BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Salah satu usaha di Indonesia dapat dikatakan sebagai bisnis yang tidak
pernah surut, yaitu usaha percetakan. Saat ini perkembangan teknologi semakin berkembang, bisnis percetakan di Indonesia yang menggunakan mesin – mesin digital ataupun offset terus bertambah. Bisnis percetakan adalah suatu jenis usaha yang mulai diperhitungkan keberadaannya, terutama dalam beberapa tahun ini bisnis percetakan semakin berkembang pesat, dilihat dari industri percetakan skala kecil yang baru – baru ini muncul. Berdasarkan artikel yang ditulis oleh Buyung Wiranata dan Bambang
Haryadi, AGORA Vol. 1, No. 1 (2013), Industri percetakan di Indonesia terus mengalami pertumbuhan hingga akhir tahun 2012 ini. Sejak tahun 2010 jumlah perusahaan Grafika di Indonesia diperkirakan telah mencapai 35000 perusahaan. Peningkatan ini juga didukung melalui data impor mesin cetak industri grafika yang naik 40% di tahun 2011 ini menjadi US$392 juta dibandingkan dengan impor pada 2010 yang hanya US$280 juta. Meningkatnya pertumbuhan industri percetakan ini tentu juga meningkatkan persaingan antar perusahaan. Tidak hanya bersaing untuk mendapatkan konsumen, mereka juga bersaing untuk mendapatkan teknologi terbaru untuk memberikan kapasitas produksi yang lebih besar, kualitas yang lebih baik, dan memepermudah kinerja karyawannya. Diferensiasi dalam industri ini cenderung tidak ada. Melihat hal ini, tentu membuat konsumen menjadi sensitif terhadap harga Industri percetakan konvensional sempat terkena dampak signifikan dengan pesatnya perkembangan internet tetapi hal ini tidak berlangsung lama. Data Oxford Economics menunjukkan, industri percetakan di tanah air tetap mengalami pertumbuhan. Tahun ini pertumbuhannya diperkirakan 4,7%, lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan industri percetakan dunia yang hanya 1,6%. 1
2
Pada prakteknya, bisnis percetakan mencakup area bisnis yang cukup luas aspeknya, seperti : Graphic Design, Sablon digital, Screen Printing (Sablon Manual), Digital Printing, Media Cetak, Printing Chemical, Garment (Textile), dan lain – lain. Oleh karena itu, bisnis percetakan tidak akan pernah mati, hanya mungkin sesekali “jalan ditempat” pada keadaan tertentu saja. Sepanjang umat manusia ada, disitulah terbuka lebar peluang usaha percetakan dan segala cara bisnis percetakan yang menyertainya. Jarang terjadi, bisnis usaha percetakan bangkrut karena kekurangan order cetak. Jika ini sampai terjadi, berarti pengelola bisnis percetakan tersebut mungkin saja ada kesalahan dalam melakukan fungsi – fungsi manajemen dalam penerepan bisnisnya, tidak ada customer’s satisfaction, strategi marketing yang tidak tepat, tidak up to date pada teknologi dan informasi. Dewasa ini, Bisnis Percetakan makin dipermudah eksistensinya, baik itu dari segi teknologi cetak dan operasionalisasinya, Toko Kertas yang banyak tersedia, sumber daya manusia, printing research and development (R&D), diversifikasi usaha percetakan, sampai pada ketersediaan informasinya yang banyak bertebaran di dunia internet. Semakin membaiknya keadaan ekonomi global, semakin mempertinggi daya beli masyarakat Indonesia belakangan ini. Dan hal ini tentunya berimbas pada semakin tingginya permintaan atas barang – barang cetakan dan alat promosi - Marketing Tools - pada lingkup bisnis percetakan. Seperti yang di sebutkan oleh Kepala Bidang Statistik Produksi, H. Ruslan, bahwa hampir setiap jenis industri di kategori industri mikro dan kecil mengalami peningkatan produksi. Dua jenis industri yang mengalami peningkatan produksi dari kategori ini adalah industri percetakan dan reproduksi media rekaman. “Industri
