BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian Perkembangan perbankan syariah di Indonesia terus berkembang pesat.
Dalam
waktu
yang
relatif
singkat,
perbankan
syariah
telah
mampu
memperlihatkan kemajuan yang cukup signifikan dan hingga pertengahan tahun 2013 perbankan syariah dinilai berhasil mempertahankan eksistensinya dalam sistem perekonomian Indonesia. Berkembangnya perbankan syariah ini dimulai pada tahun 1991 di mana didirikan Bank Umum Syariah (BUS) pertama di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia. Perbankan yang berjalan dengan prinsip syariah sama halnya dengan bank konvensional yang memiliki fungsi utama yaitu sebagai lembaga intermediasi
keuangan,
melaksanakan
kegiatan
operasionalnya
dengan
menghimpun dana dari masyarakat kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat lewat segala jenis pembiayaan. Namun bedanya dengan perbankan konvensional adalah perbankan syariah menjalani seluruh kegiatan operasionalnya dengan berpedoman pada Al-Quran dan Al-Hadist yang mengatur tentang segala bentuk transaksi perbankan yang sesuai dengan hukum islam. Yang menjadi keunggulan utama dalam perbankan syariah sehingga dapat tetap diminati oleh nasabah yaitu pelarangan adanya riba dan pelarangan terhadap segala jenis transaksi dengan motif spekulasi. Melihat sistem perbankan syariah yang benar-benar murni didirikan untuk membantu nasabah dalam melakukan semua transaksi perbankan tanpa membebankan bunga yang berlebihan seperti pada bank konvensional, masyarakat sudah mulai banyak yang tertarik untuk berpindah transaksi ke perbankan syariah. Dengan melihat peluang yang sangat besar tersebut, kemudian banyak perbankan konvensional yang mendirikan Unit Usaha Syariah (UUS) dan berkonversi menjadi Bank Umum Syariah (BUS). Hal tersebut juga tidak lepas dari langkah pemerintah yang mendorong pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia dengan
1
2
mengubah UU Perbankan Syariah No.7 Tahun 1992 menjadi UU No.10 Tahun 1998 tentang arahan bagi bank konvensional untuk membuka Unit Usaha Syariah atau mengkonversinya menjadi Bank Umum Syariah. Hingga Oktober 2012, sudah tercatat ada 2.574 jaringan kantor perbankan syariah yang tersebar di wilayah Indonesia (www.bi.go.id). Dengan begitu persaingan antar bank syariah nasional semakin ketat. Guna menghadapi hal tersebut diperlukan suatu keputusan yang tepat dengan didukung oleh perencanaan yang baik. Perencanaan berfungsi sebagai dasar operasional dan pencapaian perusahaan untuk memperoleh profitabilitas atau keuntungan. Langkah perencanaan yang baik salah satunya adalah dengan mengusahakan pemakaian dana dan pengupayaan sumber dana yang tersedia baik jangka pendek maupun jangka panjang. Profitabilitas merupakan salah satu faktor yang menjadi indikator penilaian tingkat kesehatan suatu bank. Keuntungan yang layak, diperlukan setiap bank untuk menarik minat nasabah yang kelebihan dana agar mau mempercayakan uang mereka pada bank. Keuntungan juga diperlukan untuk membiayai usahausaha yang kekurangan dana. Keberlangsungan suatu bank dapat dilihat dari kinerja bank dalam mengelola hasil usaha terutama keberhasilan dalam mendapatkan laba usaha. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat profitabilitas terhadap perbankan syariah, yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finance (NPF), dan Tingkat Bagi Hasil. DPK merupakan simpanan yang didapat dari nasabah melalui giro, tabungan, dan deposito. Menurut data Bank Indonesia, hingga Oktober 2012 total Dana Pihak Ketiga adalah 10,172,505 (dalam juta rupiah) yang terdiri dari Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Jumlah tersebut tentu meningkat jika dibandingkan tahun 2011 yang hanya mencapai 7,717,561 (dalam juta rupiah). DPK ini dapat dikatakan sebagai tulang punggung kegiatan operasional perbankan syariah. Dana yang telah dihimpun tersebut kemudian disalurkan oleh bank dalam
