BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Kota Bandung dengan tingkat kepadatan penduduk yang tinggi,
sehingga penyediaan sarana bagi pejalan kaki seperti jembatan penyeberangan
sudah mulai disediakan dimana-mana. Keberadaan jembatan penyeberangan
orang (JPO) di Kota Bandung yang memprihatinkan, mendorong pemerintah setempat untuk melakukan evalusi pengelolaan yang terencana guna meningkatkan kinerja jembatan tersebut. Lalu lintas yang padat tentunya sangat memerlukan jembatan penyeberangan karena tujuan utama dari terse`dianya fasilitas penyeberangan adalah keselamatan penyeberang jalan. Data lapangan menyebutkan, bahwa penggunaan zebra cross dibandingkan dengan jembatan penyeberangan orang adalah lebih tinggi, hal ini disebabkan karena sarana zebra cross lebih mudah untuk dijangkau oleh masyarakat (PU Kota Bandung, 2010). Berdasarkan kondisi jembatan penyeberangan yang ada, maka fungsi pemeliharaan diramalkan akan semakin dominan di masa mendatang. Untuk itu diperlukan kondisi yang dimungkinkannya pemeliharaan bangunan yang efektif. Kondisi-kondisi yang dimaksud adalah adanya perencanaan yang matang yang didukung oleh data-data lapangan, peralatan yang memadai, teknologi yang tepat guna, pelaksana yang terampil dan yang paling penting adalah ketersediaan dana. Pemeliharaan menjadi hal yang penting karena mengingat perannya menjaga aset pembangunan dan bagaimana pun melakukan tindakan pemeliharaan akan menjadi lebih ekonomis bila dibandingkan harus melakukan peningkatan bangunan sebelum umur rencana berakhir. Pemeliharaan rutin pada jembatan penyeberangan dimaksudkan untuk menjaga kondisi bangunan agar sedapat mungkin tetap pada kondisi semula atau setidaknya menjaga agar masih dapat dilalui oleh masyarakat dengan aman dan nyaman. Pemeliharaan juga dilakukan untuk mencegah dan menunda kerusakan lebih lanjut sehingga kerusakan bangunan tidak bertambah.
1
Bertolak dari uraian di atas, bahwa penundaan pemeliharaan sekarang
dengan biaya rendah akan mengkibatkan biaya yang dikeluarkan pada masa datang yang jauh lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dilakukan dengan pemeliharaan yang dilakukan pada saat diperlukan. Sesuai pengamatan di lapangan pada studi kasus sebelumnya, ada
beberapa fenomena atau gejala permasalahan yang muncul yaitu lokasi
jembatan penyeberangan yang jauh dari jangkauan kerumunan masyarakat,
sehingga mengakibatkan masyarakat kebingungan menggunakan jembatan
penyeberangan tersebut. Kapasitas dan estetika dari jembatan penyeberangan yang tidak mampu memberikan kesan aman dan nyaman bagi masyarakat, akibatnya banyak pengguna yang tidak memanfaatkan fasilitas penyeberangan tersebut yang mengakibatkan jenis pergerakan pada simpang tersebut mengalami kemacetan karena pengaruh pergerakan yang banyak mengalami titik konflik pada akses jalan raya. Selain itu, hukum yang mengatur mengenai sanksi atau kejelasan tata tertib dalam lalu lintas masih belum baik dan benar. Kajian ulang terhadap kelayakan kondisi kinerja aset jembatan penyeberangan orang (JPO) bisa dievaluasi melalui empat aspek yaitu kinerja fisik, kinerja fungsionalitas, kinerja utilitasasi (penggunaan dan pemanfaatan), dan kinerja keuangan. Dalam penelitian studi kasus terdahulu, konsentrasi kajian ulang terhadap jembatan penyeberangan orang dari kelayakan teknis yang dibahas meliputi bentuk disain jembatan, kondisi anak tangga, lebar jalur jembatan, kapasitas beban muat dan estetika jembatan, sampai dimana kinerja keuangan yang diproses apakah sudah sesuai peruntukannya. Berikut adalah hasil pengamatan sebagaimana terlampir pada tabel-tabel di bawah ini :
2
Tabel 1.1
Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Fisik JPO
Pada tabel 1.1 dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap kinerja fisik JPO di Bandung yang memiliki angka tertinggi adalah pada JPO Asia Afrika, hal ini membuktikan bahwa kinerja fisik yang meliputi estetika maupun kekokohan jembatan masih dalam keadaan baik.
Tabel 1.2 Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Fungsionalitas JPO
Pada tabel 1.2 dapat dilihat persepsi masyarakat terhadap kinerja fungsional JPO yang tertinggi adalah JPO Asia Afrika, hal ini membuktikan bahwa masyarakat setempat menilai fungsi dari jembatan tersebut adalah baik.
