BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Masa remaja adalah masa yang paling indah dalam kisah hidup seseorang. Semua orang dewasa pernah melewati masa remaja. Banyak hal yang terjadi selama seorang individu melewati masa remaja, mulai dari bertemu dengan teman-teman baru yang belum pernah ditemui sebelumnya, merasakan lingkungan yang lebih luas yang penuh dengan beragam hal di dalamnya, memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi, menemukan pelajaran-pelajaran baru, bertemu dengan lawan jenis kelamin yang menarik perhatian, dan lain sebagainya. Saat individu bertemu dengan berbagai hal baru, maka ia akan mengembangkan rasa ingin tahu, berbaur dengan lingkungan yang berbeda, menjalin hubungan dengan orang yang lebih banyak, serta membentuk kelompok dengan teman-teman sebaya yang akan menjalin hubungan dekat dengan dirinya. Si remaja tersebut, ketika ia bertemu dengan beragam orang yang berbeda-beda di lingkungan sekitarnya, ia akan mulai mengenali semuanya satu persatu, serta membentuk tingkah laku yang bisa jadi ia meniru atau membentuk diri yang sesuai dengan keinginannya agar bisa bergabung dengan kelompok baru. Masa remaja pula merupakan masa seseorang individu mulai mencari dan membentuk jati dirinya. Ia akan menilai dan membanding-bandingkan dirinya dengan orang lainnya serta mencari bentuk pribadi yang cocok dengan dirinya sendiri. Salah satu proses penilaian diri ini dikenal sebagai self-esteem (harga diri). Penilaian diri ini tidak hanya mengenai seperti apa diri individu di pandangan orang lain, tapi juga meliputi bagaimana individu mengenali berbagai kualitas yang ada pada diri masing-masing (Taylor, Peplau & Sears, 1994). Apabila individu menilai kualitas diri dengan baik sesuai dengan kelompok atau orang di lingkungannya,
maka ia tidak akan mengalami kesulitan dalam pergaulannya, demikian sebaliknya. Penilaian kualitas diri akan berdampak pada bagaimana individu menempatkan diri di lingkungan yang diinginkannya. Hasil dari penilaian kualitas pribadi individu dibagi dalam tiga tingkatan self-esteem, yaitu self-esteem tinggi, sedang dan rendah. Self-esteem yang tinggi ditandai oleh keaktivan diri individu dalam berbagai aktivitas kelompok serta dalam diskusi dengan anggota kelompok lainnya Individu dengan tingkat self-esteem yang tinggi menunjukkan ekspresi dengan leluasa, cenderung mengalami kesukseskan dalam berbagai bidang hidupnya, baik di bidang akademik maupun sosialnya, mau menerima kritik dan saran dari anggota kelompok lainnya, mempunyai perhatian yang cukup terhadap lingkungan sekitarnya, percaya diri, memiliki berbagai pandangan yang bersifat optimis serta memiliki tingkat kecemasan diri yang rendah. Berbeda dengan individu yang memiliki tingkat self-esteem yang tinggi, individu dengan self-esteem yang rendah ditandai dengan menunjukkan rasa takut ketika berhadapan dengan pandangan atau pendapat yang berbeda, kurang aktif dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan oleh anggota kelompok lainnya, cenderung menjaga jarak dengan anggota kelompok lainnya, lebih banyak menjadi pendengar dalam kegiatan diskusi kelompok, terlihat lebih banyak melamun dan mudah tersinggung. Individu dengan tingkat self-esteem yang sedang menunjukkan perilaku yang hampir sama dengan individu yang memiliki tingkat self-esteem tinggi namun menunjukkan tanda-tanda bimbang dalam menilai dirinya sendiri sehingga memerlukan dukungan sosial dari lingkungan sekitar dan anggota kelompok lainnya. Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi perkembangan Self-Esteem serta kualitasnya adalah melalui pandangan dari pihak yang dianggap memiliki posisi yang signifikan. Dalam hal ini, bagi kehidupan remaja adalah hadirnya kekasih hati yang dapat menjadi pihak yang memberikan segenap dorongan serta penilaian yang membuatnya menjadi pihak yang memiliki
