BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Selama beberapa tahun terakhir setelah dilanda krisis moneter, Indonesia
perlahan-lahan mulai bangkit dari keterpurukan dan mulai menata lagi perekonomiannya. Hal tersebut dapat dilihat dari perkembangan pertumbuhan ekonomi selama lima tahun terakhir yang menunjukan kecenderungan untuk meningkat. Di saat pertumbuhan ekonomi global 2011 hanya mencapai 3,9 persen, Indonesia mampu mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 6,5 persen. Hal ini merupakan pertumbuhan yang tinggi di saat dunia dilanda krisis sejak 2008, sekaligus yang tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi ke-3 di Asia-Pasifik, setelah Cina dan India. Angka pertumbuhan 6,5 persen telah menempatkan Indonesia sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi yang tinggi dalam kelompok G-20, kelompok yang menguasai 85 persen ekonomi dunia (http://www.tempo.co/read/kolom/2012/07/23/620/) Dunia perbankan merupakan salah satu institusi yang sangat berperan dalam bidang perekonomian suatu negara, khususnya di bidang pembiayaan perekonomian. Berdasarkan UU No.10 tahun 1998 tentang perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dengan demikian, bank merupakan bagian dari lembaga keuangan yang memiliki fungsi intermediasi yaitu menghimpun dana dari masyarakat yang kelebihan dana dan menyalurkan dana yang dihimpunnya kepada masyarakat yang kekurangan dana. Melalui sebuah bank dapat dihimpun dana dari masyarakat dalam berbagai bentuk simpanan selanjutnya dari dana yang telah terhimpun tersebut, oleh bank disalurkan kembali dalam bentuk pemberian kredit kepada sektor bisnis atau pihak lain yang membutuhkan. Semakin berkembang kehidupan masyarakat dan transaksi-transaksi perekonomian suatu negara, maka akan membutuhkan pula
peningkatan peran sektor perbankan melalui pengembangan produk-produk jasanya. Krisis ekonomi yang terjadi 1997 telah mengakibatkan gangguan secara global di seluruh sektor perbankan. Dimana sebagian sektor riil mengalami pertumbuhan
yang
cenderung
negatif
bahkan
mendekati
kebangkrutan.
Masyarakat tidak lagi percaya untuk menanamkan modalnya pada sektor perbankan. Tidak terlepas pada sektor perbankan sebagai pemberian kredit, karena para nasabah juga mengalami kesulitan dalam mengembalikan kredit yang diterimanya. Hal ini memacu peningkatan jumlah kredit bermasalah atau non performing loan serta menurunnya tingkat kepercayaan masyarakat. Hal ini dapat mengganggu aktivitas utama bank sebagai penghimpun dana dan pemberian kredit bagi pihak yang membutuhkan. Jaringnews.com - Bank Indonesia mengakui pertumbuhan kredit perbankan dewasa ini cenderung melampaui tren jangka panjangnya, sehingga perlu dikembalikan ke tingkat yang lebih rendah. "Pertumbuhan kredit perbankan jangan terlalu cepat, karena kalau terlalu cepat bisa mengganggu stabilitas. Akan kita kembalikan (turunkan) sedikit," kata Deputi Gubernur Bank Indonesia, Halim Alamsyah menjawab pertanyaan Jaringnews.com ketika ditemui seusai sholat Jumat di kompleks perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, hari ini (24/8/2012). Menurut Halim Alamsyah, rata-rata pertumbuhan kredit perbankan saat ini adalah 25-26 persen. Ini, diakuinya cukup pesat. Apalagi Loan to Deposit Ratio (LDR) atau rasio pinjaman yang disalurkan dengan dana pihak ketiga perbankan secara nasional juga sudah cukup tinggi, mencapai 81 persen. "Rencana Bisnis Bank (RBB) di awal tahun kan 23 persen pertumbuhan kreditnya tapi mereka mengajukan revisi menjadi 25 persen. Jadi sampai akhir tahun bila mereka tetap pada RBB itu, pertumbuhan kredit akan berkisar di 25-26 persen," tutur dia. Itu sebabnya, BI akan berusaha mengembalikan pertumbuhan kredit perbankan ke tingkat yang sesuai dengan tren jangka panjang, yakni di 23 persen. Halim belum dapat memberikan jawaban apakah kebijakan pembatasan uang muka Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan Kepemilikan Kendaraan Bermotor (KKB) beberapa bulan lalu yang dimaksudkan untuk membatasi kredit, sudah berdampak atau
tidak. Menurut dia, evaluasi terhadap dampaknya baru dapat dilihat enam bulan ke depan. Kendati pertumbuhan kredit perbankan sudah cukup tinggi, Halim tidak melihat ada gejala pemanasan (overheating) ekonomi. Sebelumnya, ekonom Mirza Adityswara memperingatkan kemungkinan pemanasan ekonomi akibat pertumbuhan kredit perbankan yang terlalu cepat, menyebabkan sisi pasok tidak dapat mengimbangi permintaan. Akibatnya, impor membengkak yang memicu melebarnya
defisit
transaksi
berjalan.
