BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian Pada saat ini asuransi telah menjadi hal yang umum dan bahkan wajib
untuk dimiliki. Termasuk dunia usaha telah memilih asuransi untuk mengatasi resiko kerugian yang timbul tidak terduga pada perusahaannya. Awal asuransi masuk ke Indonesia adalah pada masa penjajahan Belanda, terkait dengan keberhasilan dunia usaha dari negeri tersebut pada sektor perkebunan dan perdagangan di Indonesia. Untuk menjamin keberlangsungan usaha diperlukan asuransi. Dapat di artikan asuransi adalah pertanggungan yakni perjanjian yang di buat antara kedua belah pihak yaitu pihak penanggung dan tertanggung yang mengikat diri serta membayar premi. (www.asuransibank.com, diakses tanggal 5 Agustus 2015) Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) melaporkan kinerja industri asuransi umum sepanjang pada tahun 2013 lebih baik dibanding pada tahun 2012. Premi bruto asuransi umum tahun 2013 tercatat sekitar Rp 46,8 triliun. Angka ini mengalami pertumbuhan sebesar 20,1% dibandingkan tahun 2012 yang tercatat sebesar Rp 38,9 triliun. Pertumbuhan premi terbesar dibukukan oleh lini usaha asuransi energy on stoke sekira 731% dan kenaikan lini usaha kredit sebesar 181%. Klaim bruto tahun 2013 sebesar Rp 18,2 triliun, tahun 2012 sebesar Rp 17,1 triliun, angka ini mengalami peningkatan 6,5%. Peningkatan klaim bruto disumbang ini usaha asuransi energi on shore sebesar 576%, mengalami peningkatan Rp 213 miliar dibanding 2012. Sementara itu loss ratio tercatat sebesar 39,1% dibanding tahun 2012 turun 5,1%. Rasio klaim tertinggi terjadi pada lini usaha asuransi kecelakaan diri dan kesehatan sebesar 59,7%. Pertumbuhan klaim bruto hanya 6,5%, menunjukan bahwa industri asuransi umum dari pertumbuhan premi bruto mengalami pertumbuhan yang baik. Dengan klaim turun artinya overall surplus asuransi umum lebih baik dari tahun 2012. (www.economy.okezone.com, diakses pada tanggal 5 Agustus 2015)
1
2
Berdasarkan catatan, sampai dengan September 2015 terdapat lebih dari 137 perusahaan asuransi konvensional yang terdiri dari perusahaan asuransi jiwa, perusahaan
asuransi
umum,
perusahaan
reasuransi,
perusahaan
yang
menyelenggarakan asuransi wajib serta asuransi sosial 52 perusahaan asuransi dan unit usaha yang menyelenggarakan prinsip syariah, 168 perusahaan pialang asuransi, 28 perusahaan pialang reasuransi, dan 28 perusahaan penilai kerugian/loss adjuster. (www.pikiran-rakyat.com, diakses tanggal 9 November 2015) Perkembangan dunia usaha di Indonesia yang sangat pesat membuat perusahaan
semakin
kompetitif.
