I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pemilihan Studi
1. Judul Perancangan Judul perancangan karya Tugas Akhir saya adalah Perancangan Grafis Produk Buku Cerita Komik Dakwah Remaja "Gaul". Gaul disini bermakna kepada gaul yang mengarah kepada negative (keluar dari nilai atau syariat Islam), berdalih modernisme. 2. Latar Belakang Pemilihan Studi Hal yang melatar belakangi pemilihan studi : (1). Kian banyak fenomena perilaku remaja “gaul” yang menyimpang dari syariat Islam, membuat remaja muslim dan muslimah kehilangan identitasnya sebagai seorang muslim dan muslimah. (2). Belum ada komik dakwah yang mengkhususkan mengangkat tema fenomena remaja “gaul”. (3) Komik Indonesia saat ini banyak yang terlalu mengadopsi gaya Jepang dan Amerika, baik dari segi cerita maupun visual. (4). Komik saat ini didominasi komik yang sifatnya hiburan saja, bahkan banyak yang kurang mendidik. (5) Kurangnya media dakwah bagi remaja yang mampu menarik hati mereka. 3. Solusi Desain Sebenarnya cita-cita ini sudah sejak lama, sekitar tahun 2010, jauh sebelum komik “33 Pesan Nabi” karya Vbi Djenggoten beredar di pasaran saya sudah membuat tema seminar tentang komik dakwah ini. Saya pun belum pernah melihat atau menemukan karya komik lokal bertema sama sebelum itu.
1
Namun pekerjaan dan tugas-tugas kuliah menjadi kendala waktu. Itu
lah
mengapa
momen
Tugas
Akhir
ini
saya
gunakan
untuk
merealisasikan cita-cita itu. Walaupun saya sadari tentunya masih jauh dari sempurna karena ini kali pertamanya saya membuat komik dan kendala waktu yang singkat yaitu satu semester sangat sulit untuk memaksimalkan komik ini. Namun diharapkan kedepannya akan lebih baik lagi. Seseorang yang menginspirasi Saya adalah seorang komikus dari luar ber user ID, Nayzak, di situs Deviantart.com. Beliau berdakwah dengan karyanya di sana. Deviantart.com adalah tempat para seniman dari seluruh dunia berunjuk karya seni, beliau merahasiakan nama asli dan domisili dengan alasan tertentu. Cara nya menyampaikan dakwah lewat karyanya sangat cerdas dan mudah dicerna oleh remaja dan masyarakat umum. 4. Perwujudan Karya Desain Merancang sebuah media hiburan, khususnya komik, sebagai bentuk media alternatif hiburan yang mendidik bagi remaja, khususnya dalam bidang rohani/ keislaman dengan gaya yang menarik hingga dapat merangsang remaja untuk mau belajar Islam. 5. Muatan Produk Solusi desain diterbitkan secara massal : 1. Menerbitkan Lewat Penerbit Tentunya harus sudah oke dengan naskah komiknya. Gambarnya minimal harus rapih atau sesuai ceritanya, misal pilih yang simpel atau ekspresif. Walau semua penerbit bisa dicoba ditawari naskah komik tapi lebih baik tahu dulu kirakira komik apa yang pernah atau sedang diterbitkan. Jadi bisa ketahuan jenis komik atau buku yang penerbit cari. Kalau cerita dan gambar komik sudah oke, saatnya mengirimkan komik. Caranya? Ada beberapa penerbit yang 2
menyaratkan beberapa tahap, misal mengajukan sinopsis cerita,
5
biasanya
sampai 10 ini
yang
halaman
menganut
contoh sistem
komiknya. asistensi
Dan
dengan
editornya selama progres berjalan, per berapa halaman sampai selesainya komik. Tapi sayang memang, sistemnya belum seperti di eropa, dimana tahapan kalau diterima maka komikus dapat bayarannya. Komikus di Perancis misalnya, untuk storyboard pun dapat bayaran, juga per halamannya dibayar, selain royalti 10 %. (Pragatcomic. 5 maret
2013:
cara
diterima
penerbit
komik,
http://pragatcomic.wordpress.com/2013/03/05/caraditerima-penerbit-komik/) Karya akan diseleksi, apakah laik terbit cetak massal (kualitas gambar, penceritaan, potensi pasar, trend dlsb). Untuk terbit cetak massal, mereka mencari pekomik dengan produk yang secara keseluruhan benar-benar punya nilai jual, selain juga punya idealisme. Membuat editor penerbit paham atas ide pengarang yang ingin disampaikan ke pembacanya, kemudian berhasil membuat penerbit untuk mau berinvestasi melalui karya tersebut. Sebisa mungkin buktikan diri bahwa rekan-rekan Komikus bisa bekerja secara profesional, meski bila pada kenyataanya teman-teman adalah komikus pemula. Isi karya harus original, tidak duplikasi. Harus berfokus pada pembaca. Banyak komikus yang membuat
komik
berfokus
pada
dirinya.
