BAB I PENDAHULUAN A. Judul Redesain Pasar Unit Kota di Bojonegoro B. Pengertian Judul Redesain
: Kembali, mengulang, balik. Gagasan awal, rancangan, perancangan, pola, susunan, rencana, proyek, hasil yang tepat,produksi,
membuat,
meningkatkan,
pikiran,
menciptakan, menyiapkan, maksud,
kejelasan,
dan
seterusnya.(Budi Susilo, 2007) Pasar Unit
: Pasar unit merupakan pasar utama pada satu daerah yang menaungi seluruh pasar di kabupaten atau kota. Pasar unit kota dapat disebut juga pasar daerah.
Kota Bojonegoro
: Kabupaten Bojonegoro merupakan bagian dari wilayah Propinsi Jawa Timur dengan jarak ± 110 km dari ibukota Propinsi jawa Timur yang memiliki luas 2.307,06 km² dengan jumlah penduduk tahun 2015 sebesar 1.256.796 jiwa (proyeksi Dinkes Prop. Jawa Timur & BPS Prop. Jawa Timur). Kabupaten Bojonegoro terletak pada posisi 6º59’ sampai dengan 7º37’ lintang selatan dan 111º25’ sampai 112º09’ Bujur timur.
Pengertian judul me-redesain kembali pasar unit kota di Bojonegoro dalam aspek kenyamanan dan kebersihan pasar seperti penataan kembali tapak, meredesain fisik dan fasade bangunan, menata layout dan ruang pasar, menjadi pasar yang bersih, rapi, nyaman, dan meninggalkan image pasar tradisional yang kotor dan kumuh. C. Latar Belakang 1. Keberadaan Pasar Tradisional Menurut Kepala Dinas Perdagangan dan Industri Propinsi Jawa Timur Agus Gustiar, pasar tradisional memiliki peran strategis dalam pembangunan ekonomi masyarakat sebagai indikator stabilisasi pangan, wadah utama untuk penjualan produk-produk yang berskala ekonomi
1
rakyat
dan
sebagai
lembagapendidikan
kewirausahaan
terbesar
(Fitriadi, 2007). Di Indonesia, terdapat 13,450 pasar tradisional dengan sekitar 12,6 juta pedagang kecil (www.kompas.com, 2006). Tapi berdasarkan hasil studi A.C. Nielsen, pasar modern di Indonesia tumbuh 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional menyusut 8% per tahun (www.smeru.or.id, 2007). Suatu kondisi yang mengkhawatirkan jika tetap dibiarkan karena ribuan
bahkan
jutaan
pedagang
kecil
akan
kehilangan
mata
pencahariannya. Salah satu sebabnya yakni adanya stigma masyarakat tentang kondisi pasar tradisional yang kumuh, becek, semrawut, panas, tidak aman dan tidak nyaman. 2. Potensi Pengembangan Pasar tradisional Salah
satu
pendukung potensi pasar tradisional adalah dalam
bidang perdagangan. pesatnya tingkat pertumbuhan ekonomi membawa pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan kota-kota di Indonesia. Fenomena tersebut dapat di lihat dari perbandingan jumlah masayarakat yang tinggal di kota dengan masayarakat yang tinggal di desa, dimasa sekarang sudah hampir mencapai angka seimbang. Hal tersebut menegaskan bahwa perkembangan suatu kota merupakan magnet bagi penyebaran
penduduk,
sehingga
jika
tidak
diimbangi
dengan
pembangunan pedesaan akan dapat menyebabkan merosotnya interaksi desa dengan kota yang pada hakekatnya daerah pedesaan merupakan produsen kebutuhan-kebutuhan pokok sehari-hari bagi kehidupan masyarakat perkotaan. Berkaitan dengan hal tersebut salah satu aspek pendukungnya adalah di perlukannya suatu wadah yang akomodatif sebagai pendukung kelancaran pendistribusian barang dari desa ke kota, dan dalam hal kependudukan desa sebagai produsen sebagai kebutuhan primer masyarakat kota, maka diperlakukan sebuah pasar sebagai pusat distribusi barang secara langsung maupun tidak langsung pada nantinya akan di manfaatkan oleh masyarakat secara umum.
2
Di Kota Bojonegoro sektor perdagangan dan jasa menjadi sektor andalan, pada tahun 2015 sektor perdagangan, hotel dan restoran menyumbang 23,82 persen dari PDRB. Sektor tersebut menghasilkan Rp. 1,2 triliun yang mayoritas berasal dari pedagang besar dan eceran. Kegiatan ritel merupakan salah satu pendukung sektor perdagangan yang menjadi penyumbang PAD terbessar.Pasar tradisional sebagai salah satu bentuk kegiatan ritel merupakan penyumbang PAD yang cukup besar sekitar Rp 9 milyar pada tahun 2015.Pasar-pasar tradisional yang ada umunya telah memiliki lokasi yang satrategis dengan aksesibiitas yang terjangkau.Selain pasar tradisional, kegiatan ritel modern
juga
tumbuh
subur
di
kota
Bojonegoro.
(sosbud.radarbojonegoro, 2015) 3. Keberadaan Pasar di Bojonegoro Pengertian pasar itu sendiri adalah
tempat para penjual dan
pembeli dapat dengan mudah saling berhubungan.Pasar dalam artian luas adalah tempat tertentu dan tetap, pusat memperjual belikan barangbarang keperluan sehari-hari selain itu pasar juga
sebagai pusat
pertemuan produsen dan konsumen yang sudah banyak dikenal sejak jaman dahulu kala ketika sifat perdagangan masih berupa pertukaran barang (barter).Adanya penyediaan sarana kehidupan yang baik dan layak sangat mendukung terciptanya tatanan kehidupan masyarakat yang kondusif sesuai dengan selogan kota Bojonegoro yaitu “Bojonegoro matoh”. Salah satunya dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai bagi masyarakat.Kota Bojonegoro memiliki berbagai macam tempat usaha bagi masyarakat, salah satunya adalah pasar. Sarana dan prasarana pendukung kegiatan perdagangan di kota Bojonegoro terutamafasilitas pasar relatif cukup tersedia dengan baik. Sarana pasar selain untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat baik masyarakat pedagang maupun masyarakat konsumen dalam melakukan transaksi perdagangan, mereka juga menjadi sumber penting bagi pendapatan asli daerah PAD. Meskipun terdapat berbagai macam tempat usaha di Bojonegoro namun kedudukan pasar di sini masih
3
sangat vital bagi masyarakat, karena pasarmerupakan salah satu media berkumpulnya masayrakat untuk menjual dan membeli sesuatu, terutama yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari.(Galuh Firmasnyah A.P, SH, 2015) 4. Kondisi pasar unit kota Bojonegoro secara umum Pasar unit kota Bojonegoro telah berdiri sejak tahun 1993 dengan dikelola langsung oleh pemerintah daerah hingga tahun 2005. Pada tahun 2005 pasar unit kota Bojonegoro mulai dikelola oleh P.D pasar hingga sekarang.P.D pasar Bojonegoro tersebut membawahi 12 pasar daerah dan salah satunya pasar kota Bojonegoro, adapun data pasar tradisional yang tersebar di kota Bojonegoro yang dibawahi oleh perusahaan daerah Bojonegoro sebagai berikut: Tabel 1 : Pasar Tradisional yang tersebar Di kabupaten Bojonegoro no
Nama Pasar tradisional
Lokasi pasar
1.
Pasar Kalitidu
Kec. Kalitidu
2.
Pasar unit Kota Bojonegoro
Kec. Bojonegoro
3.
Pasar Padang
Kec. Trucuk
4.
Pasar Sumberejo
Kec. Trucuk
5.
Pasar Banjarjo
Kec. Trucuk
6.
Pasar Sukosewu
Kec. Sukosewu
7.
Pasar Kepoh
Kec. Kepohbaru
8.
Pasar Jipo
Kec. Kepohbaru
9.
Pasar Banjarrejo
Kec. Bojonegoro
10.
Pasar Nglumber
Kec. Kepohbaru
11.
Pasar Bulu
Kec. Sugihwaras
12.
