BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi merupakan tolak ukur pembangunan nasional. Sektor ekonomi selalu menjadi fokus pemerintah dalam melaksanakan pembangunan baik skala pendek maupun skala panjang. Bahkan setelah masa krisis terlewati, perbaikan sektor ekonomi selalu menjadi prioritas utama. Bank merupakan lembaga yang memegang peranan penting dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Kemajuan bank disuatu negara dapat dijadikan tolak ukur kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut, artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya. Hal ini terbukti dengan semakin berkembangnya peranan perbankan di Indonesia. Seperti yang diungkapkan oleh Imam Budi Sarjito (2004:1) Perkembangan perbankan selama tahun 2004 menunjukkan kinerja yang membaik sejalan dengan perkembangan kondisi ekonomi makro di Indonesia. Hal ini ditunjukan dengan indikator-indikator utama perbankan yang terus menunjukkan tanda-tanda membaik, seperti LDR (Loan to Deposit Ratio), NPL (Non Performing Loan), Profitabilitas, dan CAR (Capital Adequacy Ratio). Untuk Profitabilitas, perkembangan kinerja ditunjukan oleh Net Interest Income (NII), Net Interest Margin (NIM) dan Return On Assets (ROA) yang cenderung meningkat sebagai akibat dari meningkatnya spread antara suku bunga kredit dan dana. Perkembangan indikator perbankan ini dapat dilihat dalam tabel dibawah ini
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
TABEL 1.1 Perkembangan Indikator-indikator Perbankan Tahun 2001-2004* No.
INDIKATOR
2001
2002
2003
2004*
1
NII (Rp T)
37,8
42,9
46,5
47,9
2
NIM (%)
3,1
4,0
3,2
4,0
3
ROA (%)
1,37
1,86
2,48
2,80
4
CAR (%)
20,5
22,5
19,4
21,0
5
NPLs Gross (%)
12,1
8,3
8,2
7,1
6
Total Assets (Rp T)
1.100
1.1112
1.196
1.208
7
LDR (%)
38,0
43,2
48,5
55,3
Sumber biro komunikasi, BI * : Tahun 2004 sampai bulan Agustus Bukti konkret peran serta perbankan dalam kegiatan perekonomian dapat dilihat dari definisi bank itu sendiri. Pengertian Perbankan dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 bahwa: Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan dana kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Undang-Undang pokok perbankan di atas, menunjukkan bahwa usaha pokok perbankan adalah dengan menghimpun dana dan menyalurkan dana dari masyarakat. Dana bank selain diperoleh dari masyarakat juga diperoleh dari pemilik bank (Pemegang saham), pemerintah, Bank Indonesia, dan pihak-pihak di luar negeri. Dana yang berhasil dihimpun oleh bank tersebut harus disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Hal ini dilakukan karena fungsi bank adalah sebagai lembaga perantara (Intermediare) antara pihak-pihak yang kelebihan dana dengan pihak yang kekurangan dana. Keuntungan bank diperoleh dari selisih antara harga jual dengan harga beli dana tersebut setelah dikurang biaya operasional. Dengan demikian bank harus mampu menempatkan dana tersebut dalam bentuk penempatan yang paling menguntungkan. Pada umumnya
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
dana yang paling menguntungkan adalah dalam bentuk pemberian kredit. Hal ini terbukti dengan semakin menguatnya persetujuan pemberian kredit baru bank umum sebagaimana yang telah dibuktikan oleh bagian statistik sektor riil dan keuangan pemerintah (2004:23) yang mengemukakan bahwa: Hasil survey memperlihatkan bahwa persetujuan pemberian kredit baru bank umum pada triwulan IV-2004 menjadi lebih kuat dibandingkan triwulan sebelumnya. Seperti tercermin pada angka netto sebesar 35,3% menjadi sebesar 69,4%. Alasan peningkatan persetujuan pemberian kredit baru dari sisi internal bank adalah pemenuhan rasio kecukupan modal bank dan keuntungan yang lebih menarik dibandingkan penempatan lainnya. Sedangkan dari sisi eksternal bank adalah prospek usaha nasabah dan kondisi ekonomi makro yang semakin membaik. Hasil survey yang telah dilakukan oleh bagian