BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan
hal
yang
sangat
penting
dalam
suatu
kehidupanindividu. Proses pendidikan berlangsung secara formal, informal maupun nonformal. Dalam pendidikan formal yaitu sekolah memiliki peranan penting untuk setiap individu dalam pengembangan intelektual, potensi, dan keterampilan pada segi-segi afektif. Hal ini sesuai dengan pengertian pendidikan menurut UU tahun 2003 yang menyatakan bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara” (Depdiknas, 2003, hlm. 2). Mengacu pada pengertian pendidikan diatas dapat dinyatakan bahwa pendidikan tidak terlepas dari proses belajar dan mengajar antara peserta didik dan pendidik agar individu menjadi lebih baik dalam menjalani kehidupannya. Pendidikan merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang berlangsung dalam lingkungan sekolah. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling memengaruhi antar pendidik dan peserta didik (Sukmadinata,2009.hlm.10). Dalam pencapaian tujuan pendidikan formal disekolah peserta didik harus melewati proses belajar. Belajar merupakan suatu proses yang dialami oleh setiap individu karena tanpa belajar individu tidak akan pernah memperoleh sesuatu yang diinginkan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Witherington (dalam Sukmadinata, 2009. hlm.155) belajar merupakan perubahan dalam kepribadian yang dimanisfestasikan sebagai pola-pola respons yang baru dalam bentuk keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Manisfestasi dari proses belajar adalah adanya hasil belajar,dalam dunia pendidikan di Indonesia hasil belajar peserta didik berupa nilai raport, yang dapat menunjukan tingkat keberhasilan peserta didik dalam kegiatan belajar disekolah. Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
Keberhasilan belajar peserta didik dilihat dengan tercapainya nilai yang memenuhi standar kompetensi kelulusan yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah dan sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Terkait standar kompetensi kelulusan ini dinyatakan bahwa untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional tersebut diperlukan profil kualifikasi kemampuan lulusan yang dituangkan dalam standar kompetensi lulusan, Standar kompetensi lulusan adalah kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Depdikbud,2013, hlm. 1).Selain itu menurut Bloom (dalam Makmun, 2007, hlm.161) manisfestasi dalam hasil belajar dikategorikan dalam tiga domain yang pertama adalah kognitif (pengetahuan dan penguasaan materi) ,kedua adalah afektif (sikap-sikap apresiasi dan penghayatan) dan ketiga adalah psikomotorik (keterampilan). Terkait dengan adanya standar kompetensi kelulusan sebagai acuan keberhasilan belajar peserta didik, maka dalam interaksi selama proses belajar diharapkan dapat membantu peserta didik mencapai keberhasilan dalam belajar dan standar kompetensi kelulusan guna tercapainya prestasi belajar. Menurut Winkel (1996) prestasi belajar adalah proses belajar yang dialami siswa untuk menghasilkan perubahan dalam bidang pengetahuan, pemahaman, penerapan, daya analisis, dan evaluasi. Prestasi belajar merupakan hasil belajar berupa angka yang diperoleh siswa selama pembelajaran berlangsung untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa dalam setiap mata pelajaran disekolah. hal ini sesuai dengan pendapat Suryabrata(1993) yang menjelaskan bahwa prestasi belajar adalah hasil evaluasi dari suatu proses yang biasanya dinyatakan dalam bentuk kuantitatif (angka) yang khusus dipersiapkan untuk proses evaluasi, misalnya raport. Proses belajar dinyatakan berhasil jika adanya suatu perubahan sebagai akibat dari pengalaman yang telah dilakukan oleh individu. Menurut Djamarah (2008, hlm. 175) menyatakan bahwa individu yang telah berhasil dalam belajar maka telah mengalami proses tertentu dalam belajar. Dari penyataan dapat dikatakan bahwa individu yang telah mengalami perubahan dan mendapatkan hasil telah melewati proses belajar untuk mencapai tujuan. Proses belajar dipegaruhi oleh beberapa faktor yang bersumber pada dirinya dan dari luar dirinya. faktor dalam diri individu seperti minat, bakat, motivasi, kemampuan
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
kognitif sedangkan faktor dari luar adalah lingkungan belajar dan instrumental yang terkait dalam proses belajar. Makmun (2007, hlm.165) mengugkapkan secara sistematik dan visual faktor-faktor yang memengaruhi perilaku belajar mengajar (PBM) dalam pendidikan adalah sebagai berikut.
