molla dan Licker (2001) yang pertama mengusulkan model DeLone dan McLean untuk dikembangkan pada pengukuran kesuksesan e-commerce.
Berdasarkan
teori-teori dan hasil penelitian sebelumnya yang telah dikaji, DeLone dan McLean (1992) kemudian mengembangkan suatu model parsimoni yang mereka sebut dengan nama model kesuksesan sistem informasi DeLone dan McLean (D&M Information System Success Model). Model yang diusulkan ini merefleksi ketergantungan dari enam pengukuran kesuksesan sistem informasi. Keenam elemen atau faktor atau komponen atau pengukuran dari model ini adalah kualitas sistem (system quality), kualitas informasi (information quality), penggunaan (use), kepuasan pemakai (user satisfaction), dampak individual (individual impact), dan dampak organisasional (organizational impact). Model kesuksesan ini didasarkan pada
5
proses dan hubungan kausal dari dimensi-dimensi di model. Model ini tidak mengukur ke enam dimensi pengukuran kesuksesan sistem informasi secara independen tetapi mengukurnya secara keseluruhan satu mempengaruhi yang lainnya (Jogiyanto, 2007). Model DeLone dan McLean (1992) menyatakan bahwa kesuksesan sistem informasi yang dipegaruhi oleh information quality dan system quality merupakan prediktor yang signifikan bagi user satisfaction. Sedangkan user satisfaction juga merupakan prediktor yang signifikan bagi individual impact dan organizational impact. Model kesuksesan sistem informasi ini telah dijadikan acuan bagi para peneliti lain yang diantaranya adalah Livari (2005), Lin (2007), dan Seddon (1997). Berdasarkan
kritik-kritik
yang
diterima
dan
juga
berdasarkan
perkembangan-perkembangan sistem teknologi informasi dan lingkungan penggunaanya, DeLone dan McLean (2003) memperbarui modelnya dengan menambah beberapa hal dari model yang lama, antara lain: (1) Memasukkan variabel kualitas pelayanan, (2) Merubah variabel-variabel dampak individual dan organisasional menjadi manfaat-manfaat bersih, serta (3) Perbaikan dan peningkatan pengukuran-pengukuran. Model DeLone dan McLean (2003) merupakan model kesuksesan sistem informasi yang melihat faktor-faktor yang mempengaruhi individu menggunakan sistem teknologi. Adanya berbagai kendala yang dihadapi individu (guru) dalam penggunaan e-learning seperti perpindahan budaya kerja dari sistem pembelajaran yang konvensional ke sistem pembelajaran online, serta adanya keterbatasan
6
individu untuk melakukan action terhadap suatu data, hal ini menyebabkan proses penggunaan e-learning oleh siswa menjadi tertunda. Didukung dengan adanya berbagai macam modul yang tersedia dalam e-learning berbasis moodle, peneliti tertarik untuk melihat kesesuaian antyara modul-modul yang digunakan oleh guru dalam menyelesaikan tugas dengan teknologi yang tersedia. Oleh karena itu, dalam penelitian ini ditambahkan variabel kesesuaian tugas-teknologi (tasktechnology fit). Adanya penambahan variabel Task-technology fit sebagai variabel independen merupakan adopsi dari model rantai teknologi ke kinerja (Technology to Performance Chain) atau TPC yang dikembangkan oleh Goodhue & Thompson (1995) yang bertujuan untuk mengetahui apakah karakteristik-karakteristik pekerjaan yang dilakukan oleh guru sesuai dengan karakteristik-karakteristik sistem pembelajaran e-learning. Task-technology fit secara spesifik merupakan hubungan antara requirement tugas, kemampuan individu, dan fungsionalisasi teknologi. Penelitian ini menggunakan objek penelitian terhadap hasil penerapan elearning berbasis moddle di SMKN 2 Yogyakarta. Masa penerapan e-learning PINTER di SMKN 2 Yogyakarta yang telah berlangsung 2 (dua) tahun dirasakan telah cukup untuk menganalisis dan menilai apakah penerapan e-learning di SMKN 2 Yogyakarta tersebut dapat dikatakan sukses. Analisis e-learning ini perlu dilakukan untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang mempengaruhi keberhasilan penerapan e-learning PINTER di SMKN 2 Yogyakarta.. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dimaksudkan untuk menggunakan