statistik sektor riil dan keuangan pemerintah pada suluruh bank, bank besar, bank menengah dan bank kecil menunjukkan persetujuan pemberian kredit mengalami penurunan pada triwulan III-2004 pada triwulan III-2004 pada seluruh bank menengah dan bank kecil. Akan tetapi pada triwulan IV-2004 dan perkiraan pada triwulan I-2005 pada semua bank persetujuan pemberian kredit mengalami peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa kredit sangat berperan dalam dunia perbankan. Peningkatan kredit juga dibuktikan oleh Imam Budi Sarjito (2004:1) yang menyatakan bahwa “… Perbaikan juga tampak pada struktur asset perbankan dimana proporsi asset perbankan yang berupa kredit cenderung terus meningkat sedangkan proporsi asset berupa obligasi pemerintah cenderung terus menurun”. Pada tahun 2001, kredit sebagai salah satu komposisi asset bank umum hanya mencapai 27,9 % sedangkan obligasi pemerintah 38,3 %; tahun 2002 kredit mencapai 32,9 % sedangkan obligasi pemerintah 33,6 %;. Tahun 2003 kredit mencapai 36,7 % sedangkan obligasi pemerintah hanya 27,9 %; dan tahun 2004 kredit 41,8 % sedangkan obligasi pemerintah hanya 24,4 % hal ini menunjukkan bahwa dari tahun ke tahun kredit selalu mengalami peningkatan, sebagai bukti perkreditan memegang peranan penting dalam usaha perbankan. Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan faktor yang sangat diandalkan dalam aktivitas perbankan. Sebagian besar laba yang dihasilkan oleh bank berasal dari kredit yang telah disalurkannya kepada
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
masyarakat, yaitu dalam bentuk bunga kredit. Tetapi disamping memberikan sumbangan terbesar terhadap laba, kredit juga merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rapuhnya usaha perbankan yaitu dengan tingginya risiko kredit. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mudrajad Kuncoro (2002:75): “Pada umumnya penempatan dana yang paling menguntungkan adalah dalam bentuk kredit, namun demikian risiko yang dihadapai oleh bank dalam penempatan dana tersebut juga besar”. Besarnya risiko usaha kredit ditunjukkan dalam Non Performing Loan (NPL) dalam laporan keuangan bank. Tingginya NPL menunjukkan banyaknya pihak debitur yang tidak dapat membayar secara kontinuitas pinjaman kreditnya. Berdasarkan Surat Keputusan Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR tanggal 12 November 1999 tentang Kualitas Aktiva Produktif, kualitas kredit digolongkan menjadi Lancar (Pass), Dalam Perhatian Khusus (Special Mention) Kurang Lancar (Substandar), Diragukan (Doubtfull), dan Macet (Loss). Kredit yang termasuk dalam kategori NPL atau disebut juga kredit bermasalah yaitu kredit kurang lancar diragukan dan kredit macet. Dalam PSAK No. 31 menjelaskan bahwa kredit Non Perform adalah kredit yang pembagian angsuran pokok dan atau bunganya lewat 90 hari atau lebih setelah jatuh tempo atau kredit yang pembayaranya secara tepat waktu sangat diragukan. Faktor penyebab timbulnya kredit yang bermasalah ini yaitu faktor internal (Bank dan nasabah itu sendiri) dan faktor eksternal yaitu kondisi ekonomi. Seperti yang telah disebutkan bahwa bank memperoleh laba dari kredit yang telah disalurkannya. Laba yang berhasil diperoleh digunakan untuk mendanai usaha peningkatan jasa bank, mendanai perluasan usaha dan menutup kerugian temporer diluar perhitungan pimpinan bank. Tetapi dalam usaha perolehan laba ini, bank tidak terlepas dari risiko kredit, sehingga mengganggu tingkat laba yang akan diterimanya. Salah satu upaya yang dapat untuk dapat menghindari atau memperkecil risiko kredit bank harus berhati-hati dalam penyaluran kreditnya. Bank harus terlebih dahulu menilai apakah kredit tersebut
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
layak diberikan atau tidak dengan kata lain bank harus melakukan analisis kredit atau penilaian kredit. Kinerja laba dan pertumbuhan kredit secara umum terlihat mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Demikian juga dengan tingkat profitabilitas perbankan yang diukur dengan Return On Asset (ROA) juga terus meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendapatan operasional pebankan. Untuk mengetahui kemampuan bank dalam mengisi pundi-pundi keuangannya, kita akan langsung mengamati Net Income atau rasio-rasio yang berkaitan dengan faktor tersebut (misalnya ROA). Ada satu pendekatan lain dalam rangka mengupas lebih dalam akan kemampuan suatu bank dalam mengumpulkan pendapatannya, yang lebih dikenal dengan core profitability. Menurut Moody’s yang merupakan lembaga pemeringkat lembaga keuangan, core profitability adalah keuntungan sebelum provisi dan sebelum pajak. Lembaga pemeringkat ini juga menggunakan core profitability sebagai salah satu dalam melakukan pemeringkatan lembaga keuangan dengan pertimbangan bahwa faktor ini dapat mengindikasi kemampuan suatu bank untuk dapat keluar dari permasalahan yang menimpa lembaga keuangan yang bersangkutan. Laporan keuangan perbankan merupakan sarana yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengetahui kinerja dan kesehatan dari suatu bank. Laporan keuangan tersebut dianalisa sesuai dengan kebutuhan masing-masing pihak. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu bank maka kesehatannya semakin baik. Untuk setiap bank harus berusaha seoptimal mungkin untuk meningkatkan profitabilitasnya. Salah satu analisa laporan keuangan perbankan yang sering digunakan adalah analisa CAMELS (Capital, Asset, Management, Earning, Liquidity, Sensitivity). Maksud dari analisa ini adalah untuk memperoleh kesimpulan mengenai tingkat kesehatan perbankan. Bank Rakyat Indonesia (BRI) merupakan salah satu Bank BUMN yang telah berhasil dalam pengelolaan kreditnya. Hal ini dapat terlihat dari tingkat NPL Bank itu sendiri. BRI memiliki tingkat NPL yang rendah dibandingkan dengan
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
BUMN lainnya, begitu juga dengan kemampuannya dalam menghasilkan laba, BRI mempunyai tingkat kemampuan yang lebih dibanding Bank lainnya hal ini bisa terlihat dari ROA yang dihasilkan BRI. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dalam Tabel 1.2 dibawah ini.
TABEL 1.2 Kinerja Tiga Bank BUMN (diluar persyaratan rating dan kinerja berlangsung tiga tahun, Maret 2005) Bank BUMN
CAR
ROA
LDR
NPL
BNI
18,88%
2,45%
58,41%
2,02%
BRI
18,80%
5,77%
76,5%
1,88%
Bank Mandiri
26,60%
1,31%
55,92%
10,88%
Bisnis Indonesia, 13 Juli 2005 Dari uraian di atas, terlihat bahwa tingkat kesehatan bank merupakan salah satu tolak ukur masyarakat dalam menilai kualitas suatu bank yang pada prakteknya dapat mempengaruhi tingkat kepercayaannya pada bank tersebut dan mengingat perlunya analisis terhadap tingkat risiko kredit dan tingkat profitabilitas bagi manajemen agar mampu meningkatkan kualitas bank. Atas dasar latar belakang penelitian penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “ Pengaruh Tingkat Risiko Kredit terhadap Tingkat Profitabilitas Bank “
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dalam penyusunan skripsi ini, penulis akan membahas mengenai : 1. Apakah terdapat hubungan antara tingkat risiko kredit dengan tingkat profitabilitas Bank.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
2. Bagaimana pengaruh tingkat risiko kredit terhadap tingkat profitabilitas Bank.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian Berdasar latar belakang yang penulis kemukakan di atas maka dapat dilihat maksud dari penelitian ini adalah untuk mempelajari, menganalisis dan menyimpulkan apakah terdapat pengaruh tingkat risiko kredit terhadap tingkat profitabilitas bank.
1.3.2 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui hubungan tingkat risiko kredit terhadap tingkat profitabilitas Bank. 2. Untuk mengetahui pengaruh tingkat risiko kredit terhadap tingkat profitabilitas Bank.
