BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Penelitian Pasar modal menjalankan fungsi ekonomi dan keuangan dalam
perekonomian suatu negara. Banyak manfaat yang diperoleh dari dibentuknya pasar modal, meskipun tidak semua negara membentuk pasar modal karena pertimbangan politik, sosial, dan ekonomi. Kegiatan di pasar modal memfasilitasi kegiatan investasi dari investor ke perusahaan. Untuk itu agar terbentuk saling percaya maka dibuatlah suatu alat komunikasi. Alat komunikasi yang mampu menjembatani informasi antara keduanya adalah laporan keuangan. Kebanyakan investor berpandangan akan “membeli” sebuah perusahaan dengan pertimbangan laba perusahaan di masa mendatang yang ada di dalam laba tahun berjalan yang dilaporkan oleh perusahaan. Kasus-kasus perusahaan multinasional seperti kasus Enron, World Com, Merck, Lippo dan Kimia Farma merupakan contoh kongkrit berkaitan dengan permasalahan kualitas informasi laba. Laporan keuangan merupakan unsur yang penting dalam menilai kinerja perusahaan secara keseluruhan. Melalui laporan keuangan kita bisa mendapatkan informasi yang penting bagi pengambilan keputusan. Namun, hal ini pula yang menjadi celah bagi pihak manajemen untuk mengutak-atik laporan keuangan sehingga tampak baik di mata umum. Salah satu ukuran kinerja perusahaan yang sering digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan adalah laba yang dihasilkan, yang diukur dengan dasar akrual. Sebagian investor mempertimbangkan laba bersih atau laba kotor sebagai bagian yang terpenting dalam laporan laba-rugi. Angka pada laba bersih tersebut mewakili peningkatan atau penurunan ekuitas pemilik yang dihasilkan dalam keseluruhan aktivitas perusahaan. Banyak sekali usaha perusahaan untuk mengatur penyajian laba sesuai dengan yang diharapkannya, sehingga memicu terjadinya aktivitas yang
dinamakan creative accounting atau earnings management. Istilah earnings management atau manajemen laba mungkin merupakan istilah yang sudah biasa didengar oleh para pemerhati manajemen dan akuntansi, baik praktisi maupun akademisi. Terdapat beberapa istilah umum yang sering digunakan oleh para praktisi dan kalangan bisnis tentang earnings management antara lain creative accounting practices, income smoothing, income manipulation, agresive accounting, financial numbers game dan masih banyak istilah lainnya yang dapat digunakan secara bergantian. Salah satu cara perusahaan untuk mengatur penyajian laba sesuai dengan yang diharapkannya adalah dengan melakukan aktivitas income smoothing (perataan laba). Income smoothing merupakan bentuk umum earnings manajemen. Menurut strategi ini, manager meningkatkan atau menurunkan laba yang dilaporkan untuk mengurangi fluktuasinya. Income smoothing juga mencakup tidak melaporkan bagian laba pada periode baik dengan menciptakan cadangan atau earnings banks dan selanjutnya melaporkan earnings banks pada saat kinerja perusahaan buruk. Laba bersih bisa berasal dari kegiatan operasional maupun non-operasional perusahaan. Kegiatan non-operasional menghasilkan gains atau losses yang harus dilaporkan secara terpisah oleh perusahaan. Kegiatan tersebut terdiri dari discontinued operations yang dilaporkan ketika perusahaan melepaskan lini bisnisnya, extraordinary items yang merupakan hasil dari kejadian yang tidak biasa dan jarang terjadi, dan cumulative effect of accounting changes yang merupakan dampak dari perubahan penggunaan kebijakan akuntansi (Kieso, 2004). Dari berbagai hal tersebut di atas, dapat terlihat bahwa laba operasi lebih stabil dibandingkan laba setelah pajak karena lebih mencerminkan kinerja operasi perusahaan yang betul-betul murni tanpa dipengaruhi faktor-faktor non-operasi. Manajer melakukan income smoothing untuk menurunkan persepsi pasar akan risiko saham. Laba yang fluktuatif memiliki risiko saham yang tinggi sehingga manajemen cenderung melakukan perataan laba agar risikonya rendah. Jadi laba yang fluktuatif mengindikasikan kemungkinan kecil dilakukannya
income smoothing, sebaliknya laba yang cenderung stabil mengindikasikan kemungkinan besar dilakukannya income smoothing. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis bermaksud melakukan penelitian dengan judul: “Pengaruh Income Smoothing terhadap Risiko Saham pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta” 1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan judul dan latar belakang penelitian yang telah diuraikan di
atas,
maka masalah yang dapat diidentifikasi dalam penelitian ini adalah
bagaimana pengaruh perataan laba (income smoothing) terhadap risiko saham? 1.3.
Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah
perataan laba (income smoothing) yang diukur dengan menggunakan variabel laba operasi berpengaruh terhadap risiko saham. 1.4.
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan baik bagi
pengembangan ilmu, penerapan ilmu dan penelitian selanjutnya. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi para investor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menganalisis laporan keuangan emiten yang dipublikasikan. 2. Bagi emiten, diharapkan dapat memberikan petunjuk tentang pentingnya kejelasan dan kelengkapan informasi keuangan dalam mempublikasikan laporan keuangan bagi investor. 3. Bagi peneliti, penelitian ini berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang masalah yang diteliti. 4. Bagi pihak lain, hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan bacaan yang bermanfaat atau sebagai salah satu literatur atau referensi untuk melakukan penelitian yang lebih lanjut.
1.5.
Kerangka Pemikiran Laporan keuangan merupakan unsur yang penting dalam menilai kinerja
perusahaan secara keseluruhan. Melalui laporan keuangan kita bisa mendapatkan informasi yang penting bagi pengambilan keputusan. Namun, hal ini pula yang menjadi celah bagi pihak manajemen untuk mengutak-atik laporan keuangan sehingga tampak baik di mata umum. Tindakan manajemen ini tentunya bukan tindakan yang baik dan bertentangan dengan prinsip akuntansi. Hal tersebut dipicu oleh adanya konflik kepentingan antara investor, manajemen, masyarakat dan profesi akuntan sendiri atau yang lebih kita kenal dengan teori keagenan (agency theory). Teori keagenan (agency theory) yang menyatakan bahwa praktik manajemen laba dipengaruhi oleh konflik kepentingan antara manajemen (agent) dan pemilik (principal) yang timbul ketika setiap pihak berusaha untuk mencapai atau mempertahankan tingkat kemakmuran yang dikehendakinya (Hanna Meilani Salno/ Zaki Bardiwan;2000). Dari hasil survey yang dilakukan oleh E Mulford dan E Comiskey (2002) terhadap para akademisi, CFO, security analyst, leaders, akuntan publik dan MBA Student yang dikutup oleh Ludovikus Sensi W. (2007), menunjukkan adanya pro kontra atas praktik earnings management yang dilakukan oleh perusahaan. Hasil survey menunjukkan bahwa earnings management adalah tindakan yang dapat merugikan investor dan tindak abusive earnings management (fraudulent) yang dilakukan manajemen ditindak tegas oleh para regulator (SEC). Earnings management yang bersifat abusive dapat dikategorikan merupakan tindakan kecurangan (fraudulent) dan dapat diklasifikasikan sebagai tindak pidan, yang berakibat akan dikenakan sanksi pidana. Manajemen perusahaan yang melakukan kecurangan dalam penyusunan Laporan Keuangan perusahaan dapat dikenakan sanksi pidana. Contohnya Pasal 263 KUHP (pemalsuan surat) atau Pasal 378 KUHP (penipuan). Selanjutnya, perusahaan yang melakukan kecurangan dalam penyusunan Laporan Keuangan perusahaan dan menerima “clean opinion” dari independent auditor (misalnya wajar tanpa pengecualian, wajar dengan “emphasis paragraph” dsb.) dapat dikenakan sanksi pidana contohnya Pasal 263 ayat (2) KUHP (memakai surat palsu dalam
melakukan pemeriksaan), Pasal 55 (melakukan atau menyuruh melakukan atau turut serta melakukan perbuatan), Pasal 56 dan 57 KUHP (membantu kejahatan). Dasar pandangan universal menyatakan bahwa manajemen perusahaan yang mempunyai tanggung jawab utama untuk: •
Menyajikan laporan keuangan secara benar, sesuai dengan standar akuntansi keuangan (GAAP) yang diterapkan secara taat asas.
•
Memberikan keterangan yang benar kepada auditor (dilarang melakukan misrepresentasi).
•
Menciptakan lingkungan pengendalian intern yang handal untuk mengurangi terjadinya kecurangan, dan memberikan peringatan dini apabila kecurangan masih juga terjadi. Tanpa landasan universal mengenai tanggung jawab manajemen
sebagaimana disebutkan di atas, maka: •
Tidak ada satu auditor pun di dunia yang dapat melaksanakan fungsi auditnya.
•
Tidak ada satu bursa efek di dunia yang dapat berjalan sebagaimana mestinya.
•
Tidak ada satupun badan pengawas seperti Bapepam, SEC atau badan pengawas lain dapat menjalankan pengawasan sebagaimana mestinya. IAI KAP secara khusus telah mengeluarkan Pernyataan Standar Auditing
(PSA) yang secara khusus mengatur mengenai pertimbangan kecurangan dalam laporan keuangan dan tindakan pelanggaran hukum yang dilakukan oleh klien, yaitu: a. SA Seksi 316 – PSA No 70 tentang pertimbangan atas kecurangan dalam audit laporan keuangan. b. SA Seksi 317 – PSA No. 31 tentang unsur tindakan pelanggaran hukum oleh klien.
Kedua PSA itu secara khusus mengatur mengenai langkah-langkah yang perlu ditempuh oleh auditor apabila menemukan adanya indikasi pelanggaran hukum, ataupun kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan seperti : •
Menaksir dampak risiko terhadap laporan keuangan secara keseluruhan.
•
Berkomunikasi dengan tingkat manajemen yang lebih tinggi seperti Komisaris dan Komite Audit.
•
Berkomunikasi dengan penasehat hukum klien atau penasehat hukum auditor.
•
Mempertimbangkan untuk mengundurkan diri dari penugasan. Mengingat hal-hal tersebut bersifat sensitif maka auditor perlu secara hati-
hati dalam melaporkan unsur pelanggaran hukum dan kecurangan yang dilakukan oleh kliennya dan disarankan untuk berkomunikasi dengan konsultan hukum terlebih dahulu. Tidak ada obat yang mujarab untuk mengatasi penyakit yang kronis terhadap praktek earnings management yang dilakukan oleh perusahaan karena sifat dasar manusia yang tidak akan pernah merasa puas terhadap yang dimilikinya. Namun demikian Howart Schilit (2002) dikutip oleh Ludovikus Sensi W. (2007), mengatakan bahwa paling tidak masyarakat dapat mengurangi dampak dari praktek yang tidak sehat ini dengan melakukan antara lain: •
Improving auditors ability to audit
•
Improving training for users of financial report
•
Improving the control environtment within organizations
•
Restructuring manager’s incentive and governance Keempat hal tersebut di atas dapat dilaksanakan jika semua pihak seperti
pemerintah (rules maker), penegak hukum, internal dan independent auditors, dewan komisaris, audit komite dan pihak-pihak lain yang terkait dapat melakukan fungsinya secara memadai. Dari sisi manajemen perusahaan (BOD) perlu memiliki etika dan integritas yang baik dalam menjalankan tugasnya.
