BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Kesehatan masyarakat merupakan elemen inti dari upaya pemerintah untuk meningkatkan derajat kesehatan dan kesejahteraan warganya. Kesehatan masyarakat saat ini tidak hanya fokus pada higyene, sanitasi dan pengendalian penyakit menular, tetapi juga permasalahan sosial yang muncul (World Health Organization, 2003). Ada 3 hal yang dihadapi dunia terkait tenaga kesehatan masyarakat. Yang pertama adalah krisis tenaga kesehatan masyarakat dimana terjadi kesenjangan antara tenaga yang tersedia dengan kebutuhan yang meliputi jumlah, keterampilan dan kompetensi (Sadana et al., 2007). Yang kedua adalah meningkatnya kebutuhan akan tenaga kesehatan masyarakat yang memiliki keterampilan yang baik yang dapat menjawab tantangan perubahan dalam konteks kesehatan global termasuk masalah kesehatan yang rumit, determinan sosial kesehatan, dan masalah keadilan bidang kesehatan (Sines et al., 2006). Yang ketiga adalah kerjasama antara institusi pendidikan, penentu kebijakan, peserta didik, asosiasi peserta didik dan asosiasi tenaga kesehatan profesional, Kementerian Kesehatan untuk melakukan inovasi dalam pendidikan dan pelatihan kesehatan masyarakat (World Health Organization, 2003). Bidang kesehatan masyarakat sedang menghadapi tantangan yang besar sehubungan dengan tujuannya untuk mengurangi kesenjangan kesehatan melalui pendekatan partisipatif. Instutusi pendidikan kesehatan masyarakat dan para praktisi kesehatan masyarakat mencari sinergi antara ilmu pengetahuan dan praktik (Bjegovic-Mikanovic et al., 2012). Harmonisasi dan integrasi sistem kesehatan dengan sistem pendidikan ditujukan untuk meningkatkan layanan kesehatan melalui pendidikan kesehatan masyarakat yang berkualitas (Thaha et al., 2014). Pengelolaan pelayanan kesehatan masyarakat yang efektif dan efisien menuntut lulusan pendidikan kesehatan masyarakat memiliki kompetensi yang memadai (Thaha et al., 2014). Pendidikan profesional yang ada saat ini tidak mampu mengimbangi kecepatan tantangan global, terutama karena terfragmentasi, 1
2
kurikulum yang statis dan tidak mengikuti perkembangan yang menghasilan lulusan yang tidak memiliki kemampuan yang memadai (Frenk et al., 2010). Jumlah, komposisi dan distribusi tenaga kesehatan masyarakat menjadi perhatian dalam pengambilan kebijakan (Gebbie & Turnock, 2006). Kompetensi yang didasarkan pada kerangka kerja pendidikan dan pelatihan bertujuan untuk meningkatkan pemahaman, pemikiran dan manfaat pengembangan kompetensi tenaga kesehatan(Competency-based Education and Competency-based Career Frameworks : Informing Australian health workforce development, n.d.). Institusi pendidikan tenaga kesehatan yang ada saat ini masih belum memenuhi standar kualitas pendidikan karena pendirian institusi yang belum terencana sesuai dengan standar mutu sehingga berdampak pada tidak terpenuhinya standar kompetensi tenaga kesehatan (Kementerian Kesehatan, 2011). Jumlah tenaga kesehatan masyarakat yang bekerja di pelayanan kesehatan pemerintah pada tahun 2015 adalah 30.244 yang terbagi menjadi 16.137 orang bekerja di Puskesmas, 3.298 di Rumah Sakit dan 10.809 di Dinas Kersehatan. Jumlah Puskesmas yang ada saat ini adalah 9.740 dimana 4.077 diantaranya belum terpenuhi tenaga kesehatan masyarakat. Dalam menjawab tantangan permasalahan kesehatan yang ada di Indonesia, salah satu isu strategis yang dihadapi adalah mutu SDM (Sumber Daya Manusia) Kesehatan belum sepenuhnya menunjang pembangunan kesehatan dimana mutu SDM kesehatan pada umumnya masih terbatas kemampuan. Institusi
pendidikan
kesehatan
masyarakat
bertanggungjawab
dalam