Sehingga
medorong
perusahaan
untuk
memperluas usaha dan sanggup untuk bersaing dengan perusahaan luar negri maupun perusahaan dalam negri yang ada di Indonesia. Perusahaan di tuntut untuk terus berinovasi dan memperlihatkan kemampuannya di bandingkan perusahaan lain. Dalam memperluas usaha, tentunya perusahaan membutuhkan dana yang lebih besar atau dengan modal tambahan untuk menjalankan dan mengembangkan usahanya agar terus bertahan dalam usaha bisnisnya. Salah satu untuk
mendapatkan
dana
tambahan
dalam
rangka
untuk
memperluas
perusahaannya adalah dengan cara melakukan ekpansi ke pasar modal. Menurut Sutrisno (2012:300) arti sempit pasar modal adalah suatu tempat dalam pengertian fisik yang mengorganisasikan transaksi penjualan efek atau disebut bursa efek. Pengertian bursa efek atau stock exchange adalah suatu sistem yang terorganisir yang mempertemukan antara penjual dan pembeli efek yang dilakukan baik secara langsung maupun melalui wakil-wakilnya. Bursa efek ini berfungsi untuk menjaga kontinuitas pasar dan menciptakan harga efek yang wajar melalui mekanisme permintaan dan penawaran. Saat ini perkembangan pasar modal di Indonesia menujukan pencapaian positif serta tercatatnya rekor baru sebagai IHSG secara year to date tersebut adalah tertinggi keempat jika dibandingkan dengan bursa-bursa utama di kawasan regional dan dunia. Bahkan dapat dilihat secara jangka panjang dalam enam tahun terakhir (2008 sampai 29 Desember 2014) pertumbuhan IHSG berada pada uruta kedua dengan jumlah pertumbuhan return sebesar 282,05%. Pencapaian tersebut
3
merupakan salah satu peluang dan keuntungan untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia serta semakin meningkatkan daya tarik bagi investor asing untuk berinvestasi. Terbukti banyaknya investor asing membukukan beli bersih (net buying) yang mencapai rekor tertinggi sepanjang sejarah sebesar Rp 40,102 riliun tercatat dari periode Januari hingga 29 Desember 2014. Pencapaian tersebut akan menjadi bahan untuk lebih baik bagi pasar modal Indonesia pada tahun 2015 dan di masa yang akan datang. Sumber (m.republika.co.id, diakses pada tanggal 5 Agustus 2015) Perusahaan yang melakukan ekspansi ke pasar modal berpeluang mendapatkan modal usaha semakin besar, karena perusahaan menarik investor untuk menanamkan dana dengan menjual emisi saham kepada investor. Demikian juga dengan perusahaan asuransi yang ingin memperluas usahanya, hal ini dapat dilakukan dengan melakukan ekspansi ke pasar modal sehingga perusahaan akan mendapatkan suntikan dana yang besar guna untuk memenuhi kebutuhan dan mengembangkan perusahaan dalam menghadapi persaingan ketat dunia usaha sektor keuangan terutama pada perusahaan yang bergerak dalam sektor asuransi. Terdapat 11 perusahaan asuransi yang melakukan ekspansi ke pasar modal dengan cara listing atau dengan istilah lain go public di Bursa Efek Indonesia. Dengan melakukan go public perusahaan asuransi akan mendapatkan sumber dana tambahan untuk aktivitas perusahaan dengan cara menerbitkan saham yang akan investor beli. Saham dapat didefinisikan sebagai tanda penyertaan modal seseorang atau pihak (badan usaha) dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Dengan menyertakan modal tersebut, maka pihak tersebut memiliki klaim atas pendapatan perusahaan, klaim atas asset perusahaan, dan berhak hadir dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Dalam berinvestasi di pasar modal bertempat di Bursa Efek Indonesia, investor berkeharusan menganalisis perusahaan yang akan dipilih sebelum berinvestasi di perusahaan tersebut. Menganalisis bisa dilihat dari laporan keuangan yang perusahaan tersebut terbitkan. Menurut IAI (Ikatan Akuntan Indonesia) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berkaitan dengan posisi keuangan, prestasi (hasil usaha) perusahaan, serta perubahan posisi
