BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Gejolak ekonomi yang selalu mengalami perubahan telah mempengaruhi
kegiatan dan kinerja perusahaan, karena itu perusahaan harus memanfaatkan sumber daya yang tersedia seefisien mungkin sehingga lebih berguna dan dapat mempertahankan atau meningkatkan kinerja perusahaan. Salah satu faktor yang mencerminkan kinerja suatu perusahaan adalah laporan keuangan yang harus dibuat oleh pihak manajemen secara teratur. Laporan keuangan pada dasarnya merupakan hasil dari proses akuntansi yang disajikan dalam bentuk kuantitatif, dimana informasi-informasi yang disajikan didalamnya dapat membantu berbagai pihak (intern maupun ekstern) dalam mengambil keputusan yang sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan. Keputusan-keputusan ekonomi yang akan diambil oleh para pemakai laporan keuangan membutuhkan evaluasi terlebih dahulu atas kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (kas atau setara kas), serta kepastian dari hasil tersebut. Para pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) dengan lebih baik jika mereka mendapatkan informasi yang difokuskan pada posisi keuangan, laba, perubahan posisi keuangan, dan laporan arus kas perusahaan. Pelaporan keuangan merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban manajemen dalam mengelola sumber daya perusahaan terhadap berbagai pihak yang terkait dengan perusahaan selama periode tertentu. Pada awalnya laporan keuangan hanya terdiri dari laporan posisi keuangan dan laporan laba/rugi. Laporan arus kas mulai diwajibkan pelaporannya pada tahun 1987 melalui Financial Accounting Standards Board (SFAS) No. 95. Di Indonesia, kewajiban untuk melaporkan arus kas dimulai pada tahun 1994 dengan adanya Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 2 yang menyatakan perusahaan harus menyusun laporan arus kas dan menyajikan laporan tersebut sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan (Dahler dan Febrianto, 2006). Statement of Financial Accounting Concept (SFAC) No. 1 menetapkan asumsi bahwa para pemakai laporan keuangan tertarik pada kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas yang menguntungkan. Asumsi selanjutnya adalah para investor dan kreditor pada umumnya lebih tertarik pada prestasi perusahaan sebagaimana diukur dengan akuntansi akrual dan bukan informasi langsung mengenai arus kas ini ( Hendriksen dan Van Breda, 2002). Salah satu karakteristik kualitatif pokok laporan keuangan adalah relevan. Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pangambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat memengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa mendatang, menegaskan, atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka di masa lalu. Manfaat utama penyajian arus kas adalah pertama, membantu investor atau kreditor memprediksi kas yang mungkin didistribusikan dalam bentuk dividen dimasa datang. Kedua, membantu dalam penilaian risiko variabilitas return masa datang dan probabilitas. Jumlah arus kas dari aktivitas operasi merupakan indikator untuk menentukan apakah arus kas yang dihasilkan dari aktifitas operasi cukup untuk melunasi pinjaman, memelihara kemampuan operasi perusahaan, membayar dividen dan melakukan investasi baru tanpa mengandalkan pada sumber pendanaan dari luar. Sejauh ini laporan keuangan, khususnya laporan posisi keuangan dan laporan laba/rugi masih diyakini sebagai alat yang andal bagi para pemakainya untuk mengurangi risiko ketidakpastian dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Namun demikian, khususnya laporan laba/rugi sampai saat ini masih terdapat kontradiksi atas kesimpulan yang dihasilkan berkaitan dengan manfaat yang dikandungnya (Syafriadi, 2000). Penilaian kinerja perusahaan dapat diukur dengan menggunakan laba. Jumlah laba menunjukkan operasi perusahaan dalam, mengubah atau memutar asetnya menjadi pendapatan yang melebihi biaya-biaya yang sudah dikeluarkan oleh perusahaan. Laporan laba/rugi memuat baik itu penjualan tunai maupun
