BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Pos Indonesia awalnya hanya melayani post, telegraph, dan telephone.
Kemudian perkembangan pun terjadi dan beralih fungsi menjadi perusahaan pos
dan giro. Seiring berjalan nya waktu yang sudah terpengaruh oleh teknologi, Pos
Indonesia pun tidak ingin ketinggalan dengan layanan yang hanya mengirimkan surat dan paket serta layanan giro dan wesel, tetapi ia menambahkan berbagai layanan
seperti
layanan
keuangan,
logistik,
serta
fund
distribution
(http://www.posindonesia.co.id/index.php/profil-perusahaan/sejarah-pos).Layanan keuangan ini disambut baik oleh masyarakat, seperti untuk membayar pajak, membayar listrik, air, asuransi, bahkan tv berbayar (tv kabel). Tidak kalah dengan Pos Indonesia, bank yang merupakan lembaga keuangan dimana kegiatan nya yaitu menghimpun dan menyalurkan dana sehingga banyak masyarakat di kota-kota besar di Indonesia yang sudah memiliki rekening di Bank untuk menggunakan layanan Bank. Bahkan, Yulihasri, Islam, and Daud (2011) menyatakan bahwa sekarang, internet bukan hanya menjadi media networking, tetapi juga sebagai perantara transaksi untuk konsumen di pasar global di dunia, dan menjadi ritel dominan di masa depan. Sehingga bank pun sudah menambahkan layanan e-banking untuk nasabahnya agar lebih mudah bertransaksi. E-banking adalah melakukan transaksi, pembayaran, dan transaksi lainnya melalui internet dengan website milik bank yang dilengkapi sistem keamanan. Sehingga nasabah dapat bertransaksi di mana saja melalui telepon genggam, komputer, laptop. Adapun fungsinya yaitu meningkatkan efisiensi, efektifitas, dan produktifitas sekaligus meningkatkan pendapatan melalui sistem penjualan
yang
jauh
lebih
efektif
(http://id.wikipedia.org/wiki/E-banking).
1
daripada
bank
konvensional
Agar PT.Pos Indonesia tetap survive di era globalisasi ini, maka organisasi
tersebut
harus
mengadakan
reposisi
pasar.
Menurut
(http://www.smakristencilacap.com/id/arti-pemasaran-dan-manajemen pemasaran/market-repositioning-reposisi-pasar/), reposisi pasar adalah strategi
pemasaran untuk menyesuaikan diri dengan situasi pasar agar bisnis tetap tumbuh, berkembang dan mampu tetap memperoleh keuntungan, atau bisa dikatakan sebagai upaya untuk menempatkan dan memantapkan kembali posisi pasarnya
pada benak konsumen. Reposisi pasar ini dilakukan jika perusahaan dalam kondisi akan bereaksi atas posisi baru pesaing, ingin menggapai pasar baru, dan
ingin
menangkap
trend
baru.
Bahkan,
(http://www.posindonesia.co.id/index.php/berita/34-insight-sharing-of-posindonesia-transformation) menegaskan bahwa: Perubahan di tubuh Pos Indonesia telah dilakukan sejak 2009 melalui program modernization and empowerment yang terbukti berhasil membalikkan kinerja Perseroan dari rugi menjadi laba. Tiga tahun, 2009-2010-2011, laba diperoleh secara berturut-turut sehingga negatif equity telah berubah menjadi positif kembali.
Untuk memuaskan konsumen nya dan juga untuk menggapai pasar baru dan ingin menangkap trend baru dengan kemajuan teknologi, maka PT.Pos Indonesia ikut menambahkan layanan kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana berdasarkan rekening bank nasabah tersebut yang disebut Bank Channeling (www.posindonesia.co.id). Hal ini merupakan suatu hal yang baru atau inovasi mengingat PT.Pos Indonesia bergerak dalam kegiatan surat menyurat, bidang logistik, dan bidang keuangan. Salah satu kegiatan penyaluran dana yaitu pemberian dana pensiun kepada pensiunan Indonesia dan layanan tambahan nya yaitu dapat memotong langsung kredit atau pinjaman pensiunan dari bank-bank yang sudah bekerjasama dengan Pos. I Ketut Mardjana (Direktur Umum PT.Pos Indonesia)
menegaskan
dalam
(http://www.inilahkoran.com/read/detail/1946756/dari-dana-pensiun-pendapatanpt-pos-rp125-m) bahwa “untuk mengambil dana pensiun tidak dipotong biaya apa-apa. Dan hingga kini sudah ada sekitar 685ribu pensiunan yang mengambil uang di kantorpos”.
