BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Perdagangan
internasional
semakin
besar
peranannya
terhadap
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Sehingga keadaan suatu negara dalam dunia perdagangan internasional menjadi fokus bagi pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Persoalan yang dihadapi suatu negara dalam sebuah perdagangan internasional adalah adanya surplus dan defisit neraca perdagangan. Suatu negara mengalami surplus neraca perdagangan ketika nilai ekspor negara tersebut lebih besar dibandingkan nilai impornya. Dampak utama dari surplus yang dialami suatu negara adalah bertambahnya jumlah valuta asing yang masuk ke dalam negara tersebut dan memicu terjadinya inflasi. Sedangkan, suatu negara mengalami defisit neraca perdagangan ketika nilai impor negara tersebut lebih tinggi dari nilai ekspornya. Dampak utama dari defisit neraca perdagangan yang dialami suatu negara adalah jumlah valuta asing yang semakin berkurang. Penguasa pasar dunia mengalami pergeseran sejak tahun 2000an. Amerika Serikat dan Jepang yang menjadi penguasa pasar dunia selama bertahun-tahun, secara perlahan mulai dikalahkan dengan hadirnya Tiongkok. Secara perlahan Tiongkok menjadi kekuatan utama perekonomian dunia. Kondisi tersebut berdampak pada ASEAN. Tiongkok secara perlahan menjadi partner dagang utama dari ASEAN. Gambar 1.1 merupakan gambar negara asal impor utama dari
2
ASEAN pada tahun 2012. Pada gambar 1.1 dapat dilihat bahwa Tiongkok merupakan negara asal impor utama ASEAN dengan besar lebih dari 14 persen dari keseluruhan total impor yang dilakukan oleh ASEAN. Tingkat impor dari Tiongkok ini berada pada peringkat teratas melebihi impor ASEAN dari Jepang (11,2 persen), EU-28 (9,6 persen), USA (7,5 persen), Korea Selatan (6,2 persen), dan Taiwan (5 persen). Tingkat impor dari Tiongkok hanya kalah dari impor yang dilakukan pada sesama negara anggota ASEAN (22,8 persen). Kondisi hampir serupa juga terjadi pada negara tujuan ekspor utama ASEAN (gambar 1.2). Tiongkok masih menduduki peringkat pertama sebagai negara tujuan ekspor utama ASEAN dengan lebih dari 11 persen dari total keseluruhan ekspor ASEAN. Tujuan ekspor ASEAN lainnya antara lain Jepang (10,1 persen), EU-28 (10 persen), USA (8 persen), Hong Kong (6,4 persen), dan Korea Selatan (4,6 persen). Kondisi ini semakin memperjelas bahwa Tiongkok merupakan mitra dagang utama ASEAN. Gambar 1.1
3
Sumber: ASEAN Statistical Yearbook 2013 Gambar 1.2
Sumber: ASEAN Statistical Yearbook 2013
ASEAN mengalami defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok, baik secara total maupun bilateral dalam beberapa tahun terakhir. Tabel 1.1 merupakan tabel neraca perdagangan ASEAN menurut negara tujuan pada tahun 2005—2012. Dalam tabel tersebut dapat dilihat bahwa defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN terhadap Tiongkok merupakan yang tertinggi diantara mitra dagang ASEAN lainnya. Nilai defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN dan Tiongkok pada tahun 2005 sebesar 8 juta USD dan meningkat menjadi 21 juta USD pada tahun 2008. Defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN terhadap Tiongkok sempat mengalami penurunan pada tahun 2009 hingga tahun 2010 ,yang disebabkan adanya krisis global dan disepakatinya ASEAN Tiongkok Free Trade
4