kredit dimana pada penjualan kredit yang jangka waktunya lebih dari satu tahun mengandung risiko adanya sejumlah piutang yang tidak tertagih. Laporan arus kas diperlukan untuk menilai sejauh mana perusahaan mampu menghasilkan pendapatan yang berbentuk kas. Sementara itu diperlukannya laporan laba dan arus kas tahun-tahun sebelumnya adalah untuk menilai tren perusahaan selama beberapa tahun terakhir, untuk diperkirakan tren perusahaan pada tahun kedepannya sehingga para calon investor dapat menentukan cocok atau tidaknya perusahaan tersebut sebagai tempat berinvestasi. Industri manufaktur merupakan salah satu sektor yang terpukul oleh krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008. Ada beberapa hal yang menyebabkan industri manufaktur mengalami kesulitan dalam menghadapi krisis global yaitu, pasar yang menyusut baik dipasaran ekspor maupun pasar dalam negeri, biaya produksi yang tinggi karena harga-harga bahan baku impor masih tinggi dengan lemahnya nilai tukar rupiah, dan kesulitan likuiditas karena bank masih belum berani menurunkan suku bunga walaupun suku bunga BI rate sudah menurun. Hal ini menyebabkan beberapa perusahaan manufaktur mengalami penurunan kinerja yang ditandai dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan tersebut yang selalu memperoleh laba negatif pada beberapa tahun berturut-turut.
Tabel 1.1 Data Perusahaan Manufaktur yang Mengalami Laba Negatif Pada Tahun 2007-2011 Nama Perusahaan Aneka
dalam jutaan Rupiah 2010 2011
2007
2008
2009
(38)
(8.121)
(5.664)
(4.683)
(8.893)
Argo Pantes
(179.143)
(188.504)
(75.744)
(125.015)
(108.481)
Panasia
(56.098)
(145.864)
(13.655)
(90.966)
(57.361)
(5.316)
(58.861)
(8.253)
(4.689)
(7.027)
Kemasindo Utama
Filament Inti Surya Intrindo Makmur Sumber : Laporan Keuangan Data pada tabel 1.1 menunjukkan bahwa beberapa perusahaan manufaktur yang terkena dampak dari krisis global yang terjadi pada tahun 2008. Perusahaanperusahaan tersebut terus menunjukkan laba negatif yang nilainya fluktuatif dari tahun 2007-2011. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan di industri manufaktur belum sepenuhnya pulih dari dampak krisis global. Sementara itu, usaha untuk mengembalikan posisi keuangan mereka sehingga dapat kembali memperoleh laba positif pun terhalang oleh beberapa hambatan, seperti pasar ekspor yang melemah, persaingan yang ketat di pasar domestik, harga bahan baku yang tinggi, dan infrastruktur yang tidak memadai. Penelitian Dahler dan Febrianto (2006) menunjukkan bahwa pada perusahaan yang melaporkan laba negatif tidak memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas masa yang akan datang. Finger (1994) dalam penelitiannya menyatakan bahwa laba dapat digunakan sebagai prediktor laba masa mendatang sampai dengan periode delapan tahun. Laba baik digunakan secara parsial maupun bersama-sama dengan arus kas merupakan prediktor yang signifikan bagi arus
kas. Selanjutnya arus kas dalam periode jangka pendek adalah prediktor arus kas yang lebih baik dibandingkan laba atas arus kas. Parawiyati dan Baridwan (1998) meneliti hubungan laba dan arus kas dalam memprediksi laba dan arus kas dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa prediktor laba dan arus kas signifikan dalam memprediksi laba satu tahun ke depan, dimana prediktor laba memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan prediktor arus kas. Penelitian Barth et al. (2001) serta Kim dan Kross (2002) menyatakan bahwa laba
memiliki kemampuan dalam memprediksi arus kas operasi
mendatang perusahaan, dan memiliki kemampuan yang lebih dibanding arus kas jika laba dipecah ke dalam beberapa komponen akrual, bahkan Kim dan Kross (2002) menegaskan kemampuan laba dalam memprediksi arus kas meningkat sepanjang waktu. Watson dan Wells (2005) dalam penelitiannya menyatakan bahwa untuk perusahaan yang berlaba, ukuran berbasis laba lebih baik dalam menangkap kinerja perusahaan dibandingkan arus kas, sedangkan untuk perusahaan yang merugi baik laba maupun arus kas tidak dapat menangkap kinerja perusahaan dengan baik. Dalam hal ini, Kim dan Kross (2002) juga membedakan antara perusahaan yang melaporkan laba positif dan laba negatif, dan hasilnya menyatakan bahwa hubungan antara laba dan arus kas masa depan tetap menguat sedangkan hubungan antara arus kas tahun berjalan dengan arus kas masa depan tidak meningkat maupun menurun. Syafriadi (2000) melakukan penelitian untuk menganalisa kemampuan laba dan arus kas dalam memprediksi laba dan arus kas masa mendatang. Pengujian statistik yang telah dilakukan menunjukkan bahwa
