BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) (2014), kepadatan penduduk Daerah
Istimewa Yogyakarta terutama di Kabupaten Sleman mencapai 1.939 jiwa/km2. Di samping itu pesatnya pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sleman yang mencapai 17.775 jiwa/tahun menurut data BPS tujuh tahun terakhir (2007-2013). Seiring hal tersebut mendorong diperlukannya perencanaan pengembangan lahan terutama untuk pemukiman dan pemerataan penduduk yang baik. Menurut data BPS (2014), daerah Prambanan memiliki luas wilayah 413,50 km2 dengan kepadatan penduduk mencapai 121,61 jiwa/km2 atau 16 kali lipat lebih rendah dari kepadatan penduduk Kabupaten Sleman secara keseluruhan. Dengan kepadatan penduduk yang rendah, daerah Prambanan memungkinkan untuk pengembangan lahan pemukiman. Menurut Surono (2008), daerah Prambanan memiliki morfologi berupa perbukitan dengan litologi berupa tuf, lapili, batulempung, batulanau, dan batupasir tufan dengan tingkat pelapukan bervariasi. Hal ini menyebabkan daerah Prambanan memiliki potensi bencana alam seperti tanah longsor. Oleh sebab itu diperlukan penyelidikan geologi teknik untuk mendukung analisis kemampuan geologi teknik untuk pemukiman. Data penyelidikan geologi teknik daerah Prambanan saat ini terbatas pada Peta Geologi Teknik Regional Yogyakarta-Klaten dengan skala 1:100.000 oleh Sugiyanto dan Hermawan (2006). Peta geologi teknik ini kurang detail untuk mendukung rencana pembangunan dan penataan ruang daerah Prambanan dan sekitarnya terutama untuk pemukiman. Oleh karena itu, penyelidikan geologi teknik yang lebih detail, misalnya pemetaan geologi teknik dengan skala 1:25.000 perlu dilakukan. Berdasarkan penjelasan diatas, maka tampak perlu dirumuskannya secara lebih baik dan detail mengenai karakteristik geologi teknik sebagai dasar kemampuan geologi
teknik
untuk
permukiman
berikut
parameter-parameter
yang
mengendalikannya.
1
1.2. Rumusan Masalah Peningkatan populasi penduduk membutuhkan pembangunan pemukiman dan infrastruktur pendukung. Karakteristik geologi teknik penting diketahui sebagai salah satu dasar untuk mengetahui daya dukung wilayah Prambanan untuk lahan permukiman. Rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana kondisi geologi teknik (morfologi, sifat massa batuan dan tanah, hidrogeologi, struktur geologi, dan bencana geologi) daerah penelitian? 2. Bagaimana kemampuan geologi teknik untuk pemukiman daerah penelitian 1.3.
berdasarkan kondisi geologi teknik? Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk membuat peta kemampuan geologi
teknik untuk pemukiman berskala 1:25.000 berdasarkan kondisi geologi teknik daerah penelitian. 1.4.
Lingkup Penelitian
1.4.1. Lingkup Daerah Penelitian Daerah penelitian berada di Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah penelitian termasuk dalam Peta Lembar Yogyakarta dengan skala 1:25.000 yang mencakup luas 38,5 km2. Daerah penelitian berjarak ± 14 km ke arah Timur dari pusat Kota Yogyakarta, dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan roda empat ataupun roda dua selama kurang lebih 20 menit dari pusat Kota Yogyakarta. Daerah penelitian terletak diantara 442800mE 449800mE dan 9136500mN-9142000mN. Pada peta Rupa Bumi Indonesia terbitan BAKOSURTANAL (2004) lokasi penelitian berada pada lembar 1408-224 Timoho dan 1408-313 Jabung (Gambar 1.1).
2
Gambar 1.1. Peta daerah penelitian (Sumber Peta Digital BAKOSURTANAL Survey 2004).
1.4.2. Lingkup Pekerjaan Penelitian Secara umum, penelitian ini meliputi penyelidikan kondisi geologi teknik dan analisis kemampuan geologi teknik untuk pemukiman berdasarkan kondisi geologi teknik daerah penelitian. Analisis kemampuan geologi teknik untuk pemukiman menghasilkan peta kemampuan geologi teknik untuk pemukiman, sedangkan penyelidikan kondisi geologi teknik menghasilkan peta geologi teknik, peta 3
kemiringan lereng, peta kedalaman muka airtanah, dan peta kerentanan bencana geologi (longsor, gempa bumi, dan banjir). Peta kemampuan geologi teknik untuk pemukiman berupa rumah sederhana dengan pondasi dangkal berukuran 1x1 m2 daerah penelitian disusun berdasarkan analisis peta daya dukung batuan dan tanah, kemudahan penggalian, kemiringan lereng, dan peta kerentanan bencana geologi (longsor, gempa bumi, dan banjir) melalui analytic hierarchy process (AHP). Peta daya dukung batuan dan tanah serta kemudahan penggalian disusun berdasarkan data dalam peta geologi teknik. Peta geologi teknik, kemiringan lereng, dan kedalaman muka airtanah disusun melalui pengumpulan data primer, meliputi penyelidikan geologi teknik permukaan dan dekat permukaan. Peta kerentanan bencana longsor, gempa bumi, dan banjir daerah penelitian disusun berdasarkan analisis data sekunder. 1.5.
