1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan utama residen pendidikan dokter spesialis radiologi adalah akuisisi terus menerus secara berkelanjutan dua domain kompetensi inti, kemampuan persepsi, interpretasi citra radiologi
dan ketrampilan tindakan
radiologis, dimulai dari fase proficient sampai tingkat master. Keduanya terasah dengan makin melebarnya alternatif pilihan keputusan pada tataran metacognitive seiring makin meningkatnya kompleksitas kesulitan paparan tugas sehari hari. Elaborasi antara kemampuan menentukan pilihan yang dianggap tepat dan paparan tantangan tugas rutin menghasilkan suatu script atau catatan yang bisa dipakai sebagai model cerita untuk penyelesaian suatu kasus di kemudian hari. Script suatu kasus yang dimiliki seseorang akan tetap mempunyai keunikan walaupun secara garis besarnya ada persamaannya dengan script kasus yang sama milik orang lain.(Charlin et al. 2009; Ramaekers et al. 2010)
Walaupun seorang residen telah mempunyai script sebagai pegangan awal untuk menyelesaikan masalah radiologis masih ada suatu hambatan lain di dunia medis, ketidakpastian. Ada tiga jenis ketidakpastian yang bersumber dari : Pertama ketidakpastian tehnik, hal ini terjadi bila ada kurangnya data ilmiah, kedua ketidakpastian personal, terjadi bila kurangnya pemahaman apa yang dibutuhkan pasien dan ketiga ketidakpastian konseptual bila ada ketidakmampuan menjadikan kriteria abstraksi keadaan pasien menjadi situasi nyata. Ketiganya menjadikan suatu kasus beratribut ill define problem. Dan itulah kenyataan yang
2
dihadapi sehari hari oleh professional dibidang kedokteran(Charlin & van der Vleuten 2004). Dalam tahapan pembelajaran radiologi terjadi peningkatan dua domain kompetensi inti dalam penugasan rotasi klinik pelayanan radiologi di rumah sakit, akuisisi dan penganekaragaman script, yang akan bervariasi dan semakin tajam seiring dengan peningkatan level semester seorang residen. Well define problems dan ill define problems adalah suatu keniscayaan yang harus dihadapi saat pelayanan radiologi(Brazeau-Lamontagne et al. 2004a). Kondisi ketidakpastian, ill define problems dan beragamnya persepsi, interpretasi dari pembacaan suatu citra radiologi oleh para residen maupun diantara staff pendidik merupakan hal yang tak terhindarkan. Radiology clinical reasoning, alur logika yang paling masuk akal berdasarkan data yang tersedia didiskusikan untuk mengambil kesimpulan pembacaan citra radiologi. Sepakat untuk tidak sepakat bisa terjadi bila masing masih pihak mempunyai dasar yang kuat dan merujuk hasil penanganan klinis atau pemeriksaan patologi anatomi klinis di kemudian merupakan salah satu baku emas kesimpulan pembacaan suatu citra radiologi. Dalam forum Clinico Patology Conference, suatu kesempatan dimana klinisi, ahli radiologi dan ahli patologi klinis anatomi duduk bersama untuk membicarakan beberapa kasus
masalah kesimpulan pembacaan citra
radiologi tidak terselesaikan dari hasil penanganan klinis maupun patologi anatomi klinis karena adanya keraguan dari penanganan klinis maupun pemeriksaan patologi anatomi itu sendiri(Edel 2011; Chege et al. 2013; B Charlin et al. 1998; van der Gijp et al. 2014; West et al. 2002).
3
Perbedaan kesimpulan pembacaan citra radiologi oleh para residen dan diantara staff akan menimbulkan persoalan dalam kegiatan asesmen, untuk itu intrumen tes yang harus mempunyai atribut valid, reliable dan defensible dalam keputusan kesimpulan hasil asesmen. Instrumen tes untuk menilai kemampuan persepsi, interpretasi dan ketrampilan tidakan radiologis harus akomodatif terhadap keragaman radiology illness script pathways, oleh karena dari data yang sama dengan dengan radiology illness script pathways yang berbeda bisa menghasilkan kesimpulan yang hampir sama atau berbeda namum dengan data yang sama radiology illness script pathways yang berbeda bisa juga menghasilkan kesimpulan yang hampir sama atau berbeda oleh karena banyaknya alternatif pilihan dan tindakan yang benar saat merespon suatu kasus. Pendekatan Script Concordance Test (SCT) dipahami sebagai suatu instrumen tes yang memungkinkan standartisasi asesmen dalam ketidakpastian di suasana autentik yang cukup tinggi. Format SCT dirancang untuk mengembangan pilihan intrumen tes alternative untuk menilai kompetensi pemecahan masalah yang sesuai dengan gagasan saat ini tentang radiological problem-solving and interpretation making. SCT diharapkan dapat mengukur kemampuan persepsi dan interpretasi yang benar berdasarkan data yang tersedia, keragaman dan kemutakhiran script residen, uji hipoteis dan kemampuan pengambilan keputusan dalam situasi ketidakpastian. Masalah yang dihadapkan pada peserta assesmen dipilih yang sesuai dengan persoalan kondisi dan menantang penyelesaian seperti kejadian nyata. Konsekwensinya peracangan SCT
4
ditujukan untuk asesmen yang menekankan pentingnya autentitas level tinggi untuk menjaga validitas asesmen. Untuk menggabungkan masalah data yang ada dengan persoalan yang nyata, tidak seperti pertanyaan dengan satu jawaban yang benar, kesesuaian jawaban pada sebuah SCT di dasarkan pada padanan professional judgements dari sebuah panel ahli. Pilihan jawaban peserta asesmen akan dipadankan dengan referensi jawaban panel ahli, tingkat kemufakatan jawaban antara peserta dengan jumlah ahli dalam panel menentukan bagaimana jawaban akan diberi score dan sebagai indikator tingkat kompetensi(ACGME Outcomes Project & American Board of Medical Specialties 2000; BrazeauLamontagne et al. 2004b; Cawley & Natarajan 1989). Pemilihan instrumen asesmen memerlukan pertimbangan dari aspek validitas, reliabilitas, mempunyai nilai pembelajaran, kepraktisan dan backwash. . SCT di rancang sebagai instrumen asesmen dengan tingkat autentisitas yang cukup tinggi dengan tujuan untuk bisa menilai kemampuan persepsi, interpretasi dan penalaran kesimpulan dari sebuah citra radiografi. Standartisasi pada pelaksanaan SCT meliputi keseragaman administrasi, perintah di setiap item test, waktu dan cara penilaian. Beberapa macam jenis validitas dan reliabiltas yang melekat pada SCT di analisa setelah penerapan SCT pada kegiatan pilot project pengembangan. SCT akan semakin praktis pelaksanaannya apabila digunakan secara berkelanjutan oleh karena mudah di replikasi dan dimodifikasi untuk kesempatan asesmen selanjutnya. Suasana autentik yang tinggi dapat menjadi tantangan bagi pengembang soal dan peserta didik dan diharapkan membuat backwash yang positif.
5
B. Rumusan Masalah
Ketrampilan persepsi dan interpretasi dalam membaca citra radiologi merupakan domain pengetahuan dengan komponen proses psikokoqnitif dan penalaran klinis yang kurang valid bila di asses dengan instrument tes factual knowledge seperti multiple choice question (MCQ), tes lisan, bahaviour dengan Direct Observational Procedur Radiology ( DOPRad ) maupun Mini-CEX. Saat ini untuk menilai ketrampilan persepsi dan interpretasi peserta PPDS dalam membaca citra radiografi di PPDS Radiologi FK UGM dengan mengunakan tes lisan yang masih dipertanyakan reliabilitasnya, memakan waktu lama bila peserta tes dalam jumlah besar. Dengan diperkenalkannya Script Concordance Test diharapkan dapat menilai ketrampilan persepsi dan interpretasi citra radiologi peserta PPDS dengan lebih valid dan reliable dan menambah pilihan instrumen tes, maka perlu diketahui bagaimana validitas konstruk, reliabilitas konsistensi internal dan kepraktisan instrumen tes tersebut pada
penerapan di Program Studi Dokter Spesialis
Radiologi FK UGM. Berdasar uraian latar belakang tersebut diatas dapat dirumuskan kompetensi inti PPDS Radiologi FK UGM merupakan kemampuan abstraksi high order thinking yang valid di ases dengan menggunakan instrumen tes yang mempunyai atribut psikometrik, autentisitas yang cukup tinggi dalam kontek ketidakpastian dan ill define problems. Script Corcondance Test mengakomodasi keanekaragaman script residen dalam merespon suatu kasus dalam kontek
6
ketidakpastian dengan pembobotan nilai dipadankan dengan script panel ahli. Reliabilitas SCT akan mempunyai nilai koefisien tinggi bila pada perancangannya dapat secara konsisten menilai domain tujuan assesmen dan sifat akomodatif terhadap pilihan jawaban peserta didik dan autentifitas yang cukup tinggi SCT dapat meningkatkan antusiasme peserta didik maupun staff pengajar
C. Pertanyaan Penelitian
Dari uraian latar belakang diatas penulis merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut: Bagaimana derajat validitas konstruk dan reliabilitas konsistensi internal SCT untuk menilai kemampuan interpretasi citra radiologi dan bagaimana tingkat kepraktisan pelaksanaan SCT pada kegiatan asesemen di Program Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi FK UGM?.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui derajat validitas konstruk dan reliabilitas konsistensi internal SCT 2. Untuk mengetahui kepraktisan pelaksanaan kegiatan asesmen dengan menggunakan intrumen SCT
7
3. Untuk mengukur kemampuan interpretasi pembacaan citra radiologi residen PPDS Radiologi FK UGM
E. Manfaat Penelitian
1. Untuk
mendapatkan
fakta
atribut
instrumen
tes
SCT
dan
mempertimbangkan penerapannya sebagai salah satu instrumen tes psikometrik alternatif
untuk menilai kemampuan
interpretasi citra
radiologi peserta PPDS Radiologi FK UGM 2. Untuk meningkatkan proses belajar mengajar di PPDS Radiologi FK UGM dengan menciptakan positif backwash by design pada kegiatan asesmen. 3. F. Keaslian Penelitian
Dari penelusuran keputakaan yang peneliti lakukan terdapat sejumlah penelitian yang berkaitan dengan SCT dan satu yang dikaitan dengan kemampuan persepsi dan interpretasi kesan citra radiologi.
Peneliti, Tahun
Charlin B., 2000
Subyek
Pemaparan
Topik
latar
Untuk
Hasil
mendapatkan
SCT
praktis
dan
belakang teori SCT,
gambaran kepentingan
secara langsung dapat
termasuk
pendidik
dipakai
sebagai
pendekatan
menilai
pembuatan
kasus, format item,
bagaimana
validasi
menyiapkan
system
tentang
untuk
kemampuan
8
penilaian
membuat
dan
menggunakan SCT
mengorganisasi
dan
menggunakan knowledge.
Vleuten et al., 2004
Pada 20 dokter muda,
Menilai validitas dan
SCT
20 residen yunior dan
derajat reliabiltas SCT
dengan
20 residen senior.
untuk
baik
menilai
kemampuan dan
interpertasi Melibatkan
2009
mahasiswa residen
S1,
valid
reliabilitas (0,79)
menilai
perseptual
Lambert, Carole et al.,
cukup
untuk
kemampuan
perseptual
dan
interpretasi
70
Rata
38
mahasiswa S1 51, 6,
membedakan
residen
dan
partisipan bedasarkan
radiasi
oncologist
level pengalaman di
76,7,
perbedaan
radiasi oncologi.
radiasi
oncologi
dan
47
radiasi
oncologist
rata
nila
71,2
dengan 90 item test
tersebut
secara
SCT
statistic
significan
ketika
SCT reliable
untuk
dibandingkan
dengan
Kruskall-
Wallis test Humbert J. Aloysius
Dilakukan pada 411
Konsistensi
et al., 2011
mahasiswa kedokteran
item
S1 tahun kedua dan
Cronbach’s alpha)
70
tes
internal (0,73
SCT
berhasil
membedakan preklinik
dengan
mahasiswa
mahasiswa tahun ke
kedokteran tahun ke
IV. SCT menunjukan
empat, 75 item test
mudah
untuk
SCT
dilaksanakan
untuk
assesmen
perfoman
kemampuan memecakan masalah. Tam, Michael., 2012
Pada peserta Clinical
Untuk
Konsistensi
Trantitional
mengembangankan
reliabilitas
SCT real time dengan
rendah
UNSW
Course
KeePad respon Tabel 1: Penelusuran kepustakaan
internal