Akibatnya,
komiknya menjadi kurang relevan bagi orang lain secara umum,
dan
tentunya
tidak
menarik
untuk
"dipinang"
penerbit. Semua gaya diterima, kecuali gaya yang terlalu art/terlalu
underground.
Indonesia.
Tentunya,
Manga,
akan
lebih
eropa,
Amerika,
dan
menguntungkan
bila 3
mengadaptasi gaya yang disukai mayoritas pembaca komik saat ini. Tenggat komikusnya
waktunya
sesuai
sendiri
dengan
ditentukan
kesanggupan
diri,
oleh dengan
maksimal waktu pengerjaan 1 tahun (12 bulan). Ceritanya
one-shot
atau
bersambung?
Tergantung skill komikus yang bersangkutan. Bila sudah punya
fanbase
bersambung.
yang
Bila
signifikan,
masih
sebaiknya
merupakan
komiknya
komikus
baru,
sebaiknya one shot, sambil membangun fanbase dan reputasi. (http://www.mnc-comics.com/about) 2. Menerbitkan secara independent (Indie). Sebuah perhelatan yang menarik terjadi. Anak-anak muda yang kreatif lagi mandiri. Mereka dengan dana sendiri,
membentuk
sebuah
kabinet,
yang
dinamakan
"Kabinet Komik Indie". Bisa jadi komik adalah bagian dari gaya hidup. KKI ini merupakan kumpulan dari kelompokkelompok komik di beberapa kota di Indonesia, yang merasa 'indie'. Uniknya 'gerakan-gerakan' yang lokal seperti ini memiliki kontak yang lumayan bagus, dan akhirnya terbentuk sebuah jaringan antar wilayah. Komik di kabinet ini adalah sebuah kata kerja, dan juga peristiwa budaya. Kesadaran bahwa komik bukan sebuah definisi yang final. Itu tercermin pada dua hal ke'indie'an (ke-independenan) yang diusung oleh mereka. Pertama adalah indie dalam penerobosan mereka terhadap mekanisme distribusi pasar komik sebagai sebuah media. Dan kedua adalah penerobosan pada struktur definitif komik itu sendiri. Komik sebagai media 'konvensional' banyak ditunjang oleh penerbitan dan distributor besar seperti Mizan dan 4
Gramedia. Dengan menggunakan kekuatan modal yang besar dan penggandaan secara besar besaran. Sementara komik indie pada sebagian besar produksinya digandakan secara terbatas menggunakan mesin fotocopy dan sablon. Sayangnya terhadap
daya
kecurigaan,
tahan bahwa
Komik mereka
Indie
ini
rentan
hanyalah
sebuah
peristiwa sambil lalu. Dan hasilnya adalah karya yang juga sambil lalu, dan dipergunakan untuk membuang waktu, seperti buku teka teki silang, atau novel populer. Dan orang-orang yang menggiatinya akan hilang satu satu sejalan dengan meredupnya semangat "indie" dari masingmasingnya. (Rosidi, Rain. 31 mei 2001, Kabinet Komik “Indie” http://komikazemedia.tripod.com/arsip/02-04 06kabinetindie.htm) 3. Menerbitkan Sendiri/ Self Publishing Menerbitkan komik sendiri perlu memperhatikan halhal berikut ini: Pertama, jangan lupa mencantumkan hak cipta/ copyright. Bila ingin dipatenkan ke HKI itu lebih baik untuk menghindari
karya
kita
dibajak,
biayanya
dikenakan
pertahun. Kedua, Percetakan. Menyiapkan dana cetak. Untuk jumlah
eksemplar
yang
besar
tentunya
modal
yang
dikeluarkan pun besar, apalagi jika full color, dan material nya berkualitas baik, maka harganya juga sedikit mahal. Ketiga, Kontinuitas. Ini agak sulit karena kita harus bisa fokus ke banyak pekerjaan sekaligus, dari mengurus produksi komik tersebut, mengawasi percetakan, hingga
5