4
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Laporan keuangan berperan penting bagi setiap perusahaan karena untuk mengetahui kemajuan dan kemunduran dari usahanya. Sebagian investor lebih tertarik berinvestasi pada saham karena mampu memberikan tingkat keuntungan yang menarik. Keuntungan yang investor harapkan berupa capital gains, dividen serta sebagian kepemilikan perusahaan tersebut, dan salah satu dari kebijakan dividen adalah dividen payout ratio (DPR) dimana investor dapat mengetahui berapa persen dividen yang akan diterima. Dividen payout ratio (DPR) yaitu perbandingan antara dividen yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk dividen kas dengan laba perlembar saham, Yuningsih (2002) dalam Durrotun dan Endang (2012:4). Pembagian dividen bisa dikatakan sebagai sinyal positif bagi investor. Bursa Efek Indonesia mengklasifikasikan perusahaan asuransi go public ke dalam sektor keuangan. Ada 5 subsektor keuangan yaitu subsektor bank, subsektor lembaga pembiayaan, subsektor perusahaan efek, subsektor asuransi dan subsektor lainnya. Dalam penelitian ini terfokus pada subsektor asuransi. Bursa Efek Indonesia mencatat nilai dividen payout ratio (DPR) pada perusahaan asuransi cenderung berfluktuatif, dengan nilai cenderung mengalami penurunan dari tahun 2008-2013. Kondisi ini berbeda bila dibanding dengan subsektor bank yang sama-sama merupakan bagian dari sektor keuangan di Bursa Efek Indonesia yang memiliki kecenderungan dividen payout ratio (DPR) lebih baik dan cenderung mengalami kenaikan meskipun data berfluktuatif. Kondisi berfluktuatif dan penurunan yang besar pada tahun 2012 pada perusahaan asuransi tersebut diambil dari data keuangan masing-masing perusahaan pada situs Bursa Efek Indonesia. Data empiris mengenai dividen payout ratio (DPR) pada perusahaan asuransi dan bank yang tercatat di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2008-2013 bila disajikan dalam bentuk grafik maka dapat dilihat pada grafik berikut ini :
5
Grafik 1.1 Perbandingan Dividen Payout Ratio (DPR) Perusahaan Asuransi dan Bank di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013
Dividen Payout Ratio (DPR) 30.00% 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00%
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata DPR Bank 20.85% 17.52% 24.26% 17.62% 22.27% 22.96% Rata-rata DPR Asuransi
23.93% 24.43% 21.31% 23.95% 12.76% 18.53%
Sumber : Data ICMD (Indonesian Capital Market Directory) data diolah kembali
Berdasarkan grafik 1.1 perkembangan dividen payout ratio (DPR) pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 mengalami naik turun atau berfluktuatif namun perusahaan asuransi cenderung mengalami penurunan dan penurunan yang paling besar terjadi pada tahun 2011 ke tahun 2012. Bila dibandingkan dengan dividen pauout ratio (DPR) sub sektor bank pada tahun 2008-2013 cenderung berfluktuatif namun mengalami kenaikan dan pada tahun 2011 ke tahun 2012 perusahaan mengalami peningkatan DPR.. Jika kondisi ini di biarkan terus menerus akan mengakibatkan menurunnya tinggat kepercayaan invstor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan asuransi. Perusahaan asuransi mengalami penurunan dividen payout ratio (DPR) dikarenakan perusahaan mengalokasikan laba untuk investasi dibanding dengan membagikan dividen, hal ini dapat dilihat dari perkembangan laba perlembar saham perusahaan yang terus meningkat.