prediktor laba memiliki
pengaruh lebih besar terhadap laba masa mendatang dibandingkan prediktor arus kas. Namun dari hasil uji statistik ditemukan adanya autokorelasi yang positif. Selanjutnya pengujian prediktor laba dalam memprediksi arus kas masa mendatang, ternyata prediktor laba tidak signifikan dalam mempengaruhi arus kas masa mendatang. Kemudian laba tidak memiliki kemampuan prediksi inkremental atas arus kas.
Berdasarkan paparan tersebut, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan topik : “KEMAMPUAN
PREDIKTIF
MEMPREDIKSI
ARUS
KAS
LABA MASA
DAN
ARUS
DEPAN
KAS
(Pada
DALAM
Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia) “
1.2
Identifikasi Masalah Untuk proses pengambilan keputusan, para pemegang kepentingan
membutuhkan suatu informasi. Informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan memiliki empat karakteristik yaitu dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Pemegang kepentingan bisa memperoleh informasi tersebut dari laporan keuangan yang terdiri dari laporan laba/rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan posisi keuangan dan laporan arus kas. Berdasarkan uraian di atas, permasalahan dalam penelitian ini yaitu :
Apakah laba dan arus kas secara parsial dapat memprediksi arus kas masa depan saat perusahaan melaporkan laba positif dan laba negatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) ?
Apakah laba dan arus kas secara simultan dapat memprediksi arus kas masa depan saat perusahaan melaporkan laba positif dan laba negatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI ?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka maksud dari
penelitian ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa mengenai pengaruh laba dan arus kas terhadap arus kas masa depan saat perusahaan melaporkan laba positif dan laba negatif. Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris mengenai:
Pengaruh laba dan arus kas secara parsial dapat memprediksi arus kas masa depan saat perusahaan melaporkan laba positif dan laba negatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
Pengaruh laba dan arus kas secara simultan dapat memprediksi arus kas masa depan saat perusahaan melaporkan laba positif dan laba negatif pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.
1.4
Kegunaan Penelitian Dengan dilakukannya penelitian, penulis berharap agar hasil yang diperoleh
dapat berguna bagi : 1. Bagi Penulis Penelitian ini dapat menambah wawasan serta pemahaman penulis mengenai laba, arus kas dan arus kas masa depan sehingga dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas antara kesesuaian dan fakta dengan teori yang ada. 2. Bagi Lingkungan Akademis Bagi akademis penelitian ini dapat memberikan bukti empiris mengenai laba, arus kas dan arus kas masa depan sehingga dapat memberikan wawasan dan pengetahuan yang lebih mendalam serta sebagai dasar penelitian selanjutnya tentang indikator kinerja keuangan lainnya terhadap arus kas masa depan. 3. Bagi Peneliti Lain Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang memerlukan untuk meneliti lebih lanjut, sehingga dapat digunakan sebagai bahan referensi.
1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian Penulis melakukan penelitian pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI melalui media internet dengan situs www.idx.co.id dan menggunakan data laporan keuangan yang diperoleh dari Pusat Informasi Pasar Modal (PIPM) Bandung. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2013 sampai dengan selesai.