BAB I PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang Penelitian Kerusakan lingkungan yang berdampak pada rusaknya potensi persediaan air tanah antara lain disebabkan perubahan tata guna lahan khususnya di kawasan resapan air tanah, pembangunan permukiman dan industri serta pemompaan air tanah yang tidak terkendali. Hal tersebut menyebabkan tanah kehilangan daya resap sehingga air hujan tidak dapat terinfiltrasi, tetapi mengalir bebas dipermukaan tanah menuju selokan atau sungai yang kemudian mengalir ke laut. Jika hal tersebut berlangsung untuk periode waktu yang cukup panjang dapat menyebabkan terganggunya sistem daur hidrologi yang berakibat menurunnya kualitas dan kuantitas air tanah, terjadinya genangan banjir, erosi dan longsoran serta terjadinya intrusi air laut. Perlindungan terhadap kawasan resapan air dapat dilakukan oleh setiap komponen masyarakat untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan. Rekayasa resapan air hujan dapat dilakukan pada suatu kawasan baik di daerah hulu suatu daerah pengaliran, maupun di daerah hilir dengan memperhatikan parameter syarat kelayakan konstruksi resapan air hujan. Fenomena terganggunya sistem daur hidrologi salah satu akibatnya menyebabkan terjadinya banjir. Upaya penangangan banjir yang dilakukan harus terintegrasi yang meliputi penanggulangan secara fisik dan pendekatan sosial yang dapat dilakukan dengan peningkatan peran aktif masyarakat. Peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingya kelestarian lingkungan harus selalu ditingkatkan. Upaya pengelolaan lahan dengan memberikan ruang agar air hujan dapat meresap ke dalam tanah sangat berdampak positif (Sudarmadji, 1988).
1
Perubahan tataguna lahan pada hakekatnya merupakan suatu bentuk hasil aktifitas antara manusia dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Hal ini disebabkan oleh aktifitas manusia yang bersifat dinamis sehingga perubahan penggunaan lahan akan terjadi secara kualitas maupun kuantitasnya. Pertumbuhan kota yang antara lain ditunjukkan oleh terjadinya peningkatan jumlah dan kepadatan penduduk, tidak seimbang dengan ketersediaan lahan yang ada. Hal tersebut menyebabkan daerah perkotaan menjadi semakin padat. Tekanan penduduk terhadap lahan semakin meningkat sehingga menimbulkan permasalahan di daerah perkotaan. Akibatnya kota akan berkembang dan meluas ke daerah pinggiran kota, sehingga luasan areal terbangun menjadi semakin bertambah. Konversi dari lahan terbuka hijau menjadi lahan permukiman dan industri di Kota Semarang setiap tahun terus terjadi. Data Biro Pusat Statistik Kota Semarang tahun 2012 menunjukkan bahwa penggunaan lahan untuk permukiman menempati urutan pertama sebesar 33,12% atau sekitar 12.355,96 Ha dari luas lahan Kota Semarang sebesar 37.360 Ha. Kondisi tersebut selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya, yang juga ditandai dengan meningkatnya pembangunan perumahan yang meluas terutama pada daerah pinggiran kota wilayah selatan seperti kecamatan Ngaliyan, Mijen, Gunungpati dan Tembalang. Wilayah selatan kota Semarang yang berpotensi menjadi kawasan penyangga, karena pengembangan perumahan dan industri terjadi konversi lahan, sehingga mengubah lahan hijau yang berpotensi meresapkan air menjadi lahan yang kedap air. Kepadatan dan perluasan kawasan permukiman mengakibatkan penurunan kualitas kenyamanan hidup baik di perkotaan maupun pedesaan. Berkurangnya ruang terbuka hijau telah mengurangi fungsinya sebagai penyangga lingkungan khususnya kawasan resapan air hujan. Berkurangnya kawasan resapan akan berakibat menurunnya kualitas lingkungan, seperti terjadinya banjir, longsor, erosi dan sedimentasi. Hal ini terjadi karena air hujan yang jatuh di daerah tersebut tidak dapat terinfiltrasi tetapi akan menyebabkan peningkatan jumlah air limpasan permukaan (surface run off).