Area (ACFTA), menjadi 15 juta USD pada tahun 2009 dan, mencapai angka terendah selama 6 tahun, menjadi 6 juta USD pada tahun 2010. Namun, angka defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN dan Tiongkok kembali mengalami peningkatan pada tahun 2011 dan 2012 menjadi 24 juta USD pada tahun 2011 dan mencapai angka tertinggi menjadi 35 juta USD pada tahun 2012. Hubungan bilateral antara ASEAN dan Tiongkok mulai mengalami perkembangan sejak awal tahun 2000. Hubungan bilateral ASEAN-Tiongkok dalam bidang perdagangan diawali dengan ditandatanganinya Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation 1 pada bulan November 2002. Selanjutnya secara berturut-turut ditantangani Trade in Goods Agreement, Trade in Service Agreement, dan The Investment Agreement pada tanggal 29 November 2004, 14 Jamuari 2007, dan 15 Agustus 2009. Pada tanggal 1 Januari 2010 ACFTA resmi berlaku di ASEAN-6 (Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand) dan Tiongkok. Sedangkan untuk negara CLMV (Kamboja, Laos, Myanmar, dan Vietnam) ACFTA berlaku pada tanggal 1 Januari 2015. Mangapul (2011) dalam penelitiannya berkesimpulan bahwa salah satu penyebab terjadinya peningkatan hubungan dagang bilateral antara negara anggota ASEAN dan Tiongkok adalah bahwa komoditas yang diperdagangkan antara kedua belah pihak sama-sama dianggap penting oleh rekan dagangnya. Selain itu, dalam penelitiannya, penyebab utama adanya defisit neraca perdagangan ASEAN dan Tiongkok secara terus menerus adalah disebabkan oleh kapasitas prosduksi Tiongkok yang melampaui kapasitas produksi negara 1
Lihat http://www.asean-Tiongkok-center.org/english/ Framework Agreement on Comprehensive Economic Cooperation
5
individual anggota ASEAN, baik dari sisi kuantitas (GDP Tiongkok sekitar tiga kali lipat GDP total ASEAN) maupun kualitas atau keragaman komoditas yang diperdagangkan karena adanya pengalaman yang lebih yang dimilik oleh Tiongkok. Tabel 1.1 Neraca Perdagangan ASEAN Menurut Negara Tujuan, 2005—2012
Sumber: ASEAN Secretariat database
Peningkatan volume perdagangan ekspor dan impor antara ASEAN dan Tiongkok disebabkan peningkatan volume perdagangan dari masing-masing negara anggota ASEAN terhadap Tiongkok.. Tabel 1.2 merupakan volume ekspor negara anggota ASEAN ke Tiongkok. Nilai ekspor semua negara anggota
6
ASEAN ke Tiongkok mengalami peningkatan dari tiap tahunnya. Nilai ekspor masing-masing negara anggota ASEAN ke Tiongkok mencapai nilai tertinggi pada tahun 2013. Peningkatan nilai ekspor negara anggota ASEAN diikuti dengan peningkatan nilai impor negara anggota ASEAN dari Tiongkok. Tabel 1.4 merupakan nilai impor negara anggota ASEAN dari Tiongkok pada tahun 2009— 2013. Semua negara anggota ASEAN mengalami peningkatan volume impor dari Tiongkok pada tiap tahunnya. Sebagai contoh, Indonesia mengalami peningkatan nilai impor dari Tiongkok dari sebesar 14 juta USD pada tahun 2009 dan meningkat menjadi 35 juta USD. Kenaikan nilai impor dari Tiongkok ini dapat diartikan semakin meningkatnya ketergantungan perdagangan dengan Tiongkok sebagai mitra dagang utama. Seperti halnya nilai ekspor ke Tiongkok, nilai impor dari Tiongkok mencapai titik maksimal pada tahun 2013 dan diperkirakan akan terus meningkat untuk tahun-tahun selanjutnya.
Tabel 1.2 Ekspor 10 Negara ASEAN ke Tiongkok (USD) Tahun Negara
2009
2010
2011
2012
2013
Kamboja
16.382.664
65.007.580
154.598.036
182.895.514
280.544.500
Indonesia
11.499.327.261
15.692.611.103
22.941.004.929
21.659.502.652
22.601.487.232
Filipina
2.933.923.482
5.724.466.517
6.102.252.267
6.159.105.793
6.582.556.741
Malaysia
19.103.882.149
25.057.168.797
29.821.382.323
28.742.900.356
30.775.462.371
Thailand
16.123.831.401
21.473.195.343
27.402.402.319
26.899.634.089
27.238.223.902
Singapura
26.302.522.753
36.350.531.361
42.681.964.887
43.912.054.540
48.369.900.743
5.402.978.312
7.742.949.838
11.613.323.632
12.835.975.642
13.177.694.493
Laos
367.319.183
601.489.848
827.588.282
787.757.979
1.010.079.275
Myanmar
646.122.186
966.087.338
1.679.872.844
1.298.225.942
2.856.866.581
282146357
664329970
566815740
373085183
89803505
Vietnam
Brunei
Sumber: UNComtrade, data diolah
7 Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekspor 10 Negara ASEAN ke Tiongkok (%) Tahun No.
