BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penyakit jantung dan pembuluh darah atau sering disebut penyakit kardiovaskuler (PKV) merupakan sekelompok penyakit yang mengganggu organ jantung, pembuluh darah di otak, dan jaringan perifer (Labarthe, 2011). Saat ini PKV merupakan isu kesehatan global yang sangat penting mengingat penyakit ini tercatat sebagai pembunuh nomer satu di dunia dengan jumlah 17, 3 juta kematian (Mendis et al., 2011). WHO juga memprediksi bahwa pada tahun 2030 jumlah kematian akibat PKV akan meningkat sebesar 33% atau menjadi 23 juta kematian di dunia. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler dan harus mendapat perhatian lebih mendalam (Hatma, 2012). PJK juga memiliki istilah lain yang disebut sebagai penyakit arteri koroner, penyakit jantung, pengerasan arteri (Sutton, 2010), dan penyakit jantung iskemik (Labarthe, 2011). Di Amerika jumlah kematian akibat penyakit jantung pada tahun 2010 juga cukup tinggi yaitu 597.689 atau 24.2% dari jumlah total kematian (Murphy et al., 2013), sedangkan di Inggris pada tahun 2013, British Heart Foundation (BHF) menyebutkan bahwa terdapat 64.000 kematian diakibatkan oleh PJK (BHF, 2014). Perlu diketahui, bahwa tingginya PJK tidak hanya berasal dari negara maju, negara berpendapatan rendah dan negara berkembang juga menjadi penyumbang terbesar termasuk Indonesia. Indonesia sebagai negara berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menghadapi masalah triple burden diseases yaitu masih adanya penyakit menular, 1
2 bertambahnya penyakit tidak menular, dan munculnya penyakit baru (Kemenkes RI, 2012). Sehingga peningkatan penyakit tidak menular menjadi salah satu beban dan tantangan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia (Julia, 2011). Padahal salah satu golongan penyakit tidak menular adalah PKV atau penyakit jantung dan pembuluh darah. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 854 Tahun 2009, penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah kesehatan masyarakat dan merupakan penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Data Riskesdas RI tahun 2007 menunjukkan bahwa penyebab kematian semua umur adalah golongan PKV yaitu PJK atau penyakit jantung iskemik mencapai 5,1% atau menempati urutan kedua setelah stroke (15,4%). Kemudian pada data Riskesdas tahun 2013, prevalensi PJK yang pernah didiagnosa dokter adalah sebesar 0,5% dan menunjukkan gejala PJK sebesar 1,5%. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia pada populasi umur 15 tahun ke atas yang ditentukan dari hasil wawancara responden adalah sebesar 9,2% (Delima et al., 2009). Salah satu provinsi di Indonesia yang mempunyai prevalensi PJK yang cukup tinggi adalah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). DIY bersama Sumatra Barat, Bangka Belitung, dan Sulawesi Selatan menduduki peringkat 3 nasional penyakit jantung koroner terdiagnosis dokter dengan prevalensi 0,6% (Riskesdas,2013). Tingginya angka kematian dan kejadian PJK diduga merupakan dampak dari globalisasi dan modernisasi di segala bidang yang menyebabkan perubahan perilaku dan gaya hidup. Perilaku seperti merokok (29,3%), kebiasaan makan: berlemak (40,7%), manis (53,1%) asin (26,2%); dan gaya hidup sedenter, kurangnya aktivitas fisik (26,1%) masih banyak terlihat baik pada masyarakat golongan atas, bawah,
3 maupun menengah (Riskesdas, 2013). Perilaku dan gaya hidup tidak sehat tersebut apabila tidak diperbaiki dapat menambah kasus PJK baru, meningkatkan kekambuhan seseorang dari serangan jantung, dan bahkan kematian. Tenaga kesehatan terutama perawat dapat memberikan informasi kesehatan atau edukasi untuk mengatasi masalah perilaku atau gaya hidup tersebut. Menurut Notoatmodjo (2010), salah satu penentu perilaku seseorang adalah ketersediaan informasi kesehatan. Selain itu perawat juga harus bekerja secara profesional dalam memberikan penanganan PJK terutama saat serangan akut. Apabila kurang cekatan dalam penanganan maka dapat berakibat fatal yaitu nyawa klien yang menjadi taruhannya. Park et al. (2011) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa perawat dengan pengetahuan nutrisi/diet (terkait