BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tanaman belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) dikenal masyarakat sebagai tanaman obat untuk mengobati berbagai macam penyakit salah satunya untuk mengobati penyakit kulit yaitu jerawat (Fitri, 2008). Masyarakat menggunakan tanaman buah beliming wuluh sebagai obat dengan cara diramu atau diseduh, tetapi untuk pengobatan pada kulit cara tersebut tidak cocok karena kurang praktis dan efektif. Bagian tumbuhan yang digunakan pada pengobatan jerawat atau antibakteri adalah buah belimbing wuluh dengan konsentrasi ekstrak 2% yang mengandung flavonoid dan triterpenoid. Zat kimia yang terdapat dalam buah belimbing wuluh mampu digunakan untuk membantu pengobatan jerawat (Fitri, 2008). Untuk mempermudah penggunaan obat dari bahan alam, ekstrak etanol buah belimbing wuluh dibuat dalam bentuk sediaan sabun transparan yang digunakan untuk pengobatan secara topikal pada kulit. Sabun transparan merupakan suatu sediaan padat yang dibuat dengan mencampurkan ekstrak dengan basis sabun melalui reaksi saponifikasi dari minyak dan lemak dengan NaOH (Mitsui, 1997). Sabun transparan ekstrak buah belimbing wuluh baik untuk antibakteri, selain itu sabun transparan ini juga memiliki busa yang lembut dan dapat menjaga kelembaban kulit (Hambali dkk., 2005). Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa sediaan sabun wajah cair dengan sari belimbing wuluh
1
2
dalam berbagai variasi konsentrasi yaitu 5 g, 10 g dan 15 g aman digunakan dan dapat menghambat bakteri (Yeni dan Suhartini., 2014). Sabun transparan memiliki nilai tambah yang jadi pemikat karena memiliki
permukaan
yang
halus,
penampilan
yang
berwarna,
dan
ketransparanannya dapat membuat kulit menjadi lembut karena didalamnya mengandung gliserin yang berfungsi sebagai humektan dan emolient serta sebagai salah satu komponen pembentuk transparan (Wasitaatmadja, 1997). Pembuatan sabun transparan dibuat dengan mereaksikan basis sabun dengan bahan penambah transparan atau transparent agents. Gliserin merupakan salah satu dari komponen transparent agent yang mudah didapatkan, harganya relatif murah, mudah, dan sebagai senyawa yang dapat memberikan produksi busa yang lembut pada sediaan (Hambali dkk., 2005). Berdasarkan uraian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan sabun transparan ekstrak etanol buah belimbing wuluh dengan variasi konsentrasi gliserin.
B. Perumusan Masalah Adakah pengaruh variasi konsentrasi gliserin terhadap karakteristik fisik sabun transparan ekstrak etanol buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
3
C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi konsentrasi gliserin terhadap karakteristik fisik dalam sabun transparan ekstrak buah belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.)
D. Manfaat Penelitian Untuk memudahkan penggunaan ekstrak etanol buah belimbing wuluh sebagai antibakteri, maka ekstrak diformulasikan dalam bentuk sediaan sabun transparan, selain itu memberikan informasi mengenai formulasi sediaan sabun transparan ekstrak etanol buah belimbing wuluh sehingga didapatkan formulasi yang baik dengan menggunakan gliserin.
E. Tinjauan Pustaka 1.
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.) Belimbing wuluh merupakan buah yang mempunyai rasa masam sehingga
sering dimanfaatkan sebagai salah satu bahan untuk membuat masakan, selain itu dapat digunakan untuk bisul, jerawat, darah tinggi, antibakteri. Sistematika tanaman belimbing wuluh adalah sebagai berikut: Divisi
: Spermatophyta
Sub divisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Bangsa
: Geraniales
Suku
: Oxalidaceae
4
Marga
: Averrhoa
Jenis
: Averrhoa bilimbi Linn. (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2006). Pohon tanaman belimbing wuluh mempunyai tinggi sekitar 5 sampai
dengan 10 meter. Bunga-bunga belimbing wuluh merupakan bunga yang majemuk, berbentuk malai. Bunga belimbing wuluh tumbuh pada tonjolan batang dan cabang, menggantung, panjangya 5-20 cm. Kelopak bunga belimbing wuluh berwarna merah, kelopaknya memiliki panjang ±6 mm, daun mahkota bunga belimbing wuluh bergandengan berbentuk lanset dan berwarna ungu. Deskripsi tanaman belimbing wuluh dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Tanaman belimbing wuluh
Buah belimbing wuluh berbentuk buni, bulat, panjang buahnya sekitar ±46 cm. Kulit buah belimbing berwarna hijau kekuningan. Biji berbentuk lanset atau segitiga, pada saat masih muda berwarna hijau dan berwarna kuning kehijauan saat berusia tua. Gambar buah belimbing wuluh dapat dilihat pada Gambar 2.