2
Potensi air yang dapat dikelola tidak lebih dari 4% dari jumlah total air di bumi, sehingga usaha konservasi merupakan suatu keharusan, mengingat tanpa konservasi yang cukup eksploitasi air tak akan lestari dalam memenuhi kebutuhan manusia dan salah satunya adalah kebutuhan air domestik atau domestic water demand yaitu kebutuhan air untuk kehidupan. Upaya perlindungan dan pelestarian sumberdaya air khususnya air tanah dapat dilakukan dengan menggunakan sistem drainase air hujan yang berwawasan lingkungan, yaitu dengan rekayasa teknis resapan air hujan. Rekayasa teknis resapan air hujan berfungsi untuk menampung air hujan yang jatuh di atap bangunan maupun yang sudah menjadi limpasan selanjutnya diresapkan ke dalam tanah. Dengan demikian kondisi tersebut dapat menambah potensi persediaan air tanah (Sunjoto, 2009) Rekayasa sistem resapan air hujan juga bertujuan untuk mengurangi debit aliran permukaan dan pengimbuhan (recharge) air tanah yang dapat dilakukan dengan pembuatan sistem resapan. Bentuk dan dimensi sistem resapan yang bervariasi dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan yang terkait pada ketersediaan air tanah dan konservasi lingkungan. Sistem resapan sebagai pengimbuhan air tanah dapat bertujuan untuk pengendalian banjir, pengisian kembali air tanah, pencegahan intrusi air laut, dan pencegahan penurunan muka tanah atau land subsidence. Penggunaan sistem resapan dapat dilakukan pada semua daerah dengan memperhatikan antara lain : struktur lapisan tanah, kemiringan lereng dan elevasi muka air tanahnya. Berdasarkan peta geologi lembar Semarang-Magelang skala 1:100.000, ada 4 formasi geologi di Kota Semarang. Terdiri dari 3 formasi geologi menyusuri daerah perbukitan yaitu Formasi Damar, Formasi Kalibium dan Formasi Breksi Vulkanik. Formasi geologi yang terletak di sepanjang pantai, berupa Endapan Aluvium. Di daerah sebelah selatan Jatingaleh, Formasi Kalibium mengalami pengangkatan dengan garis sesar agak melingkar mengelilingi Gunungapi Ungaran. Pengangkatan Kalibium membentuk karst yang dibatasi oleh 2 sesar di bagian selatan di dekat
3
Karangjati, dan di bagian utara di dekat Jatingaleh. Formasi Kalibium dengan Batuan Liat Marin memisahkan Formasi Vulkanik Gunung Ungaran dengan daerah Semarang. Akibatnya aliran air tanah dari Formasi Vulkanik Ungaran tertahan oleh Formasi Kalibium yang relatif kedap air. Daerah gunung api Ungaran bukan merupakan kawasan resapan bagi air tanah di Semarang. Kawasan resapan air tanah di Kota Semarang terletak pada Formasi Damar (Purnama, 2004) Kemiringan lereng dan kondisi struktur tanah yang sangat berbeda sering dianggap menjadi salah satu penyebab kota Semarang bagian utara yang merupakan dataran rendah sering terjadi genangan banjir. Perbedaan kondisi wilayah tersebut berpotensi untuk terjadinya aliran permukaan dengan debit yang besar di wilayah selatan, kemudian terjadinya genangan di wilayah utara serta juga dapat menyebabkan erosi dan longsoran. Berdasarkan Peraturan Daerah (Perda) Kota Semarang No. 5 tahun 2009, tentang Bangunan Gedung pasal 82 menyatakan bahwa sistem penyaluran air hujan harus direncanakan dan dipasang dengan mempertimbangkan ketinggian permukaan air tanah, permeabilitas tanah dan ketersediaan jaringan drainase lingkungan/kota. Setiap bangunan gedung dan pekarangannya harus dilengkapi dengan sistem panyaluran air hujan. Air hujan harus diresapkan kedalam tanah pekarangan dan atau dialirkan ke sumur resapan sebelum dialirkan ke jaringan drainase lingkungan/kota. Apabila jaringan drainase lingkungan/kota belum tersedia, maka pembuangan air hujan harus dilakukan melalui proses peresapan atau cara-cara lain yang ditentukan instansi yang berwenang. Memperhatikan Perda No. 5 tahun 2009 tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap rumah dan bangunan dipersyaratkan untuk menyediakan lahan sebagai sumur resapan, serta bagi setiap warganegara yang mengajukan permohonan IMB diwajibkan membuat sumur resapan. Berdasarkan uraian tersebut kondisi air hujan dan resapan sebagai salah satu usaha untuk meresapkan air hujan sangat menarik untuk diteliti.