Negara
2010
2011
2012
2013
1
Kamboja
297
138
18
53
2
Indonesia
36
46
-6
4
3
Filipina
95
7
1
7
4
Malaysia
31
19
-4
7
5
Thailand
33
28
-2
1
6
Singapura
38
17
3
10
7
Vietnam
43
50
11
3
8
Laos
64
38
-5
28
9
Myanmar
50
74
-23
120
135
-15
-34
-76
10
Brunei
Sumber: UNComtrade, data diolah
Tabel 1.4 Impor 10 Negara ASEAN dariTiongkok (USD) Tahun Negara
2009
2010
2011
2012
2013
Kamboja
882.462.176
1.186.280.549
1.738.932.163
2.162.204.603
3.004.291.380
Indonesia
14.002.169.898
20.424.217.014
26.212.186.253
29.387.066.842
29.849.460.256
Filipina
4.060.394.089
4.954.295.254
6.504.582.504
7.136.409.946
8.554.076.973
Malaysia
17.245.921.353
20.679.866.301
24.710.273.049
29.723.042.078
33.728.561.368
Thailand
17.028.921.054
24.239.367.066
30.581.153.418
36.956.544.126
37.726.632.745
Singapura
25.927.368.791
33.665.594.495
37.995.259.665
39.168.337.213
43.689.141.071
Vietnam
16.673.276.462
20.203.642.860
24.866.391.546
29.034.966.032
36.886.477.896
Laos
376.649.989
483.622.848
476.254.609
937.094.035
1.722.576.814
Myanmar
2.261.242.729
3.475.524.257
4.821.497.462
5.673.756.230
7.338.688.821
Brunei
140.454.760
367.609.052
744.393.812
1.252.438.159
1.703.776.234
Sumber: UNComtrade, data diolah
Tabel 1.5 Pertumbuhan Impor 10 Negara ASEAN dari Tiongkok (%) Tahun No. 1
Negara Kamboja
2010 34
2011 47
2012 24
2013 39
2
Indonesia
46
28
12
2
3
Filipina
22
31
10
20
4
Malaysia
20
19
20
13
5
Thailand
42
26
21
2
6
Singapura
30
13
3
12
8 7
Vietnam
21
23
17
27
8
Laos
28
-2
97
84
9
Myanmar
54
39
18
29
162
102
68
36
10
Brunei
Sumber: UNComtrade, data diolah
Beberapa negara anggota ASEAN mengalami kondisi dimana peningkatan nilai ekspor ke Tiongkok lebih kecil dari nilai peningkatan nilai impor dari Tiongkok. Kondisi ini menyebabkan nilai defisit neraca perdagangan bilateral negara tersebut terhadap Tiongkok semakin membesar. Tabel 1.6 memberikan gambaran neraca perdagangan bilateral negara anggota ASEAN terhadap Tiongkok pada tahun 2009—2013. Dari 10 negara anggota ASEAN, hanya Singapura yang tidak mengalami defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok selama lima tahun terakhir. Sedangkan untuk sembilan (9) negara anggota ASEAN lainnya mengalami peningkatan nilai defisit neraca perdagangan dengan Tiongkok. Peningkatan nilai defisit neraca perdagangan negara anggota ASEAN secara individu yang menjadi salah satu penyebab defisitnya neraca perdagangan kawasan ASEAN terhadap Tiongkok beberapa waktu ini. Tabel 1.6 Neraca Perdagangan Negara Anggota ASEAN Terhadap Tiongkok Negara
2009
2010
2011
2012
2013
Kamboja
-866.079.512
-1.121.272.969
-1.584.334.127
-1.979.309.089
-2.723.746.880
Indonesia
-2.502.842.637
-4.731.605.911
-3.271.181.324
-7.727.564.190
-7.247.973.024
Filipina
-1.126.470.607
770.171.263
-402.330.237
-977.304.153
-1.971.520.232
Malaysia
1.857.960.796
4.377.302.496
5.111.109.274
Thailand
-905.089.653
-2.766.171.723
-3.178.751.099
-980.141.722 10.056.910.037
-2.953.098.997 10.488.408.843
Singapura Vietnam
375.153.962 11.270.298.150
2.684.936.866 12.460.693.022
4.686.705.222 13.253.067.914
4.743.717.327 16.198.990.390
4.680.759.672 23.708.783.403
Laos
-9.330.806
117.867.000
351.333.673
-149.336.056
-712.497.539
9
Myanmar
-1.615.120.543
Brunei 141.691.597 Source: UNComtrade (data diolah)
-2.509.436.919
-3.141.624.618
-4.375.530.288
-4.481.822.240
296.720.918
-177.578.072
-879.352.976
-1.613.972.729
Defisit perdagangan yang dialami ASEAN dalam perdagangan bilateral dengan Tiongkok
menjadi masalah bagi negara anggota ASEAN. Sehingga
kondisi ini perlu diatasi. Langkah pertama yang dilakukan adalah dengan menganalisis apa yang menjadi penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN terhadap Tiongkok. Faktor-faktor penyebab dari defisit neraca perdagangan suatu negara dapat secara langsung terkait pada kinerja perdagangan komoditas negara tersebut. Telah banyak penelitian akan penyebab langsung dari defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN dan Tiongkok. Yang&Heng (2010) beranggapan bahwa salah satu penyebab defisit neraca perdagangan yang dialami ASEAN dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok adalah ASEAN mengekspor barang primer dan mengimpor barang manufaktur dari Tiongkok. Hal ini membuat ASEAN harus mengeluarkan lebih banyak biaya dibandingkan dengan Tiongkok. Penyebab lainnya, menurut Yang&heng (2010), adalah nilai tukar masing-masing negara Anggota ASEAN terhadap Yuan
2
. Semakin
terapresiasi nilai mata uang negara anggota ASEAN, maka akan semakin mahal barang tersebut. Dengan kata lain mengurangi tingkat ekspor ASEAN ke Tiongkok. Mangapul (2011) dalam penelitiannya menemukan beberapa faktor yang menjadi penyebab defisit neraca perdagangan yang dialami oleh ASEAN
Yuan di ―pegged‖ ke dalam US Dollar, lihat dalam Yang dan Heng, Promoting ChinaASEAN Economic Cooperation under CAFTA Framework, December 2010, pp. 667-684, dalam International Journal of China Studies. 2
10
dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok. Faktor yang pertama adalah rasio harga ekspor ASEAN terhadap harga impor ASEAN. Faktor lainnya adalah perbedaan pendapatan negara anggota ASEAN dengan Tiongkok. Faktor yang terakhir adalah nilai tukar masing-masing negara anggota ASEAN terhadap Yuan. Penyebab dari defisit neraca perdagangan suatu negara yang lain adalah faktor eksternal. Faktor eksternal tersebut dapat berasal dari dalam negara tersebut dan/atau dapat berasal dari negara rekan dagang. John M Keynes membangun sebuah model yang mampu menjelaskan pengaruh faktor eksternal, yang berasal dalam negara tersebut, dan faktor eksternal yang berasal dari negara rekan dagang, yang lazim dikenal dengan nama model Two Gap Approach. Model Two Gap Approach menjelaskan bahwa neraca perdagangan suatu negara dipengaruhi oleh faktor eksternal yang berasal dari negara itu sendiri, yang dinyatakan dalam gap anggaran negara yang bersangkutan, dan faktor eksternal yang berasal dari rekan dagang, dijelaskan oleh gap tabungan-investasi di negara rekan dagang. Contoh kasus yang menggunakan model Two Gap Approach adalah kasus defisit neraca perdagangan bilateral Amerika Serikat terhadap Jepang. Pada saat tersebut, Amerika Serikat menuding surplus neraca tabungan-investasi Jepang sebagai penyebab defisit neraca perdagangan bilateral Amerika Serikat terhadap Jepang. Dipihak lain, Jepang menuding kebijakan defisit anggaran Amerika Serikat sebagai penyebab dari defisit neraca perdagangan bilateral Amerika Serikat terhadap Jepang. Pada penelitian ini model Two Gap Approach diharapkan mampu menjelaskan penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN terhadap Tiongkok apakah disebabkan oleh gap anggaran negara anggota
11
ASEAN, dalam arti kesalahan kebijakan negara anggora ASEAN, atau disebabkan oleh gap tabungan-investasi Tiongkok, dalam arti merupakan ―skenario‖ dari Tiongkok sebagai rekan dagang ASEAN. Berdasarkan uraian diatas, maka judul penelitian ini adalah ―Penerapan Model Two Gap Approach
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dapat diketahui bahwa selama beberapa waktu terakhir, dalam perdagangan bilateral ASEAN dan Tiongkok, pihak ASEAN selalu mengalami defisit neraca perdagangan. Untuk mengatasi masalah tersebur dilakukan dengan mencari penyebab dari defisit neraca perdagangan yang dialami ASEAN tersebut. Penelitian ini fokus menganalisis penyebab terjadinya defisit neraca perdagangan bilateral antara negara anggota ASEAN dengan Tiongkok menggunakan Model Two Gap Approach. Untuk itu, masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut; 1. Apakah defisit neraca perdagangan negara anggota ASEAN, dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok, disebabkan oleh defisit anggaran di negara anggota ASEAN itu sendiri? 2. Apakah defisit neraca perdagangan negara angora ASEAN, dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok, disebabkan oleh surplus neraca tabungan-investasi di Tiongkok?
12
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis pengaruh defisit anggaran negara anggota ASEAN terhadap defisit neraca perdagangan negara anggota ASEAN dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok. 2. Untuk
menganalisis
penegaruh
surplus
neraca
tabungan-investasi
Tiongkok terhadap defisit neraca perdagangan negara anggota ASEAN dalam perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok. 1.4 Manfaat Penelitian Kontribusi yang dapat diberikan penelitian ini adalah: 1. Sebagai syarat untuk dapat memperoleh gelar Sarjana di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada. 2. Bagi rekan mahasiswa, dapat menambah perbendaharaan literatur penelitian di bidang perdagangan intenasional di kawasan ASEAN. 3. Bagi khalayak umum, dapat menambah informasi tentang perdagangan bilateral antara kawasan ASEAN dengan Tiongkok.
1.5 Metodologi Analisis 1.5.1 Model Penelitian Model yang digunakan pada penelitian kali ini menggunakan model Two Gap Approach. Model ini merupakan modifikasi model pendapatan nasional Keynes pada perekonomian terbuka. Model Two Gap Approach, yaitu:
13
Y = C + I + G + (X – M)
(1)
Ditambahkan variabel pajak (T – T) pada ruas kanan persamaan (1), menjadi
Y = C + I + G + (X – M) + T – T
(2)
X–M=Y–C–I–G+T–T
(3)
X–M=Y–T–C–I+T–G
(4)
Atau
Dimana, S = Y – C – T Dengan memasukkan variabel S pada persamaan 4, maka model tersebut menjadi:
(X – M) = (S – I) + (T – G)
(5)
Keterangan: NX (X – M): nilai ekspor bersih; S: nilai tabungan; I: nilai investasi; T: penerimaan pajak pemerintah; G: pengeluaran pemerintah Dari persamaan (5) diatas dapat dijelaskan bahwa neraca perdagangan suatu negara dipengaruhi oleh gap tabungan-investasi negara tersebut dan gap anggaran negara tersebut. a. Two gap approach pada negara anggota ASEAN: (X – M)* = (S – I) + (T – G)*
(6)
Dengan mengasumsikan nilai gap tabungan-investasi negara anggota ASEAN
tetap
dan
tidak
berpengaruh
terhadap
nilai
neraca
perdagangannya, maka nilai neraca perdagangan masing-masing negara anggota ASEAN tersebut dipengaruhi oleh nilai gap anggaran masingmasing negara.