3
segala bentuk pembiayaan, baik pembiayaan dengan akad bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), jual beli (murabahah) atau akad pelengkap lainnya. Dari pembiayaan-pembiayaan itu, nantinya akan mempengaruhi profitabilitas bank yang tergantung pada revenue bagi hasil antara nasabah dengan bank. Namun semakin besar pembiayaan, maka akan semakin besar pula risiko NPF yang harus ditanggung oleh bank. NPF merupakan pembiayaan yang tidak menepati jadwal angsuran sehingga terjadi tunggakan. Hal tersebut merupakan salah satu risiko yang harus diterima bank ketika menyalurkan pembiayaan kepada nasabah. Besar dan kecilnya NPF berpengaruh terhadap profitabilitas bank, karena dapat menurunkan tingkat profitabilitas pada tahun berjalan. Menurut data Bank Indonesia, hingga Oktober 2012 total NPF yang terjadi pada Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah berdasarkan golongan pembiayaan (UKM dan Non-UKM) adalah sebesar 2,405 (dalam milliar rupiah). Jumlah tersebut menurun jika dibandingkan tahun 2011 yaitu sebesar 2,715 (dalam milliar rupiah). Sedangkan berdasarkan jenis penggunaannya (Modal Kerja, Investasi, dan Konsumsi) yaitu sebesar 1,803 (dalam milliar rupiah), meningkat dibandingkan tahun 2011 sebesar 1,786 (dalam milliar rupiah). Dan terakhir, berdasarkan sektor ekonomi yang terdiri dari Pertanian, Pertambangan, Perindustrian, Konstruksi, Perdagangan, dan lain-lain adalah sebesar 150 (dalam milliar rupiah), meningkat dibanding tahun 2011 yang hanya sebesar 95 milliar rupiah. NPF lebih sering disebut sebagai kredit macet atau kredit bermasalah (ketidaklancaran pembayaran kembali pembiayaan dari nasabah ke bank), yang dimana hal tersebut sudah sangat jelas berpengaruh terhadap pendapatan atau profit yang diterima oleh bank. Jika membahas mengenai risiko kerugian bank akibat adanya kredit macet tersebut, adapula faktor keuntungan lain yang dapat diperoleh bank syariah yaitu dari pemberian pembiayaan kepada nasabah yang tidak bermasalah sehingga dapat menerapkan langsung prinsip bagi hasil yang sudah disepakati sebelumnya oleh kedua belah pihak. Menurut data bank Indonesia, hingga Oktober 2012 total pembiayaan yang dilakukan oleh Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah
4
berdasarkan
kualitas
penggunaannya
pembiayaannya
(Modal
Kerja,
(Lancar
Investasi,
dan
dan
Non-Lancar),
Konsumsi),
jenis
golongan
pembiayaannya (UKM dan Non-UKM), dan sektor ekonominya adalah sebesar 135,581 (dalam milliar rupiah), meningkat dibanding tahun 2011 yang berjumlah 96,805 (dalam milliar rupiah). Sedangkan jika melihat dari komposisi pembiayaan yang dilakukan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah adalah sebagai berikut : Tabel 1.1 Komposisi Pembiayaan BUS dan UUS Oktober 2011
Oktober 2012
(milliar rupiah)
(milliar rupiah)
Akad mudharabah
10,150
11,438
Akad musyarakah
17,769
25,207
Akad murabahah
52,148
80,953
Akad salam
0
0
Akad istishna
329
355
Akad ijarah
3,336
6,434
Akad Qardh
13,073
11,195
Total
96,805
135,581
Jenis Akad
Sumber : www.bi.go.id Fenomena di atas lebih memberatkan kepada profitabilitas atau keuntungan suatu bank yang menjadi salah satu penentu bertahannya perbankan syariah di sistem perekonomian Indonesia, di mana faktor-faktor yang menentukan besar dan kecilnya profitabilitas tersebut dikonsentrasikan pada tiga faktor yaitu Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finance (NPF), dan Tingkat Bagi Hasil. Berdasarkan fenomena dan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka Penulis tertarik untuk meneliti mengenai seberapa besar pengaruh ketiga faktor tersebut dalam meningkatkan keuntungan atau profitabilitas baik untuk pihak
