BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian Indonesia setelah terjadinya krisis ekonomi
pada sekitar awal tahun 1997 ternyata masih berbekas, dan bahkan dampak atas krisis yang terjadi pada waktu itu masih terus berlanjut hingga saat ini. Seperti diketahui krisis ini pun juga memberikan dampak terhadap kondisi fundamental perusahaan, khususnya pada perusahaan yang listing di pasar modal. Pada dasarnya krisis yang terjadi pada tahun 1997 adalah gagalnya pengelolaan hutang (kebijakan keuangan), yang berdampak kepada keputusan investasi (kebijakan investasi) dan pembagian laba (Kebijakan dividen), hal ini didasarkan karena ketiga keputusan ini saling berhubungan satu dengan lainnya. Sehubungan dengan hal itu, dalam berinvestasi para investor semakin jeli dalam memilih perusahaan yang dapat memberikan tingkat pengembalian yang tinggi atas pendanaan yang dilakukannya khususnya dalam bentuk dividen. Setiap perusahaan selalu membutuhkan dana dalam rangka memenuhi kebutuhan operasi sehari-hari maupun untuk mengembangkan perusahaan. Pemenuhan dana tersebut dapat berasal dari sumber internal ataupun sumber eksternal. Di dalam memilih sumber kebutuhan dana perusahaan dipenuhi dengan modal sendiri (ekuitas) atau dipenuhi dengan modal asing (hutang). Dewasa ini banyak perusahaan yang lebih memilih memenuhi sumber dana perusahaannya dari modal asing (hutang). Apabila dalam pemenuhan dana dari sumber ekstern tersebut perusahaan mengutamakan pada hutang, maka ketergantungan kita pada pihak luar akan makin besar dan risiko financiilnya pun akan makin besar Bambang Riyanto (1995:293). Atau dengan kata lain mengatakan bahwa hutang itu buruk untuk dilakukan. Sumber lain mengatakan bahwa hutang disukai karena memberikan prioritas baik dalam hal pendapatan dan pemegang saham memperoleh pengembalian yang tetap Ridwan dan Inge (2002:274). Atau dengan kata lain mengatakan bahwa hutang itu baik untuk dilakukan. Penggunaan hutang sendiri memiliki pengertian yang ambigu karena
dapat baik atau buruk untuk dilakukan. Apabila hutang memberikan dampak yang buruk pada kondisi financial perusahaan, maka kesempatan perusahaan dalam memberikan
tingkat pengembalian kepada para pemegang saham yang
menginvestasikan dananya melalui pembelian saham yang diterbitkan oleh perusahaan akan terbengkalai. Karena tujuan utama para pemegang saham dalam menginvestasikan dananya dalam bentuk saham adalah untuk mendapatkan dividen. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan dilihat apakah hutang memberikan kontribusi yang baik atau buruk pada sampel dan periode penelitian yang telah dipilih. Untuk melihat besar kecilnya sumber dana perusahaan untuk investasi, perusahaan menggunakan Debt to equity ratio (DER). DER diartikan sebagai rasio yang mengukur seberapa jauh perusahaan menggunakan hutang dan menjelaskan proporsi besarnya sumber pendanaan jangka pendek dan jangka panjang terhadap penilaian asset perusahaan. Peningkatan hutang akan berdampak pada besar kecilnya laba perusahaan, yang mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua kewajibannya, yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar seluruh kewajibannya, karena semakin besar penggunaan utang maka akan semakin besar kewajibannya. Dimana pembayaran kewajiban tersebut lebih diprioritaskan dari pada laba. Salah satu faktor yang dilihat oleh para investor apabila ingin mengnvestasikan dananya pada suatu perusahaan adalah dari kemampuan perusahaan dalam menghasilkan profitabilitas. Profitabilitas merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi dividen. Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan akan dipertimbangkan apakah akan digunakan sebagai laba ditahan ataupun untuk dibayarkan sebagai dividen. Maka dari itu, dividen merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham, adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban tetapnya yaitu beban bunga dan pajak. Oleh karena dividen diambil dari keuntungan bersih yang
diperoleh perusahaan, maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividen. Perusahaan yang memperoleh keuntungan cenderung akan membayar porsi keuntungan yang lebih besar sebagai dividen. Semakin besar keuntungan yang diperoleh, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. (Chang dan Rhee, 1990). Pada umumnya investor memiliki tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividen maupun capital gain. dividen, hanya jika perusahaan yang memiliki profitabilitas (EAT) yang merupakan sumber dana bagi pembayaran dividen dan rapat umum pemegang saham memilih membayar dividen daripada menahan seluruh profitabilitas untuk ditahan. capital gain (keuntungan modal), yaitu selisih dari harga jual dengan harga beli saham, jika pemilik menjual sahamnya dengan nilai yang lebih tinggi dari harga waktu membeli. Dalam kaitannya dengan pendapatan dividen, para investor pada umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil. Stabilitas dividen akan meningkatkan
kepercayaan
investor
terhadap
perusahaan.