Gambar 1.1 sistematik komponen P.B.M Kapasitas (IQ)
Bakat khusus
Guru dan lainlain
Metode, teknik, media
Program tugas Bahan sumber
instrumental
(sarana)
input
Perilaku kognitif
Motivasi n-Ach
Raw input (siswa)
Expected output (hasil belajar yang diharapkan)
P. B. M
Minat Enviromental input (lingkungan)
Kematangan kesiapan
sosial
Sikap/kebiasaan dan lain-lain
Perilaku afektif
oo
Perilaku psikomotor
Dan lainlain fisik kultural
(Makmun,2007,hlm.165)
Dari gambar diatas secara sistematik keempat komponen utama dari proses belajar mengajar akan memengaruhi perfomance dan outputnya. Raw input menunjukan sebagai faktor yang terdapat dalam diri individu yang dapat menjadi fasilitas maupun penghambat, the expected output menunjukan kepada tingkat kualifikasi
ukuran
yang
dapat
menjadi
daya
penarik
dan
motivasi,
instrumentalinput adalah sarana yag dapat menunjang pelaksanaan belajar mengajar serta enviromental adalah situasi dan keadaan iklim sekolah. Terkait dengan proses belajar yang dilaksanakan disekolah seiring dengan perkembangan zaman, ada beberapa tujuan dalam pembelajaran yang harus dicapai. Menurut Graffin,dkk (2012) dalam bukunya yang berjudul Assesment and Teaching 21 st Century Skillsmenyebutkan bahwa kebutuhan pendidikan dan keterampilan pada abad ke 21 adalah cara berpikir peserta didik harus kreatif dan inovasi,
berpikir
kritis,
menguasai
pemecahan
masalah,
pengembangan
metakognisi, menguasai teknologi informasi dan komunikasi, terciptaya hubungan
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
sosial, perkembangan karir, pengetahuan, keterampilan, sikap, nilai-nilai dan etika. Dalam pandangan psikologi perkembangan, individu yang berada dalam jenjang pendidikan menengah atas termasuk ke dalam fase perkembangan masa remaja. Masa remaja merupakan masa yang paling penting dalam setiap fase perkembangan, pada masa ini merupakan masa transisi dari fase anak menuju dewasa. Remaja memiliki berbagai macam tujuan yang hendak dicapai, karena dalam masa ini remaja mulai memikirkan pencapaian prestasi agar dapat meraih suatu keberhasilan dimasa yang akan datang. Remaja selalu ingin sukses dalam hidupnya dan memiliki cita-cita dimasa depan. Menurut Havighurst (dalam Yusuf,2008)salah
satu
tugas
perkembangan
pada
masa
remaja
adalah
mengembangkan kemampuan intelektual, salah satu tujuan peserta didik pada masa remaja adalah mencapai prestasi belajarsebaik mungkin karena dengan demikian mereka dapat menunjukan eksistensi kepada teman, keluarga dan lingkungan sekitar. Prestasi menjadi hal yang sangat penting bagi remaja, dan remaja mulai menyadari bahwa pada saat inilah mereka dituntut untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya(Santrock, 2003). Bandura (2002) mengatakan bahwaself efficacyberhubungan dengan diri individu dalam arah hubungan kemampuan yang dicapai dalam melaksanakan tugas khusus sebagai prediktor kuat tentang perilaku. Selain itu menurut Sudrajat (2008, hlm. 10) “self efficacy dapat membantu perkembangan esensi minat dan keseriusan dalam bertindak dan beraktivitas”. Hal ini berarti bahwa dalam proses pencapaian prestasi belajar salah satu faktor penentu keberhasilan adalah faktor dalam diri individu yangtidak lepas dari pengaruh keyakinan diri yang ada pada peserta didik, keyakinan diri ini sering disebut sebagai self efficacy.Self efficacy adalah faktor penting yang memengaruhiprestasi belajar peserta didik (Bandura, 2002). Individu adalah seperti apa yang dia pikirkan, jika berpikir akan berhasil, maka kemungkinan besar keberhasilan tersebut akan mampu untuk diraih, begitu juga sebaliknya. Pada dasarnya setiap individu sudah memiliki kemampuan yang menjadi modal untuk mencapai keberhasilan,kuncinya adalah pada keyakinan yang merupakan penentu sikap dan perilaku yang akan dilakukan dalam menghadapi permasalahan dalam mencapai tujuan. Orang yang gagal dapat jadi
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
bukan karena tidak mampu, tetapi karena tidak yakin bahwa setiap orang dapat mencapai apa yang diharapkan. Menurut Bandura, dkk (dalam Nilsen. 2009) motivasi, Self efficacy dan nilai harapan merupakan faktor paling berpengaruh terhadap kinerja akademik peserta didik.Peserta didik yang memiliki self efficacy yang rendah akan mudah menyerah saat
menghadapi kesulitan-kesulitanmenghadapi tugas sekolah.
