BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Peserta didik pada jenjang pendidikan menengah, yakni Sekolah Menengah Atas (SMA) dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) berada dalam tahapan usia remaja, yang mana salah satu tugas perkembangannya seperti yang dungkapkan Havighurst (dalam Yusuf, 2006, hlm. 34) adalah bahwa remaja sudah mulai mempersiapkan diri untuk memperoleh suatu pekerjaan. Masa remaja ini merupakan masa dimana adanya banyak keputusan penting yang menyangkut masa depan yang harus ditentukan, seperti berkaitan tentang pekerjaan ataupun sekolah. Havighurst (dalam Hurlock, 1980, hlm. 234) menyatakan bahwa kapasitas kognitif remaja yang meningkat membuat ia memiliki cara pandang baru dalam melihat perubahan diri, melihat orang lain dan melihat lingkungan sekitarnya. Remaja juga mulai dalam menilai berbagai masalah nilai, norma, dan pilihan yang diberikan kepadanya. Beberapa peran dan status yang baru dalam masyarakat akan ia alami dengan mulainya interaksi bersama lingkungan sosial yang lebih luas. Menurut Santrock (2007, hlm. 187) remaja memiliki kapasitas kepribadian yang kuat akan berbagai pengaruh dari eksternal seperti teman sebaya, keluarga, sekolah, maupun komunitas. Adapun juga jenis kelamin sebagai pengaruh dari perkembangan remaja itu sendiri. Sekolah, yang interaksi sosialnya dengan guru maupun teman sebaya akan memberikan ruang kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia, yang berdampak pada pengembangan konsep diri. Menurut Erikson (1968, hlm. 12) fase yang akan dialami remaja ini merupakan masa pencarian identitas diri. Istilah pencarian identitas diri yang dimaksud Erikson adalah sebagai upaya untuk meneguhkan suatu konsep diri yang bermakna bagi remaja. Identitas ini
Ari Aryanto, 2014 Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
2
disebutkan sebagai proses merangkum semua pengalaman yang berharga di masa lalu, sebagai suatu realitas kekinian yang terjadi termasuk juga aktivitas yang dilakukan sekarang serta harapan yang menjadi sebuah kesatuan gambaran tentang diri yang utuh, berkesinambungan dan unik. Dalam istilah Erikson (1968, hlm. 89), identitas diri ini merupakan sebuah kondisi psikologis secara menyeluruh yang membuat individu tersebut dapat menerima dirinya, memiliki orientasi dan tujuan dalam membawa bahtera hidupnya. Bagi remaja yang telah mampu menilai kemampuan, minat, peluang, membuat komitmen akan pilihan pendidikan dan pekerjaan disebutkan Marcia & Archer (1993, hlm. 187) telah mencapai identitas vokasional. Pemahaman remaja akan dirinya dan implementasi mengenai penyesuaian khususnya dalam bidang vokasional, akan diperoleh remaja yang telah mencapai identitas diri. Dalam kaitan identitas vokasional, istilah vokasinal bukan berarti sama dengan suatu profesi, akan tetapi mencakup mengenai pilihan seperti tugas domestik, hobi, seniman, dan lain sebagainya. Dalam mempersiapkan pemenuhan pencapaian identitas vokasional, merujuk pada pendapat Marcia (1993a, hlm. 10) tentang bagaimana remaja melakukan eksplorasi dan membuat komitmen. Eksplorasi adalah proses mencari informasi mengenai berbagai hal yang dibutuhkan yang berkaitan dengan alternatif vokasional yang hendak dipilihnya dengan mempertanyakan secara aktif untuk sampai pada keputusan mengenai tujuan, nilai dan keyakinan. Komitmen adalah membuat pilihan yang relatif mantap mengenai alternatif vokasional yang tersedia dan terlibat dalam implementasi pilihan tersebut. Remaja yang telah mencapai identitas vokasional akan mampu menemukan pilihan karier yang lebih realistik (Furman, 1990, hlm. 191). Remaja akan terlihat kemampuan kognitifnya yang baik dan mempunyai peluang untuk mengenal lebih banyak akan pilihan karier ketika mereka telah mencapai identitas vokasional.
