BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Perkembangan teknologi yang pesat dan semakin berkembangnya Sumber
Daya Manusia mengakibatkan persaingan di bidang ekonomi yang semakin ketat, begitu juga dengan perkembangan profesi internal auditor yang semakin penting keberadaannya bagi suatu perusahaan, pengawasan internal sekarang ini perlu memiliki sikap yang profesional, bersahabat, dan berusaha selalu membantu pihak auditee atau pihak yang diaudit. Pengawasan internal yang berpandangan lama (tradisional), selama ini masih beranggapan bahwa peranannya semata
mata hanya
mencari berbagai temuan audit dan mengungkapkan hasil temuan tersebut kepada pihak manajemen yang tingkatannya lebih tinggi daripada auditee. Dikutip dari
[email protected] konsep kemitraan memiliki tujuan umum berupa meningkatkan percepatan, efektivitas dan efisiensi strategi kerja dan upaya pengembangan pada umumnya Faktanya pengawas internal yang memiliki pandangan baru, memandang dirinya sebagai seorang yang berperan membantu auditee dalam menentukan berbagai cara yang dapat ditempuh agar auditee dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik dan lebih berhasil, bukan hanya untuk menghasilkan berbagai temuan temuan dan mengungkapkannya. Karena sifat sensitif dari pekerjaannya, internal auditor pada umumnya menghindari publikasi dan jarang membicarakan hal
hal
yang berkaitan dengan tugasnya dengan pihak lain di luar sesama internal auditor. Internal auditor yang dididik dengan metode audit keuangan tradisional cenderung menerapkan gaya bermusuhan dalam melaksanakan pemeriksaan, sehingga sedikit manajer yang dapat menerima kehadiran internal auditor dengan senang hati. Masih
banyak sikap internal auditor yang mencari kesalahan dengan menyampaikan temuan temuan yang menyajikan hal hal yang tidak mengenakan bagi auditee. Menurut teori baru internal auditor sebaiknya bersikap sebagai mitra, namun wajib bersikap lugas dan tegas bila kesejahteraan organisasinya terancam. Untuk itu diperlukan berurusan dengan mereka. Dalam konsep tersebut arah internal auditor kini bukan lagi sebagai pengawas akan tetapi lebih sebagai konsultan yang memberlakukan auditee sebagai klien, sehingga mampu memberikan nilai tambah dalam operasionalisasi perusahaan. Ukuran keberhasilan internal auditor tidaklah ditentukan dari jumlah temuan temuan mereka, melainkan apabila ia dapat membantu mitranya dalam perusahaan, banyaknya permintaan yang datang dari mitranya agar diberi bantuan dan ia dapat mendampingi mitranya dalam menghadapi persoalan ketika melaksanakan tugasnya. (Hiro Tugiman, 1996:vii). Masalah penerapan konsep kemitraan ini perlu diterapkan dalam sebuah perusahaan karena dengan adanya konsep kemitraan ini akan menciptakan keadaan yang harmonis antara auditor internal dengan manajemen. Perusahaan
perusahaan, baik perusahaan milik swasta maupun milik
pemerintah, harus mengambil langkah
langkah untuk memperbaiki kinerja
perusahaannya. PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang usaha perkebunan. Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung senantiasa berupaya untuk tetap bertahan bahkan dapat berkembang terutama dalam bidang agrobisnis dan agroindustri untuk memuaskan stakeholders (antara lain pelanggan, pemilik saham, dan karyawan) serta peduli akan lingkungan. Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung ditetapkan dengan Surat Keputusan Direksi Nomor: SK/E.1/2816/VIII/1998 tanggal 1 Juli 1998 tentang Struktur Organisasi dan Uraian Tugas Jabatan. Struktur organisasi PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung terdiri atas Direktur Utama yang
membawahi empat bidang yaitu Direktur Produksi, Direktur Pemasaran, Direktur SDM/Umum dan Direktur Keuangan. Dimana masing membawahi inspektur dan bagian
masing direktur tersebut
bagian lain sesuai dengan fungsi dan
