BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Proses globalisasi saat ini mengakibatkan pertumbuhan ekonomi di
dunia sangat pesat di segala bidang terutama di bidang ekonomi, yang mengakibatkan persaingan ketat di segala bidang industri, sehingga menimbulkan permasalahan yang semakin kompleks dan dinamis. Oleh karena
itu,
setiap
perusahaan
berusaha
untuk
menjaga
bahkan
meningkatkan performa kinerja perusahaan mereka masing-masing. Perusahaan dituntut untuk melakukan kebijakan-kebijakan yang inovatif dan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, dengan demikian perusahaan diharapkan mampu bersaing dengan perusahaan pesaingnya serta mampu bertahan dan memenangkan persaingan dengan menggunakan sumber daya yang dimilikinya. Untuk
meningkatkan
nilai
suatu
perusahaan
yang
dapat
meningkatkan kemakmuran pemilik atau pemegang saham melalui kebijakan keuangan. Kebijakan deviden suatu perusahaan yang dibuat oleh manajer keuangan akan menentukan bagaimana performa perusahaan tersebut dalam memaksimalkan kesejahteraan para pemegang saham. Setiap kegiatan atau kebijakan yang akan diambil atau dilaksanakan dituntut dapat meningkatkan efisiensi serta efektivitas perusahaan. Sehingga manajemen perusahaan harus melakukan evaluasi mengenai aktivitas dan kegiatan yang dilakukan dan terus melakukan perbaikan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Pengelolaan Perusahaan lazimnya bertujuan untuk memakmurkan pemiliknya. Semakin tinggi harga saham berarti semakin memakmurkan pemilik saham. Harga pasar saham menunjukkan nilai perusahaan. Dengan demikian bila harga saham meningkat maka berarti nilai perusahaan meningkat. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pemilik modal (sebagai principal) bisa mempercayakan kepada para profesional (manajerial) atau insiders atau sering disebut agen. Para professional itu atau manajer akan bertanggung jawab pertama terhadap keputusan alokasi dana baik yang dana yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan untuk investasi, kedua adalah menyangkut keputusan pembelanjaan. Keputusan ini akan terkait dengan optimasi pembelanjaan, Ketiga adalah menyangkut keputusan dividen. Pemberian amanat kepada insiders dapat dipandang sebagai pemisahan fungsi decition making dan risk beating (Jansen & Meckling, 1976).
Pemodal
selaku
penyedia
dana
berkepentingan
untuk
mengamankan dananya yang diinvestasikan, sedangkan pihak insiders berhak atas gaji dan kompensasi lainnya karena menjalankan amanat termasuk mengambil keputusan-keputusan bisnis yang diharapkan terbaik bagi pemilik modal. Namun demikian pihak insiders sering bekerja bukan untuk memaksimumkan nilai perusahaan, tapi justru mengurusi atau berkutat pada peningkatan kesejahteraan insider sendiri . Hal ini tidak disukai oleh pemilik perusahaan karena biaya-biaya itu akan dibebankan perusahaan yang pada gilirannya akan menurunkan dividen, pemilik perusahaan lebih suka dibiayai oleh hutang, namun para manajer umumnya tidak suka karena hutang mengandung risiko yang tinggi. Oleh karena itu melihat keberadaan insider ownership yang dikaitkan dengan nilai perusahaan menjadi relevan. Selain itu alasan dilakukannya penelitian ini adalah karena terdapat perbedaan antara hasil-hasil penelitian sebelumnya tentang kebijakan dividen terhadap kepemilikan
orang dalam (insider ownership). Dalam penelitian ini ditekankan pada pengaruh kepemilikan orang dalam (insider ownership) dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan yaitu harga saham, yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Mengacu pada penelitian sebelumnya oleh Achmad Friady Dhailami (2006:4). Menurut Suhartono (2004; 05) menyatakan bahwa perusahaan yang tingkat kepemilikan saham yang dimiliki oleh manajemennya cenderung membagikan devidennya rendah, juga di dukung oleh hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Wahidahwati (2002; 613) yang menyatakan bahwa insider ownership atau tepatnya manajerial ownership mempunyai arah positif yang signifikan terhadap kebijakan pembagian deviden. Akan tetapi menurut hasil penelitian dari Agus Sartono (2001; 116) kepemilikan orang dalam ( insider ownership) memiliki hubungan yang signifikan dan saling berpengaruh terhadap kebijakan