Pasar Balen Rejo
Kec. Balen Sumber :P.D pasar Bojonegoro
Pasar unit Kota Bojonegoro berada di jl. Pasar No. 01. Kelurahan Ledok Wetan Kecamatan Bojonegoro dengan setatus pasar adalah pasar daerah. Pasar unit kota Bojonegoro yang dibangun di atas lahan seluas 17205 m² dengan luas bangunan 11000 m². Pasar unit kota Bojonegoro
4
merupakan pasar yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari atau kebutuhan primer, kebutuhan primer tersebut meliputi sayursayuran, buah-buahan, hasil bumi/umbi-umbian dan bumbu dapur. Adapun kebutuhan lain yang terdapat di pasar unit kota Bojonegoro yaitu meliputi abrak, pakaian, perhiasan, sepatu, buku dan lain-lain. Pasar unit kota Bojonegoro tidak memiliki keunikkan khusus, pasar unit kota Bojonegoro ini lebih terlihat seperti pada umumnya pasar rakyat lainya. 5. Evaluasi purna huni pasar unit kota Bojonegoro Salah satu alasan utama kegiatan redesain tentunya karena terdapat permasalahan-permasalahan yang ada pada pasar unit kota Bojonegoro ini, sehingga untuk mengetahui permasalahan tersebut penulis melakukan survey langsung pada lokasi pasar, serta wawan cara sekaligus pengumpulan data berupa sejarah, luasan bangunan, serta denah.Berikut di bawah ini secara umum evaluasi purna huni Pasar unit kota Bojonegoro: a. Permasalahan teknis 1) Area parkir Area parkir pada pasar unit kota Bojonegoro ini masih belum tertata area parkir bagi kendaraan roda 4 seperti mobil dan truk belum memiliki area khusus parkir,namun area parkir motor
sudah
tersedia
meskipun
luasanya
tidak
cukup
menampung jumlah motor pengunjung maupun pedagang di pasar unit kota Bojonegoro. Sehingga masih banyak sekali parkir kendaraan yang tersebar di sekeliling pasar dan menimbulkan kemacetan atau crowded dibeberapa lokasi.
Gambar 1. parkir yang kurang tertata dan masih tersebar di sekeliling pasar unit kota Bojonegoro
Sumber : Rizal, 2016 5
2) Kapasitas Pasar Unit kota Bojonegoro yang kurang dapat menampung pedagang Pasar Unit kota Bojonegoro memiliki luasan yaitu 17205m2 dengan luas bangunan 11000m2 yang dengan jumlah pedagang 1496 orang, dan dapat menampung kios 478 unit dan 754 unit Los. Dari perbandingan jumlah unit dagang dengan jumlah pedagang yang ada pada pasar Unit Kota Bojonegoro tidak sebanding sehingga muncul pedagang illegal yang menggunakan area yang tidak seharusnya dijadikan tempat berdagang. Adapun jumlah pedagang illegal tersebut sebanyak 237 orang.
Gambar 2. Kondisi kios yang memperihatinkan dan kondisi dagangan yang melebihi batas. Sumber: Rizal, 2016 3) Pencahayaan dan penghawaan Masalalah lain yang ada di pasar unit kota Bojonegoro adalah kurangnya penghawaan dan pencahayaan di dalam ruangan, sehingga para pedagang harus menyalakan lampu pada siang hari dan hanya memanfaatkan bukaan pada koridor untuk mendapatkan penghawaan, sehingga mengatasi masalah tersebut yang seharusnya tidak perlu dilakukan jika bangunan pasar tersebut didesain secara baik.
6
Gambar 3. Kondisi pencahayaan dan penghawaan pasar unit kota Bojonegoro Sumber : Rizal, 2016 4) Aksesbilitas dan sirkulasi Permasalahan dalam sirkulasi pada pasar unit kota Bojonegoro ini disebabkan oleh koridor pasar yang dipenuhi oleh dagangan dan pedagang lesehan selain itu luasanya kurang memenuhi standart.
Gamabar 4. Kondisi jalur sirkulasi yang sempit, dipenuhi dagangan dan pedagang lesehan Sumber : Rizal, 2016 5) Sanitasi dan utilitas Permasalahan sanitasi dan utilitas yang buruk terlihat pada saluran pembuangan yang buntu serta belum adanya saluran sanitasi khusus bagi pedagang daging, sehingga menyebabkan bau yang tidak sedap di koridor pasar.
7
Gambar 5. Kondisi sanitasi yang buntu dan belum adanya saluran khusus bagi penjual daging Sumber : Rizal, 2016 b. Permasalahan penataan komoditas pedagang Standar pengelolaan pasar sebaiknya peletakan komoditas diatur dalam peraturan pasar sehingga tidak tercampur dari satu komoditas dengan komoditas yang lain. Kondisi eksiting pasar unit kota Bojonegoro penataan komoditas yang semerawut sehingga berkesan campur aduk antara satu komoditas dengan komoditas yang lain.
Gambar 6. Penataan komoditas yang semrawut pasar unit kota Bojonegoro Sumber : Rizal, 2016 Berdasarkan gambar diatas peletakan komoditas yang tidak sesuai dengan zona peletakan jenis pedagang karena pada sebelumnya belum ada perencanaan dalam hal tersebut sehingga pada pasar unit kota Bojonegoro ini terkesan semerawut.
8
c. Permasalahan area bongkar muat Permasalahan area bongkar muat sering kali menjadi permasalahan yang sudah umum pada pasar tradisional. Area bongkar muat di area sekeliling pasar menyebabkan crowded pada lalu lintas menuju atau keluar pasar bagi pengunjung maupun masayarkat umum.kondisi eksisting pasar Unit Kota Bojonegoro masih belum terdapat area khusus bongkar muat terlihat pada ilustrasi gambar berikut.
Gambar 7. Belum terdapat area bongkar muat pada pasar unit kota Bojonegoro Sumber: Rizal, 2016 D. Rumusan Permasalahan dan persoalan Bagaimana konsep-konsep me-redesain dan memanfaatkan potensi yang ada pada kawasan pasar unit kota Bojonegoro. Menjadi pasar yang lebih baik dalam segala aspek dan memenuhi kebutuhan pasar tersebut. Persoalan: 1. Bagaimana mengolah tapak pada kawasan untuk lebih dapat menampung jumlah pedagang pada pasar unit kota Bojonegoro? 2. Bagaimana menata kembali komoditas pedagang pasar unit kota Bojonegoro? 3. Bagaimana menylesaikan kendala pada sanitasi dan utilitas pasar unit kota Bojonegoro? 4. Bagaimana me-redesain fasade bangunan pasar unit kota Bojonegoro?
E. Tujuan Menyusun konsep dasar pemograman dan perancangan arsitektur tentang redesain Pasar unit kota Bojonegoro agar mampu mengatasi permasalahan
9
yang ada didalam pasar tersebut sehingga dapat menjadi fasilitas perdagangan yang sehat dan nyaman bagi masyarakat, meliputi: Permaslahan teknis yaitu: 1. luasan parkir 2. luasan kios/los 3. pencahayaan dan penghawaan 4. aksesbilitas 5. sanitasi dan utilitas permasalahan non teknis yaitu: 1. zoning komoditas pedagang. 2. sirkulasi pedagang dan pengunjung pasar. 3. Area bongkar muat F. Sasaran Me-redesain pasar unit kota Bojonegoro agar mampu mengatasi permasalahan yang ada di pasar tersebut seperti parkir, kios/los, pencahayaan, penghawaan, sirkulasi, zoning pedagang, dan fasade bangunan yang menarik. G. Batasan Pembahasan Dalam pembahasan ini batasan ditentukan pada permasalahan yang ada pada pasar unit kota Bojonegoro dan yang masih dalam lingkup ilmu arsitektur. Hal-hal yang di luar disiplin ilmu arsitektur jika mendasari dan menentukan perencanaan dan perancangan, akan di bahas dengan asumsi dan logika serta mengacu pada hasil studi pihak lainyang sesuai dengan permasalahan dari pasar tradisional. H. Metode Perencanaan dan Perancangan 1. Pendataan Pengumpulan data-data melalui beberapa cara sebagai berikut. a. Studi literatur yang mengenai pengertian pasar dan persyaratan pasar,konsep pasar tradisional , dan studi empiris pasar yang ada serta ilmu arsitektur yang berkaitan dengan konsep redesain pasar tersebut. b. Observasi atau survey lapangan untuk mendapatkan data gambar pasar daerah Kecamatan Bojonegoro, Data pertumbuhan penduduk, data kepengurusan, data jumlah pedagan pasar daerah Kecamatan
10
Bojonegoro, data eksisting pasar dan titik-titik permasalahan yang akan kita uraikan. c. Interview pada pihak-pihak terkait yang berkompeten baik pengelola, pedagang maupun dinas terkait yang menaungi sektor perdagangan dan tata kota Bojonegoro. 2. Metode analisa data Metode perencanaan dan perancangan dilakukan menggunakan metode deduktif untuk menganalisis, dilanjutkan dengan penarikan kesimpulan melalui proses pemahaman untuk mendapatkan konsep perancangan kembali pasar daerah Kecamatan Bojonegoro dengan konsep pasar tradisional yang bersih dan rapi. Cara yang digunakan adalah: a. Analisis kuantitatif dan kualitatif Analisis kuantitatif dan kualitatif didapat melalui mengidentifikasi aspek-aspek yang terkait dan berpengaruh dalam redesain pasar yag didekatkan dengan pendekatan aspek-aspek arsitektural. Analisis ini mengacu pula pada standar-standar yang berlaku semisal kebutuhan ruang dan besaran ruang. b. Analisa Grafis Analisis grafis berisi seketsa-seketsa penunjang yang dapat membantu menerangkan analisis kualitatif dan kuantitatif, sehingga proses analisis secara keseluruhan dapat tercapai lebih maksimal dan jelas. 3. Metode penarikan kesimpulan Proses penarikan kesimpulan dilakukan setelah menganalisis sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan yang akan digunakan sebagai acuan pembuatan konsep perancangan. I. Sistematika Penulisan Konsep dan Laporan BABI Pendahuluan Berisi tentang : pengertian judul, latar belakang, perumusan masalah, tujuan dan sasaran, batasan dan lingkup pembahasan, metode pembahsan serta sistematika pembahasan.