posisi yang signifikan. Selain itu, kelompok teman sebaya dapat pula memberikan berbagai titik patokan dalam membentuk perilaku dan mengambil keputusa. Demikian pula jika dikaitkan dengan adanya hubungan romantis, bila dalam kelompok teman sebayanya sudah ada atau banyak yang telah menjalin hubungan dengan lawan jenis, individu yang sudah pacaran akan merasa semakin nyaman berada dalam lingkungan pergaulan teman sebaya beserta dukungan oleh pasangan yang telah dimilikinya. Dalam kaitan dengan Self-Esteem, ada beberapa penelitian yang membuktikan kaitan antara status berpacaran dengan Self-Esteem yang dimiliki individu. Salah satu penelitian menyebutkan bahwa ada kaitan antara hubungan yang terjalin terhadap harga diri (Self-Esteem). Hubungan romantik yang terjalin memiliki korelasi yang positif dengan harga diri pada remaja putri (Impett, dkk, 2008). Sebagai tambahan, semakin lama usia hubungan yang dijalani, semakin meningkatkan rasa harga diri (Self-Esteem) pada remaja putri. Mereka yang menjalani hubungan romantik hingga lebih dari 5 tahun merasa dapat mengungkapkan hubungannya secara jujur ketimbang yang lebih pendek usia hubungannya. Pada penelitian yang lain didapatkan data yang berbeda, yakni tidak terdapat perbedaan antara harga diri (Self-Esteem) pada remaja yang melakukan hubungan pacaran dengan yang tidak melakukan pacaran (Purnaningsih, 2005). SelfEsteem dipengaruhi oleh berbagai faktor lain bukan hanya oleh hubungan yang dijalin dengan pacar. Aspek-aspek tersebut antara lain seperti penampilan fisik, perbedaan jenis kelamin, prestasi yang dicapai, nilai, norma, dsb. Terdapat pula beberapa penelitian lain yang menunjukkan adanya korelasi positif antara remaja berpacaran dengan self-esteem. Quiem (2015) melakukan penelitian di Sumatera Selatan dan menemukan korelasi yang sangat signifikan antara harga diri dengan berpacaran pada remaja di Sumatera Selatan. Di penelitian lain, Hidayat (2013) melakukan
penelitian di salah satu SMK di Samarinda dan menemukan bahwa terdapat korelasi positif antara remaja pria yang berpacaran dengan self-esteemnya. Peneliti sendiri telah melakukan pengamatan kepada sejumlah teman yang dekat dan menemukan data bahwa ada individu yang berada di hubungan pacaran akan menunjukkan kepercayaan diri yang lebih tinggi saat mengambil suatu keputusan dan lebih tenang ketika menghadapi masalah. Peneliti juga menemukan data dari teman yang tidak berpacaran hingga menjelang masa sarjana dimana dia menunjukkan kurang kepercayaan diri dalam mengemukakan pendapat dan cenderung tertutup dari teman-teman sekelasnya. Hal-hal tersebut mendorong peneliti untuk menjawab rasa keingintahuan peneliti apakah benar terdapat perbedaan self-esteem antara remaja yang menjalani hubungan pacaran dengan remaja yang tidak berada di hubungan pacaran.
B. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan untuk membuktikan perbedaan tingkat Self-Esteem antara remaja berpacaran dengan yang tidak berpacaran.
C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis: hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam ilmu psikologi sosial mengenai efek terjalinnya hubungan berpacaran
kepada Self-Esteem seseorang dan psikologi perkembangan mengenai kontribusi pacaran kepada perkembangan Self-Esteem remaja. 2.
Manfaat Praktis: penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar pengambilan pola pendampingan bagi remaja untul mengoptimalkan perkembangan dirinya.