BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adanya kekhawatiran mengenai keselamatan pasien, telah meningkat secara signifikan selama dekade terakhir (Silverstone, 2013), sehingga Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2011 mengembangkan dan mempublikasikan Kurikulum Panduan Keselamatan Pasien (Patient Safety Curriculum Guide), yang menyoroti kebutuhan di seluruh dunia, untuk meningkatkan keselamatan pasien dan untuk mengajarkan keterampilan yang berorientasi pada keselamatan pasien, sikap dan perilaku untuk semua profesional kesehatan, begitu juga bagi perawat (Tingle, 2011). Tenaga keperawatan merupakan tenaga terbanyak dan mempunyai waktu kontak lebih lama dengan pasien dibandingkan tenaga kesehatan yang lain, sehingga perawat mempunyai peranan penting dalam menentukan baik buruknya mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Salah satu indikator tentang pelayanan kesehatan ini dilihat dari angka kematian pasien baik yang meninggal kurang dari 48 jam maupun lebih dari 48 jam. Menurut Menteri Kesehatan RI dalam Seminar Sehari Patient Safety dan Pencegahan Pengendalian Infeksi (2011), infeksi masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya. Selain itu, ketidakefektifan perawatan menyebabkan perpanjangan
1
2
masa rawat bagi penderita. Menteri kesehatan menegaskan, tujuan utama pengembangan program keselamatan pasien di rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya adalah untuk menciptakan budaya keselamatan pasien; memperbaiki akuntabilitas rumah sakit; menurunkan angka HAIs dan melakukan pencegahan agar ’kejadian yang tidak diinginkan’ tidak terulang kembali (Wartapedia, 2011). Data tentang KTD dan KNC (Kejadian Nyaris Cedera) di Indonesia masih belum dilaporkan secara jelas, namun dilain pihak terjadi peningkatan tuduhan malpraktek yang belum tentu sesuai dengan pembuktian akhir. Insidensi pelanggaran patient safety 28,3% dilakukan oleh perawat oleh karena itu perawat
harus menyadari perannya sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam
mewujudkan keselamatan pasien ( Dwi Arif, 2008). Perawat dituntut untuk mempunyai pengetahuan yang tinggi, berhubungan dengan keselamatan pasien terutama tentang prosedur pemberian obat atau cairan secara terapeutik, pembacaan dosis, efek samping, perlindungan diri, dan kontraindikasi (RCN, 2005). Penelitian serupa tentang hubungan pengetahuan dengan sikap mendukung penerapan program patient safety di RSUD Moewardi Surakarta, oleh Aryani (2009) menyimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan perawat dengan sikap mendukung penerapan program patient safety di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr. Moewardi Surakarta. Pada tahun 2010 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mengeluarkan buku acuan Standar Akreditasi Rumah Sakit Menuju Pelayanan Internasional yang isinya mengacu pada standarisasi Joint Commision International (JCI). JCI
3
merupakan suatu lembaga independen yang telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Indonesia sebagai pelaksana Akreditasi Internasional. Salah satu item penting dalam standar pelayanan di rumah sakit adalah pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP). Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh Ramsay Health Care Clinical Governance Unit tahun 2005 di bidang keperawatan suatu rumah sakit swasta di Indonesia, dari total sampel 236 tenaga keperawatan di rawat inap, sekitar 57 orang (24%) melakukan kesalahan pemberian obat (Gusti, 2010). Pada bulan Juni 2008, kejadian salah dalam pemberian obat menimpa tiga pasien Obsgyn di ruang Mawar I RSUD Dr.Moewardi (pasien post operasi tubectomy), akibatnya pasien tersebut harus dirawat diruang perawatan intensif karena pasien mengeluh berdebar-debar dan sangat lemas. Terjadi peningkatan denyut jantung yang sangat cepat ( > 200X permenit ) dan gangguan hemodinamik yang mengancam jiwa. Masalah tersebut terjadi disebabkan penulisan resep tidak jelas oleh dokter, apoteker yang tidak mengkonfirmasi ulang kepada dokter bila resep tidak jelas terbaca dan perawat yang tidak meneliti ulang program terapi yang ditulis dokter (Ariyani, 2009). Kasus bunuh diri pada tahun 2008 juga terjadi di bangsal Mawar, pasien penderita CA Cervix meninggal karena menusuk perutnya sendiri dengan pisau buah didepan anaknya (Ariyani, 2009). Dalam kasus ini sangat dibutuhkan kepekaan seorang perawat untuk melihat gejala keinginan bunuh diri pada pasien yang menderita penyakit menahun. Koran Solo Pos, terbitan 24 April 2008 pada kolom Pos Pembaca, pelanggan mengutarakan kekecewaannya kepada perawat RSUD Dr.