menyebarnya ke Toko-Toko Buku. Cukup menyita waktu. Kita bisa bentuk tim untuk membagi tugas. Keempat, Pendanaan. Minimal menerbitkan buku 1 bulan sekali selama 2 tahun dengan rutin. Ini sebagai upaya karya terbitan kita bisa dideteksi pasar. Keuntungan tipis, jika sekali produksi buku modal yang keluar adalah 2 juta, maka berapa modal yang harus kita miliki untuk produksi 2 tahun. Keuntungan yang didapat dari penjualan buku kemungkinan hanya 20% (karena 40% untuk distribusi, 30% untuk produksi, 10% PPN), return tidak 100% dalam sebulan. Alternative lain bisa mencoba menggalang sponsor untuk mendanai, tapi umumnya sponsor hanya mau jika dilihat laku tirasnya. Untuk jumlah 500 eksemplar pun masih susah untuk mendapat sponsor yang mau. Sponsor yang paling mudah adalah yang sifatnya tukar promo, seperti tukar promo dengan radio, namun ini tidak ada uangnya. Kesimpulannya,
menerbitkan
buku
sendiri
harus
“kencang” dananya. Tapi kalau hanya menerbitkan 1-2 buku memang tak masalah. Tapi dengan jumlah segitu kita tidak bisa membuktikan karya kita benar diterima pasar atau tidak. Kelima,
Distribusi.
Distributor
majalah/
koran
umumnya sudah memiliki “mafia”. Begitu juga jika kita hendak mendistribusikan komik kita, kita sebaiknya punya kenalan yang jadi penyalur majalah/koran. Namun beresiko buku hilang dan uang tidak kembali. Ada kemungkinan juga pakai sistem putus, mereka beli borongan berapa puluh eksemplar dengan harga lebih murah. Cara lain, lewat distributor majalah resmi, tapi presentasinya mereka minta lebih besar, maksimal kira-kira 30%. Atau kalau ingin dijual di Toko-Toko Buku Gramedia, Gunung Agung, kita harus
6
siap keliling ke Toko-Toko Buku tersebut. Nanti produk kita akan diklasifikasi, apakah ingin masuk ke produk buku atau majalah. Kalau majalah, diskon untuk mereka lebih kecil (maksimal 30%, pajak dibayar toko), tapi resikonya begitu masa tayang habis (seminggu/sebulan) harus ditarik. Kalau masuk sebagai buku, bisa tahan berbulan-bulan (tapi diskon ke mereka bisa maksimal 40%). Mengurus retur-meretur buku setiap bulan lumayan melelahkan, apalagi buat orang yang biasa berkutat dibidang ilustrasi, desain atau artwork. Keenam, Toko. Begitu barang kita masuk toko, masalah
belum
selesai,
kita
harus
bisa
melobi store
manager tiap toko untuk bisa nampilin produk komik kita yang eye-catching diantara buku komik yang lain. Ini sulit, karena umumnya mereka hanya mau menampilkan bukubuku yang laris. Kecuali jika kita mau keluar modal lagi untuk kasih insentif ke mereka. Ketujuh, Harga. Saat hitung-hitung harga jual dengan presentase diatas, perlu dipikirkan juga harga jual yang wajar untuk sebuah komik. Bayangkan jika kita Cuma membuat
48
halaman
dengan
8000
an,
terus
ada
pembanding yang 160 halaman dijual 12000. Kira-kira pembeli akan memilih yang mana? Kecuali kalau karya kita benar-benar menarik. Mempertimbangkan
jenis
style
komik,
gimana
caranya supaya bisa terdiferensiasi dengan produk komik generik
lainnya
hingga
tampak
khas
secara
format,
penampilan, isi dan harga memang tidak mudah, namun ini bisa menjadi nilai jual. Kedelapan, Promosi. Menaruh komik kita di Toko Buku tidak menjamin komik ludes habis. Untuk itu perlu promosi.