pembagian deviden. Menurut Atika Jauhari Hatta (2002; 14) faktor tingkat kepemilikan orang dalam (insider ownership) yang tinggi bukanlah faktor terbesar yang secara signifikan mempengaruhi kebijakan deviden melainkan adalah fokus perusahaan. Hal tersebut juga merupakan kebalikan dari tingkat kepemilikan saham minoritas yang cenderung mempengaruhi kebijakan deviden terhadap tingkat insider ownership yang tinggi. Menurut Ross (1987), Bhattacharya (1980) dan Miller&Rock (1985), dalam kondisi yang tidak seimbang (asymmetric information) para manajer dapat menggunakan strategi dalam kebijakan deviden. Kebijakan deviden yang diputuskan seorang manajer ini menyangkut keputusan mengenai berapa besar dan dalam bentuk apa deviden yang akan dibagikan oleh perusahaan kepada pemengang saham. Kebijakan deviden ini juga menentukan tentang keputusan, apakah laba seluruhnya dibagikan
oleh perusahaan kepada para pemegang saham. Kebijakan deviden ini juga menentukan tentang keputusan, apakah laba seluruhnya dibagikan kepada pemegang saham atau ditahan dalam laba ditahan untuk pembelanjaan investasi dimasa yang akan datang atau disebut reinvestasi. Kebijakan Dividen juga bisa dikaitkan dengan nilai perusahaan. Memang masih terdapat tiga teori yaitu MM berpendapat bahwa kebijakan dividen tidak relevan yang berarti tidak ada kebijakan dividen yang optimal karena dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Kelompok kedua adalah pendapat Gordon-Lintner yaitu dividen lebih kecil risikonya daripada capital gain, sehingga dividen setelah pajak dan menawarkan dividen yield yang lebih tinggi akan meminimumkan biaya modal. Kelompok ketiga adalah bahwa karena dividen cenderung dikenakan pajak daripada capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang lebih tinggi untuk saham dengan dividen yield yang tinggi. Kelompok ini menyarankan bahwa dengan DPR yang lebih rendah akan memaksimumkan nilai perusahaan. Ketiga pendapat tersebut memberikan justifikasi bahwa kebijakan dividen memang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Oleh karena itu manajer keuangan harus dapat menetapkan secara seksama kebijakan deviden yang akan diterapkan oleh perusahaan agar dapat memaksimumkan nilai perusahaan. Kebijakan deviden itu sangat penting bagi perusahaan, karena kebijakan deviden tersebut dapat menentukan berapa banyak keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham dan berapa banyak pula keuntungan yang akan diperoleh sebagai laba ditahan. Menurut Ross, Westerfield, Jaffe menyatakan bahwa:
“the dividend decision is important because it determines the payout received by shareholders and the funds retained by the
firm for investment. Dividend policy is usually reflected by the current dividend to earning ratio. This is referred to as the payout ration. Unfortunately the optimal payout ratio cannot be determined quantitatively rather one can only indivate qualitatively what factor lead to low or high dividend policies.”
Mengingat begitu pentingnya kebijakan deviden yang harus diputuskan perusahaan
melalui pemberian deviden kepada pemegang
saham karena pembagian deviden tersebut akan menambah minat para investor terhadap pembelian saham perusahaan. Dengan mengetahui bagaimana variabel insider ownership dan kebijakan deviden tehadap nilai perusahaan, dapat membantu perusahaan dalam menentukan bagaimana seharusnya meningkatkan nilai perusahaan sehingga tujuan perusahaan untuk memaksimumkan kemakmuran pemegang saham dapat tercapai melalui peningkatan harga pasar saham. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh variabel insider ownership dan kebijakan deviden yang mempengaruhi nilai perusahaan di sektor industri food & beverages di PT. Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian tersebut dituangkan dalam sebuah skripsi yang berjudul: “
PENGARUH
INSIDER
OWNERSHIP
DAN
KEBIJAKAN
DEVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA INDUSTRI FOOD & BEVERAGES DI PT. BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2003 – 2008”
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis mendapati
beberapa pokok masalah, antara lain: 1. Bagaimana pengaruh insider ownership terhadap nilai perusahaan pada industri food & beverages periode 2003 – 2008?