Sebaliknya remaja dengan self efficacy yang tinggi akan bertahandalam menghadapi kesulitan, dan mencoba mengatasinya hingga tuntas (Schunkdalam Steinberg,
2002).
Self
efficacy
akan
memberi
landasan
bagi
remaja
untukbertingkah laku secara tekun, ulet, dan berani menghadapi permasalahan (Bandura,1997). Self efficacy berkaitan dengan keyakinan seseorang akan kemampuannya untuk menangani tugas-tugas akademik secara efektif dan melakukan tindakan yang
diperlukan.
Keberhasilan
memungkinkan
individu
membandingkan
kemampuan pribadi dengan kemampuan orang lain maupun kemampuan dirinya dalam menghadapi tugas serupa di masa lalu. Ketika seseorang mendapati dirinya berhasil dalam pencapaian prestasi, berarti orang tersebut mempunyai cukup kemampuan untuk berhadapan dengan situasi yang mengharuskannya melakukan pencapain prestasi dengan baik. Bila seseorang gagal dalam pencapaian prestasi, maka akan menilai negatif pada dirinya pada saat berhadapan dengan situasi yang mengharuskan untuk terus berusaha mencapai tujuan. Reivich dan Shatte (dalam Wahyuni, 2013, hlm. 2) mendefinisikan self efficacysebagai keyakinan pada kemampuan diri sendiri untuk menghadapi dan memecahkan masalah dengan efektif. Keyakinan yang timbul dari diri peserta didik diharapkan dapat menjadi bekal berprestasi dalam menghadapi hambatan dan tantangan pada pencapaian prestasi akademik. Prestasi tidak datang begitu saja pada diri peserta didik yang hanya mengandalkan kesempatan, tetapi dengan adanya rasa keyakinan dan sikap sungguh-sungguh akan menuntun peserta didik pada pencapaian prestasi belajar. Bandura dan Wood (1989) menyatakan bahwa self efficacy adalah keyakinan terhadap kemampuan seseorang untuk menggerakan motivasi, sumber-
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
sumber kognitif, dan serangkaian tindakan yang diperlukan untuk memenuhi tuntutan-tuntutan dari situasi yang dihadapi. Menurut Sukmadinata (2009, hlm.70) menyatakan bahwa dalam dunia pendidikan peserta didik memiliki banyak motivasi dasar yang berperan penting dalam dunia pendidikan yaitu motivasi berprestasi, motivasi berkuasa dan motivasi berafiliasi. Dari ketiga motivasi dasar tersebut, motivasi berprestasi memiliki peranan yang sangat besar dalam dunia pendidikan karenadengan motivasi berprestasi yang tinggi peserta didikakanberusaha secara terusmenerus dalam meraihprestasi belajar. Oleh sebab itumotivasi berprestasi sangat diperlukan dalam masa remaja agar dapat tercapaianya tugas perkembangan dalam hal meraih prestasi belajar dalam jenjang pendidikan sekolah menengah atas. McCelland (1975) menyebutkan motivasi berprestasi adalah suatu pikiran yang berhubungan dengan bagaimana melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya bila dibandingkan dengan apa yang dilakukan sebelumnya dan lebih efisien dengan hasil maksimal.Santrock (2011) menjelaskan bahwa motivasi berprestasi merupakan keinginan untuk menyelesaikan sesuatu untuk mencapai suatu standar kesuksesan, dan untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan untuk mencapai kesuksesan. Menurut Morgan (1990) menyatakan bahwa banyak faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi yaitu harapan orang tua, pengalamanan yang dialami individu, latar belakang kehidupan, lingkungan serta observasional learningyaitu proses peniruan atas model yang menjadi idola dari setiap individu. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fu (2011) di Cina
menyatakan
bahwaadanya hubungan yang positif signifikan antara self efficacy dengan motivasi berprestasi, dengan korelasi positif kuat antara self efficacy dengan motif untuk meraih sukses dan korelasi negatif kuat antara self efficacy dengan motif menghindari kegagalan. Hal ini menunjukan bahwa semakin tinggi tingkat self efficacy maka akan semakin tinggi pula tingkat motivasi berprestasi, sedangkan semakin rendah tingkat self efficacy maka akan semakin rendah pula tingkat motivasi berprestasinya.
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
Berdasarkan hasil penelitian lain oleh Mazub dan Yusuf (2012) di Malaysia menyatakan adanya hubungan antara self efficacy dengan motivasi berprestasi tetapi hubungan antara self efficacy dengan motivasi berprestasi memiliki hubungan lebih rendah dibandingkan dengan dengan hubungan motivasi berprestasi dengan strategi belajar. Penelitian menunjukan adanya gap antara penelitian sebelumnya yang dilakukan Fu di Cina yang menyatakan bahwa adanya hubungan yang tinggi positif signifikan antara self
efficacy dengan motivasi
berprestasi. Selanjutnya berdasarkan hasil obeservasi didapatkan informasi bahwa sebagian besar peserta didik di SMAN 6 Bandung memiliki tingakatan prestasi belajar yang beragam, hal ini dapat dilihat dari nilai raport yang sudah memenuhi standar nilai yang ditentukan. Namun ada pula siswa yang belum mencapai standar nilai, hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti bermalas-malasan dalam belajar, sering tidak masuk sekolah tanpa alasan yang jelas, tidak memperhatikan guru pada saat menjelaskan pelajaran, dan ada pulapeserta didik tidak mengetahui tujuan yang jelas buat apa pergi ke sekolah, serta mengalami kebingungan dalam pemilihan karir sehingga membuat peserta didik tidak termotivasi mengejar prestasi belajar dalam pencapaian nilai yang maksimal. Mengacu pada pentingnya self efficacydan motivasi berprestasi dalam menentukan prestasi belajar peserta didik maka Berdasarkan informasi mengenai fenomena di sekolah serta gap penelitian di cina dan di malaysia, perlu adanya kajian kembali mengenai pengaruh antara self efficacydan motivasi berprestasi tehadap prestasi belajar peserta didik di SMAN 6 Bandung. Peserta didik yang memiliki self efficacy tinggi akan mampu mengatasi masalah yang timbul akibat stimulus-stimulus yang terbentuk dari lingkungan. Motivasi peserta didik terbentuk karena adanya rasa percaya akan kemampuan diri dalam menyelesaikan dan persepsi dalam menghadapi tugas. Peserta didik yang memiliki komitmen tinggi terhadap tujuannya akan memilih strategi dan berusaha semaksimal mungkin agar segala usaha yang sudah dilakukan mendapatkan hasil yang maksimal. Begitupun sebaliknya individu yang memiliki self efficacy rendah maka akan cenderung menghindar dari tugas tertentu agar merasa lebih aman. Hal ini sesuai dengan pendapat (Atkinson, 1982) yang
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
menyebutkan bahwa motivasi berprestasi adalah kecenderungan seseorang untuk berusaha meraih kesuksesan dan memiliki orientasi tujuan, aktivitas sukses atau gagal. Menurut Woolfolk (2008) pengertian motivasi berprestasi sebagai suatu keinginan untuk berhasil, berusaha keras dan mengungguli orang lain berdasarkan suatu standar mutu tertentu. Setiap individu pasti memiliki potensi dan tujuan yang ingin dicapai, ketika individu memiliki potensi yang besar tetapi tidak memiliki keyakinan serta motivasi yang tinggi apakah dapat mencapai prestasi belajar yang baik, apabila peserta didik tidak memiliki keyakinan maka tidak dapat mengontrol dan menghadapai setiap hal yang dilakukan untuk mencapai tujuan dalam pencapaian prestasi belajar. Dalam perkembangan potensi setiap individu merupakan tujuan yang harus dicapai, menurut Graffin,dkk (2012) pada perkembangan abad 21 Guru harus semakin fokus pada perkembangan belajar individu secara personal untuk masing-masing peserta didik,mereka juga harus bekerja sama dengan timberdasarkan strategi intervensi dan penggunaan sumber daya keputusan agar siswa dapat