(http://jaringnews.com/ekonomi/perbankan/21374/bi-pertumbuhan-kreditperbankan-terlalu-kencang-perlu-dikendalikan) Neraca.co.id – Bank Indonesia (BI) menganggap penyaluran kredit perbankan pada beberapa tahun terakhir ini lebih tinggi dari tren kredit jangka panjang yang sudah ditetapkan, yaitu rata-rata berada di level 25%. Hal ini dikhawatirkan akan mengganggu stabilitas perekonomian nasional. “Karena pertumbuhan penyaluran kredit yang terlalu tinggi saya khawatirkan dapat mengganggu stabilitas perekonomian nasional, karena itu BI ingin menarik perbankan ke wilayah yang tidak terlalu cepat kenaikannya,” kata Deputi Gubernur Bidang Pengawasan Perbankan BI, Halim Alamsyah, di Jakarta. Maka dari itu, lanjut Halim, BI berencana menarik tren kredit jangka panjang itu supaya tetap berada di kisaran 20%-24%, agar stabilitas perekonomian bisa tetap terjaga. “Sebenarnya kucuran kredit 25% ini sedikit di atas tren jangka panjang, maksudnya rata-rata bergerak selama berapa tahun terakhir. Jadi kami ingin mengembalikan ke trennya, mungkin bisa di antara kisaran 20%-24%,” ujarnya. Berdasarkan data, BI sendiri mencatat per Juni 2012, pertumbuhan kredit perbankan Indonesia dalam jangka waktu setahun mencapai 25,8%. Hal ini tentu saja melampaui tren tahunan yang sudah ditetapkan BI yang berada di kisaran 20-24%. Sedangkan selama tahun 2011 pertumbuhan kredit sebesar 24,5%, pada tahun 2010 sebesar 22,8%, dan di tahun 2009 hanya 10% sebagai akibat imbas krisis 2008. Halim menambahkan prediksi BI tentang realisasi penyaluran kredit perbankan yakni tidak akan terlalu jauh dari sasaran industri perbankan sendiri. Namun dengan berbagai paket kebijakan yang sudah dikeluarkannya, BI masih berharap realisasi penyaluran
kredit tersebut akan sedikit di bawah target penyaluran kredit yang tercatat dalam revisi RBB. Adapun salah satu kebijakan bank sentral untuk mengerem penyaluran kredit adalah melalui penetapan kebijkan rasio agunan minimal terhadap total nilai pendanaan dari perbankan konvensional atau yang dikenal dengan loan to value ratio (LTV). Aturan yang sama rencananya juga akan ditetapkan bagi bank syariah dalam tahun ini. “Penyaluran kredit bisa turun sedikit karena aturan rasio kredit terhadap agunan (LTV) untuk kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB). Selain itu, kenaikan harga di sejumlah barang dan jasa juga bisa mengurangi pertumbuhan kredit perbankan,” ungkapnya. Sementara itu, Direktur Eksekutif Riset Ekonomi dan Moneter BI, Perry Warjiyo, mengungkapkan penelitian BI yang menunjukkan adanya beberapa peningkatan kredit yang berada di atas pertumbuhan kredit optimal, yang besarannya rata-rata 23%. “Ada potensi overheating di kartu kredit, kredit otomotif, dan kredit properti. Apalagi impor kita meningkat, bisa bahaya,” tuturnya. Menurut Perry, potensi overheating itu diukur melalui pertumbuhan, kecepatan penyaluran kredit, dan rasio kredit macet (non-performing loan/NPL). Dari sisi NPL, bank sentral melihat apakah dalam 7 bulan ke depan nilainya tumbuh cukup cepat. (http://www.neraca.co.id/2012/08/26/kucuran-kredit-tinggiganggu-perekonomian/)
NPL merupakan salah satu indicator kesehatan kualitas asset bank. NPL yang digunakan adalah NPL neto yaitu NPL yang telah disesuaikan. Penilaian kualitas asset merupakan penilaian terhadap kondisi asset bank dan kecukupan manajemen risiko kredit. Menurut Peraturan bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, : “Semakin tinggi nilai NPL (diatas 5%) maka bank tersebut tidak sehat. NPL yang tinggi menyebabkan menurunnya laba yang akan diterima oleh bank”.