1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapakan dapat berguna : 1. Secara Akademis Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut mengenai masalah-masalah yang terdapat dalam perbankan khususnya mengenai perkreditan, serta dapat meningkatkan pemahaman tentang teori-teori yang dapat diterima dari pelajaran di bangku kuliah. 2. Secara Praktis Dapat memberikan masukan bagi pihak bank sebagai bahan evaluasi dalam menentukan strategi yang tepat dalam menyalurkan kreditnya dan memperkecil tingkat risiko kredit yang akan ditanggung oleh bank.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
1.5 Kerangka Pemikiran Bank adalah lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting bagi aktivitas perekonomian. Peran strategis tersebut adalah sebagai lembaga perantara keuangan (intermediary) antara pihak yang memiliki dana dan pihak yang memerlukan dana, serta lembaga yang berfungsi memperlancar lalu lintas pembayaran. Seperti yang tercantum dalam Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan pasal 1 ayat 1 : Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak (Lukman Dendawijaya, 2005:5). Peran bank sebagai lembaga perantara keuangan, dapat di interprestasikan sebagai lembaga penyedia dana untuk menunjang perekonomian nasional atau yang lebih dikenal dengan aktivitas perkreditan. Kredit merupakan usaha pokok bank dan sebagian besar penghasilan bank berasal dari usaha perkreditan. Hal ini senada dengan pengertian kredit dalam Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang Perbankan : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (Lukman Dendawijaya, 2005:5). Bank
menyalurkan
kreditnya
kepada
masyarakat
sesuai
dengan
permohonan dan latar belakang nasabah. Adapun jenis kredit yang diajukan oleh bank kepada masyarakat adalah sebagai berikut, sebagaimana yang diungkapkan oleh Mudrajad Kuncoro (2002:76): Jenis-jenis kredit dalam bisnis perbankan sangat banyak, namun demikian kredit-kredit tersebut dapat dikelompokkan sebagai berikut : • Pengelompokkan kredit berdasarkan ciri dan tujuan penggunaannya, antara lain kredit modal kerja, kredit investasi, dan kredit kosumtif. • Pengelompokkan kredit berdasarkan cara pelunasannya, antara lain kredit dengan angsuran tetap, kredit dengan plafond menurun setiap periode tertentu dan kredit dengan plafond tetap.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
•
Pengelompokkan kredit berdasarkan jangka waktu, antara lain kredit jangka panjang, kredit jangka menengah, dan kredit jangka pendek. • Pengelompokkan kredit berdasarkan fasilitas kredit antara lain kredit kecil (misalnya kredit usaha kecil), kredit menengah, dan kredit besar. • Pengelompokkan kredit berdasarkan bentuk kredit antara lain kredit berbentuk persekot dan kredit berbentuk rekening koran. Kemudian penyaluran kredit tersebut dapat diarahkan ke beberapa sektor ekonomi antara lain : • Sektor pertanian, misalnya perkebunan, perikanan, kehutanan, pengadaan pangan, dan sebagainya. • Sektor pertambangan, misalnya perdagangan hasil pertanian, hasil industri, dan sebagainya. • Sektor perindustrian, misalnya industri semen, industri mobil, industri makanan dan sebagainya. Dalam setiap usaha, ada dua iklim usaha yang akan terjadi, yaitu untung dan rugi. Risiko muncul saat kredit yang disalurkan untuk usaha nasabah mengalami kerugian. Akibatnya, akan berdampak pada pengembalian pinjaman, sehingga menimbulkan kredit yang bermasalah. Risiko kredit merupakan salah satu risiko yang umum dihadapi oleh bank dalam pemberian kredit. Risiko kredit mengambil bagian terbesar dalam kegiatan perbankan karena pemberian pinjaman dan investasi merupakan bagian terbesar dalam aktiva bank. Risiko kredit adalah risiko yang muncul akibat kegagalan atau ketidakmampuan nasabah dalam mengembalikan jumlah pinjaman yang diterima beserta imbalannya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Akibatnya, penghasilan bank yang sebagian besar dari kredit akan terganggu. Risiko kredit digunakan untuk mengukur jumlah cicilan kredit yang gagal dikembalikan. Besarnya risiko usaha kredit ditunjukkan dalam Non Performing Loan (NPL) dalam laporan keuangan bank. Tingginya NPL menunjukkan banyaknya pihak debitur yang tidak dapat membayar secara kontinuitas pinjaman kreditnya. Tingkat risiko kredit merupakan suatu kualitas yang menyatakan keadaan kredit yang diperoleh dari aktivitas pinjam-meminjam. tingkat risiko kredit dapat dihitung berdasarkan perbandingan antara jumlah kredit bermasalah dengan jumlah kredit yang disalurkan. Lukman Dendawijaya (2005:82) menyatakan
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
bahwa: “Sebagai akibat dari timbulnya kredit bermasalah yaitu hilangnya kesempatan memperoleh income (pendapatan) dari kredit yang diberikannya, sehingga mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk bagi rentabilitas bank.” Kegiatan pemberian kredit yang dilaksanakan oleh bank sangat erat kaitannya dengan aspek kualitas, profitabilitas dan aspek lain terutama yang berhubungan dengan prinsip kehati-hatian yang harus dilakukan. Meskipun kepada perbankan telah diberikan kebebasan untuk mengatur dirinya sendiri, namun Bank Indonesia selalu menekankan kepada bank agar dalam menyusun rencana kerja tahunan senantiasa berpedoman pada prinsip kehati-hatian terutama dalam pemberian kredit, dimana pemberian kredit kepada sektor-sektor yang berisiko tinggi dan bersifat konsumtif agar ditekan dan pertumbuhan total kredit masing-masing bank. Tingkat profitabilitas menurut Teguh Pudjo Muljono dapat diukur dengan menggunakan analasis rentabilitas. Istilah lain untuk analisis rentabilitas adalah analisis income statement, rasio profitabilitas, analisis profitablitas usaha dan analisis kegiatan usaha. Rasio rentabilitas dapat diperoleh melalui pembagian antara laba bersih dengan modal sendiri, laba bersih dengan total asset, pendapatan operasi dengan total aktiva, laba sebelum pajak dengan total aktiva dan lain-lain. Untuk itu bank harus seoptimal mungkin meningkatkan profitabilitas.