Promosi
perlu
budget.
Costnya
dari
mana?
Kemungkinan bisa ambil jatah sekian persen dari 20% 7
keuntungan (yang baru muncul 3-4 bulan mendatang). Ini berarti harus ada invest dana awal untuk promosi. Mau promosi murah? Namun tidak menjamin sukses. Tukar promo bisa menjadi solusi. Atau kalau punya dana cukup, bikin jinglenya di radio. Sekarang sudah ada internet, bisa buat webnya (meski tidak menjamin, karena masyarakat kita belum sepenuhnya gape teknologi maya). Bisa juga ikut pameran-pameran, kunjungan-kunjungan ke sekolah, bikin aktivitas, ikutan mejeng di galeri. Namun jika komikus terlalu sering promo juga cukup menyita waktu. Kesembilan, bisa jalur undergorund. Dengan jalur ini sebagian point diatas tidak perlu dibaca, penyebaran komik bisa teman ke teman, asal bisa menciptakan sistem yang menunjang. Ala MLM (Multi Level Marketing) misalnya, ini bisa berjalan jika kesan art nya tinggi daripada kesan produk komik massal umumnya. Kalau art nya tinggi, yang pasti cara jualnya tidak seperti di atas, tapi tentunya harus didukung dengan resolusi cetak yang juga tinggi, jadi seperti edisi ekslusif. Lalu menawarkannya bisa dengan cara MLM atau direct selling. (Pitra. 7 Juli 2004, Menerbitkan Komik
Sendiri,
editorial_indocomic.blogspot.com/2004/07/menerbitkankomik-sendiri.html) 4. Menerbitkan secara online Perkembangan
teknologi
khususnya
dalam
dunia
digital juga berimbas ke dalam wilayah komik, dan muncul dalam
wujud
berbentuk
komik
digital.
Perkembangan
digitalisasi komik ini bisa disikapi ke dalam tiga kondisi: master, potential master atau slave (McCloud, Reinventing Comics: 2005). Mereka yang masuk dalam kategori master atau potential master dapat melihat beragam peluang positif yang dimungkinkan oleh perkembangan komik digital ini, misalnya kecepatan kerja. Tetapi bagi yang masuk kategori 8
slave, akan memandangnya secara negatif, menjadikan sebagai ancaman yang bisa membuat mereka punah. Lalu yang dimaksud dengan komik digital itu yang seperti apa?
Secara sederhana, komik digital bisa dibagi menjadi empat kategori berdasarkan aplikasi digitalnya: digital production,
digital
convergence.
form,
digital
delivery
dan
digital
Digital production mengacu pada proses
berkarya dan produksi komik yang kini bisa dilakukan 100% on screen, dan tidak sekedar proses manipulasi dan olah digital semata.
Digital form mengacu pada bentuk komik
yang berbentuk digital, sehingga kini memiliki kemampuan yang borderless (tidak seperti kertas yang dibatasi ukuran dan format), sehingga komik bisa memiliki bentuk yang tidak terbatas, misalnya sangat memanjang ke samping atau ke bawah, hingga berbentuk spiral. Kemampuan kedua dari bentuk komik secara digital adalah faktor waktu yang terhitung timeless. Jika komik dalam bentuk cetak memiliki keterbatasan usia karena daya tahan kertas, maka komik digital yang berbentuk data elektronik bisa disimpan dalam bentuk digit atau byte, dan bisa ditransfer ke dalam berbagai macam media penyimpanan. Sedang kemampuan ketiga adalah kemampuan multimedia, dimana tampilan komik kini bisa dikombinasikan dengan animasi terbatas (limited animation), interaktivitas, suara dan sebagainya. Kemampuan
multimedia
pengalaman
membaca
pembacanya.
