BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Perkembangan usaha bisnis dalam era globalisasi saat ini semakin pesat
ditandai dengan tingkat persaingan antar perusahaan yang semakin tinggi dan ketat. Keadaan tersebut menyebabkan perusahaan pada umumnya berusaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup, mengembangkan perusahaan, memperoleh laba optimal serta dapat memperkuat posisi dalam menghadapi perusahaan pesaing dimana untuk mencapai tujuan tersebut tidak terlepas dari usaha pemasaran yang harus dipikirkan dan direncanakan sebelum produk. Menyadari hal itu, pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan untuk mencapai tujuan.(tipsmotivasihidup.com/2013/02). Melihat kondisi persaingan yang semakin ketat tersebut, setiap bisnis ritel perlu meningkatkan kekuatan yang ada dalam perusahaannya dengan cara memunculkan perbedaan atau keunikan yang dimiliki perusahaan dibandingkan dengan pesaing untuk dapat menarik minat membeli konsumen. Menarik konsumen melakukan pembelian tidak hanya dapat dilakukan dengan memberikan diskon, door prize, atau kegiatan promosi lainnya. Menarik konsumen untuk melakukan pembelian juga dapat dilakukan dengan cara memberikan atmosphere yang menyenangkan bagi kosumen pada saat di dalam toko, karena konsumen yang merasa senang diharapkan akan melakukan pembelian. Untuk dapat menciptakan atmosphere yang menyenangkan, maka perlu diciptakan store atmosphere yang baik. Menurut Shari Waters yang dikutif Dinda Anindita bahwa karakteristik fisik dan pengaruh yang mengelilingi suatu bisnis ritel lah yang dapat menimbulkan citra dalam usaha untuk menarik konsumen, contohnya kita harus menciptakan pencahayaan dan penataan yang menarik untuk menciptakan suasana yang pas untuk pengunjung toko kita. (dindaanindita.stisitelkom. ac.id,13.7/2012).
1
2
Kondisi persaingan usaha ritel di Bandung Raya sangat ketat dengan jumlah supermarket mencapai 70 gerai. Pendapatan supermaket tertekan oleh hipermarket dan minimarket. Selama dua bulan terakhir (tahun 2011) menurun, dan diprediksi di bawah 15%, Penurunan pendapatan itu akibat menjamurnya minimarket yang mencapai 400 gerai. Akibatnya, konsumen supermaket tersedot oleh minimarket yang biasanya berada di dekat lingkungan masyarakat. (inilah.com 29/11/2011). Sedangkan jumlah toserba juga meningkat. Berikut Toserba yang ada di Bandung yang memiliki penjualan yang kuat. Grafik 1.1 Penjualan produk toserba di Bandung 12,000 10,000 8,000 6,000
10,223 9,682 9243 9,133 8,7988,943 8653 8221 7,9228,176
9944 7,860 7,6857,826 6743
Borma 5,682
5,324 4,567
4,833
Superindo 4,243
4,000
Carrefour Griya
2,000 0 2010
2011
2012
2013
2014
Sumber: www.bandungmag.com
Grafik 1.1. menunjukkan penjualan tahun 2010-2014 pada toserba di Kota Bandung, dimana penjualan produk pada Carrefour menunjukkan penjualan yang rendah dibanding toserba lainnya. Fenomena ini terjadi diduga karena jumlah lokasi sampai tahun 2014 hanya ada dua, sedangkan tahun 2015 membuka lokasi baru di Cipadung. Berbeda dengan Toserba lainnya yang memiliki lebih dari 5 lokasi yang tidak jauh dari kawasan perumahan. Sedangkan penjualan produk yang menunjukkan adanya kenaikan adalah Toserba Griya disusul dengan Toserba Borma.
3
Toserba Borma merupakan Toserba yang lebih banyak berlokasi di pinggiran kota Bandung, seperti Borma Sadang Serang, Borma Gunung Batu, Borma Ciwastra. Dengan pesatnya perkembangan usaha, Toserba Borma membuka cabang di 28 kota/kabupaten di Indonesia dengan 83 gerai. Toserba Borma Cipadung ini pun tidak terlepas dari suasana persaingan yang ketat dari usaha-usaha sejenis di sepanjang Jalan A.H Nasution atau Ujung berung sampai perbatasan Cibiru seperti Superindo, Griya dan Carrefour Transmart. Dalam pencatatan pendapatan Superindo yang secara keseluruhan mencatat kenaikan pendapatan sebesar 14,91%. (sumber: gosipnya.blogspot.com) Sedangkan Griya pada setiap gerai menetapkan pendapatan laba sebesar 25%. (Permatasari elib.unikom.ac.id) Letaknya keduanya + 300 meter dan berada pada pusat keramaian di wilayah Ujung Berung, karena terdapat pasar dan toko-toko. Bahkan di lokasi tersebut dibangun swalayan baru yaitu Carrefour Transmart yang lebih megah dan luas dengan yang berhadapan langsung dengan Toserba Borma. Hal ini merupakan ancaman bagi Toserba Borma untuk memiliki bangunan yang lebih sesuai, dengan penataan yang tepat dan serasi, sebab produk yang dijual di sangat lengkap mulai kebutuhan rumah tangga, perkakas sampai dengan kebutuhan kantor dan kendaraan bermotor. Penjualan produk yang lengkap dan penuh dengan barang yang dipajang dirasakan sudah kurang luas dengan ruangan yang ada dan membuat suasana kurang nyaman, jarak antar gang cukup sempit, hal ini dikhawatirkan akan menurunkan konsumen yang sudah loyal. Untuk
mensiasati
agar
Toserba
Borma
mampu
bersaing
dan
mempertahankan pelanggan yang loyal maka Store atmosphere dapat dijadikan sebagai salah satu sarana komunikasi yang positif dan menguntungkan yang ditata semenarik mungkin. Elemen-elemen dari kreatifitas penataan toko seringkali mempengaruhi proses pemilihan toko dan niat beli konsumen, kreatifitas penciptaan suasana toko yang baik melalui display yang kreatif, desain bangunan yang menarik, pengaturan antara rak bahkan alunan musik. (dindaanindita. stisitelkom.ac.id,13.7/2012). Dengan pengaturan merchandise yang sesuai lini, dan pelayanan yang baik, retailer berusaha menciptakan store atmosphere yang
4
dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen akan suasana yang menyenangkan dan diharapkan mampu mempertahankan pelanggan yang loyal yang dapat mempengaruhi persepsi dan emosi konsumen. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan oleh Toserba Borma khususnya Borma Cipadung dalam menarik konsumen untuk melakukan pembelian. Penelitian ini berjudul “PENGARUH
STORE
ATMOSPHERE
TERHADAP
LOYALITAS
KONSUMEN PADA TOSERBA BORMA”.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas maka penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pelaksanaan store atmosphere yang dilakukan oleh Toserba Borma. 2. Bagaimana tanggapan konsumen terhadap loyalitas Toserba Borma. 3. Seberapa besar pengaruh store atmosphere Toserba Borma terhadap loyalitas konsumen.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana store atmosphere berpengaruh terhadap keputusan pembelian, sedangkan tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bagaimana tanggapan konsumen terhadap pelaksanaan store atmosphere pada Toserba Borma . 2. Untuk mengetahui loyalitas konsumen pada Toserba Borma . 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh store atmosphere yang dilakukan oleh Toserba Borma terhadap loyalitas konsumen.
5
1.4 Kegunaan Penelitian Dari hasil penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak berikut : 1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang konsep pemasaran, khususnya store atmosphere, serta dapat membandingkan teori-teori yang di dapat dari perkuliahan dengan praktek yang sesungguhnya di dalam perusahaan. 2. Perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pikiran dalam menangani masalah yang sedang dihadapi berkaitan dengan store atmosphere yang dilakukan perusahaan. 3. Bagi pihak lain, tambahan informasi dan bahan perbandingan bagi peneliti lain yang meneliti pada bidang usaha yang sama maupun khalayak umum menambah pengetahuannya.