BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian
Pada saat ini banyak perusahaan maupun perorangan yang tertarik terhadap investasi dalam bentuk saham. Saham merupakan salah satu modal bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Seseorang yang membeli saham disebut sebagai investor, apabila investor tersebut ingin membeli saham suatu perusahaan harus ke pasar modal. Pasar modal merupakan tempat jual belinya saham perusahaan. Pasar modal yang ada di indonesia salah satunya adalah BEI (Bursa Efek Indonesia) yang berskala nasional. Indeks LQ 45 adalah nilai kapitalisasi pasar dari 45 saham yang paling likuid dan memiliki nilai kapitalisasi yang besar hal itu merupakan indikator likuidasi. Indeks LQ 45, menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan (setiap awal bulan februari dan agustus). Dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah (http://idx.co.id). Pada kenyataanya, sudah menjadi fenomena umum bahwa harga saham bisa naik ataupun turun dikarenakan hal tertentu bisa dari internal perusahaan atau pun external . Kinerja indeks LQ 45 pada semester I 2012 cenderung lebih rendah dibandingkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Sepanjang semester I 2012, indeks lq 45 hanya naik 0,19% lebih rendah dibandingkan ihsg yang naik 3,96%. Jika dicermati dari 2009 hingga 2012, kinerja indeks LQ 45 tidak selalu linear dengan ihsg. Padahal, indeks LQ 45 dan saham-saham yang terdaftar didalamnya banyak digunakan pelaku pasar sebagai acuan untuk membuat produk, misalnya dipakai manajer investasi membuat produk reksadana. (sumber : http://indonesiafinancetoday.com; 2012).
1
Sebagian besar imbal hasil saham-saham yang masuk indeks saham LQ 45 mencatatkan penurunan hingga pekan keempat november 2013. Hanya 18 saham yang mencatatkan imbal hasil positif dari 45 saham yang masuk indeks saham LQ 45. Sentimen makro ekonomi indonesia dan rencana pengurangan stimulus moneter amerika serikat (AS) memberikan sentimen negatif ke bursa saham termasuk LQ45. (sumber : http://bisnis.liputan6.com; 2013) Penurunan kinerja LQ 45 pun masih terjadi pada tahun 2014 bahkan pada tahun ini sebanyak 36 reksadana dapat mengalahkan indeks LQ 45 dan 28 di antaranya berkinerja di atas IHSG. Dengan hasil reksadana lebih baik dari indeks lq-45 yang hanya tumbuh 33,4%. (sumber : http://kolom.kontan.co.id; 2014) . Dalam keadaan perekonomian yang seperti ini, perusahaan harus dapat bertahan untuk menghadapi permasalahan perekonomian yang mengancam kelangsungan hidup perusahaan. Untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan, para pelaku dunia usaha harus mengubah cara mereka dalam melakukan dan mengelola bisnisnya. Dengan semakin kompetitifnya pasar maka perubahan dalam penerapan tata kelola (corporate governance) mutlak dilakukan. Perusahaan yang telah menjual sahamnya ke publik di perlukan adanya corporate governance (tata kelola perusahaan) yang berguna untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan yang menjelaskan hubungan antara berbagai partisipan dalam sebuah perusahaan. Berdasarkan Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117/M-MBU/2002, Good Corporate Governance adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha
dan akuntabilitas
perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya. Pada prinsipnya tata kelola perusahaan menyangkut kepentingan pemegang saham yaitu dengan memberikan perlindungan jaminan hak terhadap stakeholder, termasuk di dalamnya yaitu shareholder, lender, employers, executives, government, customers, dan stakeholders yang lain (Theresia,2005).