Digital
yang
delivery
bisa lebih
mengacu
memberikan lengkap pada
bagi metode
distribusi dan penghantaran komik secara digital yang dalam bentuk paperless dan high mobility. Format yang paperless memungkinkan distribusi komik digital memotong banyak sekali mata rantai proses distribusi jika dilakukan secara
analog
(misalnya
pengecer, pembeli).
dari
percetakan,
distributor,
Istilahnya only one clicks away. 9
Sedangkan fitur high mobility bisa terlaksana, karena komik dalam format digital memungkinkan data-data yang telah berbentuk kode digital tadi dibawa ke dalam gadget yang kecil dan efisien.
Di lain pihak, hal-hal yang sebaiknya
diperhatikan dalam digital delivery adalah distribusi data digital yang berbeda bentuk dan sistem dengan distribusi analog.
Misalnya distribusi komik digital secara online di
Indonesia
akan
terkait
dengan
kecepatan
akses
dan
bandwith, sehingga perlu mempertimbangkan ukuran dan format gambar dalam komik digital yang dibuat. Lalu digital convergence adalah pengembangan komik dalam tautan media lainnya yang juga berbasis digital, misalnya sebagai game, animasi, film, mobile content, dan sebagainya. Sebagai komik-komik
studi digital
banding dunia,
mengenai
berikut
ini
perkembangan akan
disajikan
sekelumit perkembangan dan kondisi komik digital di Korea. Komik Digital di Korea Sebagai salah satu negara maju di kawasan Asia, perkembangan yang paling terasa dari Korea adalah dalam bidang teknologi komunikasi dan informasi. Salah satu dari dampak perkembangan ini adalah dalam dunia hiburan berbasis digital, seperti game (khususnya game online), animasi dan komik.
Apalagi terdapat
dukungan secara resmi dari pemerintah Korea yang sejak 1994 telah melihat komik dan animasi sebagai salah satu dari
teknologi
bermuatan
budaya
(culture
contents
technology) sebagai teknologi tinggi yang penting sebagai investasi
masa
depan.
Dalam
perkembangan
industri
komiknya, kondisi di Korea bisa dibilang tidak jauh berbeda dengan Indonesia, khususnya dalam ‘persaingan’ antara komik lokal dengan invasi komik import terutama komik terjemahan dari Jepang.
Pada ajang tahunan Seoul
International Cartoon and Animation Festival (SICAF) yang biasanya juga diisi penerbit-penerbit komik dan animasi Korea, terlihat bahwa yang mayoritas ditawarkan oleh 10
mereka adalah komik-komik dari Jepang (manga).
Komik-
komik karya komikus lokal Korea sendiri bisa dibilang tidak terlalu banyak dijumpai. Uniknya, kondisi penerbitan yang didominasi oleh komik-komik import ini justru melahirkan usaha-usaha survival to the fittest, khususnya melalui pergerakan komik digital. Salah satu fenomena yang mengemuka dari dunia komik digital Korea adalah fenomena Kang Ful.
Kang Ful
adalah sosok komikus pelopor komik online/internet comic strip yang menjadi sangat terkenal setelah karyanya, Sunjeong
Manhwa
Daum.net
pada
(Love
24
Story)
Oktober
dirilis
2003.
melalui
portal
Kepopuleran
ini
ditunjukkan dengan hit/angka kunjungan pada situs komik online-nya tersebut yang telah mencapai 36 juta kali pada Mei 2006.Dari sebuah wawancara media Korea dengan Kang Ful
terungkap
bahwa
ide
dasar
‘menerbitkan’
komik
rekaannya secara online sebenarnya dipicu keputusasaan dari sang komikus yang selalu mendapat penolakan dari penerbit-penerbit saat menawarkan komiknya tersebut. Pilihan untuk self published (menerbitkan sendiri) dalam bentuk buku juga menjadi opsi yang nyaris mustahil mengingat tingginya biaya produksi dan distribusi, ditambah dengan resiko keberhasilan yang juga tinggi. Gaya ilustrasi Kang Ful sendiri tergolong dalam gaya yang naïf dengan kisah-kisah
yang
diambil
dari
kehidupan
sehari-hari
masyarakat Korea yang tinggal di lingkungan apartemen, yang mungkin dirasakan sulit untuk dijual dan menarik perhatian pembaca. Opsi yang paling memungkinkan adalah dengan go online, dan ‘menerbitkan’ komiknya ini dalam bentuk komik strip dalam sebuah portal yang terkenal, Daum.net. Kisah selanjutnya adalah suatu catatan sejarah dan menjadikan Kang Ful sebagai salah satu contoh nyata keberhasilan media komik digital.