kedudukannya. Karena lingkup usaha yang begitu besar maka, Direktur PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung membutuhkan bantuan dari Satuan Pengawasan Internal (SPI), dimana tugas pokok dari Satuan Pengawasan Internal (SPI) adalah membantu manajemen agar dapat menyelesaikan tugasnya secara efektif dan efisien. Staf pemeriksaan internal merupakan faktor yang penting dan merupakan alat untik menilai efektivitas prosedur atau kebijakan perusahaan tersebut telah di taati. Di Indonesia organisasi dan pendidikan internal auditor baru muncul tahun 1980-an, dengan terbentuknya Forum Komunikasi Satuan Pengawasan Intern (FKSPI) BUMN/BUMS. Kemajuan dari bidang profesi internal auditor yang ingin dicapai tidak akan dapat diwujudkan tanpa dukungan dari pihak lain di luar internal auditor. Dalam melakukan pengawasan internal auditor berarti mencari mitra dan tidak akan berhasil dalam melakukan tugasnya tanpa adanya bantuan dari mitranya. Berdasarkan hal tersebut, tujuan internal auditor yang ingin dicapai pada waktu yang akan datang adalah meningkatkan jumlah orang yang ingin dengan sepenuh hati menyatakan bahwa mereka telah mendapat berbagai manfaat dalam interaksinya dengan internal audit. Apakah dengan adanya penerapan konsep kemitraan terhadap efektivitas pengawasan intern berpengaruh bagi perusahaan? Dalam konsep ini internal auditor bukan lagi sebagai pengawas akan tetapi sebagai konsultan yang memberlakukan auditee sebagai klien, sehingga mampu memberikan nilai tambah dalam perusahaan. Adanya fenomena tersebut di atas telah mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul:
PENGARUH PENERAPAN KONSEP KEMITRAAN TERHADAP EFEKTIVITAS PEMERIKSAAN INTERN
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, penulis mengidentifikasi masalah
pada penelitian ini yaitu: 1.
Bagaimana Penerapan Konsep Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung?
2.
Bagaimana Pelaksanaan Efektivitas Pemeriksaan Intern pada PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung?
3.
Apakah Pengaruh Penerapan Konsep Kemitraan Terhadap Efektivitas Pemeriksaan Intern Bersifat Signifikan?
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan identifikasi masalah di atas, penelitian ini memiliki tujuan
untuk mengetahui: 1. Penerapan Konsep Kemitraan di PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung. 2. Pelaksanaan Efektivitas Pemeriksaan Intern pada PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung. 3. Pengaruh Signifikansi Penerapan Konsep Kemitraan Terhadap Efektivitas Pemeriksaan Intern.
1.4
Kegunaan Penelitian Hasil penelitian yang telah penulis lakukan diharapkan dapat berguna bagi
semua pihak yang berkaitan dengan permasalahan ini, terutama:
1.
Bagi penulis sendiri, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan dalam bidang internal auditing khususnya mengenai konsep kemitraan dan pengaruhnya dengan efektivitas pemeriksaan intern.
2.
Bagi perusahaan pada umumnya dan sistem pengendalian internal pada khususnya, penelitian ini dapat memberikan masukan dan gagasan gagasan baru yang mungkin dapat dilaksanakan untuk meningkatkan fungsi pengawasan internal perusahaan.
3.
Bagi pihak lain, penelitian ini dapat memberikan tambahan pengetahuan dan dapat menjadi referensi untuk digunakan dalam penelitian yang sama pada objek dan lingkup penelitian yang berbeda, sehingga dapat menyempurnakan skripsi ini.
1.5
Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran Seiring dengan perkembangan profesi internal auditor yang disebabkan semakin tingginya pengakuan atas pentingnya keberadaan internal auditor bagi suatu perusahaan, pengawasan internal sekarang ini perlu memiliki sikap yang profesional, bersahabat, dan berusaha selalu membantu pihak auditee atau pihak yang diaudit. Pengawasan internal yang berpandangan lama (tradisional), selama ini masih beranggapan bahwa perananya semata
mata hanya mencari berbagai temuan audit
dan mengungkapkan hasil temuan tersebut kepada pihak manajemen yang tingkatannya lebih tinggi daripada auditee. Hiro Tugiman (1997 : 127) Pengawas internal yang memiliki pandangan baru, memandang dirinya sebagai seorang yang berperan membantu auditee dalam menentukan berbagai cara yang dapat ditempuh agar auditee dapat melakukan pekerjaan dengan lebih baik dan lebih berhasil, bukan hanya untuk menghasilkan berbagai temuan mengungkapkannya.
temuan dan
Kemitraan antara internal auditor dengan manajemen akan menimbulkan suasana yang harmonis antara keduanya. Saat ini pengawasan internal dipandang sebagai suatu konsep hubungan antar manusia yang mempersatukan pengawasan internal, manajemen, dan auditee dalam suatu hubungan yang baru, yang ditandai dengan adanya rasa saling menyukai antara pihak yang terlibat di dalamnya. Konsep kemitraan menjadikan komunikasi antara internal auditor dengan manajemen berjalan dengan baik. Informasi akan menjadi semakin lengkap apabila didukung oleh manajemen. Selain itu, adanya dukungan dari manajemen juga akan mempercepat pemeriksaan, sehingga informasi tepat waktu dan hasil auditnya up to date. Kemitraan dengan manajemen akan meningkatkan struktur pengawasan internal. Semakin tinggi status pengawasan internal, semakin sedikit kesulitan yang ia hadapi dalam melaksanakan tugasnya. Rasa ketergantungan pengawasan internal terhadap manajemen tidak boleh menyebabkan pengawas internal mengkompromikan kebenaran, kejujuran, integritas, atau kwalitas kerjanya. Dengan adanya konsep kemitraan ini, audit internal akan memiliki hubungan yang erat dengan manajemen. Auditee akan memikirkan hal terbaik bagi dirinya sehingga ia akan merasa wajib memberitahukan berbagai temuan audit yang diketahuinya dengan cara yang terbaik dan professional kepada auditor. Pengawasan internal auditor yang berpandangan baru, tidak memandang pemeriksaan internal sebagai suatu proses yang bersifat rahasia, yang diakhiri dengan diterbitkannya suatu laporan audit. Ia yakin bahwa berbagai hal penting bagi suatu pemeriksaan terjadi selama pemeriksaan tersebut berlangsung, bukan setelah laporan audit diterbitkan. Hasil nyata dari suatu pemeriksaan adalah terjadinya perubahan yang menurut manajemen bermanfaat bagi manajemen itu sendiri untuk meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.
Pemeriksaan intern merupakan kegiatan penilaian bebas, dipersiapkan organisasi sebagai suatu jasa terhadap organisasi. Kegiatan utamanya memeriksa dan menilai efektivitas dan kecukupan dari sistem pengendalian manajemen. Tanpa fungsi internal audit, dewan direksi atau pemimpin unit tidak memiliki sumber informasi internal yang bebas mengenai kinerja organisasi, megingat pengertian audit menurut Sawyer (2005 : 9), yang diadopsi oleh Dewan Direksi IIA pada bulan Juli 1999 adalah sebagai berikut: Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, kecukupan control, dan pengelolaan organisasi. Di samping tugas pokok untuk menilai dan memperbaiki kinerja organisasi, lebih lanjut layanan yang diharapkan dari internal auditor adalah membantu semua level manajemen dalam rangka pertanggungjawaban mereka. Definisi Audit Internal untuk menggambarkan lingkup audit internal modern yang luas dan tak terbatas menurut Sawyer (2005 : 10), adalah sebagai berikut : Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan oleh auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi oleh perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis; (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
Sedangkan ruang lingkup dari internal audit secara jelas dikemukakan oleh Hiro Tugiman (1996 : 14) sebagai berikut: Lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan keefektifan sistem pengendalian internal yang dimiliki oleh organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab. Selanjutnya, menurut Gill Courte Manche dalam The New Internal Auditing yang diedit oleh Hiro Tugiman (1997 : 17), bahwa ruang lingkup audit internal dirangkum dalam tiga kunci, yaitu: 1. Memastikan (menentukan, menmverifikasi), apakah sesuatu itu ada atau tidak. 2. Menilai (mengevaluasi, menaksir), pengendalian berdasarkan kriteria yang sesuai. 3. Merekomendasikan
(memberi
saran),
tindakan
kepada
manajemen Dengan teori
teori dasar dan konsep
konsep audit di atas menunjukkan
bahwa keberadan internal audit dalam suatu organisasi sangat dibutuhkan untuk membantu manajemen dalam rangka memperbaiki kinerja perusahaan, dimana internal audit dengan fungsi yang terintegrasi bekerja sama dengan manajemen dalam menjalankan fungsinya sebagai pengawas internal. Seiring dengan berkembangnya profesi internal auditor yang disebabkan semakin tingginya pengakuan atas pentingnya keberadaan internal auditor bagi suatu perusahaan, internal auditor sekarang perlu memiliki sikap professional, bersahabat, dan berusaha selalu membantu pihak auditee. Untuk itu diperlukan suatu konsep kemitraan dengan manajemen di dalam pelaksanaan tugas sebagai internal auditor agar tercipta hubungan yang harmonis antara manajemen dan auditor.