11
BAB II Tinjauan Teori Berisi tentang : tinjauan teori redesain, teori pasar tradisional, dan studi empiris yang mendukung tinjauan teori. BAB IIITinjauan kabupaten dan kecmatan Bojonegoro serta tinjauan pasar Berisi tentang : tinjauan kabupaten dan Kecamatan Bojonegorosebagai wilayah perencanaan secara umum dan tinjauan pasar secara khusus dan memaparkan mengenai tinjauan kota Bojonegoro sebagai lokasi yang akan dipilih sebagai acuan strategi desain untuk redesain pasar tradisional unit kota Bojonegoro. BAB IV Analisa pendekatan konsep perancangan pasar unit kota Bojonegoro Berisi tentang : arah pengembangan kawasan, gagasan pengembangn kawasan dan batasan perencanaan pasar unit kota Bojonegoro serta analisis perancangan pola kegiatan, peruangan, analisis tapak, analisis pencapaian, analisis sirkulasi, analisis bentuk masa, analisis struktur dan analisis utilitas bangunan berdasarkan kriteria yang telah teridentifikasi. BAB V Konsep Perencanaan dan Konsep Perancangan Berisi tentang : konsep peruangan, konsep tapak, konsep sirkulasi, konsep bentuk masa, konsep struktur dan konsep utilitas bangunan.
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. TINJAUAN UMUM 1. Pengertian Redesain Redesain yang berasal dari kata redesignterdiri dari 2 kata, yaitu re- dan design. Dalam Bahasa Inggris, penggunaan kata re- mengacu pada penggulangan atau melakukan kembali, sehingga redesign dapat diartikan sebagai desain ulang. Beberapa definisi redesain dari beberapa sumber : -
Menurut American Heritage Dictionary (2006) “redesign means to make a revision in the appearcance or function of”, yang dapat diartikan membuat revisi dalam penampilan fungsi.
-
Menurut Colllins Engglish Dictionary (2009), “redesign is to change the design of (something)”, yang dapat diartikan mengubah desain dari (sesuatu).
-
Menurut Salim’s Nith Collegiate English-Indonesia Dictionary (2000), redesign berarti merancang kembali. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa redesain
mengandung pengertian merancang ulang sesuatu sehingga terjadi perubahan dalam penampilan atau fungsi. Dalam arsitektur, merancang ulang identik dengan membangun kembali karya arsitektur yang dirasakan kurang tepat guna. Heinz Frick dan Bambang Suskiyanto (2007), mengartikan kata-kata membangun kembali dengan membongkar secara seksama dan atau memperbaiki kesalahan yang telah dibangun. Membangun kembali juga berarti menggunakan kembali gedung sudah ada tetapi tidak dimanfaatkan lagi seperti fungsi semula. Redesain dalam arsitektur dapat dilakukan dengan mengubah mengurangi ataupun menambahkan unsur pada suatu bangunan redesain perlu direncanakan secara matang, sehingga didapat hasil yang efisien,
13
efektif, dan dapat menjawab masalah yang ada dalam bangunan tersebut. Redesain yang dilakukan dengan penambahan baru pada bangunan harus memperhitungkan interaksi antara bangunan yang lama dengan bangunan baru. Dibner (1985), menjelaskan beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rancangan bangunan tambahan, antara lain:
Ukuran dan bentuk, ukuran dan bentuk bangunan yang ada tidak perlu harus tetap sama ketika penambahan baru dirancang. Namun, desain penambahan harus dilihat sebagai satu unit dengan keseluruhan bangunan.
Lahan. Kebanyakan bangunan ditambahkan secara horizontal daripada vertical. Oleh sebab itu, ukuran lahan yang memadai menjadi sangat penting.
Struktur. Sebelum desain structural dari bangunan baru dimulai, system struktur bangunan yang ada harus ditinjau kecukupanya untuk menangani efek dari penambahan baru. Jika penambahan baru berdekatan dengan pijakan yang ada dan dinding pondasi, harus dirancang dan dibangun sangat hati-hati untuk menghindari mengganggu stabilitas bangunan yang ada. System mekanikal dan elektrikal. System mekanikal dan elektrikal
dalam sebuah bangunan umumnya telah dirancang sesuai dengan kebutuhan dari bangunan tersebut. Dengan adanya penambahan baru pada bangunan tentunya membutuhkan system mekanikal dan elektrikal baru yang dapat menjawab kebutuhan baru, baik yang berasal dari bangunan lama dan bagian tambahan dari bangunan. 2. Pengertian Pasar Pasar adalah tempat dimana terjadi interaksi antara penjual dan pembeli ( Chourmain, 1994 : 231). Pasar adalah salah
satu
dari
berbagai system, institusi, prosedur, hubungan sosial dan infrastruktur dimana usaha menjual barang, jasa dan tenaga kerja untuk orang-orang dengan imbalan uang. (Wikipedia.com)
14
Staton (dalam umar 2003:8) mengemukakan bahwa pasar merupakan sekumpulan orang yang ingin memuaskan keinginan yang ada uang untuk belanja dan kemauan untuk membelanjakanya. Jadi disini dapat diligat bagaimana individu berinteraksi melakukan aktifitas yang berhubungan dengan uang.Para pembeli dapat memuaskan keinginan dengan membuat nilai uang menjadi berarti/bernilai, dalam hubunganya dengan nilai uang memberikan basis bagi perkembangan pasar. Sumitro Djojohadikusumo (dalam studi fungsi pelayanan pasar dalam rangka penilaian terhadap strategi alokasi dan pembangunan pasar) menyebutkan unsur-unsur pasar adalah sebagai berikut:
Tempat berdagang
Penjual dan pembeli
Aktivitas jual beli
Aktivitas pengiriman barang
Tersedianya jasa
Tersedianya barang
Waktu dan perjanjian yang mendukung Dalam kajian sosiologi, pasar dibedakan antara pasar sebagai
tempat pasar (market place) dan pasar (market). Pasar sebagai tempat pasar (market place) merupakan bentuk fisik dimana barang dan jasa dibawa untuk dijual dan di mana pembeli bersedia membeli barang dan jasa tersebut. Sedangkan pasar (market) dilihat oleh sosiolog sebagai suatu institusi sosial, yaitu suatu struktur yang memberikan tatanan siap pakai bagai pemecahan persoalan kebutuhan dasar kemanusiaan, khususnya kebutuhan dasar ekonomi dalam distribusi barang dan jasa. Pasar oleh sebab itu, dapat dipandang sebagai serangkaian hubungan sosial yang terorgaisasi di seputar proses jual beli sesuatu yang berharga (dhamsar,2009) 3. Jenis-jenis pasar Menurut Lilanda (1997), pasar sebagai perusahaan daerah digolongkan menurut beberapa hal, yakni menurut jenis kegiatanya,
15
menurut lokasi dan kemampuan pelayanannya, menurut eaktu kegiatanya dan menurut status kepemilikanya.