Karena
akan
mengurangi ketidakpastian investor dalam menanamkan dananya. Keputusan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para investor disebut kebijakan dividen (dividend policy). Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai salah satu faktor penentu terpenting terhadap dividen Mamduh (2004:375). Bukti empiris yang menghubungkan profitabilitas dengan dividen dilakukan oleh Lintner (1956) Dengan meningkatnya laba bersih maka dapat menaikan pembayaran dividen kepada investor. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat profitabilitas berhubungan positif dengan dividend payout ratio. Jika target keuntungan tercapai dan dianggap telah stabil, maka perusahaan akan menyesuaikan besarnya dividen yang akan dibayarkan hingga mencapai target yang telah ditetapkan. Kebijakan dividen perusahaan merupakan kebijakan yang menentukan persentase laba yang
akan ditahan untuk diinvestasikan dan laba yang akan dibayarkan sebagai dividen atau disebut sebagai devidend payout ratio (Brigham dan Ehrhardt, 2002:12). Sedangkan menurut Gitman (2006:602) devidend payout ratio menandakan persentase laba yang dibagikan kepada para pemilik saham dalam bentuk tunai/cash. Penjelasan di atas menjelaskan bahwa yang terpenting bagi investor adalah memperoleh tingkat kembalian (return) dari hasil investasinya baik berupa pendapatan dividen maupun capital gain. Untuk memprediksi pendapatan dividen tidak dapat dipertimbangkan faktor-faktor kebijakan manajemen, karena kebijakan manajemen merupakan keputusan yang berhubungan dengan pihak intern perusahaan. Dijelaskan juga bahwa profitabilitas akan berdampak pada besar kecilnya dividen yang akan dibagikan. Di dalam penelitian ini profitabilitas diwakili dengan menggunakan analisis Return On Equity (ROE), karena dalam analisis keuangan ROE mempunyai arti yang sangat penting, dimana ROE ini sendiri digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dari modal sendiri atau investasi para pemegang saham biasa. Selain profitabilitas, ada faktor lain yang juga harus diperhatikan atas pengaruhnya terhadap dividen yaitu Debt Equity Ratio (DER) karena seperti telah dijelaskan bahwa peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Kebutuhan dana untuk investasi bagi perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan melakukan pinjaman kepada pihak ketiga, menjual obligasi perusahaan atau bagi perusahaan yang sudah tercatat di bursa saham dapat melakukan pemecahan saham (stock split) atau menjual saham baru. Hal ini dapat dilakukan di pasar modal (Bursa Efek Indonesia). Dalam melaksanakan fungsi ekonominya, pasar modal menyediakan fasilitas sebagai media untuk memindahkan dana dari pihak yang mempunyai kelebihan dana
(investor) kepada pihak yang memerlukan dana (borrower).
Dengan menginvestasikan kelebihan dana yang mereka miliki, penyandang dana
berharap akan memperoleh keuntungan
dari penyetoran dana tersebut. Bagi
peminjam dana, tersedianya dana tersebut pada pasar modal memungkinkan mereka untuk melakukan kegiatan usaha
tanpa harus menunggu dana yang
mereka peroleh dari hasil operasi perusahannya (profitabilitas perusahaan). Proses semacam ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas perusahaan, yang akhirnya mampu meningkatkan perekonomian suatu Negara. Sektor yang dinilai dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan
ekonomi
nasional
adalah
sektor
konsumsi.
