BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Agama yang ada di dunia ini mempunyai ajaran yang berbeda-beda dalam mengatur kehidupan umatnya, dengan ajaran tersebut umat beragama mampu membawa dirinya dalam segala aspek kehidupan yang berhubungan dengan Tuhannya maupun dengan masyarakat (sosial)1 karena agama sebagai sumber kekuatan untuk manusia dalam masyarakat. Agama menempati posisi dan peranan penting dalam kehidupan manusia baik dalam kehidupan perorangan maupun kelompok, baik dipandang dari segi positif maupun negatif. Karena agama sebagai akumulasi kehidupan manusia dalam realitas yang bersifat kompleks untuk menguasai dan menentukan nasibnya, sebab agama selalu menghadirkan ketenangan dalam masyarakat, maka pengalaman agama manusia selalu dipengaruhi oleh ruang dan waktu, dari segi agama yang murni di satu pihak senantiasa terjadi reaksi manusia dengan manusia yang lain, sehingga agama menampakkan wajah yang berbeda dari waktu ke waktu.2 Salah
satu
kelebihan
manusia
sebagai
makhluk
Tuhan
adalah
dianugerahinya kemampuan mengenal Tuhannya, dari kemampuan mengenal Tuhan itu timbul kemauan untuk hidup beragama. Mengenal Tuhan dan beragama adalah merupakan fitrah (naluri) yang termaterikan oleh Tuhan dalam diri manusia.3 Menurut pandangan filsafat ke-Tuhanan (theologie) manusia disebut “Homo Divinens” yaitu makhluk yang berke-Tuhanan artinya manusia memiliki kepercayaan terhadap Tuhan atau hal-hal gaib yang oleh Rudolf Otto disebut
1
Ali Saifudin. Titik Temu Mistik Antar Agama (Semarang : Teologia Fakultas Ushuluddin, 1993), hlm. 30. 2 Djam’annuri. Agama Kita Perspektif Sejarah Agama-agama (Yogyakarta : Kurnia Kalam Semesta, 2000), hlm. 5. 3 H. M. Arifin. Psikologi dan Beberapa Aspek Kehidupan Rohaniyah (Jakarta : Bulan Bintang, 1976), hlm. 236.
1
2
“Misterium Trimedum” (hal-hal gaib yang mengantarkan hatinya atau hal-hal gaib yang mempunyai daya tarik terhadap dirinya).4 Kemampuan dasar untuk beragama dapat berkembang melalui proses berfikir, melalui perasaan dan kedua-duanya didorong dan didukung oleh kemauan. Persaksian merupakan sebuah proses inisiasi seseorang dalam masuk suatu agama ataupun berpindah agama. Menurut Max Heirich ada empat faktor yang mendorong seseorang untuk masuk ataupun berpindah agama yaitu: Pertama, pengaruh Ilahi, seseorang masuk atau pindah agama didorong oleh karunia Allah. Kedua, pembebasan dari tekanan batin, dimana tekanan batin itu sendiri timbul dalam diri seseorang karena pengaruh lingkungan social. Ketiga yaitu situasi pendidikan, terbukti dengan adanya pendirian sekolah-sekolah keagamaan yang dipimpin oleh yayasanyayasan berbagai agama. Faktor yang keempat yaitu aneka pengaruh sosial meliputi pengaruh pergaulan antar pribadi yang berorientasi pada agama tetapi juga pada bidang yang profan (keilmuan, kebudayaan dan sebagainya).5 Proses konversi mempunyai tiga pengaruh besar yang bekerja sama yaitu : pertama kekuatan psikologis yang menurut M.T.L. Penido yang dikutip dari H. Carrier, SJ, dalam bukunya The Sosiology Of Religious Belonging bahwa konversi religius mengandung 2 aspek yaitu aspek pertobatan batin yang timbul dalam diri seseorang karena kesadaran subyek itu atau kelompok yang bersangkutan, sedangkan aspek yang kedua adalah pertobatan lahir yang datang dari faktorfaktor luar yang menguasai subyek atau kelompok itu, kekuatan-kekuatan luar itu berupa kejadian-kejadian yang menyusahkan maupun yang menyenangkan. Kedua kekuatan sosiologis dalam hal ini adanya pengaruh timbal balik antara kekuatan dalam (batin) dan kekuatan luar. Pengaruh yang ketiga adalah kekuatan Ilahi yang merupakan rahmat dari Tuhan.6 Persaksian merupakan kesadaran pokok seseorang dalam menganut. persaksian dalam agama Islam yang dikenal dengan syahadat adalah merupakan pilar Islam, dengan mengucapkan dalam bahasa Arab yang dihadirkan oleh para 4