tersebut
meningkat
sebesar
16,04%,”
ujarnya
saat
menyampaikan laporan di kantor BPS Jabar, Jln. PHH Mustopha, yang di kutip oleh Pikiran Rakyat Kamis, 01/11/2012. Hal ini disebabkan kebutuhan akan barang cetakan di Jawa Barat ini cukup tinggi dan relatif stabil, baik yang berasal dari perorangan sampai perusahaan hingga instansi pemerintah, dari buku ilmiah sampai undangan pernikahan. Bahkan dapat dikatakan bahwa dalam kehidupan sehari – hari,
3
kemanapun dan dimanapun pandangan terarah pasti akan menemui produk atau barang hasil dari percetakan, misalnya: buku – buku, nota atau faktur yang biasa diperoleh saat berbelanja di toko atau supermarket, kwitansi, dus – dus kemasan makanan atau kemasan barang – barang lainnya, kartu nama, kartu undangan, kalender, kop surat, amplop, sticker, poster, ID card, brosur. Perkembangan ilmu dan teknologi semakin cepat kemajuannya, sehingga pada saat ini industri percetakan sudah semakin komplit dan modern. Perkembangan ini juga terjadi di Kota Bandung, di mana terdapat berbagai perusahaan percetakan dalam jumlah yang cukup banyak. Perkembangan jumlah perusahaan percetakan tersebut mengakibatkan semakin tingginya persaingan usaha di bidang tersebut. Untuk mengatasi masalah – masalah yang timbul dalam persaingan usaha di bidang percetakan, salah satu yang dapat dilakukan perusahaan yaitu harus mampu mengendalikan operasionalnya dengan baik. Dengan melakukan pengendalian pengadaan persediaan bahan baku maka kegiatan produksi yang merupakan salah satu bagian kegiatan operasional perusahaan akan berjalan dengan lancar. Karena persediaan bahan baku merupakan penunjang kelancaran proses produksi, tanpa adanya persediaan bahan baku perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan atau permintaan pelanggan, terhambatnya proses produksi dan lain – lain. Akan tetapi pengadaan persediaan bahan baku perlu diperhatikan karena berkaitan langsung dengan biaya yang harus di tanggung oleh perusahaan sebagai akibat adanya persediaan. Oleh sebab itu, persediaan yang ada harus seimbang dengan kebutuhan, karena persediaan yang terlalu banyak akan mengakibatkan perusahaan menanggung risiko kerusakan dan biaya penyimpanan yang tinggi disamping biaya investasi yang besar. Seperti hal nya pada CV. Sumber Warna merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang percetakan sejak tahun 1995 di Bandung. CV. Sumber Warna dalam melakukan proses produksinya hanya menggunakan mesin pencetakan offset dimana untuk pencetakan dengan volume tinggi karena membutuhkan plat. Satu plat mewakili satu bidang dokumen, satu warna dan
4
jenis. Semakin banyak jenis dokumen dan warna yang digunakan, jumlah biaya yang dibayar pun semakin besar. Selain plat, percetakan offset juga dapat mencetak pada bidang kertas yang relatif tipis seperti yang sering digunakan untuk buku nota seperti NCR, HVS dan Doorslag. Harga dalam pencetakan offset dalam kuantitas banyak akan jauh lebih murah di bandingkan dengan menggunakan digital print. Dalam kegiatan produksinya CV. Sumber Warna hanya memproduksi seperti membuat undangan, kop surat, brosur, katalog, poster atau sticker, buku – buku kantor dan lain – lain. Sistem pengadaan persediaan bahan baku sangat penting bagi proses produksi perusahaan. Karena bila perusahaan tidak mempunyai persediaan yang mencukupi dapat mengakibatkan pembelian meningkat dari terjadinya kekurangan bahan baku. Persediaan merupakan salah satu asset yang mahal di banyak perusahaan atau organisasi, kadang sampai 40% dari total yang diinvestasikan.
Suatu organisasi dapat mengurangi biaya dengan cara menurunkan tingkat persediaan di tangan (stock on hand).