6
Penyebab lain penurunan dari dividen payout ratio (DPR) pada tahun 2012 adalah perusahaan asuransi jiwa membayar klaim atas korban kecelakaan Sukhoi dengan nominal klaim sebesar Rp 11,3 M. Serta menurunnya premi asuransi jiwa pada tahun 2012 dibanding dengan tahun 2011 yaitu sebesar 15,2%. (www.infoasuransi.net, di akses pada 9 November 2015) Menurut Myers dan Majluf (1984) dalam Hadri Kusuma (2006:3), teori pecking order memprediksikan semakin tinggi tingkat informasi asimetri, semakin rendah kemungkinan membagikan dividen. Dan teori signaling memprediksikan semakin tinggi tingkat informasi asimetri, semakin tinggi pula kemungkinan pembagian dividen. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh informasi asimetri terhadap kebijakan dividen yang di ukur menggunakan dividen payout ratio (DPR). Penelitian terdahulu yang dilakukan Hadri Kusuma (2006) dengan judul “Efek informasi asimetri terhadap kebijakan dividen” dan Hashem Valipour (2009) dengan judul “Asymmetric information dan dividend policy in emerging market: empirical evidences from Iran” menyebutkan bahwa informasi asimetri berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Sedangkan menurut Hamid Birjani, at all (2014) dengan judul penelitian “The effect of group affiliation on decisions to pay dividends in the Tehran Security Exchange”, menyebutkan informasi asimetri berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Berikut merupakan rata-rata perkembangan Informasi Asimetri periode 2008 hingga 2013:
7
Grafik 1.2 Rata-rata Informasi Asimetri (Bid-ask Spread) Perusahaan Asuransi di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013
Bid-Ask Spread 16.00% 14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00%
2008
Rata-rata Spread 14.58%
2009 8.24%
2010
2011
10.50% 12.90%
2012
2013
6.60%
11.00%
Sumber : Data ICMD (Indonesian Capital Market Directory) data diolah kembali
Dari grafik 1.2 perkembangan informasi asimetri pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 cenderung mengalami penurunan namun naik turun atau fluktuatif, dan kenaikan pada tahun 2010 ke tahun 2011, hasil tersebut menunjukan sama dengan hasil perkembangan kebijakan dividen. Semakin rendah informasi asimetri akan semakin baik, karena semakin besar pembagian dividen yang akan perusahaan keluarkan dan akan menguntungkan bagi investor. Disini dapat dilihat asimetri informasi mengalami rata-rata tren menurun, hal ini sejalan dengan teori signaling dimana ketika tingkat informasi asimetri rendah kemungkinan tingkat pembagian dividen kepada para pemegang saham perusahaan rendah. Selain asimetri informasi yang diukur dengan Bid-ask Spread sebagai indikator yang diduga mempengaruhi dividen payout ratio (DPR), ukuran perusahaan pun merupakan variabel yang diduga mempengaruhi dividen payout ratio (DPR). Faktor lain yang juga mempengaruhi kebijakan dividen adalah ukuran perusahaan (Taswan, 2003: 8).
8
Menurut Mafizatun (2013), menjelaskan suatu perusahaan yang besar yang sudah mapan akan memiliki akses yang mudah menuju pasar modal, sementara perusahaan yang baru dan yang masih kecil akan mengalami banyak kesulitan untuk memiliki akses ke pasar modal. Karena kemudahan akses ke pasar modal cukup berarti untuk fleksibilitas dan kemampuan untuk memperoleh dana yang lebih besar, sehingga perusahaan mampu memiliki rasio pembayaran yang lebih tinggi dari pada perusahaan kecil. Beberapa penelitian terdahulu yang menguji ada tidaknya pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen yang di ukur menggunakan dividen payout ratio (DPR). Penelitian yang dilakukan Dithi Amanda (2013) dengan penelitian berjudul “Pengaruh investment opportunity set, kebijakan utang dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI”, menyebutkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap kebijakan dividen. Sedangkan menurut Mafizatun Nurhayati (2013) dengan judul “Profitabilitas likuiditas dan ukuran perusahaan pengaruhnya terhadap kebijakan dividen dan nilai perusahaan sektor non jasa”, menyebutkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap kebijakan dividen. Berikut merupakan rata-rata perkembangan ukuran perusahaan periode 2008 hingga 2013 : Grafik 1.3 Rata-rata Ukuran Perusahaan (Size) Perusahaan Asuransi di Bursa Efek Indonesia Periode 2008-2013
Size (dalam Jutaan Rupiah) 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000,000 500,000
-
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Rata-rata Size 966,409 1,117,26 1,350,56 1,668,48 2,131,06 2,723,42
9
Sumber : Data ICMD (Indonesian Capital Market Directory) data diolah kembali
Dari grafik 1.3 perkembangan ukuran perusahaan yang di ukur dengan menggunakan Ln total aset pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008 sampai dengan tahun 2013 mengalami kenaikan yang signifikan setiap tahunnya. Hasil tersebut dapat di artikan bahwa perusahaan mampu menghasilkan penjualan yang stabil. Dilihat dari grafik hubungan antara ukuran prusahaan dan kebijakan dividen memiliki hubungan negatif. Total aset perusahaan mengalami kenaikan yang signifikan, karena perusahaan asuransi memiliki nilai investasi yang besar dimana hasil pendapatan perusahaan tersebut di alokasikan kembali untuk investasi dibandingkan dengan prmbayaran dividen. Hal ini mendukung penelitian Mafizatun Nurhayati (2013). Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian berjudul “Pengaruh Informasi Asimetri dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Asuransi yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008-2013”. 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang di kemukakan sebelumnya,
maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan informasi asimetri, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013? 2. Bagaimana pengaruh informasi asimetri dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen secara bersama pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013?