Ibid., hlm. 236. D. Hendro Puspito, o.c., Sosiologi Agama (Yogyakarta : Kanisius, 1983), hlm. 80. 6 Ibid., hlm. 84. 5
3
saksi, seseorang akan menjadi muslim, tetapi persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah mempunyai implikasi yang jauh bahwa seorang utusan (Rasul) adalah nabi yang khusus yang diutus untuk menegakkan hukum Illahi, seseorang yang mengakui Muhammad sebagai utusan Allah secara tidak langsung memiliki kewajiban untuk menjalankan syari’at. 7 Persaksian dalam agama Islam merupakan rukun pertama dari kelima rukun Islam, untuk syahnya Islam seseorang harus mengucapkannya secara urut disertai dengan memahami maknanya.8 Ajaran agama Buddha berlandaskan atas lima pokok yaitu: pertama Tri Ratna yang merupakan persaksian dalam agama Buddha, kedua Catur Arya Satyani dan Hasta Arya Marga, ketiga hukum karma dan tumimbal lahir, keempat Tilakhana yaitu tiga corak umum yang terdiri dari Antya, Anatman, dan Dukkha, kelima yaitu hukum Pratitya Samutpada yaitu hukum sebab akibat yang saling bertautan.9 Seperti halnya dalam agama Islam, agama Buddha juga mempunyai persaksian, dimana persaksian tersebut terangkum dalam ajarannya yang disebut dengan Tri Ratna (Ratna Mutu Manikan / Tiga Batu Permata).10 Persaksian dalam agama Buddha tersebut berbunyi : -
Buddham Saranam Gacchami : saya mencari perlindungan kepada sang Buddha.
-
Dharman Saranam Gacchami : saya mencari perlindungan kepada Dharma
-
Sangham Saranam Gacchami : saya mencari perlindungan kepada Sangha. Persaksian tersebut nampak adanya sikap penyerahan diri kepada Buddha,
Dharman yang merupakan hukum-hukum yang diberikan oleh Buddha, Sangha yang merupakan golongan pendeta yang hidupnya memelihara kelangsungan
7
Neal Robinson. Pengantar Islam Komprehensif (Yogyakarta : Fajar Pustaka Baru, 2001), I,
hlm. 151. 8
Ali Yafie. Mengenal Mudah Rukun Iman, Rukun Ikhsan Secara Terpadu (Bandung : Al-Bayan, 1998), hlm. 29. 9 Hilman Hadikusuma. Antropologi Agama Jilid I (Bandung : Citra Aditiya Bakti, 1983) I, hlm. 217. 10 Harun Hadiwijono. Agama Hindu dan Buddha (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 1994) IX, hlm. 65.
4
upacara-upacara agama yang pada umumnnya tinggal di biara-biara11, dalam susunan kalimat kesaksian tersebut tidak disebutkan nama-nama Tuhan.12 Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat adanya perbedaan dan persamaan antara pesaksian dalam agama Buddha dan agama Islam. Hal ini merupakan
sebuah
kajian
yang
sangat
menarik
bagi
penulis
untuk
diperbandingkan. Adakah makna yang terkandung dalam persaksian tersebut dan bagaimanakan implementasi persaksian tersebut dalam kehidupan ?
B.
Pokok Masalah Sebagai konsekuensi dari sebuah kajian, harus selalu ada pokok masalah yang hendak dikaji. Adapun pokok masalah dalam skripsi ini adalah : 1. Bagaimanakah makna theologis, psikologis, dan sosiologis persaksian dalam agama Buddha dan agama Islam ? 2. Bagaimanakah implementasi persaksian dalam agama Buddha dan agama Islam dalam kehidupan ? 3. Bagaimanakan cara pelaksanaan persaksian agama Buddha dan Islam ?
C.
Tujuan dan Manfaat Penulisan Skripsi Segala aktivitas yang dilakukan seseorang dengan kesadarannya akan selalu mempunyai tujuan yang hendak dicapai. Oleh karena itu penulis juga mempunyai tujuan dalam penulisan skripsi, yaitu : 1. Untuk mengetahui dan memahami makna theologis, psikologis dan sosiologis persaksian dalam agama Buddha dan Islam. 2. Untuk mengetahui implementasi persaksian dalam agama Buddha dan agama Islam dalam kehidupan. 3. Untuk mengetahui dan memahami cara pelaksanaan persaksian dalam agama Buddha dan agama Islam.
11
H.M. Arifin. Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar (Jakarta : Golden Terayon Press, 1989) II, hlm. 97. 12 Mudjahid Abdul Manaf. Sejarah Agama (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1996) II, hlm. 28.
5
Adapun manfaat dari penulisan skripsi adalah : 1. Mendapatkan pengetahuan tentang gambaran persaksian dalam agama Buddha dan Islam. 2. Mengetahui dengan jelas cara pelaksanaan persaksian dalam agama Buddha dan agama Islam. 3. Menambah khasanah keilmuan di Fakultas Ushuluddin.
D.
Tinjauan Pustaka Sepanjang penelaahan dan penelitian penulis serta sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya bahwa dalam membahas skripsi ini penulis berusaha memakai sejumlah buku-buku atau majalah yang menunjang dan mempunyai keterkaitan dengan skripsi yang penulis buat. Pembahasan tentang ajaran Tri Ratna dan Syahadat telah banyak ditemui dalam buku, buku perbandingan agama seperti dalam bukunya Prof. H.M. Arifin, M.Ed., Menguak Misteri Ajaran Agama-agama Besar, Golden Terayon Press, Jakarta, 1990 dalam buku ini berisi tentang ajaran agama Buddha yang tersimpul dalam kesaksian keimanan yang disebut dengan Tri Ratna, kesaksian tersebut berbentuk Credo (Syahadat). Selain bukunya Prof. H.M. Arifin, M.Ed., juga ada Buku karangan Dr. Harun Hadiwijono, yang berjudul Agama Hindu dan Buddha, PT. BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1994 buku tersebut membahas khusus tentang ajaran pokok agama Buddha yaitu tentang ajaran pokok agama Buddha. Ajaran tentang Dhamma atau Dharma yang merupakan inti pokok ajaran agama Buddha yang dirumuskan dalam Catur Aryasatyani, ajaran tentang Shangha atau pendetapendeta. Selain buku-buku itu juga ada sumber yang utama yaitu kitab suci agama Buddha Tripitaka. Pembahasan tentang persaksian dalam agama Islam juga dapat dilihat pada buku karangan Neal Robinson, Ph.D yang berjudul Pengantar Islam Komprehensif, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2001. Membahas tentang makna kedua kalimat syahadat (syahadat tauhid dan syahadat Rasul), buku memurnikan Laa Ilaaha Illallah karangan Muhammad Said Al Qohthoni, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 1991 buku tersebut juga membahas tentang makna kalimat
6
tauhid Laa Ilaaha Illallah. Ada juga buku karangan DR. Muhammad Naim Yasin yang berjudul Yang Menguatkan Yang Membatalkan Iman, Penerbit Gema Insani Press, Jakarta, 1995 buku tersebut mengupas uraian rinci tentang kedua kalimat syahadat. Buku-buku tersebut merupakan sebagian buku rujukan yang akan penulis gunakan dalam karya skripsi nantinya. Masih banyak buku-buku yang membahas masalah persaksian dalam agama Buddha dan Islam.
E.
Metode Penulisan Skripsi Pemilihan metode yang tepat dalam sebuah karya ilmiah sangat membantu untuk mencapai hasil yang optimal. Oleh karena itu penulis juga menggunakan beberapa metode, yaitu : 1. Pengumpulan Data Penelitian ini adalah jenis penelitian pustaka (library research) yakni penelitian yang berusaha untuk menguak secara konseptual tentang ketentuanketentuan yang berkaitan dengan persaksian dalam agama Buddha dan agama Islam. oleh karena itu penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif dengan
kajian
pustaka,
yakni
dengan
cara
menuliskan, 13
mengklasifikasikan, mereduksi dan menyajikan data.
mengedit,
Data diambil dari
berbagai sumber tertulis. Adapun sumber yang dimaksud adalah berupa bukubuku, bahan dokumentasi dan lain sebagainya.14 Selain menggunakan metode library research penulis juga menggunakan metode field research yaitu dengan melihat langsung obyek sasaran yang akan dicapai dalam memperoleh data yang bersangkutan dalam penulisan ini, dalam hal ini penulis melakukan wawancara dengan pemuka agama Buddha dan agama Islam. 2. Sumber Data Oleh karena penelitian ini adalah penelitian pustaka, maka data diambil dari berbagai sumber tertulis sebagai berikut :
13 14
hlm. 30.
Noeng Muhajir. Metode Penelitian Kualitatif (Jakarta : Rake Sarasin, 1993) hlm. 51. Hadari Nawawi. Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta : Gajahmada Press, 1991),
7
a. Sumber data primer, yaitu sumber-sumber yang memberikan data langsung dari tangan pertama.15 Sumber primer penelitian ini adalah buku yang berjudul Agama Hindu dan Buddha karangan Dr. Harun Hadiwijono dan juga kitab suci agama Buddha (Tri Pitaka). Ada juga buku karangan Prof. H.M Arifin, M.Ed yang berjudul Menguak Misteri Ajaran AgamaAgama Besar. b. Sumber data sekunder yaitu sumber yang diperoleh, dibuat, dan merupakan perubahan dari sumber pertama, sifat sekunder ini tidak langsung.16 Sumber data yang mendukung dari menyikapi sumber-sumber primer dapat diambil dari wawancara dengan Bikkhu Adhi Purwanto dan KH. Muhidin. 3. Metode Analisis Data Setelah data-data berhasil penulis kumpulkan, tahap selanjutnya adalah analisis data. Pada tahap ini penulis menggunakan beberapa metode yang dianggap representatif untuk menyelesaikan penelitian ini, di antaranya : a. Metode Hermeneutik Secara etimologi kata hermeneutik berasal dari Yunani hermeneuia
yang berarti menafsirkan, kata bendanya hermeni, secara harfiah dapat diartikan “Penafsiran” atau “interpretasi”, sedangkan orang atau penafsirnya disebut hermeneut. hermeneutik pada dasarnya diartikan
sebagai
proses
mengubah
sesuatu
dari
situasi
ketidaktahuan menjadi mengerti, dengan demikian, penerapan hermeneutik sangat luas yaitu meliputi bidang theolgy, philosophy, linguistik, dan hukum. Secara mendasar hermeneutik adalah filosofi sebab merupakan bagian dari seni berfikir. Metode hermeneutik ini dapat diartikan sebagai cara menafsirkan simbol yang berupa teks atau benda konkret untuk dicari arti atau maknanya. Metode ini
15 16
Noeng Muhajir. Metode Penelitian ..., op.cit., hlm. 126. Imam Barnadib. Arti dan Metode Sejarah Pendidikan (Yogyakarta : FIP IKIP, 1982), hlm. 55.