Menurut jenis kegiatanya, pasar digolongkan menjadi 3 jenis: -
Pasar eceran, yaitu pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran barang secara eceran..
-
Pasar grosir, yaitu pasar dimana terdapat permintaan dan penawaran dalam jumlah besar.
-
Pasar induk, pasar ini lebih besar dari pasar grosir, merupakan pusat pengumpulan dan penyimpanan bahan-bahan pangan untuk disalurkan ke grosir-grosir dan pusat pembelian.
Menurut lokasi dan kemampuan pelayananya, pasar digolongkan menjadi 5 jenis: -
Pasar lingkungan, pelayanan meliputi suatu lingkungan pemukiman di sekitar pasar tersebut, dan jenis barang yang diperdagangkan terutama kebutuhan hidup sehari-hari.
-
Pasar wilayah, ialah pasar yang ruang lingkup pelayananya beberapa lingkungan pemukiman dan barang yang diperjual belikan lebih lengkap dari pasar lingkungan.
-
Pasar kota, lingkup layanan mencakup wilayah kota, yang memperjualkan barang lengkap.
-
Pasar regional, ruang lingkup pelayananya meliputi kawasan ibu kota propinsi dan sekitarnya.
Menurut waktu kegiatanya, pasar digolongkan menjadi 4 jenis: -
Pasar siang hari, yang beroperasi dari pukul 04.00-16.00
-
Pasar malam hari, yang beroperasi dari pukul 16.00-04.00
-
Pasar siang malam, yang beroperasi 24 jam nonstop.
-
Pasar darurat, yaitu pasar yang menggunakan jalanan umum atau tempat umum tertentu atas penetapan kepala daerah dan ditiadakan pada saat peringatan hari-hari tertentu. Contohnya: pasar Maulud, pasar murah Idulfitri, dan sebagainya.
Menurut status kepemilikanya, pasar digolongkan menjadi 3 jenis:
16
-
Pasar pemerintah, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh pemerintah pusat maupun daerah.
-
Pasar swasta, yaitu pasar yang dimiliki dan dikuasai oleh badan hukumyang diijinkan oleh pemerintah daerah.
-
Pasar liar, yaitu pasar yang aktivitasnya diluar pemerintah daerah, yang kehadiranya disebabkan karena kurangnya fasilitas pasar yang ada dan letak pasar yang tidak merata, biasanya dikelola oleh perorangan/ketua RW. Pasar liar ini dibagi menjadi tiga berdasarkan penanggungjawabnya, yakni pasar perorangan, pasar RW dan pasar desa. (http://digilib.petra.ac.id‐2006‐31402127‐5952‐pasar_tradisional‐chapter 2.pdf )
B. TINJAUAN KHUSUS 1. Pengertian Pasar Tradisional Pasar tradisional adalah pasar yang bentuk bangunanya relatif sederhana, dengan suasana yang relative kurang menyenangkan ruang usaha sempit, sarana parkir yang kurang memadai, kurang menjaga kebersihan pasar, dan penerangan yang kurang baik). Barang-barang yang diperdagangkan adalah barang kebutuhan sehari-hari dengan mutu barang yang kurang diperhatikan, harga barang relatif murah, dan cara pembelianya dengan sistem tawar menawar. Para pedagangya sebagian besar adalah golongan ekonomi lemah dan cara berdagangnya kurang professional.(Lubis, 2005) Pasar tradisional sebagai pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swata dan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki dikelola oleh
pedagang
kecil,
menengah,
swadaya
masyarakat,
atau
koperasidengan usaha sekala kecil, menengah dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan prosesjual beli barang dagangan tingkat pelayanan terbatas. ( Peraturan Bupati Kabupaten Bojonegoro no 25th.2011)
17
2. Sejarah Pasar Tradisional Sebelum manusia mengenal adanya proses jual beli untuk saling mememnuhi kebutuhunan, telah ada suatu budaya pemenuhan kebutuhan yang telah berkembang di masyarakat yaitu sistembarter. Sistem barter adalah sistem yang saling tukar menukar barang untuk saling memenuhi kebutuhan hidup. Setelah manusia mengenal adanya mata uang, kemudian muncul sistem jual beli yang menggeser system barter. Pada dasarnya, kegiatan pasar diawali dengan jual beli antara barang dan jasa diantara para petani yang membawa hasilbuminya, para produsen atau pedagang eceran barabg kebutuhan sehari-hari, dan penduduk lingkungan sekitar. Kegiatan pertukaran barang dan jasa, dengan tutur kata akrab, tawar menawra, pemilihan tempat dan suasana yang terjadi telah menjadi suatu tradisi tersendiri, pasar seperti ini biasa disebut pasar tradisional. Pasar adalah suatu bentuk pusat perbelanjaan yang paling tua dikenal di Indonesia. Banten diketahui telah memiliki pasar di pelabuhan Karangantau dan Pecinan. Jakarta pada masa pemerintahan Pangeran Jayakarta Wijayakrama telah pula memiliki pasar utara Alunalun, kemudian dikembangkan oleh VOC dengan adanya pasar ikan, pasar daging, pasar beras dan sebagainya. Belanda selanjutnya mengukuhkan bentuk “pasar” menjadi pasarpasar yang kita kenal sekarang, baik di kota-kota kecil maupun kotakota besar. Di kota-kota di Indonesia, selanjutnya kita kenal pusat perbelanjaan peninggalan zaman Belanda, yaitu:
Pasar (area terbuka, bangsal dan los beratap atau kombinasi kedua bentuk tersebut) dengan toko dan warung di sekitarnya (retail)
Daerah pertokoan khusus (elit) di beberapa jalan-jalan tertentu tersambung dengan pusat perdagangan (business center)
Toko atau warung kecil tersebar di beberapa lokasi atau daerah pemukiman penduduk.
(Newsletter SMERU edisi no.22)
18
3. Perkembangan Pasar Tradisional a.
b.
c.
d.
Gambar 8. Perkembangan bentuk pasar tradisional Sumber : Adhi Moersid (1995) 4. Fungsi Pasar Tradisional Keberadaan pasar mempunyaifungsi yang sangat penting.Bagi konsumen adanya pasar akan mempermudah memperoleh barang dan jasa kebutuhan sehari-hari. Adapun bagi produsen,pasar menjadi tempat untuk mempermudah proses penyaluran barang hasilproduksi. Secara umum, pasar mempunyai tiga fungsi utama yaitu sebagai sarana distribusi, pembentukan harga dan sebagai tempat promosi.
Pasar sebagai Sarana Distribusi pasar sebagai sarana distribusi berfungsi memperlancar proses penyaluran, barang atau jasa dari produsen ke konsumen. Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara langsung
19
maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya kepada konsumen. Pasar dikatakan berfungsi baik jika kegiatan distribusi barang dan jasa produsen ke kekonsumen berjalan lancer. Sebaliknya, pasar dikatakan tidak berfungsi baik jika kegiatan distribusinya sering macet.
Bagan 1. Alur sarana distribusi pasar tradisional Sumber : www.menhlgo/pasar bereri pdf.
Pasar sebagai pembentuk harga Pasar merupakan tempat petemuan antara penjual dan pembeli. Di pasar tersebut penjual menawarkan barang-barnag atau jasa kepada pembeli. Pembeli yang membutuhkan barang atau jasa akan berusaha menawar harga dari barang atau jasa tersebut, sehingga terjadilah tawar-menawar antara kedua belah pihak. Setelah terjadi kesepakatan, tebentuklah harga. Dengan demikian dapat kita lihat bahwa pasar adalah pembentuk harga.