5
nasabah maupun untuk pihak bank syariah itu sendiri, yang dituangkan dalam judul : “ Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Non Performing Finance, dan Tingkat Bagi Hasil terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia (Studi Kasus pada Bank Syariah Mandiri, Bank Muamalat Indonesia, dan Bank Mega Syariah Indonesia Periode 2008 – 2012) “
1.2
Identifikasi Masalah Tingkat profitabilitas atau keuntungan suatu bank merupakan satu hal yang
sangat penting dan berpengaruh besar terhadap bertahannya suatu perbankan syariah. Keuntungan yang diperoleh perbankan syariah dapat berasal dari banyak faktor. Tiga diantaranya adalah Dana Pihak Ketiga (DPK), Non Performing Finance (NPF), dan Tingkat Bagi Hasil yang dijalankan oleh masing-masing perbankan syariah. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan permasalahannya sebagai berikut : 1. Bagaimana perkembangan DPK, NPF, dan Tingkat Bagi Hasil perbankan syariah di Indonesia periode 2008 – 2012 ? 2. Bagaimana perkembangan tingkat profitabilitas perbankan syariah di Indonesia periode 2008 – 2012 ? 3. Bagaimana pengaruh DPK, NPF, dan Tingkat Bagi Hasil terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia periode 2008 – 2012 secara simultan dan parsial ?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk mengumpulkan data,
mengolah, menganalisa, dan menyajikan data yang berkaitan dengan masalah
6
DPK, NPF, dan Tingkat Bagi Hasil sehingga dapat dilakukan analisis dan diperoleh gambaran yang jelas mengenai seberapa besar pengaruh DPK, NPF, dan Tingkat Bagi Hasil terhadap tingkat profitabilitas perbankan syariah, dan selanjutnya akan dituangkan oleh Penulis dalam bentuk skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh Ujian Sidang Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Fakultas Bisnis & Manajemen, Universitas Widyatama Bandung. Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui perkembangan DPK, NPF, dan Tingkat Bagi Hasil perbankan syariah di Indonesia periode 2008 – 2012. 2. Untuk mengetahui perkembangan tingkat profitabilitas perbankan syariah di Indonesia periode 2008 – 2012. 3. Untuk mengetahui pengaruh DPK, NPF, dan Tingkat Bagi Hasil terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia periode 2008 – 2012 secara simultan dan parsial.
1.4
Kegunaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang
dilakukan dapat berguna bagi pihak-pihak sebagai berikut : 1. Perbankan Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan masukan dan pertimbangan perbankan syariah di Indonesia dalam mengambil
setiap
keputusan
dengan
melihat
faktor-faktor
yang
mempengaruhi profitabilitas perbankan, agar kegiatan operasional bank tetap berjalan. 2. Nasabah dan Investor Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran tentang bagaimana kondisi kesehatan perbankan
syariah di
Indonesia dan membantu dalam pemilihan transaksi syariah sehingga dapat menguntungkan mereka.
7
3. Penulis Penelitian
ini
dapat
digunakan
sebagai
sarana
untuk
mengaplikasikan ilmu yang selama ini telah didapat dibangku kuliah secara teoritis dikaitkan dengan kondisi sebenarnya yang terjadi di lapangan. Selain itu juga dapat menambah pengalaman, wawasan, dan pengetahuan dalam ilmu manajemen keuangan khususnya yang berkaitan dengan ekonomi syariah. 4.
Civitas Akademika Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan ilmu
pengetahuan di bidang manajemen keuangan khususnya teori tentang bagaimana proses DPK, NPF, dan Tingkat Bagi Hasil dalam meningkatkan profitabilitas perbankan syariah di Indonesia. Penulis juga berharap penelitian ini dapat menjadi bahan referensi bagi penelitian penelitian lebih lanjut.