DM, obesitas, dan PKV) yang kurang tepat dapat menghambat kesembuhan dari pasien/penderita, maka perlu kompetensi PJK yang komprehensif bagi perawat. Salah satu kompetensi perawat yang penting adalah pengetahuan (Nursalam & Efendi, 2008). Untuk mencapai pengetahuan yang lengkap maka pengetahuan perawat harus dikembangkan dimulai saat menjalani pendidikan keperawatan (Schroeter, 2008). Pengetahuan PJK secara komprehensif didapatkan dari bangku perkuliahan atau selama menjadi mahasiswa. Masa menjadi mahasiswa keperawatan tersebut merupakan saat yang efektif untuk mempelajari ilmu-ilmu dasar dan mengembangkan rasa keingintahuan lebih lanjut menggunakan sumber-sumber dan fasilitas yang sudah tersedia. Selain itu perilaku mahasiswa keperawatan secara tidak langsung akan diamati oleh orang orang terdekat. Sesuai studi pendahuluan yang dilakukan oleh
4 peneliti pada 10 mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan UGM, 8 mahasiswa pernah memberikan edukasi kesehatan ataupun pernah ditanyai keluarga, teman, tetangga atau lingkungan sekitarnya. Mahasiswa tersebut terkadang dijadikan sebagai sumber informasi terkait penyakit Diabetes Melitus (DM), rokok, hipertensi, nutrisi, nyeri, psikologis, dan masalah tidur karena dianggap mempunyai pengetahuan kesehatan yang lebih. Sehingga informasi yang disampaikan dan perilaku yang dilakukan oleh mahasiswa keperawatan dianggap hal yang benar bagi orang-orang di sekitarnya. Padahal 7 dari 10 mahasiswa tersebut menyatakan belum sepenuhnya percaya diri dalam menyampaikan suatu informasi karena masih takut salah. Seorang mahasiswa/calon perawat yang akan memberikan edukasi kesehatan perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup serta berusaha menjadi role model yang baik. Sebagai role model itu sendiri, seorang mahasiswa/calon perawat harus sadar dan perhatian terhadap kesehatan jantungnya sendiri yang ditunjukan dengan menghindari faktor risiko PJK yang dapat dimodifikasi. Pada penelitian yang dilakukan di Universitas Kesehatan Kasturba India, mahasiswa kesehatan menunjukkan aktivitas fisik yang kurang dan kebiasaan makan yang mengecewakan (Jain et al., 2012). Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa tersebut mempunyai perilaku berisiko terhadap PJK. Namun, penelitian lain menunjukkan hal yang berbeda yaitu mahasiswa keperawatan di Universitas Florence Nightingale Istanbul Turki mempunyai kesadaran lebih tinggi dibanding mahasiswa sastra mengenai pengetahuan faktor risiko dan perilaku berisiko penyakit kardiovaskuler (Uysal, 2013).
5 Pada penelitian yang dilakukan oleh Wu et al. (2011) menunjukkan bahwa perawat dan mahasiswa perawat di Beijing meskipun bersemangat dan percaya diri untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang penurunan risiko penyakit kardiovaskuler dan modifikasi gaya hidup, tetapi mereka belum sepenuhnya siap untuk berperan. Hal ini dipengaruhi oleh kompetensi pendidikan kesehatan dan motivasi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada (PSIK FK UGM) merupakan salah satu institusi pendidikan tinggi yang mencetak lulusan perawat yang bermoral, etis, dan bermutu tinggi (PSIK FK UGM, 2012). Sesuai amanat undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional bahwa kompetensi lulusan merupakan kualifikasi lulusan yang mencakup pengetahuan, ketrampilan, dan sikap sesuai dengan standar nasional yang disepakati. Pengetahuan yang diberikan oleh PSIK FK UGM selama tahap akademik diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan perilaku positif dalam memberikan pelayanan keperawatan pada berbagai permasalahan kesehatan salah satunya adalah PJK. Pengetahuan terkait PJK di PSIK FK UGM termasuk dalam bidang Keperawatan Medikal Bedah (KMB) yang termuat dalam blok 3.1 Cardiovascular & Respiratory System serta blok 4.2 Emergency &Critical Care Nursing. Sejauh ini belum diketahui tingkat pemahaman/pengetahuan mahasiswa PSIK FK UGM terkait penyakit jantung koroner, maka dari uraian di atas peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan mahasiswa keperawatan UGM dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Jantung Koroner pada Mahasiswa PSIK FK UGM”.