8
dimaksudkan untuk menjelaskan pelaksanaan persaksian dalam agama Buddha dan Islam. b. Metode Fenomenologi Metode ini sebagai sarana interpretasi utama untuk memahami arti ekspresi-ekspresi keagamaan seperti persoalan upacara keagamaan, makhluk gaib dan lainnya.17 Pendekatan fenomenologi ini digunakan untuk mencoba menemukan struktur yang mendasari fakta keagamaan dan memahami makna yang lebih dalam, pemahaman yang bersifat subyektif seperti fikiran-fikiran, perasaan-perasaan dan maksud-maksud dari seseorang yang diungkapkan dalam tindakan-tindakan luar. Pemahaman yang bersifat subyektif ini membuat fakta menjadi suatu tindakan ibadah, bukan sekedar gerakan-gerakan tanpa makna. Metode ini digunakan untuk mengetahui dan memahami makna di balik gejala tersebut terhadap pelaksanaan persaksian tentang makna theologis, psikologis dan sosiologis dalam persaksian agama Buddha dan agama Islam. c. Metode Wawancara
Wawancara merupakan proses interaksi pewawancara dan responden untuk memperoleh keterangan sambil bertatap muka antara si pembicara dengan informan menggunakan alat yang disebut pedoman wawancara. Dalam hal ini disusun daftar pertanyaan atau kuisioner untuk memberikan jawaban kepada informan dimana setiap pertanyaan mengandung jawaban yang mempunyai makna dalam menguji hipotesis. Adapun wawanara dalam hal ini dilakukan dengan KH. Muhidin seorang Ulama’ dari Tegal dan Bikkhu Adi Purwanto dari Vihara Mahabodhi Semarang.
17
Dadang Kahmad. Metode Agama (Perspektif Ilmu Perbandingan Agama) (Bandung : Pustaka Setia, 2000), hlm. 55.
9
Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi datadata tentang pelaksanaan persaksian dalam agama Buddha dan agama Islam.18 d. Metode Komparasi Adalah suatu metode yang berusaha menemukan persamaanpersamaan dan perbedaan-perbedaan tentang benda-benda, tentang orang, tentang prosedur kerja, tentang ide-ide, kritik terhadap orang, kelompok, terhadap suatu ide / prosedur kerja.19 Metode ini digunakan untuk menemukan persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan antara kesaksian dalam agama Buddha dan Islam.
F.
Sistematika Penulisan Skripsi Skripsi ini terdiri dari lima bab, yangmana antara bab yang satu dengan yang lainnya mempunyai karakteristik yang erat. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut : Bab pertama, merupakan latar belakang masalah, kenapa penulis memilih judul ini, permasalahan, fenomena apa yang melatarbelakangi, sehingga penulis merasa tertulis mengangkat judul ini dengan mengetahui pokok permasalahan, tujuan dan manfaat penulisan skripsi. Tinjauan kepustakaan yang memberikan informasi yang ada, metode penulisan sebagai langkah untuk memperoleh data yang benar dan diakhiri dengan sistematika penulisan untuk memahami dan memudahkan pembaca skripsi ini. Bab kedua, mengenai tinjauan umum tentang persaksian dalam agamaagama yang merupakan landasan dan dasar teori sebagai titik tolak dari pembahasan “Persaksian dalam agama-agama”. Hal ini meliputi bentuk-bentuk persaksian, arti atau makna persaksian dalam agama-agama, urgensi atau pentingnya persaksian dalam agama-agama.
18
Ibid., hlm. 93. Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis (Jakarta : Rineka Cipta, 1992) VIII, hlm. 209. 19
10
Bab ketiga, merupakan gambaran khusus persaksian dalam agama Buddha dan agama Islam, dalam bab ini memuat persaksian dalam agama Buddha yang terdiri dari : arti atau pengertian persaksian dalam agama Buddha, ajaran tentang Buddha, ajaran tentang Dharma, ajaran tentang Sangha, cara pelaksanaan persaksian dalam agama Buddha, serta makna yang terkandung dalam persaksian agama Buddha. Persaksian dalam agama Islam yang terdiri dari : arti atau pengertian persaksian dalam agama Islam, syahadat tauhid, syahadat Rasul, cara pelaksanaan persaksian dalam agama Islam, makna yang terkandung dalam persaksian agama Islam. Bab keempat, bab ini merupakan analisa dari berbagai pokok masalah dalam bab-bab yang sudah dibahas di muka, yang menjadi inti pokok analisa ini meliputi : persamaan dan perbedaan persaksian dalam agama Buddha dan agama Islam serta implementasi persaksian agama Buddha dan Islam dalam kehidupan. Bab kelima, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan untuk memberikan gambaran bagi pembaca secara global tentang isi skripsi tersebut agar mudah dipahami yang disertai saran-saran yang memberi dorongan dalam melaksanakan pembahasan skripsi ini, diakhiri dengan penutup.