meciptakan hasil dari pembelajaran dengan bukti karya bukan hanya sekedar pada pengetaguan dan wawasan. Pengembangan potensi, kecakapan dalam belajar yang terkait dengan self efficacyserta peningkatan motivasi berprestasi yang ada dalam diri peserta didik menjadi peranan penting dari bimbingan dan konseling sebagai bagian integral tercapainya tujuan pendidikan. Hal ini tercantum dalam Peraturan Menteri No 111 tahun 2014 terkait bimbingan dan konseling disebutkan bahwa dalam rangka pengembangan kompetensi hidup, peserta didik memerlukan sistem layanan pendidikan di satuan pendidikan yang tidak hanya mengandalkan layanan pembelajaran mata pelajaran/bidang studi dan manajemen, tetapi juga layanan bantuan khusus yang lebih bersifat psiko-edukatif melalui layanan bimbingan dan konseling.Bimbingan dan Konseling adalah upaya sistematis, objektif, logis, dan berkelanjutan serta terprogram yang dilakukan oleh konselor atau guru Bimbingan dan Konseling untuk memfasilitasi perkembangan peserta didik/Konseli untuk mencapai kemandirian dalam kehidupannya. (Permendikbud, 2014, hlm. 2).Hal ini sesuai pula dengan pernyataan dari Yusuf (2008, hlm. 7) yang menyatakan bahwa tujuan bimbingan dan konseling adalah membantu peserta didik mencapai
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
perkembangan yang optimal, yaitu perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai tentang kehidupan yang baik dan benar.perkembangan optimal bukan semata-mata pencapaian tingkat kemampuan intelektual tetapi menyangkut individu mampu mengenal dan memahamai diri, berani menerima kenyataan diri secara objektif, mengarahkan diri sesuai dengan kemampuan, kesempatan dan sistem nilai serta melakukan pilihan dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Dalam pencapaian tujuan pendidikan nasional yang mengacu pada tercapainya prestasi belajar bagi peserta didik menjadi peranan bimbingan dan konseling sebagai sistem integral dari tercapainya tujuan pendidikan. Salah satu bagian layanan dari bimbingan dan konseling adalah pemberian bimbingan belajar, hal ini dapat membantu peserta didik dalam mengoptimalkan prestasi belajar yang ingin dicapai. Dalam Pemberian layanan bimbingan belajar agaroptimal maka diperlukannya penelitian mengenai beberapa faktor yang memengaruhi prestasi belajar peserta didik yaitu self efficacy dan motivasi berprestasi. Maka dalam penelitian ini difokuskan untuk melihat dan membuktikan sejauh mana self efficacydan motivasi berprestasi memberikan pengaruh terhadapprestasi belajarpeserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bandung tahun ajaran 2014/2015.
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah Prestasi belajar merupakan suatu tolak ukur keberhasilan peserta didik selama proses belajar dilaksanakan. Prestasi belajar banyak dipengaruhi oleh beberapa faktor dari dalam dan luar diri individu, salah satu faktor yang utama adalah dalam diri individu. Prestasi tidak semata-mata ditentukan hanya dari tingkat intelegensi tetapi ada faktor lain yaitu self efficacy dan motivasi berprestasi yang dapat ikut berkontribusi dalam pencapaian prestasi belajar peserta didik. Menurut Sudrajat (2008, hlm. 21) “kuatnya keyakinan dan kemampuan (self efficacy) seseorang berpengaruh terhadap perilakunya”. Hal ini menunjukan bahwa self efficacy merupakan salah satu disposisi perilaku individu dalam setiap hal yang dilakukan guna tercapainya suatu tujuan salah satunya adalah pencapaian prestasi belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Maddux (dalam Sudrajat, 2008.