7
suatu model yang dapat mengidentifikasi faktor-faktor atau karakteristik yang dapat mempengaruhi kesuksesan penerapan e-learning di SMKN 2 Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah SMKN 2 Yogyakarta merupakan salah satu institusi pendidikan terkemuka di Kota Yogyakarta, dengan fasilitas Teknologi Informasi yang memadai. Pada Tahun 2011, sekolah ini menerapkan sistem pembelajaran e-learning berbasis moodle dengan nama e-learning PINTER. Namun penerapan e-learning PINTER di SMKN 2 Yogyakarta saat ini masih mengalami kendala, diantaranya efektivitas penggunaan e-learning di kalangan guru, masih rendah. Adanya berbagai kendala yang dihadapi guru dalam penggunaan e-learning seperti perpindahan budaya kerja dari sistem pembelajaran yang konvensional ke sistem pembelajaran online, serta adanya keterbatasan individu untuk melakukan action terhadap suatu data, menyebabkan proses penggunaan e-learning oleh siswa menjadi tertunda. Adanya dugaan bahwa para guru merasa jengkel terhadap sistem e-learning yang ada, membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian menggunakan model kesuksesan DeLone dan McLean. Untuk mengukur keberhasilan suatu sistem informasi, maka perlu dilakukan analisis terhadap sistem tersebut. Dengan adanya analisis penerapan e-learning maka diharapkan akan menjadi acuan atau umpan balik dalam upaya pengembangan penerapan e-learning. Penelitian ini menggunakan Model DeLone dan McLean (2003) yang telah dimodifikasi dan menambahkan konstruk task-technology fit . Dengan model ini, peneliti berharap dapat menganalisis kesuksesan penerapan e-learning dalam
8
proses pembelajaran di SMKN 2 Yogyakarta. Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka penulis tertarik untuk mengangkat judul Analisis Penerapan ELearning PINTER di SMKN 2 Yogyakarta menggunakan Pendekatan Model Kesuksesan DeLone dan McLean.
C. Ruang lingkup atau Batasan Penelitian Tujuan adanya pembatasan masalah agar ruang lingkup penelitian tidak terlalu luas untuk menghindari kesalahan dan penyimpangan terhadap pokok permasalahan serta tujuan yang hendak dicapai. Dalam penelitian ini, peneliti hanya meneliti variabel-variabel yang menentukan kesuksesan penerapan elearning. Sehingga, objek yang diteliti hanya sebatas pada guru yang telah mengikuti pelatihan e-learning berbasis moodle yang
secara
menggunakan e-learning untuk melaksanakan tugas-tugas
pekerjaan dalam
langsung
proses pembelajaran. Indikator-indikator yang akan dilihatpun hanya memandang dari sisi individu.
D. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah variabel-variabel kualitas dalam model DeLone McLean (2003) mempengaruhi kepuasan pengguna dalam penerapan e-learning PINTER?
9
2. Apakah variabel kualitas sistem, kualitas pelayanan, dan kepuasan pengguna sebagai mediator mempengaruhi dampak individu dalam penerapan e-learning PINTER? 3. Apakah variabel task-technology fit sebagai variabel independen mempengaruhi dampak individu dalam penerapan e-learning PINTER?
E. Keaslian Penelitian Sejak dikenalkan pada tahun 1992 dan diperbarui di tahun 2003, model kesuksesan sistem informasi yang dikembangkan oleh DeLone dan McLean ini telah banyak diterapkan di beberapa penelitian empiris untuk menjelaskan kesuksesan dari suatu sistem informasi. Kontek dari sistem informasi yang sudah diteliti dengan model ini juga beraneka ragam. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (Radityo dan Zulaikha, 2007; Seddon, 1997; Elvandari, 2011; Minartiningtyas, 2011; Putra; 2011, Pattileamonia, 2012, dan Fajri, 2012) adalah menggunakan model kesuksesan DeLone dan McLean untuk menguji kesuksesan sistem informasi. Penelitian ini juga memiliki persamaan dengan penelitian livari (2005) yaitu menggunakan model kesuksesan sistem informasi yang dikembangkan oleh DeLone dan McLean untuk melakukan studi lapangan dari sistem informasi yang digunakan pada sektor publik dan bersifat mandatory. Penelitian ini juga memiliki persamaan dengan penelitian Purwaningsih (2010) dan Rahmanita (2011), yaitu menghilangkan variabel intention use dan use, karena penggunaan sistem teknologi informasi yang digunakan bersifat mandatory, menambahkan variabel
10
baru yaitu task-technology fit sebagai variabel independen yang mempengaruhi individual impact, dan mengukur net benefits hanya sebatas individual impact,. Penelitian ini juga menggunakan teknik analisis data yang sama dengan penelitian Putra, U.Y (2011), Rahmanita (2011), Pattileamonia, Y.E. (2012), Fajri, F.A (2012), adalah dengan menggunakan model persamaan struktural (SEM atau Structural Equation Model) berbasis varian yaitu menggunakan analisis Partial Least Squares (PLS). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya (Radityo dan Zulaikha, 2007; Seddon, 1997; Livari, 2005; Purwaningsih, 2010; Elvandari, 2011; Minartiningtyas, 2011; Rahmanita, 2011; Putra, 2011, Pattileamonia, 2012, dan Fajri, 2012) adalah pemilihan obyek penelitian dan pengujian sistem teknologi informasi. Selama ini jarang peneliti yang menggunakan model kesuksesan Delone dan McLean untuk mengevaluasi penerapan e-learning. Pada umumnya peneliti menggunakan model TAM dan E-Readiness untuk meneliti penerapan e-learning di sebuah lembaga pendidikan. Namun pada penelitian ini menggunakan model kesuksesan sistem informasi yang dikembangkan oleh DeLone dan McLean untuk melakukan evaluasi penerapan e-learning PINTER yang digunakan pada SMKN 2 Yogyakarta. Selama ini model yang diusulkan pada penelitian lain untuk mengukur evaluasi penerapan e-learning banyak menggunakan model E-Readiness guna mengukur tingkat kesiapan penggunaan elearning serta model TAM guna mengukur penerimaan teknologi, sehingga belum pernah ada penelitian yang menggunakan model kesuksesan Delone dan McLean untuk menganalisis penerapan e-learning. Obyek penelitian ini dalam penelitian
11
ini adalah semua individual yang menggunakan e-learning PINTER berbasis Moodle SMKN 2 Yogyakarta.
F. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah sebagai berikut ini: 1. Untuk menguji variabel-variabel kualitas dalam model DeLone McLean (2003) yang berpengaruh terhadap kepuasan guru sebagai pengguna sistem pembelajaaran e-learning PINTER. 2. Untuk menguji variabel kualitas sistem, variabel kualitas pelayanan, dan kepuasan pengguna sebagai mediator yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru (dampak individu). 3. Untuk menguji variabel task-technology fit sebagai variabel independen yang berpengaruh terhadap peningkatan kinerja guru (dampak individu).
G. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berbagai pihak, diantaranya: 1. Memperoleh gambaran mengenai kondisi yang ada di SMKN 2 Yogyakarta terkait dengan kualitas sistem, kualitas informasi, kualitas pelayanan, kepuasan pengguna, kesesuaian tugas-teknologi, dan dampak individu dalam penggunaan sistem pembelajaran e-learning yang diterapkan agar dapat meningkatkan efektifitas penggunaan e-learning..
12
2. Penelitian ini dapat menjadi acuan bagi Kepala SMKN 2 Yogyakarta dalam membangun dan menentukan kebijakan Teknologi Informasi terutama yang berkaitan dengan kualitas pelayanan akademik sekolah. 3. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya, khususnya bagi mahasiswa perguruan tinggi yang akan melakukan penelitian tentang keperilakuan sistem teknologi informasi.
H. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, keaslian penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian,pertanyaan penelitian, batasan penelitian, dan sistematika penelitian.
BAB II LANDASAN TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA Bab ini menjelaskan teori-teori yang dijadikan dasar pembahasan dan penganalisaan masalah, serta beberapa definisi dari studi pustaka yang berhubungan dengan penelitian ini.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang pendekatan dari teori yang digunakan kemudian diuraikan menjadi usulan pemecahan masalah yang berbentuk langkah-langkah pemecahannya.
13
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN Bab ini menjelaskan tentang prosedur kerja di lapangan dalam rangka pengumpulan data sekunder, penentuan sampel, serta pengolahan data berdasarkan metode yang telah digunakan
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini menjelaskan tentang hasil dari pengolahan data pada informasi yang diperoleh, hasil analisis dari pengplahan data yang dimaksud, dan memberikan usulan rekomendasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan proses evaluasi terhadap penerapan sistem pembelajaran e-learning.
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menjelaskan kesimpulan yang dapat diambil dari hasil penelitian berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya.
14