Hasil/Keluaran yang Diharapkan Penelitian ini diharapkan menghasilkan peta geologi teknik, kemiringan lereng,
kedalaman muka airtanah, dan kerentanan bencana geologi berskala 1:25.000. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan menghasilkan peta kemampuan geologi teknik untuk pemukiman berskala 1:25.000 berdasarkan kondisi geologi teknik daerah penelitian. 1.6.
Manfaat Peta geologi teknik, kemiringan lereng, kedalaman muka airtanah, dan
kerentanan bencana geologi dapat digunakan dalam berbagai perencanaan pekerjaan rekayasa. Peta kemampuan geologi teknik untuk pemukiman dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam penentuan zona yang sesuai untuk lahan pemukiman berdasarkan aspek-aspek geologi teknik. 1.7.
Peneliti Terdahulu Surono dkk. (1992) melakukan pemetaan geologi di daerah Surakarta,
Giritontro dan Yogyakarta. Daerah penelitian tersusun oleh batuan Formasi Kebo butak dan Formasi Semilir. Formasi Kebo butak terdiri dari perselingan batupasir, batulempung dan lapisan tipis tuf pada bagian atas. Untuk bagian bawah tersusun oleh batupasir, batulanau, batulempung, serpih, tuf dan aglomerat. Formasi Semilir tersusun atas breksi batuapung, lapili, batupasir tufan dan serpih. 4
Utami dan Sutarjan (2000) melakukan analisis kemampuan geologi teknik secara umum berdasarkan Sistem Informasi Geografis (SIG) dengan enam parameter yaitu: satuan geologi teknik, kemudahan penggalian tanah, kemiringan lereng, tata lahan, kedalaman muka airtanah, dan bahaya aspek geologi. Sugiyanto dan Hermawan (2006) melakukan penelitian geologi teknik daerah Yogyakarta, Klaten dan sekitarnya termasuk daerah penelitian ini pasca gempa 2006. Penelitian tersebut menghasilkan informasi geologi teknik yang mencakup aspek sifat fisik serta keteknikan batuan dan tanah permukaan maupun bawah permukaan, kondisi morfologi, kondisi airtanah serta bahaya bencana geologi, yang dituangkan dalam peta geologi teknik dengan skala 1:100.000. Penelitian geologi teknik tersebut menghasilkan daerah Yogyakarta, Klaten dan sekitarnya dikelompokan dalam 12 satuan geologi teknik, yaitu: Satuan Lempung, Satuan Lanau, Satuan Pasir, Satuan Batupasir Tufa, Satuan Batugamping Formasi Wonosari, Satuan Napal Tufaan dan Tufa Andesitan Formasi Oyo, Satuan Batupasir dan Batulempung Formasi Sambipitu, Satuan Breksi Vulkanik Formasi Nglanggran, Satuan Tufa dan Batupasir Tufa Formasi Semilir, Satuan Tufa dan Breksi Tufa Formasi Semilir, Satuan Batupasir dan Batulanau Formasi Kebobutak, Satuan Batugamping Formasi Sentolo, Satuan Batupasir dan Napal Pasiran Formasi Wungkal. Surono (2008) melakukan penelitian Formasi Kebo yang juga tersingkap di daerah penelitian ini, terdiri atas perselingan batupasir dan batupasir kerikilan, dengan sisipan batulanau, batulempung, tuf, dan serpih. Formasi Butak tersusun oleh breksi polemik dengan selingan batupasir, batupasir kerikilan, batulempung, dan batulanau/serpih. Formasi Kebo dan Formasi Butak diperkirakan berumur Oligosen Akhir-Miosen Awal. Hal ini sesuai dengan hasil penentuan umur berdasarkan fosil foram dan nanno. Saptono dkk. (2015) melakukan penelitian penerapan Kurva Stabilitas Lereng Saptono pada analisis stabilitas lereng di penambangan tuf Gunungsari, daerah Prambanan yang termasuk daerah penelitian ini. Pembobotan Rock Mass Rating (RMR) dan nilai kuat tekan uniaksial batuan sangat berpengaruh dalam menentukan kohesi dan sudut gesek dalam menggunakan grafik Saptono (2012). Pada batu tuf di dapatkan nilai UCS rata-rata 3,8 MPa dan RMR 36,6. Nilai faktor keamanan (FK) dengan menggunakan persamaan Saptono (2012), metode Hoek & Bray (1981) dan 5
metode kesetimbangan batas menghasilkan hasil yang tidak jauh berbeda. Hasil penelitian menunjukan lereng di daerah tersebut berada dalam kondisi stabil (FK>1). 1.8.
Keaslian Penelitian Berdasarkan uraian dalam sub-bab 1.7, belum pernah ada penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu tentang karakteristik geologi teknik dan zona kemampuan geologi teknik untuk pemukiman daerah Prambanan dalam skala 1:25.000.
6