14
b. Two gap approach pada Tiongkok (X – M)* = (S – I)* + (T – G)
(7)
Dengan mengasumsikan nilai gap anggaran Tiongkok tetap dan tidak mempengaruhi nilai neraca perdagangan Tiongkok, maka nilai neraca perdagangan Tiongkok dipengaruhi oleh gap tabungan-investasi dari Tiongkok. Berdasarkan persamaan (6) dan (7), maka bentuk fungsi persamaan model Two Gap Approach yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
Y = ƒ (X1 , X2)
Dimana: Y = XASEAN - MASEAN X1 = TASEAN - GASEAN X2 = STiongkok– ITiongkok Sehingga model regresi yang digunakan sebagai model empirik adalah:
Yit = α0 + α X1it + α2X2it + eit Dimana: Y = nilai ekspor bersih (NX) beberapa negara ASEAN, sebagai neraca perdagangan X1 = gap anggaran pemerintah negara anggota ASEAN X2 = gap tabungan-investasi Tiongkok α1, α2 = bobot hubungan antara X1 dan X2 terhadap Y
15
t = periode waktu
i = negara
e = error term
Penelitian ini menggunakan data sekunder dari tahun 2009—2013 yang bersumber dari IMF (International Monetary Fund)-International Financial Statistic, situs Economic watch, dan UNComtrade. Data yang digunakan merupakan data tahunan. Negara yang menjadi objek penelitian adalah Indonesia, Malaysia, Brunei, Myanmar, Filipina, Kamboja, Thailand, dan Vietnam. 1.5.2 Hipotesis Penelitian Sebagai pedoman pelaksanaan penelitian disusun sebuat hipotesa penelitian. Penelitian ini menggunakan hipotesa satu sisi karena penulis ―reasonably sure‖ bahwa hipotesa yang berlawanan tidak mungkin terjadi, maka hipotesis penelitian ini yaitu: 1. Defisit anggaran negara anggota ASEAN berpengaruh secara signifikan dan positif terhadap defisit perdagangan bilateral ASEAN terhadap Tiongkok. Berpengaruh positif artinya semakin membesar defisit anggaran negara anggoata ASEAN, yang berarti negara anggota ASEAN melakukan kebijakan fiskal longgar, mengakibatkan pendapatan nasional negara anggoata ASEAN naik, yang akan mendorong kenaikan impor negara anggota ASEAN, yang akan memperbesar defisit neraca perdagangan bilateral negara anggota ASEAN dengan tiongkok. Disamping itu, semakin besar defisit anggaran negara anggoata asean, dalam rangka meningkatkan capital inflow untuk membiayai defisit tersebut, otoritas
16
akan meningkatkan suku bunga yang akan mengakibatkan ongkos produksi naik dan menyebabkan ekspor tidak menarik dan impor menjadi menarik, yang akhirnya memperbesar defisit neraca perdagangan bilateral negara anggota ASEAN dengan Tiongkok. 2. Kebijakan fiskal ketat Tiongkok berpengaruh signifikan dan positif terhadap
defisit
perdagangan
bilateral
ASEAN
dan
Tiongkok.
Berpengaruh positif artinya semakin membesar surplus neraca tabunganinvestasi Tiongkok, yang berarti Tiongkok melakukan kebijakan fiskal ketat,
akan
menyebabkan
pendapatan
nasional
Tiongkok
turun,
mendorong tiongkok mengurangi impornya, yang berati ekspor negara anggota ASEAN turun dan berdampak memperbesar defisit neraca perdagangan bilateral ASEAN dengan Tiongkok.
1.5.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut; 1. Model analisis yang digunakan adalah model Two Gap Approach. 2. Alat analisis yang digunakan adalah model data panel. 3. Negara anggota ASEAN yang dilibatkan adalah Indonesia, Malaysia, Brunei Darusallam, Thailand, Vietnam, Myanmar, Laos, Filipina, dan Kamboja. Singapura tidak dilibatkan karena Singapura mengalami surplus neraca perdagangan bilateralnya dengan Tiongkok. 4. Tahun penelitian ang digunakan adalah tahun
. Pemilihan
tahun tersebut didasarkan pada tahun tersebut terjadi defisit neraca
17
perdagangan ASEAN terhadap Tiongkok baik secara bilateral maupun total.
1.5.4 Keaslian Penelitian Model yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model Two Gap Approach. Telah banyak penelitian yang menggunakan Two Gap Approach sebagai model penelitiannya. Namun terdapat perbedaan dari masing-masing penelitian, seperti penggunaan model untuk melihat hubungan variabel hanya dalam satu negara dan pembuktian hipotesis yang saling bertentangan. Tabel 1.7 merupakan gambaran penelitian terdahulu yang dilakukan oleh beberapa peneliti. Penelitian tersebut menggunakan model Two Gap Approach dengan tujuan dan kesimpulan yang berbeda-beda. Tabel 1.7 Penelitian Terdahulu Menggunakan Two Gap Approach Model Peneliti
Tujuan dan Objek Penelitian
Dasar Teori dan Variabel Utama yang Diteliti
Hasil Penelitian
Akbostanci dan Tunc (2002)
Menganalisis hubungan defisit anggaran Turki dengan defisit neraca perdagangan Turki pada periode 1987 — 2001.
Menggunakan Two Gap Approach dan menggunakan Error Correction Model sebagai metodologi penelitian.
Terjadi twin deficit di Turki untuk periode penelitian.
Ghancev (2010)
Menganalisis kevalidasian hipotesis twin deficits di Bulgaria pada tahun 2010
Menggunakan model Two Gap Approach dan Granger Causality,VAR
Twin deficits tidak terjadi dalam jangka pendek, namun mengindikasikan
18
— 2010.
dan VECM sebagai metodologi penelitian.
kemungkinan terjadi dalam jangka panjang.
Nizar (2013)
Menganalisis pengaruh defisit anggaran terhadap defisit transaksi berjalan di Indonesia dalam periode tahun 1990 — 2012.
Menggunakan model Two Gap Approach dan VAR sebagai metodologi penelitian.
Defisit anggaran berpengaruh positif terhadap defisit transaksi berjalan Indonesia.
Asrafuzzaman et al. (2013)
Membuktikan hipotesis twin deficits di Bangladesh
Menggunakan model Two Gap Approach dan VAR sebagai metode penelitian.
Terdapat hubungan kausalitas antara defisit anggaran Bangladesh dengan defisit neraca perdagangan Bangladesh hanya dalam jangka pendek.
Ekrem et al. (2013)
Menganalisis kevalidan hipotesis triple deficits di Turki pada periode 1960 — 2012.
Menggunakan model Two Gap Approach.
Triple deficits valid di turki pada periode 1960 — 2012.
Cahyadin (2004)
Menganalisis pengaruh defisit anggaran Indonesia dan gap tabungan-investasi Jepang terhadap neraca perdagangan Indonesia-Jepang pada periode 1960 — 2002.
Menggunakan model Two Gap Approach dan PAM sebagai metodologi penelitian.
Terdapat pengaruh defisit anggaran Indonesia dan gap tabunganinvestasi Jepang terhadap neraca perdagangan IndonesiaJepang selama periode yang diteliti.
19
1.5.5 Alat Analisis Uji ekonometrik dan uji statistik digunakan sebagai alat pengujian pada penelitian ini. Beberapa pengujian yang dilakukan pada penelitian ini yaitu: 1. Uji MWD yang berguna untuk menentukan persamaan regresi yang akan digunakan berupa dalm bentuk linear atau dalam bentuk non linear. 2. Uji Chow, LM test, dan Hausman Test yang berguna untuk menentukan pemilihan model common effect, random effect, atau fixed effect. 3. Uji asumsi klasik 4. Regresi menggunakan model data panel yang telah ditentukan dan melakukan Uji t sebagai alat pengujian hipotesa.
1.6 Metodologi Penulisan Penelitian ini mempunyai sistematis sebagai berikut: 1. BAB I adalah pendahuluan. BAB I berisikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, metodologi penelitian, pembatasan masalah, hipotesis penelitian, keaslian penelitian, dan manfaat penelitian. 2. BAB II adalah tinjauan pustaka. BAB II merupakan penjelasan landasan teori yang digunakan dalam penelitian 3. BAB III adalah gambaran umum keadaan perekonomian ASEAN dan Tiongkok yang berhubungan dengan tema penelitian ini. 4. BAB IV adalah analisis data. BAB IV merupakan penjabaran dari analisis data. 5. BAB V adalah kesimpulan dan saran. BAB V berisikan kesimpulan dan implikasi.