1.5
Kerangka Pemikiran Perbankan syariah berfungsi sebagai lembaga perantara dari dua pihak,
yakni pihak yang kelebihan dana dan pihak yang membutuhkan dana. Bank syariah
seharusnya
lebih
mengutamakan
pengambilan
laba
atau
rasio
profitabilitasnya dari sisi akad-akad yang bersifat profit sharing atau bagi hasil antara kedua belah pihak agar merasa sama-sama diuntungkan. Keuntungan yang didapat oleh bank dapat dilihat dari laporan keuangan yang disusun oleh bank syariah itu sendiri pada setiap periodenya. Laporan keuangan disajikan atas dasar aktual, maksudnya adalah pencatatan transaksi dan peristiwa lain yang diakui pada saat kejadian sehingga dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar aktual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas tetapi juga kewajiban pembayaran kas di masa depan yang akan diterima. Namun dalam perhitungan pendapatan untuk tujuan bagi hasil usaha
8
yaitu menggunakan dasar kas. Hal ini disebabkan bahwa prinsip bagi hasil usaha berdasarkan keuntungan bruto. Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi menyangkut posisi keuangan suatu entitas syariah yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi. Tujuan lainnya adalah : 1. Untuk meningkatkan kepatuhan terhadap prinsip syariah. 2. Untuk memberikan informasi mengenai kepatuhan entitas syariah terhadap prinsip syariah. 3. Penyedia informasi untuk mengevaluasi pemenuhan tanggung jawab entitas
syariah
terhadap
amanah
dalam
mengamankan
dana,
menginvestasikannya pada tingkat keuntungan yang layak. 4. Penyedia informasi mengenai tingkat keuntungan yang diperoleh penanam modal dan pemilik dana syirkah temporer serta sebagai informasi pemenuhan kewajiban (obligasi). Fungsi sosial entitas syariah termasuk pengelolaan dan penyaluran zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Di atas telah disebutkan bahwa salah satu fungsi laporan keuangan adalah untuk melihat seberapa besar profit yang diterima oleh perusahaan. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi atau menjadi dasar bertumbuhnya dan menurunnya keuntungan suatu bank, seperti adanya Dana Pihak Ketiga, Non Performing Finance, dan Tingkat Bagi Hasil yang sudah diatur oleh bank itu sendiri. Ketiga faktor tersebut dapat dihitung dengan melihat laporan keuangan bank syariah bersangkutan. Faktor yang pertama adalah Dana Pihak Ketiga. DPK merupakan dana yang dihimpun oleh bank yang berasal dari masyarakat, yang terdiri dari simpanan giro, simpanan tabungan, dan simpanan deposito (Kasmir 2006 : 64). Sumber dana ini merupakan sumber dana terpenting bagi kegiatan operasi suatu bank dan merupakan ukuran keberhasilan bank jika membiayai operasinya dari sumber dana ini.
9
Hal tersebut relevan dengan pendapat Sinungan (2000 : 88) yang menyatakan : “Dana-dana masyarakat yang disimpan dalam bank adalah sumber dana terbesar yang paling diandalkan bank dan terdiri dari tiga jenis, yaitu : giro (demand deposits), deposito (time deposits), dan tabungan (saving)”. Faktor selanjutnya adalah Non Performing Finance. NPF merupakan tingkat pengembalian kredit (pembiayaan) yang diberikan deposan kepada bank dengan kata lain NPF merupakan tingkat kredit (pembiayaan) macet pada bank tersebut. NPF diketahui dengan cara menghitung pembiayaan Non Lancar terhadap Total Pembiayaan (Surat Edaran BI No.3/30DPNP tanggal 14 Desember 2001). Apabila semakin rendah NPF, maka bank tersebut akan semakin mengalami keuntungan. Sebaliknya jika tingkat NPF tinggi, bank tersebut akan mengalami kerugian yang diakibatkan tingkat pengembalian kredit macet. NPF dijadikan variabel independen yang mempengaruhi profitabilitas didasarkan hubungannya dengan tingkat risiko bank. Sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia, NPF yang baik adalah di bawah 5%. Selanjutnya mengenai akad atau prinsip yang menjadi dasar operasional bank syariah dalam menyalurkan pembiayaan, yang dibedakan menjadi empat macam yaitu prinsip jual beli (murabahah, salam, dan istishna), prinsip bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), prinsip sewa (ijarah dan ijarah muntahiyyah bittamlik), serta akad pelengkap lainnya (hawalah, rahn, qardh, wakalah, dan kafalah). Namun berdasarkan statistik Bank Indonesia, pola utama pembiayaan yang mendominasi pada bank syariah adalah prinsip jual beli dan prinsip bagi hasil. Yang dibahas disini adalah mengenai prinsip bagi hasil. Secara umum prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam empat akad yaitu musyarakah, mudharabah, muzara’ah, dan musaqah. Namun prinsip yang paling banyak digunakan adalah musyarakah dan mudharabah. Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana dan pengelola dana untuk melakukan kegiatan usaha, laba dibagi atas dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan jika terjadi kerugian akan ditanggung