Ari Aryanto, 2014 Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Pada masa remaja tengah, terutama bagi mereka yang bersekolah, mereka akan dihadapkan pada situasi yang mengharuskan untuk menyesuiakan diri dengan lingkungan. Tingkat pendidikan pada masa remaja tengah ini kebanyakan pada jenjang pendidikan menengah, antara SMA dan SMK. Jenjang pendidikan menengah SMA dan SMK adalah tingkat pendidikan yang memiliki perbedaan dari sisi tujuan. Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 66 tahun 2010, bahwa SMA adalah jenjang pendidikan menengah yang mempersiapkan para peserta didik berdasarkan program studinya yang memfasilitasi kebutuhan pembelajaran serta kompetensi yang diperlukan peserta didik untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi, sedangkan SMK ditambah dengan membekali peserta didik pada kecakapan kejuruan dengan program studi bidang keahlian pada profesi yang sesuai dengan kebutuhan. Perbedaan fungsi dan program studi antara peserta didik SMA dan SMK menjadi masalah penelitian berkaitan dengan status identitas pada domain vokasional. Pada tahun 2011, dimuat dalam republika.co.id (Irwan, 2011), terdapat 27% lulusan SMA menganggur. Kemudian muncul fenomena yang mengejutkan bahwa peserta didik SMK yang merupakan jenjang pendidikan menengah dengan orientasi untuk bekerja, namun melalui data Badan Pusat Statistik (BPS) di tahun 2012, lulusan SMK berada pada tingkat pengangguran tertinggi yaitu 9,87%, dibandingkan tingkat pendidikan yang lainnya (Judika, 2012). Kemudian pada tahun berikutnya pun, seperti dimuat harian republika (Zuraya, 2013), tingkat pengangguran lulusan SMK malah semakin tinggi menjadi 11,19%, Fenomena tersebut memang sebelumnya pernah dibuktikan melalui hasil penelitian Clark (1983) yang menyimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara keterserapan lulusan SMA dan SMK di lapangan pekerjaaan dengan gaji yang relatif sama. Senada dengan penelitian Newhouse &
Ari Aryanto, 2014 Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Suryadarma (2011), bahwa perbandingan penghasilan lulusan SMK dan lulusan SMA sangatlah kecil dan bahkan tidak signifikan ada perbedaan. Mengenai peran jenis kelamin dalam konteks perkembangan vokasional, terdapat pula adanya perbedaan antara laki-laki dan perempuan, seperti melalui hasil penelitian Ratnawati & Kuswardani (2012) yang dilakukan pada peserta didik SMK, bahwa laki-laki lebih matang secara vokasional dibadingkan perempuan. Namun hal itu berbeda dengan data dari Badan Pusat Statistik Indonesia jika dilihat dari lulusannya yang bekerja, ternyata pada tahun 2012 tingkat pengangguran antara laki-laki dan perempuan tidak terpaut jauh, yaitu 15,48% untuk perempuan, 15,08% untuk laki-laki. Lulusan SMA dipersiapkan untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, sedangkan lulusan SMK dipersiapkan untuk memasuki dunia kerja. Lulusan SMA yang tidak mampu melanjutkan ke perguruan tinggi karena kesulitan ekonomi akan bekerja dengan keterampilan yang tidak terlatih atau justru menganggur yang juga dialami oleh peserta didik lulusan SMK yang tidak memenuhi standar keterampilan yang dibutuhkan dunia kerja. Lulusan SMK diharapkan memiliki keterampilan yang tinggi. Fasilitas praktik di SMK yang kurang memadai, membuat lulusannya tidak terampil yang akhirnya sulit memperoleh pekerjaan. Para peserta didik SMA dan SMK, yang dalam hal ini mereka adalah remaja yang sedang melakukan pencarian identitas diri, dirasa perlu kiranya dilakukan studi dikarenakan banyaknya temuan-temuan yang mengkerucutkan perbedaan mendasar antara SMA dan SMK. Berkaitan dengan vokasional, Marcia (1993a, hlm.