5
Gambar 2. Buah belimbing wuluh
Khasiat dari buah belimbing wuluh ini adalah sebagai obat batuk, gusi berdarah, sariawan, jerawat, panu dan bisul (Gunawan dan Mulyani, 2006). Kandungan
kimia
buah
belimbing
wuluh
mengandung
flavonoid,
steroid/triterpenoid, glikosida, protein, lemak, kalsium, fosfor, besi, vitamin A, B1, dan C (Wijayakusuma dan Dalimartha, 2006) 2.
Kulit Kulit merupakan “selimut” yang menutupi permukaan tubuh dan memiliki
fungsi utama sebagai pelindung dari berbagai macam gangguan dan rangsangan luar (Tranggono dkk., 2007). Kulit tersusun oleh banyak jaringan termasuk pembuluh darah, kelenjar lemak, kelenjar keringat, organ pembuluh perasa dan urat syaraf, jaringan pengikat, otot polos dan lemak. Diperkirakan luas permukaan kulit ± 18 kaki kuadrat. Berat kulit tanpa lemak adalah ± 8 pond. Kulit merupakan organ tubuh yang penting, serta membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar (Aulton, 2007). Fungsi kulit adalah sebagai berikut (Mutschler, 1999) :
6
a. Melindungi jaringan terhadap kerusakan kimia dan fisika, terutama kerusakan mekanik dan terhadap masuknya mikroorganisme. b. Mencegah terjadinya pengeringan berlebihan, tetapi penguapan air secukupnya tetap terjadi (perspiration insensibilis). c. Bertindak sebagai pengatur panas dengan melakukan konstriksi dan dilatasi pembuluh darah kulit serta pengeluaran keringat. d. Dengan pengeluaran keringat ikut menunjang kerja ginjal. e. Bertindak sebagai alat pengindera dengan reseptor yang dimilikinya yaitu reseptor tekan, suhu dan nyeri. Struktur kulit dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Struktur kulit (Mutschler, 1999)
Kulit terbagi atas tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis atau korium, dan jaringan subkutan atau subkutis. a. Epidermis Epidermis merupakan lapisan kulit terluar, terdiri dari lapisan sel yang telah mati disebut juga lapisan tanduk. Fungsi epidermis adalah sebagai sawar pelindung terhadap bakteri, iritasi dan alergi. Ketebalan 0,006-0,8 mm, pH 4,0-6,8, kadar air 10-20 % (Aulton, 2007).
7
b. Dermis Dermis atau korium merupakan lapisan di bawah epidermis dan di atas jaringan sub kutan. Dermis terdiri dari jaringan ikat yang di lapisan atas terjalin rapat, sedang di bagian bawah terjalin lebih longgar. Lapisan pars reticularis mengandung pembuluh darah, saraf, rambut, kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus (Aulton, 2007). c. Jaringan Subkutan (Subkutis atau Hipodermis) Kulit yang utuh merupakan sawar yang efektif terhadap penetrasi. Absorbsi obat tergantung pada keadaan fisiologi kulit dan sifat fisikakimia dari obat. Absorbsi melalui kulit dapat menembus daerah anatomi seperti: langsung menembus epidermis, masuk di antara stratum korneum dan menembus kelenjar keringat, kelenjar lemak serta gelembung rambut (Aulton, 2007). 3. Jerawat Jerawat merupakan penyakit kulit yang sering mendapat perhatian bagi para remaja dan dewasa muda. Acne atau jerawat adalah penyakit peradangan yang terjadi akibat penyumbatan pada pilosebasea ditandai dengan adanya komedo, papul, pastul, bopeng (scar) pada daerah wajah, leher, dada, dan punggung. Peradangan jerawat ini dipicu oleh bakteri Propionibacterium acnes, Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus (Wasitaatmadja, 1997). 4. Sabun Sabun adalah garam logam alkali (biasanya garam natrium) dari asamasam lemak. Sabun mengandung terutama garam C16 dan C18, namun dapat juga
8
mengandung beberapa karboksilat dengan bobot atom lebih rendah (Fessenden dan Joan, 1982). Sabun yang biasa digunakan dibuat melalui reaksi saponifikasi dari minyak dan lemak dengan NaOH atau KOH (Mitsui,T.1997). Reaksi kimia pada proses saponifikasi trigliserida dapat dilihat pada Gambar 4. CH2 – COOR
CH2 – OH
CH – COOR + 3NaOH
3 R - COONa + CH – OH
CH2 – COOR Trigliserida
CH2 – OH Alkali
Sabun
Gliserol
Gambar 4. Reaksi saponifikasi trigliserida
Reaksi kimia pada proses netralisasi asam lemak dapat dilihat pada Gambar 5. R – COOH
+
Asam lemak bebas
NaOH
R – COONa + H2O
Alkali
Sabun
Air
Gambar 5. Reaksi netralisasi sam lemak
Sabun transparan seringkali disebut juga sebagai sabun gliserin, karena pada proses pembuatan sabun transparan ditambahkan sekitar 10-15% gliserin. Jenis sabun ini berbentuk batangan dengan tampilan yang transparan, menghasilkan busa yang lebih lembut di kulit dan penampakannya lebih berkilau dibandingkan jenis sabun yang lainnya (Hambali dkk., 2005).