Pasar sebagai sarana promosi Pasar sebagai sarana promosi artinya pasar menjadi tempat memperkenalkan dan menginformasikan suatu barang/jasa tentang manfaat. Keunggulan, dan kekhasanya pada konsumen. Promosi dilakukan untuk menarik minat pemberli terhadap barang atau jasa yang diperkenalkan. Promosi dapat dilakukan dengan berbagai
20
acara antara lain memasang sepanduk, menyebarkan brosur, pameran dan sebagainya. Banyaknya cara promosi yang dilakukan oleh produsen, membuat konsumen lebih selektif dalam memilih barang yang akan dibeli. Biasanya produsen yang menawarkan barang dengan harga murah dan kualitasnya bagus akan menjadi pilihan konsumen. 5. Ciri-ciri pasar tradisional Ciri-ciri pasar tradisional adalah sebagai berikut: a.
Adanya system tawar menawar antara penjual dan pembeli. Tawar menawar mapu memberikan dampak psikologi yang penting bagi masyarakat. Setiap orang yang berperan pada transaksi jual beli akan melibatkan emosi dan persaannya, sehingga timbul interaksi sosial dan persoalan kompleks. Penjual dan pembeli saling bersaing mengukut kedalam hati masing-masing. Lalu muncul pemenang dalam penetapan harga. Tarik tambang psykologi itu biasanya diakhiri perasaan puas pada keduanya. Hal ini yang dapat menjalin hubungan sosial yang lebih dekat. Konsumen dapat menjadi langganan tetap bagi pedagang pasar tradisional.kelancaran komunikasi sosial antara pembeli dan penjual pasar tradisional tersebut menunjang keramaian stan tersebut.(khasdi, 1995). Maka, dibutuhkan ruang sirkulasi berupa ruang pedestrian dengan lebar yang cukup.
b.
Pedagang di pasar tradisionalberjumlah lebih dari satu, dan pedagang tersebut memiliki hak atas stan yang telah dimiliki, dan memiliki hakk penuh atas barang dagangan pada stan masingmasing sehingga tidak terdapat satu manajemen seperti yang ada pada pasar modern.
c.
Ciri pasar berdasarkan pengelompokan dan jenis barang pasar, yakni: Lilanda (1997), jenis barang di pasar umumnya dibagi dalam empat kategori : -
Kelompok bersih (kelompok jasa,kelompok warung, toko)
21
-
Kelompok kotor yang tidak bau (kelompok hasil bumi dan buah-buahan)
-
Kelompok kotor yang baud an basah (kelompok sayur dan bumbu)
-
Kelompok bau, basah, kotor dan busuk (kelompok ikan dan daging)
(http://digilib.petra.ac.id‐2006‐31402127‐5952‐pasar_tradision al‐chapter2.pdf ) d.
Ciri pasar berdasarkan tipe tempat berjualan: Lilanda (1997), tempat berjualan atau lebih sering disebut stan, dipilih dengan cara undian (stan yang ada adalah stan milik sendiri dengan membayar biaya retribusi per m2/hari sesuai dengan biaya yang telah ditentukan bersama). Jenis barang yang telah dikelompokan, dilihat jenis barang dagangan apa yang paling banyak diperdagangkan dan paling diminati. Bagian atau blok-blok yang telah ditetapkan tempat-tempatnya yang strategis diutamakan diundi dahulu untuk mengurus setiap bagian, setelah itu sisanya diundi untuk pedgang lainya. Tempat-tempat yang strategis selalu diminati oleh pedagang karena terlebih dahulu terlihat atau dikunjungi pembeli. Tempat strategis yang dimaksud adalah sirkulasi utama, dekat pintu masuk, dekat tangga, atau dekat hall. -
Kios Merupakan tipe tempat berjuaan yang tertutup, tingkat keamanan lebih tinggi dibanding dengan yang lain. Dalam kios dapat ditata dengan berbagai macam alat display. Pemilik kios, tidak hanya satu saja tetapi dapat beberapa kios sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan.
-
Los Merupakan tipe tempat berjualan yang terbuka, tetapi telah dibatasi secara pasti (dibatasi dengan barang-barang yang
22
sukar bergerak, misalnya almari, kursi dan sebagainya) atau tetap. -
Lesehan/pelataran Merupakan tipe tempat berjualan yang terbuka atau tidak dibatasi secara tetap, tetapi mempunyai tempatnya sendiri. Yang termasuk pedagang oprokan di pasar adalah pedagang asongan yang berjualan di dalam pasar maupun yang di luar pasar tetapi masih menempel di dinding pasar.
(http://digilib.petra.ac.id‐2006‐31402127‐5952‐pasar_tradision al‐chapter2.pdf ) 6. Kegiatn user dan pengelola pasar tradisional Berdasarkan pendapat Bechtel dan Zeisel (1987), defisinis aktivitas atau kegiatan adalah apa yang dikerjakan oleh seseorang pada jarak waktu tertentu, sehingga aktivitas atau kegiatan tersebut selalau mengandung 4 komponen pokok yaitu: a. User (pengguna) b. Macam-macam kegiatan c. Tempat d. Waktu berlangsung aktivitas atau kegiatan Sesuai dengan 4 komponen pokok yang menjadi landasan studi arsitektur aktivitas atau kegiatan manusia yang dalam hal ini adalah pasar tradisional terdapat user dan kegiatanya sebagai berikut:
Pedagang Pedagang pasar adalah pihak ketiga yang melakukan kegiatan denganmenjual atau membeli barang dan atau jasa yang menggunakan pasar sebagai tempat kegiatannya.
Pembeli Pembeli atau konsumen pasar adalah semua golongan yang datang dengan tujuan untuk mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya dengan harga murah dan dengan pelayanan langsung.
23
Pengelola Kegiatan pengelola merupakan kegiatan pelayanan dalam aktivitas sebuah pasar. Anatara lain berupa pelayanan retribusi/pajak, perawatan bangunan, perawatan kebersihan dan teknis, pelayanan parkir dan keamanan. Kegiatan pengelola pasar biasanya diatur dalam peraturan daerah
setempat. Lokasi dan susunan kepengurusanya pun harus berdasarkan peraturan terntentu minimal berupa surat dari kepala daerah atau bupati daerah tersebut. Penataan kepengurusan pasar oleh pemda Bojonegoro melalui perda no. 4 tahun 1989 tentang “Pembentukan Susunan Organisai dan Tata Kerja Dinas Pengelola Pasar” pasal 5, yaitu:
Susunan Organisasi Dinas Pengelola Pasar Terdiri dari : -
Kepala Dinas
-
Sub Bagian Tata Usaha
-
Seksi Pengaturan los/kios Pasar
-
Seksi Pendataan Pasar
-
Seksi kebersihan dan Pemeliharaan pasar
-
Seksi keamanan dan ketertiban
Sub bagian tata usaha terdiri dari 4 urusan dan masing-masing seksi terdiri dari 3 sub seksi.
Sub bagian tata usaha dan masing-masing dipimpin oleh seorang kepala, yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada kepala dinas.
24
Bagan 2. Struktur dinas pasar tradisional Sumber: P.D pasar Bojonegoro 7. Evaluasi Purna Huni Menurut sudibyo (1989), evaluasi pasca huni merupakan kegiatan peninjauan (pengkajian) kembali (evaluasi) terhadap bangunanbangunan dan atau lingkungan binaan yang telah dihuni. a.
Sejarah Evaluasi Purna Huni Perkembangan teknologi dan perkembangan arsitekrut pada umumnya dalam abad ke 20 ini berjalan dengan pesat. Perkembangan ini menghasilkan karya arsitektur yang megah, menggunakan teknologi canggih, memiliki penampilan menarik dan sebagainya. Semula suatu fasilitas dirancang, yakni untuk mewadahi kegiatan manusia untuk berkaya, bekerja. Berekreasi, belajar untuk menilai apakah keputusan yang diambil oleh perancang menghasilkan kinerja yang sesuai dan diperlukan oleh mereka
yanf
menggunakan
bangunan
yang
bersangkutan.
Perkembangan bidang pengetahuan ini begitu relevan dengan isu yang terkait dengan kinerja suatu bangunan terutama yang menyangkut kepentingan penghuninya. Evaluasi purna huni
25
kemudia berkembang dari sini, yang merupakan suatu bangian dari rentetan kegiatan didalam proses pembangunan dimana kajian atas suatu bangunan yang telah dipergunakan dilakukan secara seksama dan sistematika untuk menilai apakah kinerja bangunan tersebut sejalan dengan kriteria perancangan (Danisworo, 1986) b.
Manfaat dan keuntungan evaluasi purna huni Menurut Danisworo (1989) manfaat dilakukan evaluasi purna huni tergantung pada organisai klien dan kerangka waktu , dapat dibagi atas maanfaat dan keuntungan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang. Keuntungan jangka pendek adalah keuntungan yang dapat dari pemanfaatan langsung temuan suatu proses purna huni, yang meliputi :
identifikasi
dan
solusi
masalah
dalam
fasilitas
yang
bersangkutan
pengelolaan fasilitas yang tanggap terhadap nilai pemakai
peningkatan pemanfaatan ruang
peningkatan sikap pemakai bangunan melauli partisipasi dalam proses evaluasi
memberi pengertian akan implikasi perubahan yang dilandasi penghematan biaya terhadap performance
memberi masukan dan pengertian lebih baik akan konsekuensi suatu rancangan
keutungan jangka menengah berkaitan dengan pengambilan keputusan penting dalam pelaksanaan membangun yang meliputi:
member kemampuan adaptasi fasilitas terhadap perubahan pertumbuhan
organisasi,
termasuk
pemanfaat
kembali
bangunan bagi penggunaan yang berbeda
kemungkinan penghematan yang signifikan dalam proses membangun dan selama life cycle bangunan.
Keuntungan jangka panjang meliputi pemanfaatan dan masukan selanjutnya hasil evaluasi purna huni bagi pengguna dalam industry bangunan secara luas yang meliputi:
26
peningkatan jangka panjang dalam performance bangunan
peningkatan keputusan perihal database, standar, kriteria dan pedoman rancangan.
Peningkatan
pengukuran
performance
bangunan
secaara
kuantitatif. 8. Persyaratan, kebutuhan/tuntutan, standar-standar perencanaan dan perancangan pasar a. Persyaratan pasar tradisional Menurut menteri perdagangan Republik Indonesia,persyaratan pasar yang berhasil adalah sebagai berikut: 1) Lokasi
Lokasi sesuai dengan rencana umum tata ruang setempat
Tidak terletak pada daerah rawan bencana alam seperti bantaransungai, aliran lahar, rawan longsor, banjir, dsb.
Tidak terletak pada daerah awan kecelakaan atau daerah jalur
pendaratan penerbangan termasuk sempadan jalan.
Tidak terletak pada daerah bekas tempat pembuangan akhirsampah atau bekas lokasi pertambangan.
Memiliki batas wilayah yang jelas antara pasar dan lingkungannya.
2) Bangunan
Umum Bangunan dan rancangan bangun harus dibuat agar sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Penataan ruang dagang -
Pembagian area sesuai dengan jenis komoditi, sesuai dengan sifat dan kalsifikasinya seperti basah, kering, penjual unggas hidup, pemotongan unggas dll.
-
Pembagian zoning yang diberi identitas
-
Tempat penjual daging, karkas unggas , dan ikan ditempatkan di temapat khusus.
27
-
Setiap los memiliki lorog yang lebar minimal 1,5 meter.
-
Setiap los memiliki papan identitas yaitu nomor, nama pemilik, dan mudah dilihat.
-
Jarak tempat penampungan dan pemotongan unggas dengan bangunan pasar utama minimal 10 m atau dibatasi dengan tembok pembatas minimal ketinggian 1,5 m.
3) Ruang kantor pengelola
Ruang kantor memiliki ventilasi minimal 20% dari luas lantai.
Tingkat pencahayaan ruangan minimal 100 lux.
Tersedia ruangan bagi pengelola dengan tinggi langitlangitsesuai ketentuan yang berlaku.
Tersedia toilet terpisah bagi laki-laki dan perempuan.
Tersedia tempat cuci tangan dilengkapi dengan sabun air yang mengalir.
4) Tempat penjual bahan dan makanan
Tempat penjual bahan pangan basah -
Mempunyai meja tempat jualan dengan permukaan yang ratadengan kemiringan yang cukup sehingga tidak menimbulkangenangan
air
dan
tersedia
lubang
pembuangan air, setiap sisi memiliki sekat pembatas dan mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bahan tahan karat dan bukan dari kayu. -
Penyajian karkas daging harus digantung
-
Alas
pemotong
tidak
terbuat
dari
kayu,
tidak
mengandung bahan beracun, kedap air, dan mudah dibersihkan. -
Tersedia tempat untuk pencucian bahan pangan dan peralatan.
28
-
Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun
-
dan air yang mengalir.
-
Saluran
pembuangan
limbah
tertutup,
dengan
kemiringan sesuia ketentua yang berlaku dan tidak melewati area penjualan. -
Tersedia tempah sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat.
-
Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya seperti lalat, kecoa, tikus, dan nyamuk.
Tempat penjual bahan pangan kering -
Mempunyai meja tempat penjualan dengan permukaan yang rata dan mudah dibersihkan, dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai.
-
Meja tempat penjualan terbuat dari bahan yang tahan karat dan bukan dari kayu.
-
Tersedia tempah sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat.
-
Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir.
-
Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya seperti lalat, kecoa, tikus, dan nyamuk
Tempat penjual makanan saji -
Tempat penyajian makanan tertutup dengan permukaan yang rata dan mudah dibersihkan dengan tinggi minimal 60 cm dari lantai dan terbuat dari bahan yang tahan karat dan bukan dari kayu.
-
Tersedia tempat cuci tangan yang dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir.
29
-
Tersedia tempat cuci peralatan dari bahan yang kuat, aman, tidak mudah berkarat, dan mudah dibersihkan.
-
Saluran pembuangan air limbah dari tempat pencucian harus tertutup dengan kemiringan yang cukup.
-
Tersedia tempah sampah kering dan basah, kedap air, tertutup dan mudah diangkat.
-
Tempat penjualan bebas vektor penular penyakit dan tempat perindukannya seperti lalat, kecoa, tikus, dan nyamuk.
5) Area parkir
Adanya pemisah yang jelas pada batas wilayah pasar
Adanya parkir yang terpisah berdasarkan alat angkut seperti mobil, motor, sepeda, andong, dan becak
Tersedia area parkir khusus pengangkut hewan hidup dan hewan mati.
Tersedia bongkar muat khusus yang terpisah dari tempat parkir dan pengunjung.
Tidak ada genangan air
Tersedia tempat sampah terpisah antara sampah kering dan basah dalam jumlah yang cukup, minimal setiap radius 10meter.
Adanya tanda masuk dan keluar kendaraan secara jelas.
Adanya tanaman penghijauan.
Adanya resapan air dipelataran parkir.
6) Kontruksi
Atap -
Atap harus kuat, tidak bocor, dan tidak menjadi tempat berkembangnya binatang penular penyakit.
-
Kemiringan atap harus sedemikian rupa sehingga tidak memungkinkan terjadinya genangan air pada atap dan langit-langit.
-
Ketinggian atap sesuai ketentuan yang berlaku.
30
-
Atap yang mempunyai ketinggian 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir.
Dinding -
Permukaan dinding harus bersih, tidak lembab dan berwarna terang.
-
Permukaan dinding yang selalu terkena percikan air harus terbuat dari bahan yang kuat dan kedap air.
-
Pertemuan lantai dan dinding serta pertemuan dua dinding laiinya harus berbentuk lengkung (conus).
Lantai -
Lantai terbuat dari bahan yang kedap air, permukaaan rata, tidak licin, tidak retak, dan mudah dibersihkan.
-
Lantai yang selalu terkena air harus mempunyai kemirigan ke arah saluran pembuangan air.
Ventilasi Ventilasi harus memenuhi syarat minimal 20% dari luas lantai dan saling berhadapan (cross ventilation)
Pencahayaan Pencahayaan cukup terang dan dapat dilihat barang dagangan jelas minimal 100 lux.
Pintu Khusus untuk pintu los penjual daging, ikan dan bahan makanan yang berbau tajam agar menggunakan pintu yang dapat membuka dan menutup pintu sendiri atau tirai plastik.
Sanitasi -
Air bersih Tersedia air bersih dengan jumlah yang cukup setiap harinya secara berkesinambungan, minimal 40 liter per pedagang. Tersedia tandon air bersih dilengkapi dengan kran air yang tidak bocor.
31
Jarak sumber air bersih dengan pembuangan limbah minimal 10 meter.
Kamar mandi/WC -
Tersedia kamar mandi laki-laki dan perempuan yang terpisah dilengkapi dengan simbol yang jelas dengan proporsi sebagai berikut: Tabel 2. Jumlah kamar mandi sesuai jumlah user No. Jumlah pedagang
Jumlah kamar mandi
1.
s.d 25
1
2.
26 s.d 50
2
3.
51 s.d 100
3
Setiap penambahan 40-100 orang harus penambahan satu kamar mandi Sumber :KMK. No.519 Tentang Pedoman penyelenggaraan Pasar Sehat (2008) -
Tersedia tempat cuci tangan dengan jumlah yang cukupyang dilengkapi dengan sabun dan air yang mengalir.
-
Air limbah dibuang ke septick tank , riol atau lubang peresapan yang tidak mencemari tanah dengan jarak 10 meter dari sumber air bersih.
-
Luas ventilasi minimal 20% dari luas lantai dengan pencahayaan 100 lux.
Pengelolaan sampah -
Setiap kios/lorong/ los tersedia tempat sampah basah dan kering.
-
Lokasi TPS tidak berada di jalur utama pasar dan berjarak minimal 10 meter dari bangunan pasar.
Drainase -
Selokan /drainase sekitar pasar tertutup dengan kisi-kisi yang terbuat dari logam sehingga mudah dibersihkan.
-
Tidak ada bangunan los/kios diatas saluran drainase.
32
Keamanan Tersedia pos keamanan yang dilengkapi dengan personil dan peralatanya.
Fasilitas lain-lain - Tempat sarana ibadah - Tempat penjualan unggas hidup - Foodcourt - ATM center
(Sumber :KMK. No.519 Tentang Pedoman penyelenggaraan Pasar Sehat 2008) 9. Kebutuhan dan tuntutan aspek tapak dan penataan ruang pasar Kebutuhan
dan
tuntutan
sebuah
pasar
tradisional
perlu
memperhatikan 5 aspek utama yaitu penentuan lokasi, penataan tapak pasar, penataan hubungan ruang pasar, penataan sirkulasi, penghawaan dan pencahayaan: a. Penentuan lokasi
Sesuai dengan rencana tata ruang wilayah kabupaten atau kota dan rencana detail tata ruang termasuk zonasinya.
Lahan merupakan milik pemerintah daerah yang dibuktikan dengan dokumen yang sah.
Memiliki sarana jalan dan transportasi yang mudah dilalui.
Dekat dengan pemukiman penduduk atau pusat kegiatan ekonomi.
Rasio
perbandingan
antara
tempat
terbuka
dengan
bangunan pasar diusahakan minimal 30% : 70%. b. Penataan tapak pasar Penataan tapak pasar terkait dengan penentuan layout pada pasar sehingga kebutuhan ruang, sirkulasi pedagang, sirkulasi samapah, sikulasi udara, dan pencahayaan dapat dikelola dengan baik. c. Penataan terkait hubungan ruang pasar
Kios/los pasar
33
Penataan kios yang baik meliputi sebagai berikut: -
Letak kios tidak menutupi arah angin
-
Peletakan kios sebagai pembatas jalan umum dan area pasardapat dibuat dua muka.
Fasilitas penunjang pasar -
Kantor pengelola Letaknya
mudah
dijangkau
oleh
pedagang
dan
pengunjung juga terdapat papan penada identitas -
Toilet Jauh dari sumber air bersih, jumlah tergantung luasan pasar dan ada pembeda antara laki-laki dengan perempuan
-
Area parkir Jika luasan pasar memungkinkan area parkir berada tidak jauh dari akses masuk utama dan ada pembedaan parkir untuk pedagang.
-
Mushola Diletakkan di salah satu sudut pasar yang strategis.
-
Pos keamanan Ditempatkan didekat pintu masuk dan keluar
-
Temapat penampungan sampah sementara Ditempatkan sedikit jauh dari aktivitas pasar, tempat sampah diletakkan di depan titik sepanjang koridor antara kios dan los.
d. Penataan terkait sirkulasi pedagang
Pengelompokan pedagang pasar berdasarkan sifat atau jenis dgagangannya.
Los
atau
kios
yang
menghadap
keluar
sebaiknya
diperuntukan kios atau los non sembako seperti tekstil dan alat kebutuhan rumah tangga. Los yang berada ditengahtengah antara toko dan kios diperuntukan sayur, daging, ayam, ikan basah serta sembako lainnya.
34
Komoditas ayam barkas, ikan basah, dan daging diletakkan terpisah dari komoditas lainnya dan disediakan air bersih.
e. Penataan terkait sirkulasi sampah
Pencahayaan
dalam
bangunan
pasar
hendaknya
memperhatikan arah matahari terbit.
Pencahayaan buatan melalui instalasi pasokan listrik yang cukup bagi keseluruhan bangunan pasar.
10. Kebutuhan fisik pasar tradisional Aspek utama yang perlu diperhatikan dalam bangunan fisik pasar yaitu struktur dan bentuk bangunan.Sebaiknya konsep desai pasar yang baik merupakan konsep pasar terbuka, contohnya los dan kios didesain dua muka dan pedagang saling bertolak belakang. Selain itu struktur pasar juga salah satu aspek utama yang perlu diperhatikan. Bangunan los dan kios untuk pasar hendaknya memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : a. Desain sederhana, efisien, memenuhi kebutuhan fungsional tetapi tetap memperhatikan suatu ciri daerah yang dapat dimasukan kedalam bangunan. b. Struktur rangka sebaiknya bermaterial besi galvanis karena material
ini tidak mudah rusak (anti karat) dan ringan. c. Atap los dan kios sebaiknya memenuhi kaidah sebagai berikut:
Atap bagian atas dipasang bahan material tembus cahaya.
Atap didesain dengan karakter daerah pasar tersebut dibangun.
Atap dapat menahan terik matahari dan hujan.
d. Bangunan pasar yang ideal terdiri dari 1 lantai namun dapat dibuat maksimal 2 lantai. Diupayakan tantai dasarnya bersifat semibesement sehingga untuk naik tangga ke lantai 2 tidak terasa tinggi. e. Tersedia
banyak
akses
keluar
masuk
sehingga
sirkulasi
pembeli/pengunjung menjadi lancer dan semua areal dapat mudah terjangkau
35
f. Sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik sehingga dapat meningkatkan kenyamanan bagi para pengunjung dan dapat menghemat energy karena tidak diperlukan penerangan tambahan. 11. Standar-standar sarana dan prasarana pasar tradisional
Gambar 9. Standar kebutuhan ruang gerak manusia bersinggungan dengan orang lain Sumber : Neufert data arsitek jilid 1
Gambar 10. standar ruang gerak manusia posisi tubuh Sumber : Neufert data arsitek jilid 1
36
Gambar 11. standar gerak manusia dengan tas tangan Sumber : Neufert data arsitek
Gambar 12. standar orang dengan kursi roda Sumber : Neufert data arsitek
Gambar 13. Standart ram Sumber : Neufert data arsitek
37
Gambar 14. Standar bentuk dan ruang gerak stand/los Sumber : human and furniture Dari standar-standar dimensi manusia di atas, maka dapat diambil standar yang tepat untuk ruang sirkulasi di pasar tradisional, sebagai berikut:
Gambar 15. Standar bentuk dan sirkulasi display stand/los Sumber : human and furniture
38
Gambar 16. Standar bentuk dan sirkulasi display stand/los Sumber : human and furniture Bongkar muat Pola bongkar muat yang tersebar, sehingga dapat menekan biaya dan mempermudah material handling, akan tetapi harus ditetapkan ketentuan bongkar muat. Antara lain, setelah bongkar muat hendaknya tidak boleh parkir ditempat. Sebagai sarana penunjang pasar area bongkar muat harus disediakan, meskipun area tersebut dipergunakan parkir mobil pengangkut barang. Berikut standar kebutuhan ruang mobil pengakut barang :
Gamabar 17. Standar area bongkar muat dan mobil pengangkut Sumber : Neufert data arsitek
39
12. Standard Operating Procedure (SOP) Manajemen Pasar Menurut Marl Elka Pangertu, agar semua tugas dapat dilaksanakan secara tertib dan menghindari terjadinya penyimpangan yang tidak diinginkan, maka diperlukan adanya SOP yang bisa diuraikan sebagai berikut: a. Manajemen keuangan yang terpusat, khususnya dalam hal collecting fee dari pedagang/ penyewa
Pedagang membayar kewajiban secara langsung kepada petugas yang ditunjuk, tidak ada petugas lain dilapangan yang boleh menerima uang dari penyewa.
Hanya dapat 1 jenis fee yang dibebankan kepada penyewa di dalamnya sudah meliputi biaya sewa, kebersihan, keamanan dan pemeliharaan. Besarnya fee telah disetujui bersama antara manajemen dan penyewa.
b. Hak pakai
Untuk tempat usaha dalam bentuk kios, hak pakai idealnya tidak lebih dari 5 tahun. Hal ini untuk mempermudah melakukan upaya-upaya dalam hal apabila pemegang hak tidak membuka kiosnya.
Untuk tempat usaha dalam bentuk los, hak pakai idealnya lebih dari 3 bulan, dikarenakan biasanya pedagang los sifatnya musiman.
c. Keamanan dan ketertiban
Agar lebih terjamin keamanan dan kertertiban di lingkungan pedagang harus melibatkan semua penyewa untuk meringankan tugas para petugas keamanan.
Tugas keamanan dan ketertiban secara umum dilakukan oleh security
Setiap blok kios terdapat petugas keamanan yang bertanggungjawab melakukan pengawasan secara regular.
SDM bidang keamanan adalah orang terlatih yang direkrut dari lingkungan sekitar maupun eks-preman yang terikat kontrak.
40
d. Kebersihan dan sampah
Pembersihan tempat dilakukan secara terus menerus, tidak berdasarkan jadwal, tetapi situasional berdasarkan keadaan di tempat.
Setiap kelompok kios terdapat tempat penampungan sampah sementara.
Sampah akhir yang terkumpul pada tempat penampungan akhir di angkut keluar pasar 2 kali sehari.
e. Parkiran Tidak ada tempat parkir yang di blok/diresrved untuk pelanggan sehingga semua memiliki hak yang sama atas tempat parkir. Tempat parkir harus tersedia cukup luas menampung kendaraan para pengunjung. f. Pemeliharaan sarana pasar Secara rutin, manajemen pasar harus melakukan pengecekan terhadap kondisi fisik bangunan dna sarana fisik lainya. pada saat melakukan pengecekan, petugas harus mengisi check-list yang dibawanya dan langsung melakukan pelaporan begitu pengecekan selesai. g. Penetraan Secara berkala, dilakukan penetraan terhadap alat-alat ukur di pasar khususnya timbangan. Tujuanya disamping menjamin kepastian ukuran di pasar juga untuk membangun kepercayaan kosumen. Ini dilakukan melalui koordinasi dan kerjasama dengan dinas metrology setempat. h. Penanganan distribusi barang Manajemen
pasar
harus
menyiapkan
lokasi
khusus
untuk
penanganan distribusi barang masuk ke pasar. Ini juga akan memudahkan dilakukanya pengawasan terhadap barang yang masuk ke pasar. Untuk barang yang masuk, terlebuh dahulu harus dilakukan penyortiran atau pengolahan awal sebelum di tempat penjualan:
41
Untuk komoditi pertanian dilakukan penyortiran terhadap barang yang sudah busuk
Untuk ayam potong disediakan tempat pengolahan/pemotongan dan pembersihan di luar area dagangan
Untuk bahan makanan (bakso,mie basah, dan lain-lain) dilakukan pengetesan untuk mengetahui kandungan bahan aditif.
Untuk makanan kemasan dilakukan pengawasan terhadap masa kadaluarsa, selain itu, harus tersedia tempat penyimpanan atau gudang yang mana dan bisa membuat barang dagangan tahan lama atau tidak cepat rusak. Harus ada gudang dengan suhu normal dan tidak ada tikus dan binatang perusak. Harus ada cold storageuntuk bahan yang tidak tahan lama.
Dengan demikian, kios didalam pasar dapat secara optimal hanya berfungsi
sebagai
tempat
menjajakan
dagangan,
bukan
tempat
penumpukan barang dagangan. (www.usdrp‐indonesia.org/files/downloadCategory/72.pdf ) C. Tinjauan empiris pasar tradisional 1. Pasar Segamas Purbalingga
Gambar 18. Pasar Segamas purbalingga Sumber : www.google.com Pasar ini berlokasi di jalan Mayjend Sungkono Purbalingga. Pasar Segamas ini menggantikan Pasar Kota Purbalingga yang dianggap sudah tidak layak lagi. Area bekas Pasar Kota yang berada di jalan Ahmad Yani sekarang dimanfaatkan sebagai taman kota dengan nama
42
Usman Janatin City Park. Lokasi pasar segamas berdekatan dengan Markas Polres Purbalingga, Rumah Sakit Bersalin Harapan Ibu, Pasar Hewan, dan Terminal Bus Purbalingga. Pasar Segamas sendiri menempati lahan bekas Stadion Wasesa. Sedangkan
untuk
menggantikan
Stadion
Wasesa,
pemerintah
membangun stadion baru di bekas lapangan desa Pagedangan, dan diberi nama Stadion Goentoer Darjono. Pasar Segamas dibangun jauh lebih besar, lebih modern dan lebih bersih dari Pasar Kota. Tujuan pembangunan pasar tradisional modern ini adalah untuk menghilangkan kesan pasar tradisional yang kumuh dan becek lewat pengelolaan yang baik. Pasar tradisional yang dibangun berkonsep modern, termasuk pengelolaan dan manajemennya diharapkan membuat para pembeli dapat merasakan berbelanja seperti di pasar modern. Dengan demikian pasar itu mampu melindungi dan meningkatkan kesejahteraan para pedagang kecil. 2. Pasar Segar Graha Raya Bintaro
Gamabar 19. Pasar Segar Bintaro Sumber : www.google.com Pasar tradisional tidak semuanya kotor, kumuh, semrawut dan atribut negatif lain. Penulis akan tampilkan pasar tradisional yang dapat
43
dijadikan contoh bagi pasar tradisional lain. Pasar Tradisional dimaksud adalah Pasar Segar Graha Raya, Bintaro di selatan Jakarta yang letaknya di kawasan pertokoan ukuran sedang yang di kelilingi oleh kompleks perumahan. Di sekitar pasar tersebut, selain dipenuhi dengan toko-toko, fasilitas keuangan seperti kantor cabang (pembantu) beberapa bank, kantor-kantor, juga fasilitas lain termasuk beberapa minimarket. Sekalipun
di
dekat
pasar
terdapatminimarket, namun
demikian
pedagang pasar, baik yang berjualan di lapak-lapak maupun kios-kios di dalam maupun bagian luar pasar tampak tetap berjualan tanpa merasa tersaingi. Hal dikarenakan kondisi pasar yang bersih dan nyaman untuk dikunjungi. Tampak bahwa atap pasar sangat tinggi dengan kerangka baja dan tampak terang layaknya suasana di sebuah hypermarket. Di bagian atas los, tampak penunjuk zona barang dagangan yang dijual, dengan papan warna hijau dan penunjuk lokasi warna merah dan putih yang cukup mencolok. Di lorong/gang los tersebut banyak dijumpai tong-tong sampah berpenutup, sehingga memudahkan para pengunjung dan penjual untuk membuang sampah mereka. Sehingga pada saat pasar tengah beroperasi pun, lantai lorong/gang tetap tampak bersih. Di latar belakang bagian atas di bawah atap terdapat duaexhaust fanyang berukuran besar yang membuat udara di dalam pasar selalu segar, terlebih lagi di bagian atas lapak-lapak bebas dari barang-barang dagangan sehingga angin lancar berhembus. Los untuk pedagang daging sapi, di mana pada setiap lapak terdapat gantungan daging sehingga daging tidak diletakkan di atas lapak yang kemungkinan lantai tersebut berdebu atau ada kotoran lain. Dengan adanya gantungan daging tersebut, maka daging sapi yang dijual cukup higienis.Di pasar ini, pada setiap los-los basah termasuk los daging sapi diperlengkapi fasilitas elektronik pengusir lalat, sehingga di los-los ini tidak dijumpai banyak lalat. Di los daging ini juga tampak bahwa air di saluran tidak melimpah ke luar, sehingga lantai los tetap kering dan bersih.
44