memberikan pengaruh dan bahkan membentuk performa mahasiswanya sehingga menjadi tenaga kesehatan masyarakat yang lebih baik (Mendis et al., 2007). Salah satu cara untuk meningkatkan kesehatan adalah dengan membangun kapasitas kesehatan masyarakat dengan memperkuat pendidikan kesehatan masyarakat yang menghasilkan tenaga kesehatan masyarakat profesional, karena berdasarkan bukti empiris sebagian besar peningkatan kesehatan masyarakat berasal dari pengembangan dan penerapan program pencegahan berbasis populasi (Karkee, 2014). Penggabungan praktik belajar lapangan dengan pengajaran di kelas perlu dikembangkan karena keterampilan kesehatan masyarakat paling baik dipelajari di lapangan, dimana pengalaman belajar lapangan tersebut dapat dianggap ssebagai
3
pelaksanaan program mini dan pengamatan lapangan dengan menempatkan mahasiswa pada organisasi komunitas yang sesuai, institusi kesehatan pemerintah atau lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang kesehatan (Karkee, 2014). Tenaga kesehatan masyarakat yang dipersiapkan dengan baik sangat penting untuk sistem kesehatan masyarakat yang efektif yang perhatiannya pada ketersediaan tenaga yang memadai dan kompetensi tenaga kesehatan masyarakat tersebut (Hilliard & Boulton, 2012). Pengembangan, penggabungan dan penilaian terhadap keterampilan kesehatan masyarakat harus didukung oleh program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan untuk meningkatkan derajat kesehatan. Pendidikan
berbasis
kompetensi
juga
diperkenalkan
untuk
mengurangi
kesenjangan antara apa yang diajarkan pada pendidikan kesehatan masyarakat dengan kompetensi yang dibutuhkan dalam praktiknya di masyarakat (Sumskas et al., 2013). Pembelajaran berbasis pemecahan masalah telah dilaksanakan dalam berbagai kurikulum sarjana kesehatan tetapi kurang dalam penerapan pelatihan tenaga kesehatan. Praktik kesehatan masyarakat memerlukan berbagai keterampilan yang dikembangkan dalam PBL, seperti kerjasama tim, pembelajaran mandiri, dan mengintegrasi beberapa sumber informasi dalam rangka pemecahan masalah (Trevena, 2007). Pembelajaran berbasis masalah lebih menantang, memotivasi dan cara untuk belajar yang menyenangkan dan diterima mahasiswa (Colliver, 2000).
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kegiatan Pengalaman Belajar Lapangan (PBL) dan bagaimana kompetensi kesehatan masyarakat mahasiswa di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro (FKM Undip) Semarang.
4
C. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kompetensi kesehatan masyarakat mahasiswa FKM Undip yang telah melakukan kegiatan PBL. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah : 1. Mengetahui bagaimana kegiatan PBL terkait dengan kompetensi kesehatan masyarakat yang diberikan. 2. Mengetahui sejauh mana pengetahuan kesehatan masyarakat mahasiswa yang telah menyelesaikan PBL. 3. Mengetahui keterampilan komunikasi mahasiswa melalui kegiatan PBL yang telah dilakukan. 4. Mengetahui context sensitives competencies mahasiswa yang telah menyelesaikan PBL.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini bermanfaat untuk : 1.
Bagi peneliti, untuk menambah pengetahuan mengenai kompetensi kesehatan masyarakat dan kegiatan PBL.
2.
Bagi FKM Undip Semarang, untuk mengetahui dan menjadi masukan dalam meningkatkan kompetensi kesehatan masyarakat bagi mahasiswa khususnya melalui kegiatan PBL.
3.
Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat berguna sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian selanjutnya mengenai kompetensi kesehatan masyarakat maupun kegiatan PBL.
E. Keaslian Penelitian Tabel 1. Keaslian Penelitian NO Nama
Judul Penelitian
Persamaan
Perbedaan
1.
(Bjegovic-
Education and training of
Menilai
Subyek
Mikanovic
public health professionals
kompetensi
penelitian,
5
2.
et al.,
in the European Region:
kesehatan
2012)
variation and convergence
masyarakat
metode
(Allegrante, Continuing-Education
Ruang
Subyek
et al.,
Needs of the Currently
lingkup
penelitian,
2001)
Employed
penelitian
metode
Public Health Education
tentang
Workforce
pendidikan kesehatan masyarakat