10
3. Bagaimana pengaruh informasi asimetri terhadap kebijakan dividen pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013 secara parsial? 4. Bagaimana pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013 secara parsial?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk melanjutkan penelitian
yang telah ada sebelumnya serta memberikan bukti empiris terhadap ada atau tidaknya pengaruh informasi asimetri dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Tujuan penelitian : 1. Untuk
mengetahui
perkembangan
informasi
asimetri,
ukuran
perusahaan dan kebijakan dividen pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013. 2. Untuk
mengetahui
pengaruh
informasi
asimetri
dan
ukuran
perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013 secara bersama. 3. Untuk mengetahui pengaruh informasi asimetri terhadap kebijakan dividen pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013 secara parsial. 4. Untuk mengetahui pengaruh ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen pada perusahaan asuransi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2008-2013 secara parsial.
11
1.4
Kegunaan Penelitian Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan
manfaat bagi: 1. Investor Penelitian ini diharapkan menjadi bahan informasi bagi investor dalam pengambilan keputusan bisnis khususnya dalam menginvestasikan dana yang menguntungkan di pasar modal. 2. Perusahaan Penelitian ini diharapkan memberikan acuan dan masukan dalam menentukan keputusan oleh manajemen perusahaan yang berkaitan dengan informasi asimetri, ukuran perusahaan dan kebijakan dividen. 3. Akademisi Penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dalam melakukan penelitian selanjutnya mengenai pengaruh informasi asimetri dan ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.
1.5
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif
dan verifikatif. Menurut Nazir (2013:43) metode deskriptif adalah : “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”.
Sedangkan metode verifikatif menurut Nazir (2011:59) adalah : “Metode verifikatif adalah memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.
12
Teknik pengambilan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library research), yaitu : Dikutip dari (www.academia.edu, 15 September 2015) Penelitian lapangan (field research): “Penelitian lapangan (field research) merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang tidak hanya mengukur sikap dari responden (wawancara dan angket) namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai fenomena yang terjadi (situasi dan kondisi). Teknik ini digunakan bila penelitian ditujukan untuk mempelajari perilaku manusia, proses kerja, gejala-gelaja alam dan dilakukan pada responden yang tidak terlalu besar”.
Studi kepustakaan (library research) menurut Nazir (1988:111) dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian” yang dikutip dari sumber (teoriilmupemerintahan.blogspot.com, 12 September 2015): “Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku, literaturliteratur, cetatan-catatan dan laporan-laporan yang ada hubungannya dengan masalah yang dipecahkan”. 1.6
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil sampel dari perusahaan asuransi yang terdaftar
di Busrsa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2008-2013. Pengambilan data diperoleh melalui situs internet www.idx.co.id, pojok bursa yang berada di Universitas Widyatama. Adapun waktu penelitian dilakukan pada bulan September 2015.