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
10
hlm.44) yang menyatakan bahwa keyakinan, usaha dan ketekunan akan menjadi kuat dibandingkan dengan kemampuan potensial. Masa remaja merupakan suatu titik kritis dalam hal prestasi (Ecles, dkk dalam Santrock, 2011, hlm. 147). Tekanan sosial dan akademik memaksa remaja untuk memegang berbagai peran yang melibatkan tanggung jawab yang lebih besar. Prestasi belajar menjadi hal yang sangat penting bagi remaja, dan remaja mulai menyadari bahwa pada saat inilah mereka dituntut untuk menghadapi kehidupan yang sebenarnya (Santrock,2003). Adanya prestasi belajar sebagai outcome dari usaha remaja untuk menjadi lebih baik tidak terlepas dari peranan self efficacy dan motivasi. Dalam pencapaian prestasi belajar yang ditampilkan oleh siswa bergantung pada usaha dan ekpetasi yang dilakukan oleh siswa, kombinasi dari ekspetasi dan nilai yang ada dalam diri individu merupakan fokus dari sejumlah upaya yang dilakukan untuk dapat memahami motivasi berprestasi para siswa. Hal ini sesuai dengan pendapat Graffin,dkk (2012) yang menyatakan bahwa Individu semakin perlu mengembangkan keterampilan dengan cara baru untuk bekerja, hidup, belajar dan berpikir. Mereka membutuhkan keterampilan baru untuk memanipulasi informasi baru berbasis alat kerja. Self efficacy penting bagi siswa dalam proses belajarnya karena self efficacy dapat memengaruhi tingkah laku belajar yaitu, menentukan seberapa besar usaha yang diberikan seseorang dalam melakukan aktivitasnya, seberapa lama mereka dapat bertahan menghadapi sesuatu yang berlawanan dengan keyakinan mereka" Terpacu atau tidaknya anak untuk belajar dan mengerjakan semua tugas didorong oleh kekuatan mental yang berupa keinginan, perhatian, kemauan atau cita-cita. Kekuatan mental tersebut dapat tergolong rendah atau tinggi yang disebut dengan motivasi untuk berprestasi (Sepyaningtyas, 2009). Self efficacy mempunyai peran penting pada pengaturan motivasi seseorang. Seseorang percaya akan kemampuannya memiliki motivasi tinggi dan berusaha untuk sukses. Santrock (2011) menyatakan bahwa self efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan menghasilkan hasil positif. Self efficacy dapat memengaruhi siswa dalam memilih suatu tugas, usahanya, ketekunananya
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
11
dan prestasinya. Siswa yang memiliki keyakinan untuk dapat menguasai suatu keahlian atau melaksanakan tugas akan lebih siap untuk berpartisipasi, bekerja keras, lebih ulet dalam menghadapi kesulitan dan mencapai level yang lebih tinggi. Salah satu jenis motivasi terpenting bagi psikoogi pendidikan ialah motivasi berprestasi (Achievement Motivation) atau kecenderungan umum untuk berjuang demi keberhasilan dan memilih kegiatan keberhasilan/kegagalan yang berorientasi sasaran (McClelland & Atkinson , 1975). Motivasi berprestasi sangat diperlukan dalam proses belajar. Peserta didik yang tidak memiliki motivasi berprestasi akan berakibat buruk terhadap prestasi akademiknya
(Agustin,2011,hlm.19).
Seseorang
yang
memiliki
motivasi
berprestasi tinggi akan berusaha sehingga memiliki prestasi belajar yang baik dalam bidang akademik maupun non akademik. Menurut Atkinson (1982), motivasi berprestasi dapat tinggi atau rendah, didasari pada dua aspek yang terkandung didalamnya yaitu harapanuntuk sukses atau berhasil (motive of success) dan juga ketakutan akankegagalan(motive to avoid failure). Seseorang dengan harapan untuk berhasil lebih besardaripada ketakutan akan kegagalan dikelompokkan kedalam mereka yangmemiliki motivasi berprestasi tinggi, sedangkan seseorang yang memilikiketakutan akan kegagalan yang lebih besar daripada harapan untuk berhasildikelompokkan kedalam mereka yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah. Prestasi belajar yang ingin diteliti dari para siswa yang berhubungan dengan bagaimana siswa tersebut mempunyai keyakinan atas kemampuannya untuk dapat mencapai prestasi belajardan dapat menentukan danmelaksanankan berbagai macam tugas serta dapat menampilkan performa perilaku untuk menyelesaikan tugas tertentu dengan baik dan efektif selama proses belajar. Dari beberapa faktor mengenai hal yang berpengaruh terhadapprestasi belajarpeserta didik, ada peranan penting yang terlibat dalam pencapaian prestasi belajar yaitu adanya self efficacy dan proses motivasi, dimana self efficacy memiliki peranan penting dalam pembentukan motivasi individu.Hal ini sesuai dengan pendapat Bandura (2002) yang menjelaskan bahwa“efficacy beliefs play a central role in the cognitive regulation of motivation”. Efikasi mempunyai peran
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