6 B. Rumusan Masalah Penelitian Bagaimanakah gambaran tingkat pengetahuan tentang penyakit jantung koroner pada mahasiswa PSIK FK UGM?
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengidentifikasi gambaran tingkat pengetahuan tentang penyakit jantung koroner pada mahasiswa PSIK FK UGM. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi pengetahuan mahasiswa PSIK UGM terkait definisi, epidemiologi, patofisiologi, tanda gejala, faktor risiko, pencegahan, pengobatan, dan asuhan keperawatan penyakit jantung koroner. b. Mengetahui perbedaan skor pengetahuan PJK pada mahasiswa PSIK FK UGM tahun ketiga dan keempat.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Ilmu Pengetahuan Penelitian ini dapat menambah wawasan dan ilmu bagi mahasiswa keperawatan terkait pengetahuan penyakit jantung koroner yang meliputi definisi. epidemiologi, patofisiologi, tanda gejala, faktor risiko, pencegahan, pengobatan, dan asuhan keperawatan.
7 2. Bagi Instansi Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penyusunan kurikulum terkait penyakit jantung koroner sehingga lulusan mahasiswa keperawatan dapat menjadi lebih berkompeten dalam memberikan pelayanan pada klien dalam rangka meningkatkan kesehatan jantung dan kesejahteraan klien. 3. Bagi Mahasiswa Keperawatan Penelitian ini dapat mengevaluasi pengetahuan, meningkatkan pengetahuan, dan kesadaran mahasiswa keperawatan terkait penyakit jantung koroner sehingga nantinya dapat menjadi role model, memberikan edukasi, dan perawatan yang tepat bagi klien.
E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai gambaran pengetahuan tentang penyakit jantung koroner pada mahasiswa keperawatan di Indonesia belum ada sebelumnya. Peneliti menemukan beberapa penelitian yang berkaitan dengan pengetahuan mahasiswa keperawatan terhadap penyakit jantung diantaranya oleh: 1. Wu et al. (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Knowledge, Attitudes, and Behaviors of Nursing Professionals and Student in Beijing Toward Cardiovascular Risk Reduction” dengan responden perawat dan mahasiswa perawat di Beijing. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun perawat dan mahasiswa perawat bersemangat dan percaya diri untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang penurunan risiko penyakit kardiovaskuler dan modifikasi gaya hidup, tetapi mereka belum sepenuhnya siap untuk berperan. Hal ini dipengaruhi
8 oleh kompetensi pendidikan kesehatan dan motivasi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini sama dengan peneliti yaitu deskriptif dengan pendekatan cross-sectional. Alat ukur yang digunakan juga sama-sama menggunakan kuesioner tetapi jenis kuesionernya berbeda. Kuesioner yang digunakan oleh penelitian Wu et al. (2011) diadaptasi dari Cardiovascular Health Education Training Program for Health Care Professionals dan kemudian dimodifikasi. Tujuan penelitian oleh Wu et al. (2011) mencakup aspek pengetahuan, sikap, dan perilaku, sedangkan tujuan penelitian peneliti hanya aspek pengetahuan saja. Selain itu, jenis penyakit kardiovaskuler yang diteliti oleh peneliti lebih spesifik yaitu PJK. 2. Park et al. (2011) dalam penelitiannya yang dimuat di Nurse Education Today dengan judul “Assessment of nurses' nutritional knowledge regarding therapeutic diet regimens” menunjukkan bahwa terdapat ketidaksiapan pada 506 perawat di Korea dalam memberikan pendidikan kesehatan terkait diet atau nutrisi pada penderita penyakit kardiovaskuler