Tindakan perataan laba bisa menimbulkan kesalahan dalam pengambilan keputusan. Adanya praktik perataan laba mempengaruhi investor dalam pengambilan keputusan. Sebab investor tidak boleh hanya melihat satu sisi saja yaitu return saja tetapi juga harus mempertimbangkan risiko (risk). Dalam penelitian ini penulis mencoba melihat pengaruh tindakan perataan laba terhadap risiko saham perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Ada sebuah pemikiran dalam dunia investasi yaitu bahwa investasi yang memiliki return yang tinggi juga memiliki risiko yang tinggi pula (high risk high return) merupakan sesuatu yang diyakini secara luas dalam investasi. Perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mengurangi fluktuasi laba yang dilaporkan agar dapat mengurangi risiko saham perusahaan, yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga pasar perusahaan. Ada beberapa motif seorang investor ingin menginvestasikan dananya di pasar modal. Salah satunya adalah karena ingin mendapatkan return yang memadai. Namun perlu diingat bahwa return yang ingin diperoleh selalu dibarengi dengan risiko. Risiko dalam berinvestasi adalah jika hasil yang sebenarnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Risiko dapat dibedakan menjadi risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis yaitu risiko yang terdapat pada semua sekuritas. Risiko sistematis terdiri dari: pertama market risk (risiko pasar) yaitu risiko bahwa return yang terjadi tidak sesuai dengan return yang diharapkan oleh investor. Risiko pasar disebabkan oleh reaksi investor terhadap kejadian yang nyata maupun tidak nyata. Kejadian yang nyata contohnya politik, ekonomi, dan sosial budaya. Sementara kejadian yang tidak nyata terkait dengan psikologi pasar. Harapan
bahwa
keuntungan
perusahaan
lebih
sedikit
umumnya
bisa
mengakibatkan harga saham jatuh. Kedua Interest-rate risk (risiko tingkat bunga) yaitu risiko bahwa nilai pasar di masa yang akan datang (future market value) tidak dapat diprediksi karena adanya perubahan tingkat bunga. Risiko ini biasanya terjadi pada obligasi. Dan ketiga adalah purchasing power risk (risiko daya beli). Risiko ini biasanya terjadi karena adanya peristiwa inflasi dan deflasi. Inflasi adalah kenaikan harga
barang-barang dan jasa. Sementara deflasi adalah penurunan harga barang-barang dan jasa. Risiko tidak sistematis (unsystematic risk) yaitu risiko yang unik dari suatu perusahaan. Risiko ini dibedakan menjadi dua yaitu: Risiko Bisnis (business risk) dan Risiko Keuangan (financial risk). Laporan keuangan merupakan suatu indikator kinerja suatu perusahaan. Laba yang dilaporkan dalam laporan keuangan merupakan signal mengenai laba di masa yang akan datang sehingga dapat digunakan untuk memprediksi laba di masa yang akan datang. Perataan laba merupakan tindakan yang dilakukan untuk menciptakan suatu aliran laba yang stabil agar dapat mengurangi risiko saham perusahaan. Stabil dalam hal ini adalah menunjukan peningkatan secara bertahap. Penelitian ini akan mencoba menguji apakah income smoothing mempunyai pengaruh dengan risiko saham pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Berdasarkan pemikiran tersebut di atas penulis mencoba untuk menetapkan hipotesis yaitu “Perataan laba (Income smoothing) berpengaruh terhadap risiko saham pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Jakarta”.
Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di BEJ
Laporan Keuangan Periode 2000-2005
Income Smoothing Index
Perusahaan yang tidak melakukan income smoothing
Perusahaan yang melakukan income smoothing
Risiko Saham
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
1.6.
Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif
analitis dengan pendekatan Time Series Study. Menurut Moh. Nazir (2003:54) “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti suatu kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuannya adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai faktafakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki yang kemudian di analisis”. Metode ini tidak hanya memberikan gambaran terhadap fenomena tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesis, membuat prediksi, serta mendapatkan makna dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Sedangkan Time Series Study menekankan pada penelitian berupa data rentetan waktu.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Pengumpulan Data Sekunder Dalam penelitian ini, data yang digunakan merupakan data-data sekunder yang diperoleh melalui situs internet www.jsx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory tahun 2001-2006, yaitu berupa informasi perusahaanperusahaan manufaktur yang go public dan laporan keuangan perusahaan tersebut selama enam tahun yaitu dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005. penelitian ini dilakukan dengan cara mengumpulkan, mempelajari serta menelaah data-data sekunder yang berhubungan. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Dilakukan untuk memperoleh landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Dilakukan dengan membaca, menelaah dan meneliti jurnal-jurnal,
majalah,
buku,
dan
literaltur-literatur
lainnya
yang
berhubungan erat dengan topik perataan laba (income smoothing) sehingga diperoleh informasi sebagai dasar teori dan acuan untuk mengolah datadata yang diperoleh di lapangan. 1.7.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan-perusahaan go public yang
terdaftar di Bursa Efek Jakarta, khususnya perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Alasan penulis menetapkan Bursa Efek Jakarta sebagai sumber data penelitian disebabkan karena Bursa Efek Jakarta merupakan salah satu sentral penjualan saham perusahaan yang go public di Indonesia. Disamping itu Bursa Efek Jakarta juga merupakan bursa efek yang terbesar di Indonesia. Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Agustus 2007 sampai dengan selesai.