3
Tabel 1.3
Persepsi Masyarakat Terhadap Kinerja Utilitas JPO
Pada tabel 1.3 adalah persepsi masyarakat terhadap utilitas meliputi kegunaan dan pemanfaatan JPO. Masyarakat menilai kinerja utilitas yang paling tinggi adalah JPO Margahayu, hal ini dikarenakan pemanfaatan jembatan sebagai fasilitas publik yang dilakukan oleh JPO Margahayu sudah terlaksana dengan sangat baik.
Tabel 1.4 Perhitungan Biaya Pendapatan JPO Tahun 2007 – 2011.
Sedangkan pada tabel 1.4 mengenai perhitungan pendapatan menurut Dinas Bina Marga yang penulis olah, adalah besarnya pendapatan yang paling tinggi adalah pada tahun 2011 dengan JPO Margahayu sebagai jembatan yang memiliki investor yang paling banyak. Data lain menambakan, bahwa tingkat penggunaan JPO di Kota Bandung dari tahun ke tahun mengalami kendala, sebagaimana dapat terlihat pada gambar 1.1 di bawah ini:
4
Tingkat Penggunaan JPO di Kota Bandung 80%
60% 40%
20% 0%
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
ut ilizat ion
40%
43%
46%
52%
60%
55%
50%
idle capacit y
60%
57%
54%
48%
40%
45%
50%
Sumber: Dokumentasi Dinas PU Bina Marga Kota Bandung, 2012
Gambar 1.1 Tingkat Penggunaan Jembatan Penyeberangan Orang di Kota Bandung Tahun 2005 – 2011.
Kemudian aspek teknis dari evaluasi terhadap kapasitas beban muat dan fungsionalitas jembatan penyeberangan yang tidak layak, karena tidak mampu menyediakan fasilitas baik fasilitas utama maupun fasilitas penunjang jembatan, hal ini di tinjau dari evaluasi kapasitas berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan dan Jembatan yang berkaitan dengan persyaratan keandalan struktur luasan minimal setiap tipe JPO. Berdasarkan hasil tersebut, permasalahan operasional dan pemeliharaan, menarik untuk diteliti kajian lebih lanjut dan lebih mendalam yaitu analisis pendapatan dan biaya pemeliharaan jembatan penyeberangan orang di kota Bandung. Maka, identifikasi kondisi kinerja aset jembatan penyeberangan orang (JPO) di Kota Bandung disebabkan dari kondisi pemeliharaan dari kinerja fisik dan kinerja keuangan yang belum baik, sehingga penelitian dalam tugas akhir ini adalah “Analisis Pendapatan dan Biaya Pemeliharaan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Kota Bandung.”
5
1.2
Identifikasi Masalah Sesuai dengan permasalahan di atas mengenai analisis pendapatan dan
biaya pemeliharaan jembatan penyeberangan di Kota Bandung, maka yang menjadi pertanyaan bagi penulis dan yang permasalahan dalam penelitian tugas akhir, yaitu:
1.
Berapa hasil perhitungan pendapatan yang selama ini diperoleh untuk pengelola?
2.
pendapatan yang diperoleh pengelola?
Bagaimana judgement terhadap biaya operasi dan pemeliharaan dengan
3.
Seberapa besar nilai manfaat yang diperoleh dari penggunaan jembatan penyeberangan orang berdasarkan metode benefit cost ratio (B/C)?
1.3
Tujuan Penelitian Sehubungan dengan identifikasi permasalahan yang telah diungkapkan
di atas, maka tugas akhir ini bertujuan untuk melakukan analisis pendapatan dan biaya kondisi jembatan penyeberangan di Kota Bandung guna: 1.
Mendapatkan besarnya perhitungan pendapatan yang selama ini diterima oleh pengelola.
2.
Melakukan judgement terhadap biaya operasi dan pemeliharaan dengan pendapatan yang diperoleh pengelola.
3.
Mengetahui besar nilai manfaat yang diperoleh dapri penggunaan jembatan penyeberangan berdasarkan metode benefit cost ratio (B/C).
1.4
Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.
Pihak pengelola, baik investor maupun Pemerintah Daerah yaitu Dinas Bina Marga Kota Bandung dalam mengatasi dan memperbaiki kondisi fasilitas pelayanan publik sebagai aset negara.
2.
Dinas Pendapatan Kota Bandung dalam merekap data secara baik dan benar.
3.
Semua pihak dalam rangka menambah wawasan dan memahami proses kegiatan instansi pemerintah.
6
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian ini berlokasi di Kota Bandung, dengan objek Jembatan
Penyeberangan Orang (JPO) sebanyak 3 (tiga) area. Pemilihan area dikarenakan kondisi eksisting dari jembatan yang belum layak sesuai dengan hasil pembahasan pada studi kasus terdahulu.
Area jembatan-jembatan penyeberangan tersebut adalah :
1)
JPO A. Yani (Ps. Kosambi)
2)
JPO A.H Nasution (Cicaheum)
3)
JPO Asia Afrika (PLN)
Penelitian dan penyusunan Tugas Akhir ini dilaksanakan mulai tanggal Maret 2012 sampai dengan Juli 2012.
1.6
Kerangka Berpikir Kerangka berpikir dari penelitian ini merupakan panduan bagi peneliti
agar pola pikir penelitian lebih terarah. Kerangka berpikir penelitian terhadap Analisis Pendapatan dan Biaya Pemeliharaan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Kota Bandung sebagai fasilitas pelayanan publik, sehingga diharapkan hasil dapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Kerangka kerja penelitian dapat dicerminkan pada gambar 1.2, yang menerapkan berfikir dengan berdasarkan pada teori sistem input – output. Berikut ini rangkaian langkah dalam kerangka kerja yang dimaksud, meliputi:
7
INPUT Perencanaan pemeliharaan dan perawatan JPO sebagai fasilitas pelayanan publik belum terlaksana baik.
Pemeliharaan JPO yang kurang maksimal mengakibatkan kerusakan pada JPO tersebut.
PROSES Analisis Pendapatan & Biaya Pemeliharan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) Menganalisis kondisi pemeliharaan dilihat dari aspek pendapatan yang diterima beserta aspek biaya-baya yang telah dikeluarkan, apakah berjalan sesuai dengan pinsip dan fungsi dari fasilitas pelayanan publik yang baik.
Menganalisis kondisi pemeliharaan JPO dilihat dari aspek pendapatan dan biaya-biaya untuk perbaikan fasilitas aset daerah. Sumber normatif yang berkaitan dengan:
Prinsip Pelayanan Publik. Jembatan Penyeberangan Orang (JPO). Pendapatan. Biaya Pemeliharaan
Analisis Pendapatan & Biaya Pemeliharaan - Pendapatan Operasional - Pendapatan Non Operasional
- Biaya Operasional - Biaya Pemeliharaan
Sumber: Olah data penulis, 2012
Gambar 1.2 Kerangka Berpikir
8
Pedoman a. Permen PU No.34 Tah 2006 Corder (1988) Budiono (1992)
1.
Input: Dimulai dari identifikasi pemeliharaan, perawatan dan perbaikan aset
Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) di Kota Bandung sebagai fungsi pelayanan publik, permasalahan yang ditemukan adalah terkait dengan pengaplikasian pemeliharaan perawatan yang belum terencana dengan baik. Hal tersebut dikarenakan
karena kurangnya kepedulian masyarakat/pengguna untuk menjaga serta merawat aset publik, dan pada kenyataannya dapat dilihat dari beberapa permasalahan yang terjadi di lokasi setempat. Misalnya, struktur fisik dari jembatan yang sudah keropos, lantai jembatan yang bolong-bolong, pegangan tangga yang tidak kokoh atau bahkan tidak ada sama sekali, juga lebih banyaknya orang yang menyeberang di jalan raya
ketimbang menyeberang pada fasilitas penyeberangan yang disediakan tidak jauh dari jalan raya, dan masih banyak lagi bermacam faktor yang menunjukkan penggunaan dan pemanfaatan JPO masih tergolong rendah. Dari fenomena yang terjadi diidentifikasi permasalahan yaitu bagaimana agar sistem pemeliharaan perawatan yang seharusnya pada JPO supaya dalam perkembangannya dapat lebih berfungsi sebagai fasilitas pelayanan publik yang sesuai untuk peruntukkannya. Dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan JPO, maka harus mengacu kepada sumber normatif baik berupa Peraturan Pemerintah maupun Undang-Undang yang telah ditetapkan. Hal tersebut dilakukan karena JPO di Kota Bandung yang diambil dalam penelitian ini merupakan aset milik Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Barat. 2.
Proses: Dalam merancang pemeliharaan dan perawatan JPO sebagai fasilitas
pelayanan publik, maka proses pendahuluan harus disesuaikan dengan tupoksi dan tujuan/fungsi keberadaan JPO sebagai fasilitas pelayanan publik itu sendiri. Hal tersebut untuk digunakan sebagai pembanding antara sistem pemeliharaan perawatan yang terjadi dengan teori pemahaman akan tujuan semula diadakannya JPO. 3.
Output: Analisis pendapatan dan biaya pemeliharaan JPO yang akan ditelaah
dimaksudkan untuk dapat mengidentifikasi bagaimana kondisi eksisting pemeliharaan di lapangan. Kajian ini dilakukan guna melakukan analisis keuangan dari aspek pemeliharaan JPO berdasarkan peraturan yang terkait. Sehingga, diharapkan hasil yang diharapkan akan memberikan solusi yang paling baik dan efektif.
9