4
1.2.Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah dapat dirumuskan beberapa permasalahan penelitian sebagai berikut : 1. Kota Semarang yang terletak di wilayah pesisir propinsi Jawa Tengah mengalami pertumbuhan yang cukup pesat, termasuk penyediaan sarana dan prasarana. Hal ini berpengaruh pada perubahan tata guna lahan. Wilayah yang sebelumnya berfungsi sebagai perkebunan, pertanian dan persawahan, sebagian telah berubah menjadi kawasan permukiman. Kondisi ini mempengaruhi proses terjadinya resapan air hujan dan mengurangi potensi air tanah, sehingga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Penerapan sistem resapan air hujan di kawasan permukiman Kota Semarang yang didasarkan pada kondisi fisik daerah penting untuk dilakukan. 2. Keterlibatan aktif masyarakat untuk berperan dalam menjaga lingkungan sangat diperlukan. Penerapan sistem resapan air hujan sebagai salah satu aktifitas untuk konservasi air tanah dalam pelaksanaannya ditentukan oleh seluruh stakeholder. Keterlibatan masyarakat sebagai salah satu komponen pelaksana sangat menentukan keberhasilan program yang dilakukan. Sehingga tanggapan masyarakat dengan variabel sikap dan pengetahuan merupakan salah satu unsur yang penting untuk diteliti.
1.3.Tujuan Penelitian Penelitian ini menganalisis tentang penerapan sistem resapan air hujan di kawasan permukiman Kota Semarang, dengan meneliti tinggi muka air tanah, permeabilitas dan kemiringan lereng serta tanggapan masyarakat tentang penerapan sistem resapan air hujan. Selanjutnya dari data-data tersebut dianalisis dan direncanakan bentuk serta dimensi sistem resapan yang cocok digunakan, serta peta sebaran wilayahnya. Secara lebih spesifik tujuan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
5
1. Membuat perhitungan dimensi dan tipe sistem resapan air hujan untuk setiap kawasan permukiman yang memenuhi syarat kondisi fisik daerah, yaitu tinggi muka air tanah, koefisien permeabilitas, dan sudut kemiringan lereng. 2. Membuat peta sebaran wilayah yang layak dibuat sistem resapan air hujan dan dimensinya serta ditampilkan dalam sistem informasi geografis. 3. Mengetahui hubungan tanggapan masyarakat tentang sistem resapan air hujan berdasarkan variabel pengetahuan dan sikap. Penelitian ini dianggap penting, mengingat beberapa pertimbangan : a. Kerusakan hutan berdampak pada penurunan daya resap air ke dalam tanah dan mengakibatkan meningkatnya aliran permukaan. Aliran permukaan tidak saja akan menggerus lapisan tanah yang subur tetapi juga akan berdampak pada munculnya daerah yang rentan terhadap erosi dan lonsoran. b. Sistem resapan air hujan dapat mengurangi terjadinya debit aliran permukaan atau surface run off sehingga dapat mengurangi volume air yang menjadi penyebab genangan air banjir. c. Sistem resapan dapat meningkatkan potensi air tanah, khususnya pada musim penghujan akan menyimpan air dalam volume yang besar dan dapat dimanfaatkan pada musim kemarau.
1.4.Kegunaan Penelitian Studi ini mempunyai 2 macam kegunaan yang penting, yaitu kegunaan ilmiah dan kegunaan pragmatis. Kegunaan ilmiah terkait pada upaya pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan sistem resapan air hujan dan konservasi air tanah. Kegunaan pragmatis berkaitan dengan program pembangunan di Indonesia pada umumnya dan di Kota Semarang pada khususnya berkaitan dengan penggunaan sistem resapan air hujan. Secara lebih spesifik manfaat penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
6
1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam penerapan sistem resapan air hujan di kawasan permukiman Kota Semarang berdasarkan kondisi fisik daerah. 2. Hasil kajian dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam menentukan bentuk dan dimensi sistem resapan yang dapat digunakan pada masing-masing kawasan permukiman di Kota Semarang. 3. Didapat peta sebaran wilayah yang layak dan tidak layak untuk dibuat sistem resapan air hujan. 4. Melengkapi Perda Kota Semarang, khususnya Perda No. 5 tahun 2009 tentang bangunan yang salahsatunya kewajiban pembuatan sumur resapan dengan memperhatikan zoning sebaran wilayah dan dimensinya. 5. Hasil penelitian ini dapat diketahui tanggapan masyarakat tentang pembuatan sistem resapan air hujan.
