BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Gereja merupakan salah satu jenis organisasi nirlaba yang dapat dipandang seperti halnya entitas ekonomi yang mengatur dirinya sendiri berdasarkan prinsip-prinsip ekonomi tertentu. Suatu organisasi memerlukan adanya manajemen yang baik untuk dapat mencapai tujuannya. Berdasarkan hal tersebut, maka gereja memerlukan pengaturan keuangan yang memadai agar dapat membuat keputusan-keputusan yang berkenaan dengan kegiatannya secara efektif. Pada
awal
pertumbuhannya,
gereja
memang
tidak
memerlukan
pengaturan keuangan, karena hanya sebagai kumpulan orang (jemaat) yang memiliki kesamaan kerinduan dan tujuan yang sama, saling berbagi apa yang dimiliki dan mengelola perkumpulannya. Sejalan dengan pertumbuhan gereja, maka persoalan yang berkembang di dalam gereja semakin beragam, baik dari segi kuantitatif maupun kualitatif, dan hal tersebut memerlukan penanganan yang lebih serius termasuk dalam hal pengelolaan keuangannya. Dengan karakteristik pengelolaan keuangan gereja yang berbeda dibandingkan dengan organisasi yang berorientasi pada laba, maka sistem pengelolaan yang dilakukan akan berbeda, namun tidak demikian dengan hal pertanggungjawaban pengelolaan keuangan yang dikelola memerlukan adanya suatu laporan. Pengelolaan yang dilakukan memiliki karakteristik yaitu tidak ditujukan untuk mencari laba. Pemilikan secara kolektif dalam arti hak kepemilikan tidak ditunjukkan dengan saham yang dapat dimiliki secara perorangan dan pihak yang memberikan sumber keuangan tidak menerima imbalan secara langsung baik berupa barang maupun jasa. Gereja beroperasi sebagai Pure Non profit Organization, namun gereja juga mempunyai otonomi dalam bidang keuangan, yang berarti dituntut untuk mengadakan
pembukuan
pertanggungjawaban
bagi
yang para
terpadu pelaksana
1
yang
memungkinkan
keuangan
dan
adanya
jemaatnya.
2
Pertanggungjawaban kegiatan tersebut dilakukan dengan pembuatan laporan keuangan yang akan dipakai untuk tujuan perencanaan dan penganggaran sebagai penilaian efisiensi dan efektivitas gereja. Bagi gereja yang sedang bertumbuh pembiayaan pembelanjaannya dilakukan dengan dana yang sebagian besar berasal dari jemaat dan mungkin ada sedikit bantuan baik dari pemerintah atau donatur, misal yayasan-yayasan Kristen, hasil dari usaha yang dimilikinya dan kadang-kadang dari pinjaman. Namun untuk gereja yang besar, dalam arti memiliki kompleksitas yang tinggi memerlukan suatu sistem pengelolaan yang baik. Berdasarkan pemaparan di atas, disadari bahwa gereja memerlukan suatu
sistem
pengelolaan
sumber
daya
yang
memadai
untuk
dapat
mengakomodir kompleksitas kegiatan yang berada di dalamnya. Bahwa sistem pencatatan yang dilakukan pada saat ini belum memadai bukan merupakan suatu kenyataan bahwa tidak terdapat suatu sistem yang dapat mengakomodir kebutuhan gereja sesuai dengan karakteristiknya. Dalam perkembangan akuntansi, dikenal secara luas bahwa sebagian besar organisasi non profit menggunakan fund accounting dalam pengelolaan sumber dayanya. Gereja sebagai organisasi non profit kemungkinan dapat menerapkan fund accounting tersebut dalam pengelolaan gereja terutama danadana yang ada dalam gereja. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang: “Analisis Penerapan Akuntansi Dana yang Memadai terhadap Pengelolaan Keuangan Gereja.”
1.2 Identifikasi Masalah Dengan melihat keadaan yang ada pada keuangan gereja dan adanya prinsip akuntansi yang memungkinkan untuk penerapannya pada organisasi yang bersangkutan, maka masalah pokok yang penulis ingin identifikasikan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah penerapan akuntansi dana pada gereja GPIB Bethel sudah memadai? 2. Apakah penerapan akuntansi dana pada gereja GPIB Bethel sudah menghasilkan pengelolaan keuangan gereja yang baik?
3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mempelajari lebih dalam mengenai pengetahuan yang telah penulis terima di perkuliahan dan untuk menambah pengalaman penulis mengenai objek yang diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untuk : 1. Mengetahui apakah penerapan akuntansi dana pada gereja GPIB Bethel sudah memadai. 2. Mengetahui apakah penerapan akuntansi dana pada gereja GPIB Bethel sudah menghasilkan pengelolaan keuangan gereja yang baik.
1.4 Kegunaan Penelitian 1. Bagi penulis, penelitian ini dapat digunakan untuk melihat kemungkinan penerapan akuntansi dana pada pengelolaan keuangan gereja dari segi penerapan disiplin ilmu yang penulis pelajari, juga sebagai salah satu syarat dalam
menempuh
Ujian
Sarjana
Ekonomi
Program
Studi
Akuntansi
Universitas Widyatama. 2. Bagi gereja, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan mengenai
kemungkinan
penerapan
akuntansi
dana
sehingga
dapat
memberikan pertanggungjawaban yang lebih baik dan pelaksanaan kegiatan yang lebih efektif. 3. Bagi pihak lainnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam melakukan penelitian lebih lanjut.