Dana - dana yang dihimpun dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga) merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank. Kegiatan bank setelah menghimpun dana dari masyarakat luas adalah menyalurkan kembali dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya, dalam bentuk pinjaman atau lebih dikenal dengan kredit. Pemberian kredit merupakan aktivitas bank yang paling utama dalam menghasilkan keuntungan. Non Performing Loan (NPL) merupakan rasio yang dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. Akibat tingginya NPL perbankan harus menyediakan pencadangan yang lebih besar, sehingga pada akhirnya modal bank ikut terkikis. Padahal besaran modal sangat mempengaruhi besarnya ekspansi kredit. Besarnya NPL menjadi salah satu penyebab sulitnya perbankan dalam menyalurkan kredit. Kesehatan atau kondisi keuangan dan nonkeuangan bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola (manajemen bank), masyarakat pengguna jasa bank, Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank dan pihak lainnya. Kondisi bank tersebut dapat digunakan oleh pihak tersebut untuk mengevaluasi kinerja bank dalam menerapkan prinsip kehati-hatian (prudential banking), kepatuhan terhadap ketentuan yang berlaku dan manajemen resiko (risk management). Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ; “Pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit terhadap Non Performing Loans (NPL) pada Bank Pemerintah yang Listing di BEI (Bursa Efek Indonesia) periode 2007-2011”
1.2
Identifikasi Masalah Keadaan pertumbuhan penyaluran kredit yang semakin meningkat dapat
menganggu stabilitas perekonomian perbankan. Overheating yang terjadi dapat mempengaruhi NPL. Tidak terlepas dari NPL yang merupakan rasio yang
dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meng-cover risiko kegagalan pengembalian kredit oleh debitur. NPL mencerminkan risiko kredit, semakin tinggi tingkat NPL maka semakin besar pula risiko kredit yang ditanggung oleh pihak bank. NPL dapat diukur dari jumlah kredit yang diberikan dan dana pihak ketiga pada setiap bank. Diluar dari DPK dan pertumbuhan penyaluran kredit, NPL dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar DPK dan pertumbuhan penyaluran kredit.
1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan
latar
belakang
yang
sudah
diuraikan,
maka
dapat
diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut ; 1. Bagaimana perkembangan Dana Pihak Ketiga, Pertumbuhan Penyaluran Kredit dan NPL pada bank pemerintah yang listing di BEI periode 2007-2011. 2. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap NPL dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit terhadap NPL pada bank pemerintah yang listing di BEI. 3. Bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit secara simultan terhadap NPL bank pemerintah yang listing di BEI periode 2007-2011.
1.4
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memenuhi dan melengkapi salah
satu syarat dalam menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen S1 pada Fakultas Bisnis dan Manajemen. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah ; 1.
Untuk mengetahui perkembangan Dana Pihak Ketiga, Pertumbuhan Penyaluran Kredit dan NPL pada bank pemerintah yang listing di BEI periode 2007-2011.
2.
Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga terhadap NPL dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit terhadap NPL pada bank pemerintah yang listing di BEI.
3. Untuk mengetahui pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit secara simultan terhadap NPL bank pemerintah yang listing di BEI periode 2007-2011.