11)
menyebutkan
ada
empat
Status
Identitas
vokasional
dalam
perkembangan remaja, yaitu status identitas achievement (telah bereksplorasi dan telah berkomitmen berdasarkan eksplorasinya tersebut), status identitas moratorium (sedang bereksplorasi namun belum berkomitmen), foreclosure
Ari Aryanto, 2014 Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
(tidak bereksplorasi namun berkomitmen), dan diffusion (tidak bereksplorasi dan belum berkomitmen). Vondracek, dkk. (1995, hlm. 18) menggolongkan tiap individu dalam satu status identitas berdasarkan gagasan Marcia, menunjukkan bahwa individu dengan status identitas achievement memiliki keraguan mengambil keputusan karir yang lebih rendah daripada individu dengan status identitas moratorium, foreclosure (tidak bereksplorasi namun berkomitmen), maupun diffusion (tidak bereksplorasi dan belum berkomitmen). Kemudian seperti pendapat Raskin (2006, hlm. 110) bahwa remaja yang lebih jauh dalam melakukan ekplorasi dalam proses pembentukan vokasional lebih bisa memilih alternatif karier mereka.
1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah di atas bahwa isu mengenai identitas dan perubahannya selalu ada dalam rentang kehidupan manusia. Status identitas seseorang dapat berpengaruh terhadap pemenuhan tugas-tugas perkembangan yang dianggap penting oleh remaja terutama pada domain vokasional. Seperti yang diungkap Marcia (1993a, hlm. 11) bahwa remaja tersebut melakukan eksplorasi alternatif yang memadai dalam domain vokasional, mengolah informasi mengenai alternatif yang dimiliki dan dapat membuat keputusan yang jelas dalam bidang vokasional. Remaja juga melakukan komitmen dalam melaksanakan keputusan yang dibuatnya dalam bentuk tindakan yang nyata. Berkaitan dengan vokasional, pada jenjang pendidikan menengah, terdapat perbedaan hasil lulusan antara peserta didik SMA dan SMK. Demikian pula adanya perbedaan antara peserta didik laki-laki dan perempuan mengenai orientasi vokasional yang hendak dipilih.
Ari Aryanto, 2014 Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
Dari uraian di atas, maka penelitian akan difokuskan terhadap status identitas vokasional yang digagas oleh Marcia yang mana ditujukan pada peserta didik SMA dan SMK. Masalah utama yang perlu dijawab melalui penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan berikut. 1) Apakah terdapat perbedaan status identitas vokasional antara peserta didik SMA dan SMK? 2) Apakah terdapat perbedaan status identitas vokasional antara peserta didik laki-laki dan perempuan?
1.3 TujuanPenelitian Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, sebagai berikut. 1) Perbedaan status identitas vokasional antara peserta didik SMA dan SMK. 2) Perbedaan status identitas vokasional antara peserta didik laki-laki dan perempuan.
1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam perspektif khusus di bawah ini. 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan khususnya mengenai gambaran status identitas vokasional peserta didik pada jenjang pendidikan menengah.
1.4.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Konselor di sekolah, menjadi pertimbangan dalam memberikan layanan bimbingan dan konseling khususnya dalam bidang karier di
Ari Aryanto, 2014 Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
sekolah karena telah diperoleh informasi mengenai gambaran status identitas vokasional. 2) Bahan kajian dan informasi awal bagi peneliti selanjutnya yang berhubungan dengan identitas vokasional.
1.5 Struktur Organisasi Skripsi Pada bab I berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Pada bab II dibahas mengenai kajian pustaka mengenai identitas vokasional, jenis kelamin dan jenjang pendidikan menengah. Pada bab III berisi penjabaran rinci mengenai: desain penelitian; partisipan; populasi dan sampel; prosedur penelitian, dan analisis data,. Bab IV berisi akan temuan penelitian yang kemudian dibahas dengan berbagai pendapat para ahli maupun data-data penelitian lain. Bab V terdiri dari simpulan penelitian dan rekomendasi bagi para pelaku bimbingan dan konseling serta peneliti selanjutnya.
Ari Aryanto, 2014 Status Identitas Vokasional Peserta Didik Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Jenis Sekolah (Studi terhadap Peserta Didik Kelas X SMA dan SMK di Kota Bandung Tahun Ajaran 2013/2014) Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu