BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini peran manajer keuangan menjadi sangat penting dalam suatu perusahaan. Tugas dari manajer keuangan menyangkut kegiatan perencanaan, analisis dan mengendalikan kegiatan keuangan. Di samping itu tugas manajer keuangan adalah membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan, dan mencari dana untuk memaksimalkan kesejahteraan pemilik (shareholder) melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Keputusan-keputusan tersebut akan dicatat pada laporan keuangan. Efektif tidaknya keputusan yang diambil dapat dianalisis melalui keputusan rasio keuangan.
Teknik
analisis
tersebut
memungkinkan
untuk
dilakukannya
identifikasi, pengkajian dan perangkuman hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan. Tekhnik yang biasa digunakan dalam hal seperti ini adalah analisis rasio keuangan. Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan/berarti (Sofyan, 2006 : 297 ). Rasio keuangan menunjukkan kinerja keuangan yang sudah dicapai dari keputusan keuangan yang telah diambil oleh perusahaan, keputusan investasi adalah keputusan yang diambil dalam rangka mengalokasikan dana pada berbagai aktiva tetap untuk menghasilkan keuntungan. Aktiva sebagai wahana investasi dapat berupa aset riil (tanah, emas, mesin, bangunan) maupun aset finansial (deposito, saham, ataupun obligasi). Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari kegiatan investasi diantaranya adalah penyerapan tenaga kerja, peningkatan output yang dihasilkan, penghematan devisa ataupun penambahan devisa, dsb. Kegiatan investasi yang sehat adalah investasi yang secara ekonomis menguntungkan.
Untuk
dapat
memperoleh
investasi
yang
sehat
dan
menguntungkan dibutuhkan kondisi struktur modal yang sehat pula, sehingga memungkinkan perusahaan dapat memperoleh keuntungan yang maksimal. Struktur modal merupakan bauran dari jenis-jenis modalyang digunakan
oleh perusahaan. Perusahaan perlu menentukan struktur modal yang optimal agar dapat memaksimalkan keuntungan. Struktur modal menurut Van Horne (2002:253), bahwa struktur modal merupakan bauran atau proporsi dari pinjaman jangka panjang, saham preferen dan saham biasa. Kemudian menurut Gitman (2000:140), bahwa struktur modal diukur dengan tingkat Debt Equity Ratio (DER), yang diformulasikan oleh besarnya pinjaman jangka panjang dibagi dengan modal sendiri. Struktur modal yang optimal adalah struktur modal yang mensejahterakan para pemegang saham yang tercermin dalam pembayaran dividen. Besar kecilnya pembagian dividen tergantung oleh kebijakan yang ditetapkan perusahaan. Kebijakan dividen perusahaan merupakan kebijakan yang menentukan persentase laba yang akan ditahan untuk diinvestasikan dan laba yang akan dibayarkan sebagai dividen atau disebut sebagai dividend payout ratio (Brigham dan Ehrhardt, 2002:12). Melalui keputusan atau kebijakan investasi, keputusan pendanaan dan keputusan dividen pada dasarnya bertujuan untuk memaksimumkan nilai perusahaan. Dalam mencapai tujuan tersebut, banyak shareholder yang menyerahkan
pengelolaan
perusahaan
kepada
para
professional
yang
bertanggungjawab mengelola perusahaan, yang disebut manajer. Para manajer yang diangkat oleh shareholder diharapkan akan bertindak atas nama shareholder tersebut, yakni memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran shareholder akan dapat tercapai. Para manajer dalam menjalankan operasi perusahaan, seringkali tindakannya bukan memaksimumkan kemakmuran shareholder, melainkan justru tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan kepentingan antara external shareholder dengan manajerial. Konflik yang disebabkan oleh pemisahan antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan dalam teori keuangan disebut konflik keagenan atau agency conflict. Untuk mengurangi konflik keagenan perusahaan harus meningkatkan kepemilikan manajerial untuk mensejajarkan kedudukan manajer dengan pemegang saham sehingga bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan meningkatkan persentase kepemilikan, manajer
termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Pada kepemilikan yang menyebar, masalah keagenan terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Hal ini menyebabkan kekuasaan pemegang saham dan menyerahkan kepada manajer. Sebagai konsekuensinya, manajer menuntut kompensasi yang tinggi sehingga meningkatkan biaya keagenan. Pada kondisi ini, konflik keagenan diatasi dengan meningkatkan kepemilikan manajerial. Sebaliknya pada kepemilikan yang terkonsentrasi masalah keagenan disebabkan oleh hubungan antara pemegang saham dan kreditor. Masalah ini dijumpai pada perusahaan-perusahaan di Indonesia. Pada kepemilikan terpusat terdapat dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling mayority stockholder dan minority stockholder. Manajer diangkat dan diberhentikan oleh controlling mayority stockholder sehingga menunjukkan kinerja baik dihadapan pemegang saham. Kondisi ini memperkecil biaya keagenan ekuitas tetapi menimbulkan biaya keagenan baru yaitu biaya keagenan hutang (Suad Husnan, 2000 : 88). Salah satu sektor industri yang go publik di BEI adalah sektor pertambangan. Sektor pertambangan struktur kepemilikannya lebih banyak dimiliki oleh pemerintah sehingga sektor pertambangan ini sangat menarik untuk diamati tingkat DPR, DER, dan Investasinya karena sepanjang 2008-2009, menurut data Egenius Soda dalam majalah tambang penurunan BI Rate 25bps menjadi 7.5% dari posisi sebelumnya 7.75%. menjadi pemicu menguatnya indeks pekan lalu hingga 2,57%. Sektor pertambangan tercatat sebagai salah satu sektor yang mengalami penguatan terbesar (majalahtambang.com). Pada maret 2009 kegiatan investasi perusahaan tambang pelat merah PT Aneka Tambang Tbk (Antam) sedang mengincar perusahaan tambang batu bara. Antam berniat mengakuisisi sebuah perusahaan tambang batu bara. Untuk keperluan akuisisi tersebut, Antam sudah menyiapkan dana dari kas internal senilai 37 juta dollar AS. Angka itu setara Rp 444 miliar dengan kurs Rp 12.000 per dollar AS. Antam akan memiliki 20 persen saham perusahaan patungan itu. Adapun Indy dan Nava Bharata menguasai 80 persen. Targetnya, proyek ini mulai berjalan pada 2010 dan selesai pada 2013. Proyek PLTU Pomalaa membutuhkan investasi sekitar 300 juta dollar AS. Namun, nilai investasi itu belum final. "Itu
baru estimasi awal saja," tambah Bimo (kompas.com). Kemudian untuk PT Bumi Resources struktur modal yang digunakan masih menggunakan kewajiban jangka pendek sehingga investor baru yang membeli sahamnya akan menanggung beban. Kewajiban itu antara lain Repo sekitar 1,2 miliar dolar AS dan royalti 405 juta dolar AS. "Kalau jadi saham Bumi jadi dibeli, potensi inilah yang harus ditanggung APBN," lanjut Danang (kompas.com). Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai apakah keputusan investsi, struktur modal dan kebijakan dividend berpengaruh terhadap struktur kepemilikan dalam perspektif teori keagenan yang dituangkan dalam judul: “Pengaruh Keputusan Investasi, Struktur Modal dan Kebijakan Dividen Terhadap Struktur Kepemilikan Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008”.
1.2 Identifikasi Masalah Mengacu kepada hal-hal di atas yang melatarbelakangi penelitian ini, maka penulis mengidentifikasi permasalahan yang ada pada penelitian kali ini kepada hal-hal sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan keputusan investasi Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008? 2. Bagaimana
perkembangan
struktur
modal
Perusahaan
pada
Sektor
Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008? 3. Bagaimana perkembangan kebijakan dividen Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008? 4. Bagaimana struktur kepemilikan yang dilakukan oleh Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008? 5. Apakah terdapat hubungan yang signifikan antara keputusan investasi, kebijakan struktur modal, kebijakan dividen terhadap struktur kepemilikan yang diterapkan di Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008 baik secara simultan maupun parsial? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, penulis bermaksud untuk memperoleh data dan informasi yang diperlukan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi program studi Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Sesuai dengan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk menganalisis perkembangan keputusan investasi Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 20032008? 2. Untuk menganalisis perkembangan struktur modal Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008? 3. Untuk menganalisis perkembangan kebijakan dividen Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008? 4. Untuk menganalisis struktur kepemilikan yang dilakukan oleh Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008? 5. Untuk menganalisis pengaruh antara keputusan investasi, kebijakan struktur modal, kebijakan dividen terhadap struktur kepemilikan yang diterapkan di Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008 baik secara simultan maupun parsial?
1.4 Kegunaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis berharap agar hasil penelitian yang dilakukan dapat berguna bagi pihak-pihak sebagai berikut : 1. Emiten Penelitian ini diharapkan akan dapat bermanfaat bagi pihak perusahaan sebagai bahan masukan dan pertimbangan yang berarti dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
2. Penulis
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman di mana penulis dapat memperoleh gambaran nyata serta dapat menerapkan pengetahuan secara teoritis yang diperoleh di bangku kuliah. 3. Civitas akademik Diharapkan dapat mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya di bidang Manajemen Keuangan dan Manajemen Investasi serta menjadi bahan referensi bagi penelitian-penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan struktur kepemilikan.
1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Laporan keuangan merupakan suatu media yang dapat menggambarkan kondisi keuangan perusahaan. Namun dalam menginterprestasikan laporan keuangan dibutuhkan suatu tindak lanjut analisa agar laporan keuangan tersebut dapat menjadi informasi yang lebih tepat dan akurat. Dengan adanya analisis laporan keuangan, pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menjadikan laporan keuangan tersebut sebagai dasar pengambilan keputusan. Analisis laporan keuangan seringkali memasuki aktivitas untuk membuat berbagai macam transformasi atas laporan keuangan. Tekhnik analisis tersebut memungkinkan untuk dilakukannya identifikasi, pengkajian dan perangkuman hubungan-hubungan yang signifikan dari data keuangan perusahaan tekhnik yang biasa digunakan dalam hal seperti ini adalah analisis rasio keuangan. Menurut Sofyan ( 2006 : 297 ) yang dimaksud rasio keuangan : “ Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari hasil 1 pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan ( berarti )”. Selain itu keuangan pun memiliki ruang lingkup yang luas dan dinamis. Keuangan dapat berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan manusia dan organisasi. Untuk dapat memperoleh laba dalam melakukan suatu usaha diperlukan keuangan yang optimal untuk dapat berjalan dengan baik sehingga untuk dapat mengoptimalkan keuangan perusahaan maka diperlukan manajemen yang baik. Oleh karena itu, keuangan mempunyai hubungan yang erat terhadap ilmu manajerial.
Seiring dengan perkembangannya, manajemen keuangan tidak hanya mencatat, membuat laporan, mengendalikan posisi kas, membayar tagihan – tagihan, dan mencari dana. Akan tetapi, manajemen keuangan juga mengatur penginvestasian dana, mengatur kombinasi dana yang optimal, serta mengatur pendistribusian keuntungan (pembagian dividen). Menurut Bambang Riyanto (2004 : 4) menerangkan bahwa : “Manajemen keuangan adalah manajemen untuk fungsi – fungsi pembelanjaan.” Sedangkan dalam bukunya, Sutrisno (2003 : 3) menerangkan bahwa : “Manajemen keuangan atau sering disebut pembelanjaan dapat diartikan sebagai semua aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan usaha – usaha mendapatkan dana perusahaan dengan biaya yang murah serta usaha untuk menggunakan dan mengalokasikan dana tersebut secara efisien.” Mengalokasikan dana secara efisien merupakan tugas perusahaan di dalam menginvestasikan dananya pada aktiva yang dapat memberikan keuntungan yang maksimal. Menurut Tendi Haruman (2008:8) bahwa : ”Investasi adalah pertumbuhan total asset perusahaan dari tahun ke tahun yang menunjukan perkembangan investasi perusahaan”. Untuk melakukan investasi diperlukan pendanaan yang memadai. Sumber dana yang digunakan oleh perusahaan dapat berupa saham preferen, saham biasa dan hutang jangka panjang. Jenis modal yang yang digunakan ini menunjukan sumber modal yang digunakan oleh perusahaan. Struktur modal suatu perusahaan pada dasarnya dapat dibedakan menjadi dua bagian pokok yaitu modal dari para pemilik atau pengambil saham (modal sendiri) dan modal yang berasal dari para kreditur (modal asing). Menurut Van Horne (2002:253) : “Struktur modal, bahwa struktur modal merupakan bauran atau proporsi dari pinjaman jangka panjang, saham preferen dan saham biasa”.