1.5.Keaslian Penelitian Karya tulis berupa hasil penelitian yang membahas tentang sistem resapan cukup banyak, baik yang membahas aspek teknis konstruksi maupun sosial kemasyarakatan. Beberapa penelitian terdapat pada Tabel 1.1.
7
Tabel 1.1. Penelitian tentang sistem resapan yang pernah dilakukan No 1
Peneliti 2
Tahun 3
Judul Penelitian 4
Metode Penelitian 5
Lokasi
1
Dollah Purba
1990
Sumur resapan untuk kawasan Universitas Gadjah Mada
2
Moeljono
1995
Pengaruh sumur resapan air hujan terhadap kuantitas dan kualitas air tanah di wilayah Kotamadya Yogyakarta
3
Budi Santoso
1996
Model numerik aliran air tanah melalui sumur pada sistem aquifer tak terkekakang
Pegujian lapangan Kawasan Universitas 1. Mengalirkan dengan segera dan uji laboratorium Gadjah Mada air hujan yang jatuh, masuk ke dalam tanah melalui sumur-sumur resapan. Untuk menghindarkan terjadinya genangan diperlukan sumursumur resapan dengan dimensi yang memadai, sehingga kawasan akan bebas dari genangan air hujan dan menambah cadangan air tanah. Pengukuran lapangan Kotamadya 1. Mengkaji besarnya pengaruh Yogayakarta sumur resapan air hujan terhadap kualitas air tanah dan terhadap pelestarian alam stabilitas kualitas air tanah tak tertekan melalui sumur gali. 2. Mengkaji tanggapan dan peran serta masyarakat terhadap pembuatan sumur resapan air hujan Pemodelan aliran air Pengujian 1. Membuat suatu alat bantu tanah dengan metode Laboratorium berupa model numerik, yang Iterative alternating dapat dipakai untuk Direct implicit, diuji melakukan simulasi lairan air dgn hasil analisis tanah melalui suatu sumur metode Theis
6
Tujuan Penelitian 7
8
Lanjutan 1
2
3
4
Winaryo
1996
5
Sri Adelia S
1998
6
Muhsinatun Siasah Masruri
1999
7
Tricahyo. N
2001
4
5
6
7 1. Mengkaji hidrologi air tanah bebas. 2. Membuat zonasi resapan air hujan. 3. Menentukan kedalaman efektif sumur resapan yang sesuai setiap zone. 1. Mengetahui pengetahuan, sikap dan tingkat partisipasi masyarakat dlm pembuatan sumur resapan air hujan serta faktor yang berpengaruh. 2. Mengetahui kesesuaian tata letak dan ukuran sumur resapan air hujan. 1. Membandingkan pengetahuan tentang sumur resapan air hujan yang diperoleh melalui strategi diskusi dan strategi ceramah pada masyarakat secara keseluruhan dan untuk mengetahui strategi yang efektif bagi kelompok kosmopolit dan lokalit. 1. Mengkaji tentang efektifitas sumur resapan air hujan. 2. Mengkaji tanggapan masyarakat tentang pembuatan sumur resapan air hujan.
Zonasi resapan air hujan untuk penentuan dimensi sumur resapan di daerah sub kawasan resapan antara sungai Kuning dan sungai Boyong kabupaten Sleman Pengetahuan, sikap dan partisipasi masyarakat dalam pembuatan sumur resapan air hujan, studi kasus di desa Minomartani dan Pakem Binangun Kabupten Sleman
Pengujian lapangan
Sungai Kuning dan Sungai Boyonh Kab. Sleman Yogyakarta
Metode survei
Desa Minomartani dan desa Pakem – binangun Kabupaten Sleman Yogyakarta
Sumur resapan air hujan sebagai sarana konservasi sumberdaya air tanah (eksperimen tentang strategi penyampaian pengetahuan sumur resapan air hujan pada masyarakat Kota Yogyakarta) Perencanaan sumur resapan air hujan untuk konservasi air tanah di kec. Sawangan Depok Jawa Barat
Metode eksperimen dengan penyampaian materi dengan strategi ceramah dan diskusi
Pengujian lapangan
Kotamadya Yogyakarta
Kec. Sawangan Kab. Depok Jawa Barat
9
Lanjutan 1
2
3
4
5
8
Sumiyadi
2002
Karakteristik genangan air Pengujian lapangan hujan di Simpang lima Semarang
9
Bagus Setiabudi Wiwoho
2004
Potensi kawasan resapan air hujan di sub DAS Metro Malang, Jawa Timur
Pengukuran lapangan
Penerapan sistem resapan air hujan di kawasan Permukian Kota Semarang
Pengukuran lapangan dan pengujian lab
10
Nur Qudus
2014
6
7
Kawasan Simpang Lima Kota Semarang
Sub DAS Metro Kab. Malang Jawa Timur
1.
2.
Kota Semarang
1.
2.
3.
4.
Mengetahui karakteristik genangan di jaringan drainase kawasan Simpang lima Semarang untuk hujan yang terjadi dengan periode ulang 2, 5 dan 10 tahun, dengan sedimen di saluran diasumsikan sebesar 0, 10, 20, 30 dan 40% kondisi sebelum dan sesudah penerapan sistem resapan air hujan Menentukan daerah yang memiliki potensi resapan air hujan. Membandingkan hasil penentuan potensi kawasan resapan air hujan, antara intensitas hujan dan tingkat infiltrasi dengan metode Brans by Williams Menganalisis sistem resapan air hujan berdasarkan kondisi fisik daerah. Membuat bentuk dan dimensi sistem resapan untuk masingmasing kawasan permukiman berdasar kondisi fisik daerah Membuat peta sebaran wilayah yang layak dibuat sistem resapan berdasarkan bentuk dan dimensi Mengetahui tanggapan masyrakat tentang sistem resapan berdasarkan pengetahuan dan sikap
10
Penelitian yang lebih spesifik tentang penerapan sistem resapan air hujan di kawasan permukiman Kota Semarang belum pernah dilakukan. Hasil penelitian ini dapat ditemukan tentang penerapan sistem resapan berdasarkan kondisi fisik daerah, bentuk dan dimensi sistem resapan dan pemetaan zone sebaran wilayah penggunaan sistem resapan. Penelitian ini juga diharapkan dapat melengkapi Peraturan daerah (Perda) WaliKota Semarang tentang bangunan, dengan melengkapi zone sebaran wilayah, bentuk dan dimensi serta daerah yang layak untuk penerapan sistem resapan air hujan di daerah permukiman. 1.6 Batasan Penelitian Beberapa batasan istilah yang digunakan dalam penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Sistem resapan air hujan merupakan
bangunan yang dapat berfungsi untuk
menampung air hujan agar mempunyai waktu tinggal di permukaan tanah lebih lama, sehingga sedikit demi sedikit air dapat meresap ke dalam tanah (melalui proses infiltrasi dan perkolasi). Pada kondisi ini diharapkan air hujan yang tertampung akan lebih banyak meresap ke dalam tanah, sehingga akan menambah cadangan air tanah dan mengurangi limpasan permukaan. 2. Wilayah resapan merupakan wilayah yang berfungsi untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah sebagai pengisian air tanah. 3. Sistem resapan vertikal menggunakan sumur resapan (recharge well), dan sistem resapan horizontal menggunakan parit resapan (recharge trench). 4. Sumur resapan air hujan (recharge well) adalah suatu sumur yang berfungsi untuk meresapkan air hujan ke dalam tanah dan ideal untuk kawasan yang elevasi muka air tanahnya lebih dari -3.00 meter. Dasar sumur mencapai lapisan tanah porus agar air cepat meresap ke dalam tanah (Sunjoto, 2009). Dimensi sumur resapan rencana adalah besaran sumur resapan yang direncanakan, meliputi : ukuran jarijari, kedalaman dan tinggi dinding sumur.
11
5. Parit resapan air hujan (recharge trench) adalah parit yang berfungsi meresapkan air hujan ke dalam tanah dan cara ini diterapkan pada keadaan muka air tanah berada pada elevasi antara 1-3 meter (Sunjoto, 2009). Dimensi parit resapan rencana adalah besaran parit resapan yang direncanakan, meliputi : ukuran lebar, panjang dan tinggi parit resapan 6. Koefisien permeabilitas merupakan kemampuan batuan atau tanah untuk meluluskan air (Todd, 1980) 7. Hujan merupakan masukan utama suatu daerah aliran sungai yang dibedakan menjadi jumlah atau tebal hujan, durasi, dan intensitas hujan (Sri Harto, 2000) 8. Kawasan permukiman adalah suatu bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan (Anonim, 1992) 9. Perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan (Anonim, 1992).
12