4
Moewardi yang mempermasalahkan penggantian cairan infus yang tidak sesuai. Masalah tersebut terjadi karena komunikasi yang kurang efektif antar shift. Data-data diatas menunjukkan bahwa banyaknya masalah keselamatan pasien yang seharusnya dapat dicegah dengan penerapan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP). RSUD Dr.Moewardi Surakarta merupakan salah satu rumah sakit daerah tipe A yang telah mendapatkan akreditasi KARS. RSUD Dr.Moewardi Surakarta memiliki areal seluas 40.952m2 dengan kapasitas 720 TT, dan tenaga keperawatan merupakan tenaga kesehatan terbanyak (625 orang). Ruang rawat inap Mawar 1, Mawar 2, dan Mawar 3 masing-masing dipimpin oleh kepala ruang yang bertanggung jawab kepada kepala instalasi rawat inap. Jumlah perawat di Mawar 1 sebanyak 25 orang, Mawar 2 sebanyak 22 orang, dan Mawar 3 sebanyak 24 orang. Perawat mempunyai waktu kontak dengan pasien yang lebih lama dibandingkan dengan tenaga kesehatan yang lain, sehingga mereka mempunyai peranan yang penting dalam mendukung penerapan program keselamatan pasien di rumah sakit. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis ingin mencoba untuk menelaah pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dan mengetahui hubungan pengetahuan perawat dengan praktek pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) pada pelayanan di Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
5
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang, maka rumusan masalah penelitian ini adalah, “Bagaimanakah pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dan hubungannya dengan pengetahuan yang dimiliki perawat dan hubungan pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dengan kepuasan pasien pada pelayanan di Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr.Moewardi Surakarta”
C. Tujuan Penelitian 1.
Tujuan Umum Mengetahui pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dan hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) serta hubungan pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dengan kepuasan pasien di Instalasi Rawat Inap di RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
2.
Tujuan Khusus Untuk mengetahui: a.
Gambaran pengetahuan perawat mengenai Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
b.
Gambaran pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) pada pelayanan di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
c.
Hubungan pengetahuan perawat dengan pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
6
d.
Hubungan pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dengan kepuasan pasien di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
D. 1.
Manfaat Penelitian
Manfaat teoritis Bagi ilmu pengetahuan Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dan hubungan antara pengetahuan perawat dengan pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) di Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta.
2.
Manfaat praktis a. Bagi institusi kesehatan Dapat digunakan sebagai masukan dan bahan evaluasi kepada institusi kesehatan tentang pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dalam pelayanan di rawat inap yang diselenggarakan di rumah sakit sebagai upaya meningkatkan mutu pelayanan. b. Bagi institusi pendidikan keperawatan Dapat menambah wawasan mahasiswa ilmu keperawatan
tentang
pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) serta hubungannya dengan pengetahuan perawat dalam pelayanan rumah sakit. c. Bagi peneliti
7
Memperoleh pengalaman dalam melakukan penelitian dan menambah wawasan peneliti mengenai keperawatan komunitas, khususnya tentang keselamatan pasien pada pelayanan rumah sakit. d. Bagi peneliti selanjutnya Menambah informasi ilmiah mengenai pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) dan hubungannya dengan pengetahuan perawat dan kepuasan pasien dalam pelayanan rumah sakit.
E. Keaslian Penelitian Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang Evaluasi Pelaksanaan Sasaran Keselamatan Pasien (SKP) pada Instalasi Rawat Inap RSUD Dr.Moewardi Surakarta belum pernah dilakukan, adapun penelitian yang terkait antara lain: 1.
Penelitian “ Hubungan Pengetahuan dan Sikap Perawat dengan Pelaksanaan Keselamatan Pasien (Keselamatan pasien) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna “ oleh Selleya Cintya Bawelle dan J.S.V. Sinolungan (2013). Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (Keselamatan pasien) di ruang rawat inap RSUD Liun Kendage Tahuna. Desain Penelitian adalah survey analitik dengan rancangan cross sectional. Pemilihan sampel dengan purposive sampling sebanyak 65 responden. Hasil penelitian adalah ada hubungan antara sikap perawat dengan pelaksanaan keselamatan pasien (keselamatan pasien) di Ruang Rawat Inap RSUD Liun Kendage Tahuna, p=0,000 (á<0,05).
8
Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan penulis yaitu pada tempat penelitian, sedangkan persamaan terdapat di metode penelitian dan sama-sama meneliti hubungan pengetahuan dengan pelaksanaan keselamatan pasien. 2.
Penelitian “Evaluasi Program Keselamatan Pasien di IGD Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan” oleh Zubaidah Elvia (2009). Tujuan dari penelitian tersebut adalah mengevaluasi pelaksanaan dan pengawasan program 5 goals dari 6 goals keselamatan pasien di IGD RSUP Persahabatan. Metode penelitian menggunakan rancangan studi kasus tunggal holistic, dimana pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan telaah dokumen. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pengawasan program 5 goals keselamatan pasien tidak berjalan dengan baik dikarenakan oleh beberapa faktor dari sarana prasarana, SDM, dan tidak adanya standar pengawasan. Perbedaan terletak pada tempat penelitian dan metode yang digunakan, sedangkan persamaan terdapat pada variabel evaluasi keselamatan pasien.
3.
Penelitian “ Analisis Pengetahuan dan Motivasi Perawat Yang Mempengaruhi Sikap Mendukung Penerapan Program Patient Safety di Instalasi Perawatan Intensif RSUD Dr.Moewardi Surakarta Tahun 2008 “ oleh Ariyani (2009). Tujuan dari penelitian tersebut adalah untuk menganalisis pengetahuan dan motivasi perawat yang mempengaruhi sikap mendukung penerapan program patient safety. Metode penelitian menggunakan teknik observasional, dengan pendekatan rancangan penelitian cross sectional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan motivasi terhadap
9
sikap mendukung penerapan program patient safety. Perbedaan terletak pada tempat penelitian dan variabel penelitian, sedangkan persamaan terdapat pada metode yang digunakan.