Menurut Gitman (2000:140) “Struktur modal diukur dengan tingkat Debt Equity Ratio (DER), yang diformulasikan oleh besarnya pinjaman jangka panjang dibagi dengan modal sendiri”. Berdasarkan kedua pengertian di atas bila melihat dari laporan keuangan neraca perusahaan maka yang dimaksud dengan struktur permodalan di sini adalah yang terletak hanya pada bagian kredit yang tercermin pada perkiraan hutang jangka panjang dengan unsur modal sendiri, di mana kedua golongan tersebut merupakan dana permanen atau dana jangka panjang. Pemenuhan kebutuhan permodalan secara optimal diharapkan pada akhirnya akan menghasilkan suatu tingkat keuntungan, di mana dengan hasil yang dicapai tersebut (dalam bentuknya keuntungan) akan dapat menutupi semua biaya dan pengeluaran-pengeluaran yang dibutuhkan atas penggunaan modal tadi. Keuntungan dari investasi dan pendanaan yang optimal selanjutnya akan dialokasikan kepada para pemegang saham sebagai pembayaran dividen atau ditahan kembali sebagai reinvestasi. Pengertian kebijakan dividen menurut Bambang Riyanto (2001 ; 265) : “Kebijakan dividen adalah bersangkutan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada pemegang saham sebagai dividen atau digunakan didalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan di dalam perusahaan.” Artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya EAT yang dibagikan sebagai dividen. Di dalam hubungannya antara dividen dengan kepemilikan
manajerial
dijelaskan
melalui
hipotesis
aliran
kas
bebas
(Jensen:1986). Melalui hipotesis ini kebijakan dividen digunakan untuk mempengaruhi kepemilikan manajerial sehingga mengurangi biaya keagenan yang berkaitan dengan free cash flow. Penelitian ini membuktikan hubungan substitusi antara kebijakan dividen dan kepemilikan manajerial. Mekanisme pengurangan masalah keagenan ini dilakukan dengan cara : 1. Menggunakan free cash flow untuk membayar dividen kas sehingga menghindari alokasi pada tindakan yang tidak menguntungkan. (Jensen : 1986).
2. Meningkatkan dividen untuk memperkuat posisi perusahaan dalam mencari tambahan dana dari pasar modal. Perusahaan diawasi oleh tim pengawas pasar modal atau kreditur sehingga manajer termotivasi mempertahankan atau meningkatkan kinerja. (Crutchley dan Hansen : 1989). 3. Meningkatkan dividen untuk memuaskan sebagian stockholder yang menyukai dividen besar atau penganut the bird in the hand theory, (Brigham, Gapenski:1999). Peningkatan dividen menyebabkan perusahaan memiliki sumber internal dalam jumlah sedikit sehingga manajer memilih melakukan diversifikasi pada kesempatan investasi yang lebih menguntungkan. Peningkatan dividen diharapkan dapat mengurangi biaya keagenan. Hal ini disebabkan dimana dividen yang besar menyebabkan rasio laba ditahan akan kecil sehingga perusahaan membutuhkan tambahan dana dari sumber eksternal, seperti emisi saham baru. Penambahan dana menyebabkan kinerja manajer dimonitor oleh bursa dan penyedia dana baru. Pengawasan kinerja menyebabkan manajer bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham sehingga mengurangi biaya yang berkaitan dengan emisi saham baru (floating cost). (Crutchley dan Hansen : 1989). Penggunaan hutang diharapkan dapat mengurangi konflik keagenan. Penambahan hutang dalam struktur modal dapat mengurangi penggunaan saham sehingga mengurangi biaya keagenan ekuitas. Perusahaan memiliki kewajiban untuk mengembalikan pinjaman dan membayar beban bunga secara periodik. Kondisi ini menyebabkan manajer bekerja keras untuk meningkatkan laba sehingga dapat memenuhi kewajiban dari penggunaan hutang. Sebagai konsekuensi dari kebijakan ini, perusahaan menghadapi biaya keagenan hutang dan risiko kebangkrutan (Crutchley dan Hansen : 1989). Struktur kepemilikan terbagi menjadi tiga, yaitu kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan kepemilikan publik. Struktur kepemilikan manajerial merupakan proporsi saham biasa atau opsi saham yang dimiliki oleh direktur atau officer. Sedangkan peran struktur kepemilikan dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu pendekatan keagenan (agency approach) dan pendekatan asimetri atau ketidak seimbangan informasi (asymmetric information approach). Kepemilikan manajerial dapat dilihat dari konsentrasi kepemilikan atau prosentase saham yang dimiliki oleh komisaris, dewan direksi, dan manajemen.