2
Sistem Corporate governance terdiri dari (1) berbagai peraturan menjelaskan hubungan antara pemegang antara pemegang saham, manajer, kreditor, pemerintah dan stakeholders yang lain, dan (2) berbagai mekanisme yang secara langsung ataupun tidak langsung menegakkan peraturan-peraturan tersebut atau disebut dengan mekanisme Corporate Governance internal dan eksternal (Zhuang, et al). Banhart dan Rosenstein (dalam Haryani, Pratiwi, Syafruddin 2011) menyebutkan mekanisme Corporate governance dibagi menjadi dua kelompok. Pertama, berupa internal mechanisms (mekanisme internal), seperti komposisi dewan direksi atau komisaris, kepemilikan manajerial, dan kompensasi eksekutif. Kedua, external mechanisms (mekanisme eksternal), seperti pengendalian oleh pasar, dan level debt financing. Dengan adanya mekanisme Corporate governance tersebut di harapkan pengawasan terhadap manajer perusahaan dapat lebih efektif. Permasalahan yang timbul dalam corporate governance adalah adanya pemisahan
antara
kepemilikan
dan
tata
kelola
perusahaaan
sehingga
mengakibatkan konflik keagenaan yaitu adanya perbedaan kepentingan antara pihak principal (pemilik) dan agen (manajer) yang memicu terjadinya agency cost serta mengabaikan kepenting investor. Perbedaan tersebut terjadi karena manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi dari manajer karena apa yang dilakukan manajer tersebut akan menambah biaya bagi perusahaan sehingga menyebabkan penurunan keuntungan perusahaan dan dividen yang akan di terima pemegang saham (Haruman, 2008). Serta masalah lain yang timbul akibat adanya biaya keagenan yaitu saat pemegang saham dominan mengambil alih kekayaan saham minoritas. Kondisi ini terjadi karena asymmetri information antara manajemen dan pihak lain yang tidak memiliki sumber dan akses yang memadai untuk memperoleh informasi yang di gunakan untuk memonitor tindakan manajemen (Firth, et al 2008). Fenomena asymmetri infornation yaitu kesenjangan (gap) antara manajer dan pihak lain yang mempunyai sumber dan akses yang memadai untuk memonitor semua tindakan
3
manajer karena perusahaan merupakan kumpulan berbagai kepentingan dari berbagai pihak yang kepentingan-kepentingan tersebut akan sangat ditentukan oleh pengelolaan manajemen. Secara teoritis kesuperioran mendorong dan memotivasi manajer bersikap oportunistik. Manajer berusaha mentransfer kemakmuran pemilik perusahaan kepada dirinya, salah satunya dengan menggeser laba atau biaya masa mendatang ke periode sekarang atau sebaliknya untuk memperoleh keuntungan pribadi. Meskipun dalam berbagai literatur disebutkan bahwa tujuan utama perusahaan
adalah
meningkatkan
nilai
perusahaan
melalui
peningkatan
kemakmuran pemilik atau para pemegang saham. Yang terjadi adalah baik manajemen atau manajer perusahaan sering mempunyai tujuan yang berbeda yang mungkin bertentangan dengan tujuan utama tersebut. Sehingga timbul konflik kepentingan antara para manajer dan para pemegang saham perusahaan (Agency conflict) yang memicu terjadinya biaya keagenan (Agency cost) serta mengabaikan kepentingan investor. Agency Teory mengasumsikan bahwa semua individu bertindak atas kepentingan mereka sendiri Pemegang saham sebagai principal diasumsikan hanya memiliki kepentingan pada hasil keuangan mereka atau investasi mereka yang semakin meningkat. Sedangkan para agent memiliki kepentingan menerima kepuasan berupa kompensasi keuangan/ bonus/insentif yang memadai dan sebesar-besarnya dalam hubungan tersebut. Perbedaan kepentingan tersebut yang membuat masing-masing pihak berusaha memperbesar keuntungan diri sendiri. Manajer sebagai agent akan merekayasa laporan keuangan perusahaan untuk memperbesar keuntungan pribadi, sehingga mengurangi keuntungan (return) para pemegang saham sebagai principal. Keinginan manajer untuk mengambil keuntungan pribadi membuat keuntungan (return) pihak pemegang saham sebagai principal menjadi menurun atas investasi yang mereka tanamkan. Pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ 45 terjadi kenaikan Agency Cost , seperti terlihat dalam grafik di bawah ini :
4
Grafik 1.1 Rata- Rata Agency Cost pada Perusahaan Indeks LQ 45
agency cost 81% 80% 79% 78% 77% 76% 75% 74% 73% 72% 71%
agency cost Linear (agency cost)
2010
2011
2012
2013
2014
Apabila Agency cost terus meningkat hal tersebut akan berdampak buruk terhadap perusahaan di masa yang akan datang terutama akan berdampak pada nilai perusahaan, Seperti yang kita tahu bahwa tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan yang tinggi merupakan tujuan jangka panjang yang seharusnya dicapai perusahaan yang akan tercermin dari harga pasar sahamnya karena penilaian investor terhadap perusahaan dapat diamati melalui pergerakan harga saham perusahaan yang ditransaksikan di bursa untuk perusahaan yang sudah go public. Investor akan berani untuk membeli saham dengan harga yang tinggi terhadap perusahaan yang dinilai tinggi. Menurut Jansen, (2001) dalam Rawi dan Munawir, (2010: 2) menyatakan bahwa untuk memaksimumkan nilai perusahaan dalam jangka panjang (tidak hanya nilai ekuitas, tetapi juga semua klaim keuangan seperti utang, warrant, maupun saham preferen) manajer dituntut untuk membuat keputusan yang memperhitungkan kepentingan semua stakeholder, sehingga manajer akan dinilai kinerjanya berdasarkan kemampuan mencapai tujuan atau mampu mengimplementasikan strategi untuk mencapai tujuan. Nilai perusahaan yang tinggi dapat meningkatkan 5
kemakmuran bagi para pemegang saham, sehingga para pemegang saham akan menginvestasikan modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008 dalam Susanti dan Mildawati, 2014). Grafik 1.2 Rata-Rata PBV Perusahaan Indeks LQ 45
PBV 5.00 4.50 4.00 3.50 3.00 2.50 2.00 1.50 1.00 0.50 0.00
PBV Linear (PBV)
2010
2011
2012
2013
2014
Pada perusahaan yang tergabung dalam indeks LQ-45, kondisi nilai perusahaan yang di ukur menggunakan Price Book Value mengalami penurunan selama periode penelitian untuk itu kita perlu mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan tersebut. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti menyusun penelitian dengan judul “PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN AGENCY COST SEBAGAI VARIABEL INTERVENING PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI INDEKS LQ-45 PERIODE 2010-2014”
6
1.2
Identifikasi Masalah
Berdaasarkan pada latar belakang permasalahan yang diuraikan diatas, maka rumusan permasalahan yang diajukan oleh peneliti adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Perkembangan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Dewan Komisaris Independen, Agency Cost, dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks LQ-45 Periode 2010-2014 ? 2. Bagaimana Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Dewan Komisaris Independen Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks LQ-45 Periode 2010-2014 Baik Secara Simultan Maupun Parsial ? 3. Bagaimana Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Dewan Komisaris Independen dan Agency Cost Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks LQ-45 Periode 2010-2014 Baik Secara Simultan Maupun Parsial?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk Mengetahui Perkembangan Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Dewan Komisaris Independen, Agency Cost, dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks LQ-45 Periode 2010-2014 2. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Kepemilikan Institusional dan Kepemilikan Dewan Komisaris Independen, Terhadap Agency Cost Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks LQ-45 Periode 2010-2014 Baik Secara Simultan Maupun Parsial 3. Untuk Mengetahui Bagaimana Pengaruh Kepemilikan Institusional, Kepemilikan Dewan Komisaris Independen, dan Agency Cost Terhadap
7
Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Indeks LQ-45 Periode 2010-2014
1.4
Kegunaan Penelitian
1. Bagi Investor Hasil penelitian ini memberikan informasi mengenai faktor internal apa saja yang akan memengaruhi struktur modal, sehingga berguna bagi investor dalam menilai kinerja perusahaan serta melihat kondisi perekonomian atau prospek perusahaan sebelum investor menanamkan modalnya pada suatu perusahaan.
2. Bagi Perusahaan Hasil penelitian ini dapat dipergunakan perusahaan terutama oleh pihak manajemen sebagai dasar pertimbangan dalam menentukan besarnya dana, baik yang bersumber dari hutang maupun modal sendiri untuk membiayai aktivitas operasional perusahaan.
3. Bagi Penulis Penelitian ini berguna bagi peneliti sebagai sarana mengembangkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama kuliah khususnya mengenai struktur modal perusahaan.
1.5
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam melaksanakan penelitian ini adalah metode
deskriptif. Menurut Nazir (2011:54) metode deskriptif adalah sebagai berikut.
8
“Suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suati sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang” Tujuan dari penelitian dekriptif ini adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Menurut Mashari (2008:45) menyatakan bahwa pengertian metode verifikatif yaitu: “Metode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan” Penelitian ini dimaksudkan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan perhitungan statistik. Penelitian ini digunakan untuk menguji variabel X terhadap variabel Y yang diteliti. Verifikatif berarti menguji teori dengan pengujian suatu hipotesis diterima atau ditolak. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh penlitian adalah sebagai berikut: 1. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mencari dan mempelajari literatur-literatur, buku-buku, dan sumber lainnya seperti majalah, jurnal, internet dan koran yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh selanjutnya akan dijadikan tinjauan pustaka dalam peneliti ini. 2. Penelitian Lapangan Merupakan pengumpulan data dengan cara observasi yaitu melalui
Pojok Bursa Universitas Widyatma
9
Situs BEI: www.idx.co.id, www.saham.ok, www.e-bursa.com
Data yang diperoleh selanjutnya akan diolah, kemudian dianalisis dan ditarik kesimpulan.
1.6
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan pada perusahaan yang terdaftar di indeks LQ-45 periode 2010-2014. Namun karena keterbatasan jarak, waktu, serta ketersediaan
informasi yang lebih mudah, maka pengambilan data
didasarkan pada data sekunder yaitu berupa laporan keungan perusahaan yang dapat diakses dari situs BEI, dengan lokasi penelitian pada Pojok Bursa Universitas widyatama dan Perpustakaan Universitas Widyatama. Penelitian ini dilakukan dari Januari 2016 sampai dengan selesai.
10