Yang menarik adalah 11
setelah keberhasilannya di dunia virtual ini, kini posisi Kang Ful pun menjadi terbalik karena kemudian para penerbitlah yang
berbondong-bondong
menerbitkan
komik-komik
buku/printed
matter.
mengejarnya digital
Lebih
untuk
tadi
jauh
dalam
lagi,
dapat bentuk
komik
digital
Sunjeong Manhwa juga mengalami konvergensi media dengan diadaptasi menjadi sebuah pertunjukan theater (2005) dan film layar lebar (2009).
Sosok Kang Ful sendiri
telah diabadikan secara khusus melalui pameran tribute untuk dirinya pada ajang Bucheon International Comic Festival (BICOF 2006) di Korea. Prestasi yang diukir Kang Ful pun mendorong perkembangan komik digital online di Korea.
Saat ini, paling tidak terdapat dua portal besar
Korea yang mengakomodir komikus-komikus lokal untuk memajang
karya
mereka
secara
(http://comic.daum.net/home)
online,
yaitu
dan
(http://comic.naver.com/index.nhn).
Daum Naver
Kedua portal ini juga
membangun sistem khusus dalam ‘membisniskan’ komikkomik
digitalnya.
Komik-komik
yang
memiliki angka
kunjungan yang tinggi kemudian naik derajat dan pembaca harus berlangganan untuk bisa membacanya. Sedangkan komik-komik karya komikus-komikus baru biasanya bisa diakses secara gratis sebagai upaya introduksi.
Dan karena
Korea memiliki akses internet yang begitu cepat dan tak terbatas, membuat eksplorasi komik digital mereka pun makin
menjadi-jadi,
misalnya
dengan
menggabungkan
komik dengan musik latar dan unsur interaktivitas. Kondisi teknologi yang canggih ini juga menjadikan komik online Korea memiliki format yang khas.
Meski masuk kategori
komik strip, bentuk komik strip online Korea berbeda dengan format komik strip yang biasa kita kenal.
Jika
komik strip biasanya terdiri sekitar tiga hingga enam panel dan tersusun ke samping, maka komik strip Korea memiliki format
memanjang
ke
bawah
dan
pembaca
akan 12
menggulung layar (scrolling) ke bawah untuk membaca satu bagian.
Setelah itu baru pembaca berpindah ke halaman
berikutnya (yang biasanya di-upload secara rutin, jadi satu halaman scrolling adalah satu halaman komik strip).
Dan
biasanya satu halaman komik yang memanjang ini tidak dipotong-potong sesuai panel-nya tetapi penuh memanjang ke bawah yang mungkin di Indonesia akan menjadi masalah karena membutuhkan waktu loading yang lama untuk bisa menampilkan
seluruh
halaman
komik
tersebut.
Selain
muncul dalam bentuk komik strip online, komik digital di Korea juga telah merambah gadget-gadget mobile, seperti PMP (portable multimedia player, semacam PDA tetapi khusus untuk media hiburan), ponsel, PSP hingga I-pod dalam bentuk mobile cartoon.
Hal ini membuat komik
digital makin mudah diakses dimanapun dan bisa dibaca kalangan yang lebih luas selama mereka adalah kalangan yang mania dengan gadget portable berteknologi. Lalu bagaimana dengan perkembangan komik digital, khususnya komik internet di Indonesia?
Sejauh ini, komik-komik
internet yang mulai marak umumnya berbentuk halamanhalaman komik yang ditampilkan dalam situs-situs blog pribadi seperti situs Multiply (http://multiply.com), misalnya Curhat Tita dari Tita Larasati.
Munculnya situs social
network seperti Facebook bisa jadi akan membuat orangorang makin mudah membagi komik-komik pribadinya. Dari segi format, kebanyakan bentuk komik digital di Indonesia masih berupa memindahkan format halaman buku komik ke dalam halaman situs. Sehingga bisa dibilang penggunaan berbasis
multimedia
digital
belum
dan
kekhasan
dimanfaatkan
media-media
secara
optimal.