Michael
mengungkapkan, saat ini sektor konsumsi, baik di tingkat swasta maupun pemerintah, memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan kotor nasional (gross domestic product/GDP), yakni mencapai 64 persen. Sisanya, lanjut dia, kegiatan ekspor dan impor. Komposisi seperti ini menguntungkan pertumbuhan ekonomi nasional (okezone.com,2008). Untuk itu perusahaan yang bergerak dalam bidang konsumsi dinilai memiliki kinerja yang baik dalam arti memiliki dividen yang tinggi. Sektor ini tentu saja akan lebih dipilih oleh para investor untuk melakukan investasi. Peneliti tertarik memilih objek penelitian ini yang berasal dari perusahaan yang bergerak pada sektor konsumsi. Adapun tahun penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah tahun 2003-2007. Hal ini dikarenakan pada rentang tahun tersebut dianggap kondisi perekonomian cukup stabil dan berada dalam kondisi aman. Pada tahun 2008 terjadi krisis global perekonomian, maka dari itu tahun 2008 tidak ikut dimasukkan ke dalam periode penelitian karena dianggap situasi perekonomian di Indonesia sedang tidak stabil. Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di atas dan fenomena yang telah terjadi, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul : Pengaruh Tingkat Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio Pada Sektor Konsumsi Periode 2003-2007.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian tersebut di atas, maka penulis
membatasi masalah yang akan dibahas sebagai berikut:
1. Bagaimana perkembangan tingkat solvabilitas pada sektor konsumsi periode 2003-2007? 2. Bagaimana perkembangan tingkat profitabilitas pada sektor konsumsi periode 2003-2007? 3. Bagaimana perkembangan dividend payout ratio pada sektor konsumsi periode 2003-2007? 4. Bagaimana pengaruh tingkat solvabilitas dan profitabilitas terhadap dividend payout ratio pada sektor konsumsi periode 2003-2007?
1.3
Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data-data
yang diperlukan tentang masalah-masalah dan informasi yang erat pengaruhnya dengan permasalahan yang akan dibahas yaitu mengenai Pengaruh Tingkat Solvabilitas dan Profitabilitas terhadap Dividend Payout Ratio Pada Sektor Konsumsi Periode 2003-2007. Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perkembangan tingkat solvabilitas pada sektor konsumsi periode 2003-2007 . 2. Untuk mengetahui perkembangan tingkat profitabilitas pada sektor konsumsi periode 2003-2007 . 3. Untuk mengetahui perkembangan dividend payout ratio pada sektor konsumsi periode 2003-2007. 4. Untuk mengetahui pengaruh tingkat solvabilitas dan profitabilitas terhadap dividend payout ratio pada sektor konsumsi periode 2003-2007.
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan penulis ini diharapkan dapat memberikan
manfaat yang dapat diambil terutama bagi: a. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis mengenai dividen dan faktor yang mempengaruhinya. Selain itu juga
diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai pengaplikasian dari teori-teori yang selama ini dipelajari. b. Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pada pembaca khususnya yang berhubungan dengan, langkah-langkah pemecahan masalah yang dihadapi perusahaan..Dan penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk penelitian sejenis. c. Pembaca Sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya dan juga memberikan kejelasan secara teoritis dan praktis ilmu pengetahuan mengenai konsep penilaian kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa dan pihak-pihak lain yang membutuhkan.