1.5 Kerangka Pemikiran Dalam pengelolaan gereja sebagai organisasi dituntut suatu pengelolaan yang memadai agar dapat mendukung pencapaian tujuan gereja. Pengelolaan dalam gereja hendaknya dapat mengakomodir kebutuhan gereja untuk memonitor dan mengawasi perkembangan gereja baik dari jumlah jemaat maupun kemampuan finansialnya. Suatu pekerjaan atau kegiatan yang cukup signifikan dalam gereja yaitu memelihara milik dan keuangan gereja baik untuk gereja besar atau gereja kecil. Untuk gereja dengan ukuran yang besar, pengelolaan hak milik baik barang
4
bergerak maupun tak bergerak harus dilaksanakan dengan baik agar dapat mendukung penatalayanan gereja secara efektif walaupun untuk gereja kecil juga perlu. Seiring dengan pertumbuhan gereja yang makin berkembang, dituntut adanya suatu kemampuan gereja untuk mengelolanya agar kegiatankegiatan yang ditetapkan dapat dimonitor dan dilaksanakan dengan baik. Dengan makin berkembangnya gereja, maka persoalan yang dihadapi makin beragam, banyak kegiatan-kegiatan gereja yang dilakukan memerlukan dana yang cukup besar dan melibatkan banyak aktivitas yang memerlukan suatu penanganan yang serius agar dapat dilaksanakan dan dipertanggungjawabkan dengan baik pula. Dalam organisasi non profit yang sudah dikenal secara luas terdapat suatu metode pengelolaan sumber daya, yaitu fund accounting. Sumber daya yang ada dalam organisasi non profit dibatasi dalam arti bahwa penggunaannya dibatasi untuk suatu maksud atau tujuan atau kegiatan tertentu. Berkaitan dengan pembatasan terhadap penggunaan sumber daya tersebut maka untuk tujuan pengendalian, oleh manajemen dibentuk suatu dana
(fund) untuk menjamin dan menunjukkan ketaatan terhadap tujuan dan persyaratan yang dikehendaki manajemen. Sabeni dan Ghozali (2001:10) menyatakan bahwa: “Dana adalah kesatuan fiskal dan kesatuan akuntansi yang berdiri sendiri dengan seperangkat rekening yang saling berimbang (self balancing) untuk membukukan kas dan sumber lainnya bersama-sama dengan hutang, kewajiban-kewajiban, cadangan-cadangan dan hak milik yang disisihkan dengan maksud untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu atau pencapaian tujuan tertentu sesuai dengan peraturan, retriksi, atau limitasi yang ada.” Sistem akuntansi dana sebagaimana juga digunakan organisasi nirlaba lainnya, akan menghasilkan suatu laporan yang bertujuan untuk menyediakan informasi yang akan digunakan dalam pengambilan keputusan organisasi yaitu untuk merencanakan penggunaan sumber daya baik fisik maupun nonfisik, membantu peningkatan kinerja pengurus dan untuk mengetahui informasi mengenai
sumber
perubahannya.
daya
ekonomi,
kewajiban,
saldo
sumber
daya
dan
5
Organisasi non profit bertujuan untuk memenuhi kebutuhan atau jasa sosial, maka faktor pendapatan dan bagaimana penggunaan sumber daya tidak begitu penting, namun yang diutamakan adalah bagaimana aliran inflow dan
outflow dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi tersebut. Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat diambil suatu hipotesis sebagai berikut: “Jika penerapan akuntansi dana dilaksanakan secara memadai, maka akan menghasilkan pengelolaan keuangan gereja yang baik.”
1.6 Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif analitis dengan pendekatan studi kasus, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan kondisi suatu objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampak dan nyata pada saat penelitian disertai dengan analisis dan dibandingkan dengan teori-teori yang sesuai dengan masalah yang dibahas lalu pada akhirnya ditarik suatu kesimpulan. Untuk mendapatkan bahan dan data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan metode: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan yaitu penelitian secara langsung ke tempat penelitian dengan maksud memperoleh data primer. Data primer ini diperoleh dengan cara: a. Observasi Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan pengamatan terhadap aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. b. Wawancara Wawancara adalah teknik pengumpulan data dengan cara tanya-jawab secara lisan dengan pejabat yang berwenang atau bagian lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
6
c. Kuesioner Kuesioner adalah suatu lembar isian yang di dalamnya berisi pernyataan dan pertanyaan yang dapat mengolah data kualitatif menjadi data kuantitatif guna pengujian hipotesis. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan yaitu dengan cara membaca dan mempelajari literatur-literatur di perpustakaan yang relevan dengan masalah yang diteliti, untuk
mendapatkan
dasar
teoritis
dan
bahan
pertimbangan
dalam
memecahkan masalah yang diteliti.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penelitian ini, penulis mengadakan penelitian pada gereja GPIB Bethelyang berlokasi di Jln. Wastukencana No. 1 Bandung. Penelitian ini dimulai sejak bulan Februari 2006 sampai dengan Maret 2006.