Belakangan ini kondisi komik digital online mulai positif dengan munculnya beberapa situs khusus untuk membaca komik-komik lokal, seperti Virtual X Book.
13
Penutup, melihat perkembangannya, komik digital bisa
dijadikan
sebagai
alternatif
yang
menarik
dan
memungkinkan dalam mencari peluang dari keterbatasan penerbitan dalam bentuk cetak.
Format digital sendiri
masih memungkinkan pengembangan kemungkinan media komik yang sangat luas dan out of the box. Tetapi yang perlu juga dipertimbangkan adalah format dan bentuk komik digital, khususnya komik online, mengingat masih terbatasnya peluang dan kecepatan akses internet serta mobile
content.
Yang
jelas,
segala
keterbatasan
ini
sebaiknya disikapi secara positif dan tidak menghentikan keinginan untuk terus berkarya. *Tulisan ini merupakan resume dari materi yang disampaikan pada workshop komik digital pada Indonesia ICT Award 2009 (INAICTA 2009), 29 Juli 2009, di Jakarta Hilton Convention Center. (Ahmad, Hafiz Aziz. 2009, Kenapa Komik
Digital.
http://academia.edu/1721061/Kenapa_Komik_Digital)
B. Orisinalitas (State of The Art) Komik bertema dakwah di Indonesia bisa dibilang masih sangat jarang. Ini tentu sangat mengkhawatirkan jika dibanding dengan genre komik
lain
yang
jumlahnya
lebih
banyak.
Mungkin
dikarenakan
kurangnya komikus yang berkompeten dibidangnya. Bisa dibilang Vbi Djenggoten adalah salah satu komikus dakwah yang cukup berkompeten saat ini. Cara dia berdakwah lewat komik cukup menarik, karena dikemas dengan gaya yang simpel dan kocak, juga mengangkat tema kehidupan manusia sehari-hari sehingga mudah dicerna dan diterima. Gaya Ilustrasinya juga simpel namun tetap harmonis. Salah satu komiknya yang berjudul 33 Pesan Nabi sedang menjadi best seller, bahkan rencananya akan terbit di Malaysia dalam waktu dekat.
14
Gb. 1. Komik Karya Vbi Djengotten. (Sumber: http://www.haltebikumiku.com)
Dengan komik dakwah ini, remaja atau masyarakat umum bisa belajar agama sambil dihibur oleh cerita lucu maupun visualisasi yang indah dan menyenangkan. menyenangkan Seperti yang telah saya jelaskan sebelumnya, Nayzak adalah seorang orang komikus yang menginspirasi saya, karena menurut saya cara beliau eliau sangat bagus dalam mengolah persoalan yang dituangkan ke dalam
karya
komiknya.
Caranya
sangat
bagus
dalam
mengolah
persoalan yang dituangkan ke dalam karya komiknya. Ringan namun cerdas, sehingga mudah dicerna remaja. Karya-karyanya karyanya mengangkat fenomena yang terjadi di sekitarnya, seperti fenomena islamophobia, fenomena diskriminasi kepada muslim, seperti pelarangan rangan hijab dan niqab, fenomena media mainstreem yang menstigma buruk Islam sampai fenomena atheisme. Style gambarnya beraliran manga berwarna berw terang mencolok. Untuk saat ini dia belum mempublish karya-karyanya dalam bentuk entuk komik cetak. State tate of the art dari perancangan saya : 1.
Dari segi ide, tentunya berbeda dengan Nayzak maupun
dari
komik-komik komik
sebelumnya, 15
meskipun sama-sama komik dakwah tetapi hal yang disororti berbeda, komik dakwah ini saya rancang khusus untuk remaja “gaul“ dengan berbagai fenomenanya yang menyimpang dari syariat Islam.
2.
Dari
segi
berbeda,
visualisasi, komik
saya
tentunya
juga
mempunyai
sangat gayanya
sendiri, tidak bergaya Amerika atau Jepang. Visualisasi dikemas spesial, full color, dengan ilustrasi dan karakter yang menarik, ekspresif dan lucu, disesuaikan dengan selera remaja saat ini. Keharmonisan warna, komposisi gambar sangat
diperhatikan.
Desain
panel
dibuat
berirama, tidak monoton agar pembaca tidak bosan. Pemilihan font juga tidak sembarang, menghindari font dialog yang membuat orang lelah membaca, dan menghindari font komik yang sudah mainstreem seperti anime ace. Semua itu di desain agar pembaca merasa senang dan betah membaca. 3.
Merupakan komik dakwah pertamaa di Indonesia yang
khusus
membahas
tentang
fenomena
remaja “gaul”.
C. Menggambarkan Peluang dan Tantangan Studi 1. Peluang Studi Jika berdasarkan analisa dan data-data serta fakta yang telah saya paparkan di atas, maka kesimpulan penggambaran saya terhadap peluang perancangan ini adalah sebagai berikut :
16
(1). Peluang dari perancangan ini kedepannya tentunya sangatlah menjanjikan, dikarenakan kondisi masyarakat sekarang ini tengah dikepung oleh hiburan yang kebanyakan tidak mendidik dan jauh dari Islam, terutama hiburan-hiburan yang masuk dari luar. Komik ini bisa menjadi media hiburan sekaligus belajar ilmu agama yang diminati.
Mereka butuh suatu media
hiburan
alternatif
yang
menarik, edukatif dan bisa menjadi siraman rohani bagi mereka. (2). Kurangnya komikus berkompeten untuk komik bergenre dakwah tentunya patut disayangkan, oleh karena itu mudah-mudahan karya saya ini tidak mengecewakan dan bisa mendapat sambutan baik dari remaja atau masyarakat. (3). Peluang selanjutnya komik ini kemungkinan akan dibuat berseri karena persoalan remaja gaul yang kompleks, tidak bisa dibahas hanya dalam satu buku. (4). Komik dengan isi penuh makna ini tentunya akan bisa terus digunakan dalam jangka waktu panjang, karena dasar-dasar hukum Islam sangat penting dan wajib diketahui dan diterapkan oleh setiap generasi muslim dan muslimah. (5). Tentunya komik semacam ini tidak hanya disambut baik oleh remaja, tetapi juga para orang tua. 2. Tantangan Studi Di masa Datang Tantangan pasti ada, karena dalam dunia ini tidak ada yang tidak berubah, begitu juga para insan kreatif tentunya akan terus berinovasi dalam berkarya. Tantangan kedepan adalah : (1). Bersiap menghadapi persaingan ketat dengan munculnya para insan kreatif yang berkompeten. (2). Dengan semakin besarnya minat masyarakat, kemungkinan genre komik dakwah semakin bertambah. Hal ini patut disyukuri namun ada juga dampak negatifnya jika produsen hanya memikirkan 17
kuantitas
dan
tidak
diiringi
dengan
kualitas
yang
baik
di
khawatirkan membuat image buruk terhadap komik itu sendiri. (3). Bagaimana mempertahankan kualitas karya kita, baik dari segi isi dan visual. Bahkan berusaha lebih baik dari kompetitor-kompetitor di masa yang akan datang. Karya harus up to date mengikuti perkembangan selera remaja berdasarkan jamannya baik dari segi trend mode yang berganti-ganti, trend bahasa, trend gaya. Trend art dan grafis juga berubah sesuai jamannya, saya tentunya harus bisa menyesuaikan agar remaja tidak “lari”. (4). Tantangan selanjutnya di era globalisasi dimana teknologi akan terus berinovasi, segalanya menjadi serba digital itu suatu keniscayaan, maka
dari
itu
saya
harus
mempersiapkan
rancangan
yang
mengarah kesana juga, yakni versi digital. (5). Harus bersiap dengan segala resiko yang dihadapi, ketika karya kita dinikmati masyarakat umum, kemungkinan pro dan kontra pasti ada. Oleh karena itu harus mempersiapkan mental. (6). Jika karya ini tidak di publikasi oleh penerbit maka saya perlu sponsor atau mempersiapkan modal sendiri untuk memasarkannya, atau
berbagai
alternatif
lainnya,
untuk
memasarkan
sendiri
tentunya perlu strategi marketing dan distribusi yang baik. Strategi itu lah yang harus dipersiapkan.
18