Prosentase tersebut diperoleh dari jumlah saham yang dimiliki oleh manajerial. Semakin besar proporsi kepemilikan manajerial pada perusahaan, maka manajemen cenderung lebih giat untuk kepentingan pemegang saham dimana pemegang saham adalah dirinya sendirinya. Suatu perusahaan umumnya sangat tergantung pada hutang sebagai pembiayaan eksternal, baik dari investor individual maupun institusional (domestik atau asing). Masalahnya, para investor jarang berada pada posisi dimana mereka dapat mengamati secara langsung apakah investasi yang dipercayakan pada perusahaan digunakan secara optimal atau tidak. Patut diduga bahwa penerapan tata kelola perusahaan yang baik akan sulit tercapai jika komposisi struktur kepemilikan perusahaan tidak direncanakan dengan baik. Kemudian dalam menjalankan operasi perusahaan, seringkali tindakan para manajer bukan memaksimumkan kemakmuran shareholder, melaikan justru tergoda untuk meningkatkan kesejahteraannya sendiri. Kondisi ini akan mengakibatkan munculnya perbedaan kepentingan antara external shareholder dengan manajer. Konflik yang disebabkan oleh pemisahan antara kepemilikan dan fungsi pengelolaan dalam teori keuangan disebut konflik keagenan atau agency conflict. Menurut (Brigham, Gapenski:2003) ”Konflik keagenan yang terjadi dalam perusahaan pada hubungan antara : (1) pemegang saham dan manajer, (2) manajer dan kreditor, (3) manajer, pemegang saham dan kreditor” Menurut (Crutchley dan Hansen:1989 ; Jensen, Solberg dan Zorn:1992). ”Sedangkan biaya yang timbul atau dikeluarkan oleh perusahaan untuk
mengatasi
konflik
keagenan
disebut
biaya
keagenan.
Peningkatan kepemilikan manajerial dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan.” Penelitian Putu Anom (2003) memberikan bukti bahwa kesempatan investasi perusahaan memiliki hubungan negatif dan signifikan terhadap kepemilikan manajerial, hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah book to market ratio atau semakin tinggi kesempatan investasi akan meningkatkan keinginan manajer untuk meningkatkan kepemilikannya dalam perusahaan.
Menurut Friend dan Lang (1988), Crutchley dan Hansen (1989) dan Jensen, Solberg dan Zorn (1992) terdapat hubungan negative antara kepemilikan manajerial dengan kebijakan hutang. Sedangkan Putu Anom (2003) mengatakan bahwa kebijakan hutang dapat digunakan untuk memprediksi kepemilikan manajerial satu tahun kedepan. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis menyimpulkan kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Perusahaan Pertambangan
Laporan Keuangan
Keputusan Keuangan
Kebijakan Investasi
Struktur Modal
Kebijakan Dividen
Struktur Kepemilikan
Kepemilikan Manajerial
Keterangan :
Kepemilikan Institusional
= Diteliti = Tidak diteliti
Kepemilikan Publik
1.6. Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah asumsi atau dugaan mengenai sesuatu hal yang dibuat untuk menjelaskan hubungan hal tersebut. Dalam penelitian ini hipotesis yang akan diuji adalah ada atau tidaknya hubungan yang ditimbulkan oleh variabel independent (variabel X) terdapat variabel dependent (variabel Y) baik secara langsung maupun tidak langsung, serta untuk mengetahui kuat atau tidaknya hubungan antara kedua variabel tersebut. Maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dari penelitian ini adalah : a. Keputusan Investasi, Struktur Modal dan Kebijakan Dividen secara simultan berpengaruh terhadap Struktur Kepemilikan Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2008. b. Keputusan Investasi, Struktur Modal dan Kebijakan Dividen secara parsial berpengaruh terhadap Struktur Kepemilikan Perusahaan pada Sektor Pertambangan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2008.
1.7
Metodologi Penelitian Penulis
menganalisis
laporan
keuangan
perusahaan
pada
Sektor
Pertambangan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2003-2008 dengan terlebih dahulu melakukan pengumpulan data dan fenomena-fenomena yang terkait dengan penelitian melalui studi pustaka dan studi litelatur. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Menurut Mohammad Nazir (2003;54): ”Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu system pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Menurut Rasdihan Rasyad (2003;6): ”Metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimasi) dan pengujian hipotesis”. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi berganda,
analisis jalur dan analisis korelasi. Kemudian metode analisis statistik yang digunakan adalah metode analisis statistik secara bersamaan (Simultan) yaitu uji hipotesis yang dilakukan dengan cara uji statistik F yang bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh variabel X1, X2, X3 secara simultan terhadap variabel Y . Sedangkan analisis statisik secara sendiri (Parsial) yaitu uji hipotesis yang dilakukan dengan cara uji statistik t dari masing-masing variabel.
1.8
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini mengambil sampel pada perusahaan Sektor Pertambangan
yang telah Go Public di Bursa Efek Indonesia. Pengambilan sumber data diperoleh dari internet melalui situs www.idx.co.id, Indonesian Capital Market Directory (ICMD), dan pustakaloka Universitas Widyatama yang berlokasi di jalan Cikutra-Sekejati, Bandung. Adapun waktu penelitian dilakukan mulai bulan Agustus sampai November 2009.