1.5
Kerangka Pemikiran Pada umumnya untuk menganalisis dan menginterpretasikan laporan
keuangan digunakan metode
metode tertentu yang telah baku. Didalam
menganalisis laporan keuangan digunakan analisis rasio yang terdiri atas rasio likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan aktivitas. Hasil analisis tersebut sangat penting artinya bagi pimpinan perusahaan untuk mengontrol kebijakan kebijakan yang telah diambil baik kondisi keuangan yang lalu, saat ini maupun yang akan datang dalam rangka menjalankan operasi perusahaan dan membantu dalam mengambil berbagai keputusan yang harus dilaksanakan secepat mungkin agar tujuan perusahaan itu dapat tercapai. Berdasarkan keterangan diatas terlihat jelas bahwa dalam menganalisis laporan keuangan, seorang pemilik saham perusahaan pada prinsipnya lebih berkepentingan dengan keuntungan saat ini dan di masa-masa yang akan datang. Hal tersebut berkaitan dengan profitabilitas atau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, serta solvabilitas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya apabila dilikuidasi. Untuk melihat besar kecilnya sumber dana perusahaan untuk investasi, perusahaan menggunakan Debt to equity ratio (DER). Selain itu, pengukuran
utang biasanya diukur dari debt equity ratio yang merupakan rasio solvabilitas dimana ratio ini ditujukan untuk mengadakan pengukuran sampai seberapa besar aktiva perusahaan yang bersangkutan dimodali oleh modal pinjaman yang dinyatakan dalam persentase. Debt equity ratio (DER) mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya, yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Oleh karena itu, semakin rendah DER akan semakin tinggi kemampuan perusahaan untuk membayar seluruh kewajibannya. Semakin besar proporsi hutang yang digunakan untuk struktur modal suatu perusahaan maka akan semakin besar pula jumlah kewajibannya Bambang Riyanto (1995:293). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang akan diterima, karena kewajiban tersebut lebih diprioritaskan daripada pembagian dividen. Tingkat hasil pengembalian yang diharapkan akan menentukan pilihan relatif untuk membayar keuntungan tersebut dalam bentuk dividen kepada pemegang saham atau menggunakannya di perusahaan tersebut. Semakin tinggi keuntungan maka diduga akan semakin tinggi pula dividennya, karena suatu perusahaan
yang
mempunyai
keuntungan
yang
stabil
seringkali
dapat
memperkirakan berapa besarnya keuntungan yang di masa yang akan datang. Perusahaan seperti ini cenderung membayar keuntungan dalam bentuk persentase yang tinggi daripada perusahaan yang keuntungannya berfluktuasi. Perusahaan yang tidak stabil tidak yakin apakah profitabilitas yang diharapkan pada tahun yang akan datang akan dapat tercapai, sehingga perusahaan cenderung untuk menahan sebagian besar keuntungan. Dividen yang lebih rendah akan lebih mudah dibayar apabila keuntungan perusahaan menurun pada masa yang akan datang. Hal tersebut berhubungan dengan kinerja perusahaan dalam mengelola modal yang dijadikan dana untuk perluasan usaha. Selain itu tingkat keuntungan perusahaan tercermin dari keuntungan saham, semakin besar laba yang diperoleh oleh perusahaan, maka semakin tinggi permintaan akan saham tersebut juga yang
diterima oleh pemegang saham atas kemampulabaan perusahaan yang cukup tinggi dalam menghasilkan profit. Gitman (2006:67) menyatakan bahwa rasio profitabilitas terdiri dari Gross Profit Margin, Operating Income Ratio (Operating Profit Margin), Operating Ratio, Net Profit Margin (NPM), Return On Asset (ROA), Return On Equity (ROE), dan Earning Per Share (EPS) . Dalam penyusunan skripsi ini penulis memilih rasio profitabilitas yang diwakili ROE (return on Equity) sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat pengembalian dari modal sendiri atau investasi para pemegang saham biasa. Dividen adalah distribusi yang bisa berbentuk kas, aktiva lain, surat atau bukti lain yang menyatakan utang perusahaan, dan saham, kepada pemegang saham suatu perusahaan sebagai proporsi dari jumlah saham yang dimiliki oleh pemilik. Pengumuman dividen merupakan salah satu informasi yang akan direspon oleh pasar. Dividen menurut Weygandt, Kieso, dan Kimmel (2002:602) merupakan pendistribusian laba oleh perusahaan kepada seluruh pemegang saham secara proporsional. Menurut definisi di atas pada dasarnya menyatakan bahwa laba yang diperoleh oleh perusahaan akan dibagikan secara merata dan adil kepada para pemegang saham yang telah menginvestasikan kelebihan dana yang dimilikinya kepada saham pada perusahaan tertentu. Menurut Mamduh (2004 ; 361) dividen merupakan kompensasi yang diterima pemegang saham, disamping capital gain. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dividen merupakan bagian laba yang dihasilkan oleh perusahaan, baik berasal dari laba periode saat ini ataupun laba periode sebelumnya yang dibagikan kepada pemegang saham sebagai hasil investasi. Menurut Husnan dan Pudjiastuti (2004 : 297) pengertian kebijakan dividen adalah
Kebijakan yang menyangkut tentang masalah penggunaan laba yang menjadi hak para pemegang saham. Pada dasarnya laba tersebut bisa dibagi sebagai dividen atau ditahan untuk diinvestasikan kembali.