1.5
Kegunaan Hasil Penelitian Tujuan dilakukannya penelitian ini antara lain :
1. Bagi Penulis Memperdalam ilmu pengetahuan mengenai perbankan, terutama mengenai bagaimana pengaruh Dana Pihak Ketiga dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit secara parsial terhadap NPL pada bank. 2. Bagi Pihak Bank Untuk memberikan masukan bagi dunia perbankan dalam pengambilan keputusan sehubungan dengan faktor Dana Pihak Ketiga dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit terhadap Non Performing Loan (NPL). 3. Bagi Peneliti selanjutnya dan Masyarakat Umum Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan dan menjadi referensi tambahan khususnya mengenai topik-topik seputar perbankan.
1.6
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.6.1
Kerangka Pemikiran Bank merupakan tempat di mana orang yang mempunyai kelebihan dana
untuk menyimpan uang dan tempat di mana orang-orang yang membutuhkan dan kekurangan dana untuk meminjam. Bank berasal dari bahasa Itali yakni “Banco” yang berarti “Bangku atau Kursi” hal ini karena pada masa itu orang-orang yang bekerja di bank selalu ada di belakang meja atau duduk di kursi. Sementara menurut Kasmir (2010:11) bank secara sederhana dapat diartikan sebagai : “Lembaga Keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya.”
Menurut UU RI No. 7 Thn. 1992 yang disempurnakan menjadi UU No. 10 Thn. 1998, yang dimaksud dengan bank adalah : “ Badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.”
Dari penelitian di atas dapat dijelaskan secara lebih luas lagi bahwa bank merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang keuangan, artinya aktivitas perbankan selalu berkaitan dalam bidang keuangan. Aktivitas perbankan yang utama yaitu menghimpun dana dari masyarakat luas (funding) dan menyalurkannya dalam bentuk kredit. Maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas. Pembelian dana dari masyarakat ini dilakukan oleh bank dengan cara memasang berbagai strategi agar masyarakat luas mau untuk menanaman dananya dalam bentuk simpanan seperti simpanan giro, simpanan tabungan dan simpanan deposito. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka diperlukan dasar yang kuat yaitu kepercayaan. Kepercayaan tersebut dapat diciptakan dengan adanya suatu pelayanan yang baik, terjaminnya dana nasabah pada bank dan adanya pengelolaan kredit sebagai usaha bank yang utama dengan prinsip kehatihatian (prudential banking). oleh karena itu pihak manajemen bank sangat dianjurkan untuk menjaga kepercayaan dengan cara terus meningkatkan kinerja bank yang ditunjukkan dengan tingkat likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas pada tingkat yang baik. Aktivitas perbankan yang kedua yaitu kredit (lending). Setelah memperoleh dana dalam bentuk simpanan dari masyarakat, maka oleh perbankan dana tersebut diputarkan kembali atau disebut dengan kredit. Dalam pemberian kredit juga dikenakan jasa pinjaman kepada penerima kredit (debitur) dalam bentuk bunga dan biaya administrasi. Sedangkan bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah dapat berdasarkan bagi hasil atau penyertaan modal.
Menurut Kasmir (2008:47) “Sumber-sumber dana bank adalah usaha bank dalam memperoleh dana dalam rangka membiayai kegiatan operasinya”, dapat dibedakan menjadi 3 sumber yaitu: 1. Dana yang bersumber dari bank itu sendiri Sumber dana ini berasal dari dalam bank, baik pemegang saham maupun sumber lain. Sumber dana dari bank itu sendiri terdiri dari: a. Setoran modal dari pemegang saham Yaitu merupakan modal
dari para pemegang saham lama atau
pemegang saham baru. b. Cadangan laba Yaitu merupakan laba yang setiap tahun dicadangkan oleh bank dan sementara waktubelum digunakan. c. Laba bank yang belum dibagi Merupakan laba tahun berjalan tapi belum dibagikan kepada para pemegang saham. 2. Dana yang bersumber dari lembaga lainnya Dana yang diperoleh dari sumber ini digunakan untuk membiayai atau membayar transaksi-transaksi tertentu. Sumber dana ini diperoleh dari pinjaman bank lain maupun lembaga keuangan lain kepada bank. 3. Dana yang berasal dari masyarakat luas Sumber dana ini sering disebut sumber dana pihak ketiga yaitu sumber dana yang berasal dari masyarakat sebagai nasabah dalam bentuk simpanan giro, tabungan dan deposito.
Definisi kredit, seperti dirumuskan dalam pasal 1 ayat 11 Undang-undang Republik Indonesia nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu : “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”
Terdapat beberapa prinsip yang mendasar dalam penyaluran kredit yang dianut oleh perusahaan perbankan. Menurut Kasmir (2008:91)
menyatakan
bahwa “Biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisa 5C dan 7P”. Penilaian dengan analisis 5C dan 7P adalah sebagai berikut : 1. Kepribadian (Character) Character yaitu menilai calon debitur dari sifat atau watak yang dapat dijadikan suatu ukuran tentang kemauan nasabah untuk membayar semua kewajiban yang harus dilakukannya kepada bank. 2. Kemampuan (Capacity) Capacity yaitu menilai pemohon kredit dari kemampuannya untuk membayar kredit. Dari penilaian ini terlihat kemampuan nasabah dalam mengelola bisnis dimasa mendatang. 3. Modal (Capital) Menganalisis dari sumber mana saja modal yang ada sekarang ini, termasuk persentase modal yang digunakan untuk membiayai proyek yang akan dijalankan, berapa modal sendiri dan berapa modal pinjaman. 4. Kondisi (Conditon) Merupakan keadaan perekonomian secara keseluruhan. Dalam hal ini kondisi ekonomi secara umum dan kondisi pada sektor usaha pemohon kredit perlu untuk diteliti sehingga bantuan kredit yang akan diberikan benar-benar bermanfaat bagi perkembangan usahanya. 5. Jaminan (Collateral) Merupakan jaminan yang diberikan oleh debitur baik bersifat fisik maupun nonfisik. Nilai jaminan ini sebaiknya melebihi jumlah kredit ini diperlukan agar kredit maupun dari barang jaminan yang dicairkan apabila permohonan kredit tidak mampu mengembalikan pinjaman kreditnya.
6. Personality Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-harimaupun kepribadiannya masa lalu. 7. Party Yaitu mengklasifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu, berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya. Sehingga nasabah dapat digolongkan ke dalam golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank. 8. Purpose Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. 9. Prospect Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apakah menguntungkan atau tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau sebaliknya. 10. Payment Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik. sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya. 11. Profitability Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Maksudnya apakah akan tetap sama, turun atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya. 12. Protection Tujuannnya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang, orang atau jaminan asuransi.
NPL menunjukkan kemampuan kolektibilitas sebuah bank dalam mengumpulkan kembali kredit yang dikeluarkan oleh bank sampai lunas. NPL merupakan persentase jumlah kredit bermasalah ( dengan kriteria kurang lancar, diragukan, dan macet ) terhadap total kredit yang dikeluarkan bank. NPL diharapkan mempunyai hubungan negatif dengan penawaran kredit. NPL merupakan salah satu bagian dari rasio perbaikan asset. Dimana : Nilai NPL < 5% adalah kinerja NPL baik Nilai NPL > 5% adalah kinerja NPL buruk
Semakin besar tingkat NPL ini menunjukkan bahwa bank tersebut tidak professional dalam pengelolaan kreditnya, sekaligus memberikan indikasi bahwa tingkat resiko atas pemberian kredit pada bank tersebut cukup tinggi searah dengan tingginya NPL yang dihadapi bank. Penilaian kolektibitas kredit digolongkan ke dalam 5 kelompok : - Lancar ( pass ) - Dalam Perhatian Khusus ( special mention ) - Kurang Lancar ( sub-standard ) - Diragukan ( doubtfull ) - Macet ( loss )
Penelitian yang dilakukan oleh Haryati pada tahun 2009 dalam jurnal Keuangan dan Perbankan Volume 13 Nomor 2, Mei 2009:299-310 dengan judul “Pertumbuhan Kredit Perbankan di Indonesia: Intermediasi dan Pengaruh Variabel Makro Ekonomi”. Penelitian tersebut menggunakan Pertumbuhan Ekses Likuiditas
(X1), Pertumbuhan Dana Pihak
Ketiga
(X2),
Pertumbuhan
Pinjaman/Simpanan Dana (X3), Pertumbuhan Ekuitas (X4), Pertumbuhan Suku Bunga SBI (X5), Tingkat Inflasi (X6), Nilai Tukar/ kurs valas (X7)
dan