12
penting pada pengaturan motivasi seseorang. Bandura (2002) “Perceived self efficacy contributes to motivation’’. Self efficacyseseorang memiliki efek utama terhadap perilaku individu, salah satunya adalah motivasi. Individu dengan self efficacyyang tinggi mengerahkan usaha yang lebih besar untuk meraih prestasi belajar sedangkan individu dengan self efficacy yang rendah cenderung menghindarkan tugas-tugas dalam proses pencapaian prestasi belajar yang akan dicapai. Dari pemaparan latar belakang dan identifikasi masalah penelitian di atas, diperoleh sebuah pertanyaan umum sebagai arahan perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu: “Bagaimana pengaruhSelf efficacydan motivasi berprestasi terhadapprestasi belajarpeserta didik di SMA Negeri 6 Bandung tahun ajaran 2014/2015”. Rumusan umum ini, diturunkan menjadi sembilanpertanyaan penelitian sebagai berikut: 1) Bagaimana gambaranself efficacypeserta didik? 2) Bagaimana gambaran motivasi berprestasi peserta didik? 3) Bagaimana gambaran prestasi belajar peserta didik? 4) Apakah terdapat hubungan antara self efficacy dengan prestasi belajar peserta didik? 5) Apakah terdapat hubungan antara motivasi berprestasi dengan prestasi belajar peserta didik? 6) Apakah terdapat hubungan antara self efficacydan motivasi berprestasi peserta didik? 7) Apakah terdapat pengaruh self efficacyterhadap prestasi belajarpeserta didik? 8) Apakah terdapat pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar peserta didik kelas? 9) Apakah terdapat pengaruh self efficacy dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar peserta didik?
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
13
1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan secara umum untuk memberikan gambaran empiris tentang menganalisis pengaruhself efficacydan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajarpeserta didik di SMA Negeri 6 Bandung tahun ajaran 2014/2015. Tujuan khusus dari penelitian ini adalah menghasilkan gambaran empirik mengenai: 1) Profil self efficacyyang dimiliki peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. 2) Profil motivasi berprestasi yang dimiliki peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. 3) Profil prestasi belajar yang dimiliki peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. 4) Hubungan antara self efficacy dengan prestasi belajar pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bandung? 5) Hubungan antara motivasi berprestasidengan prestasi belajar pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bandung? 6) Hubungan antara self efficacydan motivasi berprestasiterhadap prestasi belajar pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bandung? 7) Pengaruh self efficacy terhadap prestasi belajar pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. 8) Pengaruh motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bandung. 9) Pengaruh self efficacy dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar pada peserta didik kelas XI SMA Negeri 6 Bandung.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Manfaat teoretis Hasil penelitian diharapkan dapat berkontribusi dalam perkembangan keilmuan bimbingan dan konseling mengenai pengaruh self efficacy dan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar peserta didik. 2) Manfaat praktis
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
14
Secara praktis penelitian diharapkan dapat menganalisis secara mendalam terkait pengaruh self efficacydan motivasi berprestasi terhadap prestasi belajar peserta didik, sehingga dapat membantu guru bimbingan dan konseling dalam merancang suatu layanan bimbingan belajar untuk dapat meningkatkan self efficacy dan motivasi berprestasi peserta didik agar mencapai prestasi belajar yang optimal.
1.5 Struktur Organisasi Skripsi Struktur organisasi skripsi ini meliputi Bab I merupakan pedahuluan yang berisi latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. Bab II merupakan konsep dariself efficacy,motivasi berprestasi dan prestasi belajar. Bab III merupakan metode penelitian yang terdiri dari lokasi, populasi, sampel penelitian, pendekatan dan desain penelitian, definisi operasional variabel, pengembangan instrumen penelitian, penimbangan penelitian, uji validitas dan realibilitas instrumen penelitian, prosedur dan teknik pengolahan data. Bab IV merupakan hasil penelitian dan pembahasan. Bab V merupakan kesimpulan dan rekomendasi penelitian.
Novita Iin Yustari, 2015 PENGARUH SELF EFFICACY DAN MOTIVASI BERPRESTASI TERHADAP PRESTASI BELAJAR (STUDI TERHADAP PESERTA DIDIK KELAS XI SMA NEGERI 6 BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu