BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Batik di Indonesia bukan merupakan sesuatu yang baru. Secara historis, batik sudah dikenal sekitar abad ke-13, yang pada saat itu masih ditulis dan dilukis pada daun lontar. Perkembangan batik selanjutnya tidak terlepas dari sejarah perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di Tanah Jawa. Adapun mulai meluasnya kesenian batik menjadi kesenian rakyat Indonesia, khususnya suku Jawa, terjadi pada akhir abad ke-18 atau pada awal abad ke-19. Dalam perkembangannya, batik mengalami perkembangan corak, teknik, proses dan fungsi akibat perjalanan masa dan sentuhan berbagai budaya lain (Hempri, dkk, 2010: 1). Pada abad ke-18 batik Lasem baru dikembangkan sejak kedatangan seorang pedagang dari etnis Cina. Batik produksi Lasem bercorak khas dengan warna merah darah ayam yang katanya tidak dapat ditiru oleh pembatik dari daerah lain. Kekhasan lain batik Lasem ini terletak pada coraknya yang merupakan gabungan pengaruh budaya Tionghoa dan budaya lokal masyarakat pesisir utara Jawa Tengah. Batik Lasem soganya kelengan lalu dicelupkan pada warna-warna lain yang muda, sehingga warna birunya bercampur warna lain dan gambarnya mendapat warna yang muda tersebut. Konon para pedagang Tionghoa perantauan yang datang ke Lasem memberi pengaruh terhadap corak batik di daerah ini.
1
Bahkan banyak pedagang ini yang kemudian beralih menjadi pengusaha batik di kota Lasem. Ada beberapa jenis batik, yakni batik tulis, batik cap, batik lukis, dan batik encim. Batik lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung melukis pada kain putih. Batik Lasem merupakan seni batik tulis gaya pesisiran yang kaya warna dan memiliki ciri multikultural, sebagai akibat akulturasi banyak budaya, khususnya budaya Cina dan budaya Jawa. Awalnya batik Lasem ini menjadi batik Encim, batik yang dipakai oleh wanita keturunan Tionghoa yang berusia lanjut. Pengaruh keraton juga ikut mewarnai corak,motif dan ragam batik tulis Lasem ini. Terbukti dengan adanya motif/ornamen kawung dan parang (Hempri, dkk, 2010: 16 - 17). Batik merupakan salah satu pusaka budaya tak benda peninggalan nenek moyang bangsa Indonesia berkembang sejak Kerajaan Majapahit. Sejak batik diakui oleh UNESCO tanggal 2 Oktober 2009 sebagai salah satu warisan budaya tak benda, pada beberapa daerah banyak tergali potensi batik yang menunjukkan ciri khas masing-masing daerah, membuka peluang usaha baru bagi daerah yang bersangkutan. Proses pengukuhan batik Indonesia sendiri cukup panjang. Berawal pada 3 September 2008 yang kemudian diterima secara resmi oleh UNESCO pada tanggal 9 Januari 2009. Tahap selanjutnya adalah pengujian tertutup oleh UNESCO di Paris pada tanggal 11 hingga 14 Mei 2009. Delegasi Malaysia sendiri menjadi saksi di antara 114 negara itu. Dalam prosesnya, batik Indonesia bersaing dengan kain yang bermotif dari malasyia, Jepang, Tiongkok, India,
2
Afrika, Jerman dan Belanda. Setelah melalui beberapa persyaratan dan pengamatan dari badan PBB UNESCO, akhirnya UNESCO dengan kewenangan yang dimilikinya menetapkan batik sebagai salah satu warisan umat manusia yang dihasilkan oleh bangsa Indonesia. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun temurun, sehingga kadangkala suatu motif pun dapat dikenali berasal dari batik keluarga tertentu. Pengakuan batik sebagai warisan budaya asli bangsa Indonesia ini kemudian membawa gairah baru bagi kondisi dunia perbatikan di Indonesia. Pengakuan batik sebagai warisan budaya tersebut mendorong permintaan kain batik pasar lokal maupun luar daerah atau negeri yang terus mengalir. Pemerintah berusaha memajukan kembali batik dan menghidupkan industri-industri batik terutama batik tulis yang sempat lesu. Langkah ini diikuti oleh pemerintah-pemerintah daerah, baik tingkat Propinsi maupun Kabupaten, dengan menetapkan peraturan penggunaan batik sebagai salah satu seragam kerja. Beberapa pemerintah daerah yang memiliki sentra kerajinan batik bahkan berupaya merevitalisasi sentra-sentra kerajinan batik yang ada agar mampu meningkatkan produksinya kembali. Harapannya, pengakuan batik oleh dunia ini dapat menghidupkan kembali industri batik dalam negeri serta mampu mendongkrak produksi dan penjualan batik. Negara sendiri memiliki kewajiban untuk melindungi serta melestarikan batik di dalam negeri. Pada akhirnya semua pihak berharap agar berbagai upaya yang dilakukan dapat berjalan dengan baik dan pengakuan dunia terhadap batik Indonesia dapat dipertanggung jawabkan.
3
Daerah yang terkenal dengan batiknya antara lain daerah Cirebon, Indramayu, Garut, Tasikmalaya, Banyumas, Pekalongan, Tegal, Semarang, Porworejo, Yogyakarta, Solo, Sragen, Madiun, Tulungagung, Ponorogo, Madura, Lasem, Padang, Ujung Pandang, Kalimantan, Jambi, dan Salatiga. Lasem sendiri merupakan sebuah daerah di Kabupaten Rembang, Propinsi Jawa Tengah, yang terkenal dengan kesenian batiknya, bahkan sejak ratusan tahun yang lalu. Batik Lasem terkenal akan corak dan motifnya yang khas, karena kental dengan pengaruh budaya asing, khususnya Cina. Pada abad ke 17 merupakan awal era kolonialisme Belanda di kepulauan Nusantara. Abad ke 17 ini juga ditandai oleh datangnya gelombang besar pendatang baru dari Cina dan Arab di pulau Jawa (Hempri, dkk, 2010: 21 - 23). Batik Lasem pernah mengalami kemerosotan karena banyak saingan dan semenjak pengakuan UNESCO batik Indonesia mengalami berkembangan terutama batik Lasem. Sehingga batik Lasem sekarang kondisinya sangat berkembang pesat dan banyak pengusaha batik. Peran Pemerintah juga membantu dalam perkembangan batik Indonesia terutama batik Lasem (wawancara dengan Joko, 18 Juni 2012). B.
Perumusan Masalah Dalam penelitian ini permasalahan yang diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Bagaimana sejarah Batik Lasem? 2. Bagaimana pengaruh Budaya Cina terhadap motif Batik Lasem?
4
C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mendeskripsikan sejarah Batik Lasem. 2. Menjelaskan pengaruh Budaya Cina terhadap motif Batik Lasem. D. Manfaat Penelitian Berbagai masukan dalam penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai: 1. Secara teoritis atau akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan pendidikan terutama dalam mata kuliah Sejarah Sosial, Sosiologi, dan Antropologi Budaya. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran tentang pengaruh batik Lasem untuk mempromosikan Batik Lasem: a) Mengenalkan motif-motif batik Lasem b) Dokumentasi hasil kerja masyarakat Lasem melalui batik Lasem
5