Pertumbuhan Kredit sebagai variabel terikat (Y). Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa secara simultan Pertumbuhan Ekses Likuiditas, Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga ,Pertumbuhan Pinjaman/Simpanan Dana , Pertumbuhan Ekuitas, Pertumbuhan Suku Bunga, Tingkat Inflasi, dan Nilai Tukar/ kurs valas
mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Kredit.Sedangkan pengujian secara parsial menyatakan bahwa X2, X3, X4, dan X6 mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap variabel Y, dan X1, X5, dan X7 mempunyai pengaruh negative signifikan terhadap Pertumbuhan Kredit pada industri perbankan yang beroperasi di Indonesia. Penelitian lain dilakukan oleh Mukhlis pada tahun 2011 dalam jurnal Keuangan dan Perbankan Volume 15 Nomor 1, Januari 2011:130-138 dengan judul “Penyaluran Kredit yang Ditinjau Dari Jumlah Dana Pihak Ketiga dan Non Performing Loans”. Hasil penelitian tersebut antara lain : 1. Pengaruh variabel DPK terhadap penyaluran kredit menunjukan DPK baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang tidak signifikan. Hal ini terjadi karena dalam kenyataan dana DPK yang tersimpan di bank belum dialokasikan secara maksimal ke berbagai sektor kegiatan ekonomi yang membutuhkan kucuran dana bank. 2. Pengaruh NPL terhadap penyaluran kredit dapat dijelaskan baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Dalam jangka pendek variabel NPL berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit bank dengan koefisien regresi sebesar 0,20. Hal ini mengandung arti bahwa kenaikan dalam NPL akan memberikan dampak pada penurunan tingkat penyaluran kredit Bank BRI ke berbagai sektor kegiatan ekonomi
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Bank Pemerintah
Laporan Keuangan Dana Pihak Ketiga
Kredit Non Performing Loans Non Performing Loans
Keterangan :
= Diteliti = Tidak diteliti
1.6.2
Hipotesis Penelitian Berdasarkan Kerangka pemikiran yang telah diuraikan dan tujuan dari
penelitian, maka penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut : “Terdapat pengaruh yang signifikan antara Dana Pihak Ketiga dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit terhadap Non Performing Loans (NPL) pada Bank Pemerintah yang listing di BEI periode 2007-2011.”
1.7
Metode Penelitian Dalam melakukan penelitian penulis menggunakan metode asosiatif atau
hubungan. Menurut Firdaus (2012:19) metode asosiatif adalah ; “Penelitian asosiatif adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih.” Pada penelitian ini terdapat tiga variabel yang dihubungkan untuk mencari hubungan antara variabel-variabel tersebut. Di sini penulis akan mengungkapkan hubungan kausal atau sebab akibat antara DPK dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit bank. terhadap NPL.
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : a. Penelitian Lapangan Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder yang diperoleh dari website Bursa Efek Indonesia (www.idx.co.id) dan Statistika Perbankan Indonesia (http://www.bi.go.id) berupa informasi mengenai laporan keuangan publikasi bank umum. Data dalam penelitian ini berupa laporan publikasi dari beberapa bank umum yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian yang akan diolah
lebih lanjut sesuai dengan tujuan penelitian. Melalui
pengumpulan data ini, maka akan didapat informasi mengenai kondisi keuangan dan kinerja keuangan dari perusahaan sektor perbankan yang menjadi sampel penelitian.
b. Penelitian Kepustakaan Yaitu metode pengumpulan data dengan melakukan penelitian secara tidak langsung terhadap objek yang sedang diteliti dengan cara membaca, mencatat, dan mempelajari buku-buku atau literatur yang berhubungan dengan penulisan yang sedang dilakukan untuk mendapatkan data sekunder yang selanjutnya akan digunakan untuk membantu dalam referensi analisis skripsi ini.
1.8
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini,
maka penulis melakukan studi survey terhadap empat bank milik Pemerintah yaitu BRI, Mandiri, BNI dan BTN yang laporan keuangannya dipublikasikan di website www.idx.co.id
dan
http://www.bi.go.id.
Adapun
waktu
penelitian
dilaksanakan dari bulan Februari 2013 sampai dengan selesainya skripsi ini.
ini