Di pihak lain, konsumen akan merasa tidak puas bila suatu barang stoknya habis. Oleh karena itu, perusahaan harus mencapai keseimbangan antara
investasi persediaan dan tingkat pelayanan konsumen. Semua organisasi mempunyai beberapa jenis sistem perencanaan dan pengendaliaan persediaan. Hal ini terkadang menimbulkan masalah – masalah dalam proses produksi, seperti jadwal produksi menjadi tidak realistis, pemborosan, dan terjadinya kekurangan persediaan bahan baku. Lemahnya sistem pengendalian intern untuk pembelian bahan baku menjadi alasan penulis untuk mengevaluasi sistem dan prosedur pembelian bahan baku di Percetakan. Maka dari itu, sangat diperlukan metode yang mampu mengendalikan persediaan bahan baku guna melancarkan proses produksi. Sehingga agar usaha percetakan ini dapat terus langgeng, perlu ada pengelolaan yaitu diantaranya adalah masalah persediaan, yang mana persediaan kertas ini merupakan kunci kelancaran proses percetakan selain tinta dan sumber
5
daya. Tetapi bila bila tidak ada persediaan kertas, maka konsumen bisa tidak dilayani dengan baik. Karena usaha percetakan ini cukup banyak terutama yang percetakan konvensional maka konsumen akan segera berpindah order ke percetakan lain. Kekurangan persediaan ini akan berakibat juga pada mesin menganggur, tenaga kerja dan fasilitas lain juga menganggur, hal ini menyebabkan terjadinya pemborosan dikarenakan perusahaan memiliki kewajiban untuk mengeluarkan fixed cost. Untuk itu bagaimana usaha percetakan terutama usaha kecil menengah ini tetap bisa survive, maka perlu dikelola persediaan. Secara teoritis, manejemen persediaan memiliki sasaran untuk mengatur berapa banyak item yang harus disediakan, kapan dan berapa banyak pembelian harus dilakukan. Cukup sederhana, tetapi dalam penerapannya, menjaga persediaan merupakan masalah yang rumit, apalagi melibatkan item yang mencapai ribuan. Sangat sulit menyelesaikan persoalan kapan dan berapa banyak yang harus dibeli. Dalam kasus ini, CV. Sumber Warna mengalami biaya pengiriman yang cukup tinggi hal ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut : Tabel 1.1 Biaya Persediaan Kertas CV. Sumber Warna Periode April 2013 – Maret 2014 Item
Biaya Simpan
Biaya Pengiriman
Total Biaya
(Rp)
(Rp)
(Rp)
HVS
109.375
873.714,28
983.089,28
Doorslag
115.500
747.476,19
862.976,19
Total Biaya
224.875
1.621.190,47
1.846.065,47
Menurut tabel 1.1 dapat dilihat bahwa biaya pengiriman sebesar Rp. 1.621.190,47 dari total cost Rp. 1.846.065,47 ini berarti biaya penyimpanan yang minim tapi tidak dapat dioptimalkan terhadap adanya gudang. Hal ini dikarenakan perusahaan menggunakan metode konvensional yang berifat analogi, dimana perusahaan menggunakan intuisi dan pengalaman pemilik perusahaan sehingga
6
menyebabkan frekuensi pemesanan yang tinggi. Persediaan yang optimal sangat membantu perusahaan dalam mengatasi masalah persediaan. Perusahan harus bisa mengatasi permasalahan persediaan seperti mentukan berapa banyak harus memesan, kapan harus memesan (reorder point), berapa jumlah persediaan pengaman yang harus ada di gudang (safety stock) agar tidak terjadi kekurangan ataupun kelebihan persediaan dan dapat meminimalisir biaya yang dikeluarkan. Untuk memninimumkan biaya persediaan tersebut dapat digunakan analisis “Economic Order Quantity” (EOQ). Perencanaan metode EOQ dalam suatu perusahaan akan mampu meminimalisasi terjadinya out of stock sehingga tidak mengganggu proses dalam perusahaan dan mampu menghemat biaya persediaan yang dikeluarkan oleh perusahaan karena adanya efisiensi persediaan produk di dalam perusahaan yang bersangkutan. Analisis EOQ ini dapat digunakan dengan mudah dan praktis untuk merencanakan berapa kali suatu produk dibeli dan kuantitas berapa kali pembelian. Selain menentukan EOQ, perusahaan juga perlu menentukan waktu pemesanan kembali produk yang akan digunakan untuk memenuhi permintaan konsumen atau reorder point (ROP) agar pembelian produk yang sudah ditetapkan dalam EOQ tidak mengganggu kegiatan operasional perusahaan. Yang dimaksud dengan reorder point (ROP) adala titik dimana jumlah persediaan menunjukan waktunya untuk mengadakan pesanan kembali. Dari perhitungan EOQ dan ROP dapat ditentukan titik minimum dan maksimum persediaan bahan. Persediaan yang diselenggarakan paling banyak sebesar titik maksimumnya, yaitu pada saat produk yang dibeli dating. Tujuan penentuan titik maksimum adalah agar dana yang tertanam dalam persediaan bahan tidak berlebihan sehingga tidak terjadi pemborosan. Karena pada saat produk yang dibeli dating besarnya produk digudang perusahaan sama dengan persediaan pengaman atau safety stock. Berdasarkan pembahasan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai “Analisis Pengadaan Persediaan Bahan Baku Kertas Dalam Menunjang Proses Produksi” (Studi Kasus pada CV. Sumber Warna Bandung).