2
Salah satu bank yang bekerjasama dengan Pos yaitu Bank BTN dengan
produknya E-Batarapos. Hasil dari terjalinnya kerjasama ini adalah pada tahun
2011 kinerja produk Tabungan E-Batarapos meningkat sebesar 35,80% (mencapai Rp.1,062 Trilyun) dibandingkan tahun 2009 dan 2010 yang hanya mencapai
Rp.518M
dan
Rp.782M
(http://www.posindonesia.co.id/index.php/berita/32-
grand-prize-tabungan-ebatarapos, 2012)
Gambar 1.1 Hasil Kinerja Produk Tabungan E-Batarapos (Sumber: Dimodifikasi dari (http://www.posindonesia.co.id/index.php/berita/32grand-prize-tabungan-ebatarapos, 2012) Untuk adopsi konsumen pada inovasi merupakan proses dimana orangorang berpindah dari tahap awareness, mencari informasi, evaluasi informasi tersebut, kegiatan mencoba, dan akhirnya adopsi atau trial atau menggunakannya (Solomon, 2004). Awareness (Kesadaran)
Evaluation (Evaluasi)
Information Search
Adoption (Penggunaan)
Trial (Uji Coba)
Gambar 1.2 Tahapan Adopsi Konsumen Sumber: Dimodifikasi dari Tahapan Adopsi Konsumen (Solomon, 2004) 3
1.2 Perumusan Masalah Dengan menambahkan layanan baru seperti jasa keuangan, maka pada
tahun 2006 kontribusi pendapatan yang diraih PT Pos dari penyelenggaraan jasa
keuangan
mencapai
sekitar
25%
dari
total
pendapatan
BUMN
itu
(http://www.bumn.go.id/18117/publikasi/berita/posindo-kembangkan-officechanneling-bank/, 2006).
Berdasarkan fenomena di atas, maka peneliti bermaksud mencoba untuk
meneliti mengapa para nasabah bank tersebut berminat kembali menggunakan
layanan transaksi perbankan melalui Kantor Pos, dengan membuat judul “Hubungan Faktor-Faktor Independen dan Minat Konsumen Menggunakan Kembali Layanan Bank Channelling di Kantor Pos”. Sehingga, peneliti dapat membuat perumusan masalah berdasarkan fenomena dan latar belakang di atas, seperti: 1. Apakah faktor perceived usefulness, compatibility, privacy, security, perceived service quality , store brand image memiliki pengaruh terhadap minat konsumen menggunakan kembali layanan kembali layanan bank channelling di kantor pos? 2. Apakah terdapat perbedaan minat antara pelanggan pos dan non-pelanggan pos untuk menggunakan kembali layanan bank channelling di kantor pos? 3. Apakah faktor perceived usefulness, compatibility, privacy, security, perceived service quality , store brand image memiliki hubungan dengan minat konsumen menggunakan kembali layanan kembali layanan bank channelling di kantor pos? 1. 3 Tujuan Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis: 1. Faktor perceived usefulness, compatibility, privacy, security, perceived service quality, dan store brand image memiliki pengaruh terhadap minat konsumen menggunakan kembali layanan bank channelling di kantor pos. 2. Terdapat perbedaan minat antara pelanggan pos dan non-pelanggan pos untuk menggunakan kembali layanan bank channeling di kantor pos.
4
3. Faktor perceived usefulness, compatibility, privacy, security, perceived service quality, dan store brand image memiliki hubungan dengan minat
konsumen menggunakan kembali layanan bank channelling di kantor pos.
Hal ini dilakukan karena mengetahui dari fenomena dimana layanan
transaksi perbankan sudah dapat digunakan melalui kantor pos. Sehingga, penelitian ini dirasa cukup menarik untuk dilakukan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang akan dihasilkan dari penelitian ini yaitu untuk
meningkatkan laba perusahaan dengan menekankan faktor-faktor yang terbukti berhubungan
dan
mempengaruhi
secara
signifikan
minat
konsumen
menggunakan kembali layanan bank channeling di kantor pos dan untuk mengetahui alasan pengambilan keputusan konsumen untuk menggunakan layanan bank channeling di PT.Pos Indonesia. Sedangkan manfaat yang dapat diambil untuk peneliti yaitu dengan mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dan mempengaruhi minat beli ulang konsumen, maka peneliti dapat menggunakan nya di kemudian hari ketika menghadapi kasus, seperti cara untuk meningkatkan laba perusahaan dengan menganalisis faktor yang mempengaruhi minat beli konsumen.
5