10
oleh pemilik dana. Sedangkan Musyarakah adalah semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih dimana mereka secara bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak berwujud. Keuntungan dan kerugian ditanggung bersama sesuai dengan proporsi yang telah ditetapkan sebelumnya. Melalui pembiayaan bagi hasil, bank syariah akan memperoleh pendapatan berupa bagi hasil yang menjadi bagian keuntungan bank. Keuntungan atau profitabilitas sebagai dasar dari adanya keterkaitan antara efisiensi operasional dengan kualitas jasa yang dihasilkan oleh suatu bank. Profitabilitas juga merupakan suatu ukuran spesifik dari performance suatu bank, dimana ia merupakan tujuan utama dari manajemen perusahaan yaitu dengan memaksimalkan nilai dari para pemegang saham, optimalisasi dari berbagai tingkat return, dan minimalisasi dari resiko yang ada. Untuk mendapatkan profit yang tinggi, minimal ada empat bidang yang perlu mendapatkan perhatian manajemen yaitu pengelolaan terhadap asset yang sehat, pengelolaan sumber dana (liabilities) yang efektif, pengelolaan fee-based income yang kreatif, serta pengelolaan terhadap biaya usaha yang efisien (Muljono 2006 :13). Kemampuan manajemen dalam mengelola keempat komponen tersebut akan menghasilkan pendapatan yang optimal. Dalam beberapa jurnal dan penelitian terdahulu, banyak yang menjelaskan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi profitabilitas perbankan syariah. Seperti menurut Dea Naufal Kharisma (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Finance terhadap Perbankan Syariah” menemukan hasil bahwa dana pihak ketiga dan non performing finance memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama (simultan) terhadap profitabilitas dengan nilai tingkat signifikansi 0,035 yang lebih kecil dari 0,05. Sedangkan secara parsial, terdapat pengaruh yang signifikan pada dana pihak ketiga terhadap profitabilitas, dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada non performing finance terhadap profitabilitas. Menurut Bambang Sudiyatno (2009), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Dana Pihak Ketiga, BOPO, CAR, dan LDR terhadap Kinerja Keuangan Perbankan” menyatakan bahwa dana pihak ketiga memiliki pengaruh
11
yang positif dan signifikan terhadap Return On Asset. Kesimpulan tersebut dibuktikan dengan nilai signifikansi t adalah 0,008 yang lebih kecil dari 0,05. Menurut Aulia Fuad Rahman dan Ridha Rochmanika (2012), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil, dan Rasio NPF terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah di Indonesia” menyatakan bahwa secara simultan pembiayaan bagi hasil dan non performing finance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas yang diproksikan melalui ROA. Namun secara parsial, NPF yang seharusnya berpengaruh negatif justru menunjukkan nilai positif terhadap ROA. Begitupun dengan pembiayaan bagi hasil, yang seharusnya berpengaruh positif, justru menunjukkan nilai negatif. Menurut Dian Pramadona (2010), dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh CAR dan Pendapatan Pembiayaan Mudharabah dan Murabahah terhadap Return On Asset” menyatakan bahwa secara parsial, pendapatan pada salah satu pembiayaan bagi hasil yaitu mudharabah memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap ROA. Itu berarti kenaikan ROA dipengaruhi oleh naiknya pendapatan pada pembiayaan bagi hasil. Begitupun untuk penurunannya yang juga dipengaruhi oleh turunnya pendapatan pada pembiayaan bagi hasil. Menurut Tri Joko Purwanto (2011), dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Besarnya Pembiayaan, FDR, dan Rasio NPF, terhadap Laba Bank Syariah” menyatakan bahwa penyaluran pembiayaan yang besar berpengaruh positif terhadap perolehan laba, hal tersebut karena semakin besar bank menyalurkan pembiayaan maka semakin besar pula pendapatan yang diperoleh bank yang salah satunya dari pendapatan bagi hasil. Sedangkan untuk rasio NPF berpengaruh negatif terhadap laba di mana dengan nilai koefisien 4000, itu berarti untuk menaikkan laba sebesar 4 milliar rupiah maka setidaknya bank syariah harus menurunkan rasio NPFnya sebesar satu persen.
12
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Perbankan Syariah
Laporan Keuangan Syariah
Dana Pihak Ketiga
Non Performing Finance
(DPK)
(NPF)
Tingkat Bagi Hasil
Profitabilitas Bank Syariah
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat disusun atau disimpulkan hipotesis penelitian ini adalah : 1. Terdapat Pengaruh engaruh antara Dana Pihak Ketiga, Non Performing Finance, dan Tingkat Bagi Hasil terhadap Profitabilitas rofitabilitas Perbankan Syariah secara simultan. 2. Terdapat Pengaruh engaruh antara Dana Pihak Ketiga, Non Performing Finance,, dan Tingkat Bagi Hasil terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah secara parsial.
1.6
Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan
verifikatif. Menurut Nazir (2003 : 54) bahwa pengertian metode deskriptif adalah sebagai berikut : “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang ”.
13
Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Sedangkan metode verifikatif menurut Rasyad (2003 : 6) adalah sebagai berikut : “Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis”.
Kedua metode penelitian ini dilakukan untuk mencari informasi faktual dan mengidentifikasikan suatu masalah, melakukan tes hipotesis, serta memperoleh jawaban mengenai bagaimana hubungan suatu variabel terhadap variabel lainnya, yang di mana dalam penelitian ini variabel-variabelnya antara lain Dana Pihak Ketiga, Non Performing Finance, Tingkat Bagi Hasil, dan Profitabilitas. Sedangkan metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda dan analisis korelasi. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut : a. Studi Pustaka Studi pustaka merupakan suatu teknik pengumpulan data untuk sebuah penelitian dengan cara mempelajari literatur-literatur, buku-buku dan sumber lainnnya. Seperti majalah, jurnal, internet, dan koran-koran yang berhubungan dengan penelitian. Untuk memperoleh data sekunder yang selanjutnya akan dijadikan landasan teori. b. Penelitian Lapangan Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian untuk memperoleh data dari perusahaan dengan cara observasi yaitu mengunjungi secara langsung perusahaan yang diteliti melalui :
Kantor perusahaan bersangkutan yang beroperasi di kota Bandung untuk memperoleh data primer. Di mana data primer tersebut selanjutnya akan diolah, dianalisis, lalu diambil kesimpulan.
www.bi.go.id
14
1.7
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil sampel pada tiga bank syariah yang memiliki laba
atau keuntungan terbesar dengan menganalisis rasio keuangan syariah untuk diketahui jumlah pasti laba per tahunnya, yang berdasarkan pada laporan keuangan
masing-masing
bank
per
31
Desember
2012
(www.mobile.kontan.co.id). Ketiga bank syariah tersebut yaitu : 1. PT. Bank Syariah Mandiri, dimana bank umum syariah ini merupakan bank syariah dengan keuntungan terbesar yakni Rp 805,6 milliar. 2. PT. Bank Muamalat Indonesia, walaupun bank ini merupakan bank syariah pertama di Indonesia, namun tak menempati posisi pertama dari segi laba. Meski begitu, bank Muamalat memiliki posisi yang cukup baik dengan keuntungan Rp 389,4 milliar 3. PT. Bank Syariah Mega Indonesia, bank ini juga menduduki posisi 5 besar bank syariah terbaik di Indonesia dengan keuntungan Rp 256 milliar. Pengambilan sumber data berupa laporan keuangan diperoleh dari internet melalui situs www.bi.go.id, situs masing-masing bank syariah tersebut diatas, dan Pojok Bursa Universitas Widyatama Bandung. Dan dalam rangka memperoleh data yang diperlukan guna penyusunan skripsi, maka penelitian ini akan dimulai pada bulan September 2013 sampai Januari 2014.