Menurut Sutrisno (2000 : 322-323), menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen adalah Posisi Solvabilitas perusahaan, Posisi Likuiditas perusahaan, Kebutuhan untuk melunasi hutang, Rencana perluasan, Kesempatan investasi, Stabilitas pendapatan, Pengawasan terhadap perusahaan. Dalam penelitian ini, peneliti memilih Dividend Payout Ratio (DPR) untuk mewakili variabel Dividen. Karena dividen merupakan sebagian dari laba bersih yang diperoleh perusahaan, oleh karenanya dividen akan dibagikan jika perusahaan memperoleh keuntungan. Keuntungan yang layak dibagikan kepada para pemegang saham adalah keuntungan setelah perusahaan memenuhi seluruh kewajiban yaitu beban bunga dan pajak. Oleh karena itu dividen diambil dari keuntungan bersih perusahaan. Maka keuntungan tersebut akan mempengaruhi besarnya dividend payout ratio. Semakin besar keuntungan yang diperoleh semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen. Dividend payout ratio ditentukan oleh perusahaan dalam membayar dividen kepada para pemegang saham setiap tahun, dilakukan berdasarkan besar kecilnya laba bersih setelah pajak. Jumlah dividen yang dibayarkan akan mempengaruhi kesejahteraan para pemegang saham. DPR adalah dividen per lembar saham dibagi dengan laba per lembar saham. Untuk memperjelas alur kerangka pemikiran tersebut maka dapat digambar diagram sebagai berikut :
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran
Kinerja Keuangan perusahaan
Tingkat Solvabilitas
Tingkat Profitabilitas
DER
ROE
Laba Bersih
Dividen (DPR)
Laba ditahan
Harga Saham
Investasi
Keterangan : : Diteliti : Tidak diteliti
Sumber : Penulis
Berdasarkan
kerangka
pemikiran
diatas,
maka
penulis
mencoba
HUTANG
DAN
LABA
merumuskan hipotesis sebagai berikut : TINGKAT
PERKEMBANGAN
BERPENGARUH TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO .
1.6 Hipotesis Penelitian Hipotesis penelitian yang dirumuskan oleh peneliti adalah sebagai berikut : Tingkat perkembangan hutang dan laba berpengaruh terhadap dividend payout ratio .
1.7 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode verifikatif. Menurut Muhammad Nazir (2005 : 89), metode deskriptif adalah : Studi untuk menentukan fakta dengan interpretasi yang tepat, dimana termasuk didalamnya studi untuk melukiskan secara akurat sifat-sifat dari beberapa fenomena kelompok dan individu, serta studi untuk menentukan frekuensi terjadinya suatu keadaan untuk meminimisasikan bias dan memaksimumkan realibilitas . Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sedangkan definisi metode deskriptif verifikatif menurut Rasdihan Rasyad (2003 : hal 6 ), adalah : Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan ( estimate ) dan pengujian hipotesis. Tujuan dari metode verifikatif ini yaitu untuk melakukan pengujian hipotesis pengaruh variabel X terhadap variabel Y. Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam penelitian ini penulis menggunakan cara penelitian sebagai berikut : Study Pustaka Yaitu penulis memperoleh data sekunder dengan mempelajari teori-teori atau konsep-konsep yang terdapat dalam buku literatur-literatur, catatan perkuliahan, buku
Indonesian capital market directory, jurnal-jurnal, dan
sumber-sumber yang mendukung dalam penulisan skripsi yang dijadikan sebagai landasan teoritis yang ada kaitannya dengan masalah yang diteliti.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan yang bergerak di sektor konsumsi yang telah go public di Bursa Efek Indonesia(BEI) periode 2003-2007, dimana data diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD) yang terdapat di Pojok Bursa Efek Indonesia Universitas Sangga Buana Jl. Ph. H. Mustofa No. 68, Bandung. Dalam rangka memperoleh data yang diperlukan guna penyusunan skripsi, maka penelitian ini dimulai pada bulan Oktober 2009 sampai dengan selesai.