9
5. Ekstraksi Ekstraksi merupakan proses pemisahan bahan dari campurannya dengan menggunakan pelarut (Agoes, 2009). Ekstrak merupakan sediaan pekat yang diperoleh dari mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau simpliasia hewani dengan menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes RI, 2000). Metode ekstraksi dengan pelarut antara lain menggunakan cara dingin yaitu: maserasi dan perkolasi. a. Maserasi Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama beberapa hari pada temperatur kamar dan terlindung dari cahaya (Depkes RI, 1986). Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak mengandung benzoin, stirak, dan bahan sejenis yang mudah mengembang (Depkes RI, 2000b). Pelarut yang digunakan dalam metode maserasi dapat berupa air, etanol, air-etanol, atau pelarut lain. Keuntungan cara penyarian dengan maserasi adalah cara pengerjaan
sederhana
dan
mudah
diusahakan.
Kerugiannya
adalah
pengerjaannya lama dan penyariannya kurang sempurna (Depkes RI, 1986). b. Perkolasi Perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi. Alat
10
yang digunakan untuk perkolasi disebut perkolator, cairan yang digunakan untuk menyari disebut cairan penyari atau menstrum, larutan zat aktif yang keluar dari perkolator disebut sari atau perkolat, sedangkan sisa penyarian disebut ampas (Depkes RI, 1986). Pemilihan cairan penyari harus mempertimbangkan faktor-faktor antara lain: selektifitas, ekonomis, aman, dan ramah lingkungan (Depkes RI, 2000b). Cairan penyari yang digunakan untuk ekstraksi dipilih berdasarkan kemampuannya dalam melarutkan zat aktif yang diinginkan dalam jumlah yang optimum (Ansel dkk., 1999). Alkohol dipertimbangkan sebagai cairan penyari karena kapang dan kuman sulit tumbuh dalam alkohol 20% keatas, tidak beracun, dan etanol dapat bercampur dengan air pada segala perbandingan (Depkes RI, 1986).
6.
Monografi Bahan a. Minyak Kelapa
Minyak kelapa merupakan minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan bagian padat endosperm Cocos nucifera L ( palmae) yang dikeringkan. Berupa cairan jernih, tidak berwarna atau kunig pucat, bau khas tidak tengik. Sangat mudah larut dalam eter P dan kloroform P. Pada suhu 60ºC, mudah larut dalam etanol (95 %) P, kurang larut pada suhu yang lebih rendah. Memiliki bilangan iodium 7,0 – 11,0 dan bilangan penyabunan 251-263. Digunakan untuk perawatan kulit, rambut dan juga sebagai pelarut (Hambali dkk., 2005).
11
b. Asam Stearat Asam stearat merupakan campuran asam organik padat yang diperoleh dari lemak dan minyak yang sebagian besar terdiri atas asam oktadekonat dan asam heksadekonat, berupa zat padat keras mengkilat menunjukkan susunan hablur putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin, praktis tidak larut dalam air, larut dalam bagian etanol (95%) P, dalam 2 bagian klorofrm P dan dalam 3 bagian eter P, suhu lebur tidak kurang dari 54oC, bilangan iodium tidak lebih dari 4. Digunakan sebagai pengemulsi, dengan konsentrasi 1-20%, surfaktan, mengeraskan sabun dan menstabilkan busa (Hambali dkk., 2005). c. Natrium Hidroksida (NaOH)
Natrium Hidroksida (NaOH) sering kali disebut dengan kaustik soda atau soda api yang merupakan senyawa alkali yang mampu menetralisir asam. Natrium hidroksida berupa kristal putih, dengan sifat cepat menyerap kelembaban, bentuk batang, butiran, masa hablur kering, keras, rapuh dan menujukkan susunan hablur putih, mudah meleleh basah, cepat menyerap kelembaban, sangat alkalis dan korosif, segera menyerap karbondioksida, sangat mudah larut dalam air dan dalam etanol (95%) P (Hambali dkk., 2005). d. Gliserin
Gliserin berbentuk cairan seperti sirup, jernih tidak berwarna tidak berbau, manis diikuti rasa hangat higroskopik. Gliserin dapat bercampur dengan air dan dengan etanol, tidak larut dalam kloroform, eter, minyak
12
lemak dan minyak menguap. Jika disimpan beberapa lama pada suhu rendah dapat memadat membentuk massa hablur tidak berwarna yang tidak melebur hingga suhu mencapai lebih kurang 20˚C (Depkes RI, 1995). Khasiat sebagai zat tambahan (pelembab). Struktur molekul dari gliserin dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Struktur molekul gliserin (Rowe dkk., 2009)
Dalam formulasi sediaan topikal dan kosmetik, gliserin digunakan terutama untuk sifat humektan dan emoliennya. e. Sukrosa
Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari Saccharum Officinalum L. (graminae), Beta vulgaris L. (Chenopodiaceae) dan sumber lain. Berupa hablur, massa atau gumpalan hablur bewarna putih, tidak berbau, rasa manis, stabil diudara. Sukrosa sangat mudah larut dalam air, terlebih lagi air mendidih, sukar larut dalam etanol (95%), praktis tidak larut dalam kloroform P, eter P. digunakan sebagai humektan, perawatan kulit dan membantu terbentuknya transparansi sabun (Hambali dkk., 2005). f. Etanol
Etanol (etil alkohol) berbentuk cair, jernih, dan tidak berwarna. Senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Etanol digunakan sebagai pelarut pada proses pembuatan sabun transparan karena sifatnya yang mudah larut dalam air dan lemak (Hambali dkk.,2005).
13
g. Coco dietanolamida (Coco-DEA) Coco-DEA merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. DEA dalam formula sediaan kosmetika berfungsi sebagai surfaktan dan penstabil busa. Surfaktan adalah senyawa aktif penurun tegangan permukaan yang bermanfaat untuk menyatukan fase minyak dengan fase air. h. Asam Sitrat
Asam sitrat memiliki bentuk berupa kristal putih. Asam sitart diperoleh melalui proses hidrolisis pati yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Asam sitrat berfungsi sebagai agen pengelat (chelating agent) yaitu pengikat ion-ion logam pemicu oksidasi, sehingga mampu mencegah terjadinya oksidasi pada minyak akibat pemanasan. Asam sitrat juga dapat dimanfaatkan sebagai pengawet dan pengatur pH. i. Natrium Chlorida (NaCl)
Natrium klorida (NaCl) merupakan bahan pembentuk kristal putih, tidak berwarna, dan bersifat higroskopik rendah digunakan untuk meningkatkan konsentrasi elektrolit agar sesuai dengan penurunan jumlah alkali pada akhir reaksi. F. Landasan Teori Buah belimbing wuluh memiliki berbagai macam fungsi bagi kesehatan, salah satunya yaitu sebagai obat anti jerawat. Zat berkhasiat yang berperan dalam mengobati jerawat adalah flavonoid, merupakan senyawa yang dapat menghambat
14
tumbuhnya bakteri Propionibacterium acne dan bakteri Staphylococcus epidermidis bersifat semi polar ( Fitri, 2008). Sabun transparan memiliki fungsi yang lebih baik dibandingkan dengan sabun padat pada umumnya karena membersihkan kotoran minyak, sel-sel kulit mati keringat, dan zat kimia yang menempel pada kulit serta penampakan sabun transparan yang berkilau dan menghasilkan busa yang lebih lembut di kulit serta melembabkan kulit (Hambali dkk., 2005). Gliserin merupakan salah satu dari transparent agent yang mudah didapatkan, harganya relatif murah, mudah, dan sebagai senyawa yang dapat memberikan produksi busa yang lembut pada sediaan (Hambali dkk., 2005). G. Hipotesis Ada pengaruh variasi konsentrasi gliserin terhadap karakteristik fisik sediaan sabun transparan ekstrak belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi Linn.)