7
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka permasalahan yang
dapat diidentifikasi dalam pernyatan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana
kebijakan
perusahaan
dalam
menentukan
kebutuhan
persediaan bahan baku kertas untuk menunjang proses produksi di CV. Sumber Warna? 2. Masalah apa saja yang timbul dalam pengendalian persediaan bahan baku kertas yang di hadapi CV. Sumber Warna? 3. Bagaimana pengembangan sistem pengendalian persediaan bahan baku kertas yang meliputi Economic Order Quantity, Safety Stock, Reorder Point dan analisis Just in Time pada CV.Sumber Warna? 1.3
Tujuan Penelitian Adapun tujuan ingin dicapai oleh penulis melalui penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui kebijakan perusahaan dalam menentukan persediaan bahan baku kertas untuk menunjang proses produksi di CV. Sumber Warna. 2. Untuk mengetahaui masalah yang timbul dalam pengendalian persediaan bahan baku kertas yang di hadapi oleh CV. Sumber Warna. 3. Untuk mengetahui pengembangan sistem pengendalian persediaan bahan baku kertas yang meliputi Economic Order Quantity, Safety Stock, Reorder Point dan analisis Just in Time pada CV. Sumber Warna.
1.4
Kegunaan Penelitian Dari penelitian diharapkan akan diperoleh informasi yang dapat digunakan
oleh : 1. Bagi penulis, sebagai wadah untuk melatih kemampuan analisis serta pengaplikasian konsep – konsep ilmu selama perkuliahan dan memperoleh ilmu pengetahuan baik teori maupun praktek khusus nya di bidang analisis manajemen persediaan bahan baku.
8
2. Bagi perusahaan, dijadikan sebagai salah satu bahan referensi dan sumbangan pikiran serta bahan pertimbangan di masa yang akan datang bagi manajemen operasional bagi CV. Sumber Warna di kemudian hari dalam rangka mengoptimalkan pengendalian persediaan.
1.5
Metode Penelitian
1.5.1
Metode Penelitian yang digunakan Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif.
Menurut Nazir (2005:63), metode deskriptif merupakan sutau metode dalam menganalisis sutau kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, satu system pemikiran ataupun sutau kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta – fakta, sifat – sifat serta hubungan antar fenomena yang diseleksi. 1.5.2
Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data dalam penyusunan skripsi ini, penulis dengan
menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yang dianggap tepat guna sesuai dengan kemampuan yang ada untuk mengetahui suatu keadaaan atau persoalan dalam usaha membuat keputusan dalam rangka pemecahan masalah. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini adalah teknik pengumpulan data menurut Nazir (2003 ; 175) sebagai berikut : 1.
Penelitian Lapangan (Field Research) Merupakan cara pengumpulan data dengan melakukan penelitian langsung
terhadap objek yang diteliti yaitu pada CV. Sumber Warna. Untuk memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan, melalui cara ini diperoleh data primer. Alat pengumpul data yang digunakan oleh penulis dalam melakukan penelitian lapangan adalah sebagai berikut : observasi, menganalisis, dan memberi solusi kepada pihak yang berkepentingan. 2.
Penelitian Kepustakaan (Library Research) Merupakan cara pengumpulan data yang dilakukan dalam mempelajari
berbagai literatur seperti buku – buku atau bentuk referensi lain yang
9
berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti sehingga dapat mengetahui beberapa bahan yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti sehingga dapat mengetahui beberapa bahan yang berhubungan dengan sistem antrian. Melalui cara ini akan diperoleh data sekunder. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Data Primer Data primer adalah data yang di dapat langsung dari perusahaan yang bersangkutan. Dengan cara penelitian langsung teradap objek penelitian yaitu pada CV. Sumber Warna b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data yang telah dikumpulkan orang atau lembaga lain, baik yang telah diolah maupun belum diolah menjadi data yang diperlukan untuk keperluan analisis. 1.6
Lokasi Penelitian Untuk memperoleh data dan informasi yang relevan dalam penelitian ini,
penulis melakukan penelitian di CV. Sumber Warna di Jalan Kopo No. 452 Bandung.