dan obesitas. Perawat dengan pengetahuan nutrisi yang kurang tepat dapat menghambat kesembuhan dari pasien/penderita. Penelitian ini menggunakan kuesioner terstruktur yang diberikan pada perawat di Asian Medical Center, Samsung Medical Center, dan Seoul National University Hospital. Kuesioner yang digunakan memuat 42 pertanyaan yang dibagi menjadi 3 sub kategori yaitu 8 pada diabetes, 14 pada obesitas dan 20 pada CVD (Cardiovascular Diseases). Hasilnya menunjukkan bahwa sebagian besar perawat tersebut mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang. Pengetahuan
9 yang kurang tersebut meliputi diet rendah lemak dan sumber serat, asam lemak, dan makanan tertentu yang mencegah penyakit kardiovaskuler. 3. Muñoz et al. (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Awareness of Heart Disease Among Female College Students” mengikutsertakan 320 sampel mahasiswi dengan desain cross sectional untuk dikaji tingkat kesadaran terhadap penyakit kardiovaskuler. Hasilnya adalah sebanyak hampir sepertiga salah menduga dengan menyatakan kanker payudara merupakan penyebab utama kematian bagi wanita, dan setengahnya yang menyatakan penyakit jantung koronerlah penyebab kematian utama bagi wanita. Selain itu mahasiswa berusia 18-24 tahun kurang menyadari bahwa penyakit kardiovakuler penyebab kematian utama bagi wanita dibanding mahasiswa 25-34 tahun. Desain penelitian yang digunakan sama dengan peneliti. 4. Usyal et al. (2013) dalam penelitiannya yang berjudul
“Awareness about
preventable cardiovascular risk factor of student attending faculties of nursing and literature” diikuti 900 mahasiswa keperawatan dan sastra yang diukur menggunakan
"Cardiovascular Disease Risk Factors Knowledge Level
(CARRF-KL) Scale. Hasilnya menunjukkan bahwa kesadaran mahasiswa keperawatan lebih tinggi dibanding mahasiswa sastra mengenai pengetahuan faktor risiko penyakit kardiovaskuler seperti olahraga, konsumsi garam sedikit, makan sehat, BMI normal, dan lingkar pinggang normal. 5. Murfin, (2010) dengan judul penelitian “Coronary Heart Diseases Knowledge and Health Behaviour in Student Nurses” menunjukkan bahwa pengetahuan (patofisiologi, faktor risiko, gejala, pencegahan, dan penanganan) tentang
10 penyakit jantung koroner pada mahasiswa perawat tahun ketiga tergolong baik dan perilaku kesehatan (berhenti merokok, pemilihan makanan yang sehat, aktivitas fisik, berat badan yang ideal, menghindari alkohol, mencapai tekanan darah dan kolesterol normal) yang rata-rata. Penelitian ini melibatkan mahasiswa perawat tahun ketiga dari 6 universitas di Inggris Utara menggunakan metode kuesioner online Coronary Heart Diseases Knowledge and Health Behaviour Questionnaire (CHDKHBQ). Kelemahan dari penelitian ini adalah jumlah respon rate-nya yang sangat sedikit yaitu 8%. 6. Bergman et al. (2011) mengembangkan kuesioner terkait pengetahuan penyakit jantung yang komprehensif dan sesuai bukti ilmiah. Kuesioner HDKQ (Heart Diseases Knowledge Questionnaire) dibuat dengan mencakup 5 aspek utama pengetahuan penyakit jantung. Pengembangan kuesioner ini meliputi 2 fase. Pada fase pertama, 606 mahasiswa mengisi kuesioner sebanyak 82 item. Sedangkan fase kedua, 248 mahasiswa mengisi kuesioner sebanyak 74 item yang telah diperbaiki. Kedua tahap tersebut
dinilai tingkat
kejelasan dan
kesusahannya. Hasilnya, kuesioner tersebut diringkas menjadi 30 item (6 asupan nutrisi, 4 epidemiologi, 7 pengobatan, 9 faktor risiko, 4 gejala).