Return on Asset (ROA) =
LabaSebelumPajak X 100% TotalAktiva
Sumber : Lukman Dendawijaya (2005:118)
Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas bank adalah jumlah modal, kualitas kredit yang diberikan dan pengembaliannya, perpencaran bunga bank, management pengalokasian dana dalam aktiva likuid, efisiensi dalam
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
menekan biaya operasional serta mobilitas dana masyarakat dalam memperoleh sumber dana yang murah. Non Performing Loan yang ada pada suatu perusahaan (Bank) akan berpengaruh langsung terhadap Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dimana semakin tinggi tingkat Non Perfoming Loan yang terjadi maka akan semakin besar pula tingkat PPAP yang dibentuk, sehingga jika terjadi demikian (Non Performing Loan tinggi) maka nilai kualitas aktiva tersebut dengan sendirinya akan menurun jika nilai PPAP yang dibentuk semakin besar. Tingkat hubungan antara apa yang diteliti dalam penelitian ini erat kaitannya dengan tingkat standar kesehatan perusahaan (Bank) yaitu CAMELS. Pemberian pinjaman dalam bentuk kredit oleh bank mengandung risiko kegagalan atau kemacetan pelunasannya sehingga dapat berpengaruh terhadap kesehatan bank. Besarnya risiko usaha kredit ditunjukkan dalam Non Performing Loan (NPL) dalam laporan keuangan bank. Tingkat NPL ini secara otomatis akan mempengaruhi operating income, jika NPL semakin tinggi maka operating income semakin rendah dan sebaliknya. Secara keseluruhan, paradigma penelitian merupakan alur proses berfikir dalam kerangka pemikiran ini dapat dilihat dalam gambar 1.1 dibawah ini.
Bank
Pemberian Kredit
Risiko Kredit
Profitabilitas Bank
Gambar 1.1 KERANGKA PEMIKIRAN
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
Berdasarkan definisi dan kerangka pemikiran yang dijelaskan di atas maka hipotesis yang dapat diambil dalam penelitian ini yaitu: “Tingkat risiko kredit akan berpengaruh terhadap tingkat profitabilitas bank.”
1.6 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian yang dapat menggambarkan secara jelas menganalisa pengaruh tingkat risiko kredit terhadap tingkat profitabilitas bank, maka fenomena-fenomena yang berkaitan dengan tujuan penelitian ini perlu dijabarkan dengan metode yang jelas. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan survey. Metode penelitian ini secara rinci akan dibahas pada bab III. Teknik pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan merupakan penelitian langsung terhadap objek penelitian. Karena penulis menggunakan data sekunder, maka penelitian lapangan ini bertujuan untuk mengadakan evaluasi terhadap sumber dan keadaan data sekunder beserta limitasi-limitasi dari data tersebut. Teknik yang penulis gunakan dalah dokumentasi (menelaah dokumen organisasi yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu laporan laba rugi, neraca, dan catatan atas laporan keuangan). 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data kepustakaan dengan cara memelajari, mengkaji serta menelaah literatur-literatur yang berkaitan dengan masalah yang diteliti berupa buku, jurnal, maupun makalah
yang
berkaitan dengan penelitian.
Kegunaan penelitian
kepustakaan adalah untuk memperoleh dasar-dasar teori yang dapat digunakan sebagai landasan teoritis dalam menganalisis masalah yang diteliti, dan sebagai pedoman untuk melakukan studi dalam penelitian di lapangan.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam rangka mendapatkan data-data yang digunakan untuk menyusun skripsi ini, penulis melakukan penelitian pada perusahaan perbankan yang telah disetujui sebagai bank umum konvensional yang berlokasi di Indonesia melalui media internet. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2008 sampai dengan selesai.
PDF created with pdfFactory trial version www.pdffactory.com