Konsep kemitraan merupakan salah satu konsep dalam internal auditing yang mendasari pola hubungan antar manusia (human relation) yang positif di dalam organisasi. Konsep ini pertama kali dikemukakan oleh Victor Z. Brink pada sekitar tahun 1950. Sementara Gill Courte Manche (1996 : 144), menyatakan bahwa arti konsep kemitraan adalah: Konsep kemitraan merupakan usaha untuk melepaskan diri dari filosofi audit internal yang tidak bersahabat. Internal auditor bukan merupakan orang luar yang harus ditakuti dan kurang dipercaya oleh orang orang dalam perusahaan karena walaupun fungsi auditor internal berbeda dengan fungsi fungsi manajemen lainnya tetapi ia masih tetap merupakan bagian dari manajemen dan menjadi pendukung bagi terlaksananya pemeriksaan (audit) yang dilakukan oleh auditor. Hal senada di ungkapkan oleh Sawyer (2002 : 2): A partnership is a relationship involving close corporation between parties who have specified and joint rights and responsibilities. A partnership is a delicate relationship. It is founded on mutual trust. It should combine complementary skill and assets that each partner brings to the undertaking. It calls for mutual respect and for agreement on what each partner demands of the other. Dengan adanya konsep kemitraan, maka akan terbentuk pula hubungan kerja yang baik antara auditor internal dengan manajemen sehingga meningkatkan kebebasan auditor internal dalam mengemukakan pendapatnya. Kemitraan dengan manajemen juga akan meningkatkan
status
auditor internal, sehingga akan
semakin sedikit kesulitan yang akan dihadapi oleh auditor internal dalam melaksanakan tugasnya. Keberhasilan internal auditor dalam melaksanakan audit tidak dapat lepas dari faktor independensi, kemampuan professional, lingkup pemeriksaan, dan pelaksanaan tugas internal audit itu sendiri. Hasil audit yang berupa analisis, penelitian, rekomendasi, dan informasi aktivitasnya yang direview akan menjadi lebih baik.
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Konsep Kemitraan
Manajemen (Auditee)
Pemeriksaan Intern Efektif
Ya
Bermanfaat
Internal auditor mampu bertindak protektif terhadap auditee dan mampu membantu manajemen untuk mencapai peningkatan yang diharapkan Senantiasa sadar untuk tetap terpisah dari tanggung jawab operasional Mampu bekerja sama dengan seluruh tingkatan manajemen secara persuasif Menghindari penggunaan kekuasaan terhadap auditee yang melampaui batas wewenangnya Lebih memfokuskan pada masalah pengendalian Senantiasa menghargai manajemen dalam membantu pelaksanaan tanggung jawabnya Keselarasan tujuan audit dengan kebutuhan pengungkapan dalam kerangka kesejahteraan sosial
Tidak
Tidak bermanfaat
Memperbaiki Tidak memperbaiki
Internal Auditor
Independensi pemeriksaan intern Perencanaan dan program pemeriksaan Pelaporan hasil pemeriksaan intern Tindak lanjut
1.5.2 Hipotesis Dengan melihat uraian kerangka pemikiran di atas dan penjelasannya. Penulis merumuskan hipotesis yang akan di buktikan melalui penelitian ini yaitu: Pengaruh
Penerapan
Konsep
Kemitraan
Terhadap
Efektivitas
Pemeriksaan Intern Bersifat Signifikan 1.6
Metode Penelitian Metode penelitian yang penulis gunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
metode studi kasus dengan pendekatan kuantitatif. Metode studi kasus digunakan karena penulis hanya melakukan penelitian di satu perusahaan saja, sedangkan penelitian kuantitatif menggunakan angka angka dan berhipotesis. Penulis dalam melakukan penelitian, melakukan tahap
tahap yang dimulai dari
metode penelitian yang digunakan, operasionalisasi variabel, rancangan pengujian hipotesis, analisis data dan teknik pengumpulan data dan sumber data. Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dalam penelitian ini yaitu: 1.
Wawancara, yaitu suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan komunikasi secara langsung dengan pejabat yang berwenang sehubungan dengan objek yang sedang diteliti pada PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) Bandung.
2.
Dokumentasi, yaitu dengan cara melihat dan mempelajari dokumen dokumen, buku
buku, dan catatan
catatan yang berkaitan dengan
objek yang sedang diteliti. 3.
Kuesioner, yaitu mengajukan beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan penelitian kepada PT Perkebunan Nusanatara VIII (Persero) Bandung.
1.7
Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengambil lokasi penelitian pada
PT Perkebunan Nusantara VIII (Persero) yang beralamat di Jl. Sindang Sirna No. 4 Bandung, sedangkan waktu penelitian dilakukan pada bulan Juli sampai selesai.