2. Bagaimana pengaruh kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan pada industry food & beverages periode 2003 – 2008?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui, mendapatkan,
dan mengumpulkan data serta informasi yang berhubungan dengan masalah yang sedang diteliti pada industri food & beverages periode 20032008 yang akan digunakan sebagai syarat bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian tingkat sarjana pada Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Untuk menganalisis hubungan insider ownership terhadap nilai perusahaan pada industri food & beverages periode 2003 -2008. 2. Untuk menganalisis hubungan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan pada industri food & beverages periode 2003-2008.
1.4
Kegunaan Hasil Penelitian Manfaat atau kegunaan hasil penelitian yang dituangkan ke dalam
skripsi ini, antara lain : 1. Bagi Perusahaan Sebagai bahan masukan dan evaluasi dalam menetapkan dividen sehingga kebijakan dividen yang di lakukan menjadi lebih optimal agar dapat menaikan nilai perusahaan, serta pengaruh insider ownership terhadap nilai perusahaan. 2. Bagi Penulis Dapat memperluas wawasan penulis mengenai pengaruh insider ownership dan kebijakan deviden terhadap nilai perusahaan, dan untuk mengetahui sejauh mana teori yang penulis dapat pada bangku kuliah dapat dipraktekan.
3. Bagi pihak lain Sebagai bahan referensi, informasi, dan wawasan teoritis didalam pengkajian topik-topik yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan.
1.5
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Insider ownership merupakan sebuah variabel determinan yang
penting dalam kebijakan deviden suatu perusahaan (Taswan;2003). Perusahaan dengan insider ownership yang jumlahnya lebih besar mempunyai kinerja investasi yang lebih baik dari pada perusahaan yang insider ownership kecil. Insider ownership yang besar merupakan sinyal yang baik bagi pemegang saham. Perusahaan yang mempunyai kinerja investasi yang baik cenderung menahan pendapatan perusahaan sebagai laba yang ditahan daripada membagikannya kepada pemilik saham dalam bentuk deviden. Dalam teori keagenan dijelaskan bahwa kepentingan pemegang saham mungkin bertentangan. Hal tersebut disebabkan manajer mengutamakan kepentingan pribadi, sebaliknya pemegang saham tidak menyukai kepentingan pribadi manajer tersebut, karena pengeluaran tersebut akan menambah cost tersebut dibiayai oleh hutang, tetapi manajer tidak menyukai dengan alasan bahwa hutang mengandung risiko yang tinggi. Beberapa
penelitian
terdahulu
menemukan
bahwa
insider
ownership berpengaruh signifikan terhadap kebijakan deviden. Dividen merupakan faktor yang berpengaruh terhadap harga saham perusahaan harus melakukan kebijakan yang hati-hati dalam pembagian keuntungan perusahaan dividend dan investasi. Menurut Timothy and Andrew:
“Dividend are cash payment that corporations make to their common stock holders. Dividend provide the return common stock holders receive from the firm for the equity capital they have
supplied. Even companies that, do not currently pay dividend reinvest in the earning they generate. In this way they increase the ability of the firm to pay dividends in the future,” (1997:392) Presentase dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen di sebut sebagai Dividend Payout Ratio (DPR). Dengan semakin tingginya Dividend Payout Ratio semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan dan semakin besar dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan begitu, minat investor terhadap saham perusahaan akan tinggi dan akan menaikan harga saham (Siti Komariah;2003). Jadi, Dividend Payout Ratio (DPR) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham. Dividend Payout Ratio dapat dihitung dengan rumus:
Dimana: DPR = presentasi dari laba yang akan dibagikan sebagai dividen DPS = besarnya deviden per lembar sahamnya EPS = keuntungan dari per lembar sahamnya
1.5.1
Hubungan Kebijakan Dividen Dengan Ownership Pembayaran dividen
akan menjadi alat monitoring sekaligus
bonding bagi manajemen (Copeland dan Weston, 1992). Pembagian dividen akan membuat pemegang saham mempunyai tambahan return selain dari capital gain. Masalah dalam kebijakan dan pembayaran dividen mempunyai dampak yang sangat penting baik bagi para investor maupun bagi perusahaan yang akan membayarkan dividen (Siti Komariah, 2003). Chen dan Steiner (1999) memperoleh hasil penelitian bahwa managerial ownership mempunyai hubungan negative dengan dividen.
Hasil ini mengindikasikan bahwa dividen sebagai monitoring agent yang dapat mereduksi agency cost. Schooley and Barney
(1994) dalam
penelitiannya melakukan studi untuk mempelajari hubungan antara dividend an kepemilikan manajerial sebagai salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk mengurangi biaya keagenan. Hasil penelitian mereka menemukan bahwa hubungan antara dividend an kepemilikan manajerial tidak monoton (non monotonic). Penelitian yang dilakukan oleh Filbeck dan Mullineaux (1999) untuk kasus perusahaan-perusahaan perbankan, juga memberikan bukti adanya permasalahan keagenan dan pembayaran dividen. Selain itu Rozeff (1982) mengemukakan bahwa pada level kepemilikan manajerial yang lebih tinggi menyebabkan level pembayaran dividen yang lebih rendah.
1.5.2
Hubungan Kebijakan Dividen dengan Harga Saham Harga saham suatu perusahaan dapat mencerminkan nilai
perusahaan di mata investor. Semakin tinggi harga saham merupakan kemakmuran para pemegang saham. Keuntungan yang akan diperoleh pemegang saham ini akan menentukan kesejahteraan para pemegang saham yang merupakan tujuan utama perusahaan. Semakin besar dividen yang dibagikan kepada pemegang saham, maka perusahaan akan dianggap semakin baik. Perusahaan
yang
memiliki
kinerja
yang
baik
dianggap
menguntungkan dan tentunya penilaian terhadap perusahaan akan semakin baik melalui peningkatan harga saham. Menurut Rozeff (1982) menyatakan bahwa dividen nampaknya memiliki atau mengandung informasi (informational content of dividend) atau sebagai isyarat prospek perusahaan. Deviden merupakan faktor yang berpengaruh terhadap harga saham perusahaan, menurut Thimoty and Andrew:
“Dividend are cash payment that corporations make to their common stock holders. Dividend provide the return common stock holders receive from the firm for the equity capital they have supplied. Even companies that, do not currently pay dividend reinvest in the firm the earning they generate. In this way they increase the ability of the firm to pay dividends in the future.” (1998: 392) Dengan semakin tingginya Dividend Payout Ratio (DPR) yaitu presentase laba yang akan dibagikan sebagai deviden akan semakin kecil dana yang tersedia untuk ditanamkan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan dan semakin besar dividen yang dibagikan kepada para pemegang saham. Dengan begitu, minat investor terhadap saham perusahaan akan tinggi dan akan menaikan harga saham. Jadi, Dividend Payout Ratio (DPR) memiliki pengaruh positif terhadap harga saham. Menurut Sri Hasnawati (2005) mengatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan (harga saham). Artinya semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham akan semakin tinggi nilai perusahaan. Menurut Mulkish (1995) bahwa kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan (harga saham). Berdasarkan Uraian diatas, maka penulis menyimpulkan kerangka pemikiran dari penelitian ini, sebagai berikut:
Bagan Kerangka Pemikiran Gambar 1.1
Kepemilikan (Ownership)
Keputusan Keuangan
Insider Ownership
Keputusan Investasi (INV)
Outsider Ownership
Keputusan Pendanaan (DER)
Nilai Perusahaan
Harga Saham (Close Price)
Keterangan: = Diteliti 1.6 Metologi Penelitian = Tidak Diteliti
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif dan metode verifikatif menurut Husein Umar (2002:55) adalah: “ Metode deskriptif merupakan suatu metode yang digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta atau kejadian yang ada dan kemudian diolah menjadi data dan selanjutnya diadakan suatu analisis yang pada akhirnya akan menghasilkan hipotesa.” Sedangkan metode Verifikatif adalah: “ Metode verifikatif merupakan metode yang digunakan untuk menguji kebenaran dari suatu hipotesa. Dengan metode ini peneliti dapat mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependennya.” Selain itu metode yang digunakan untuk pengumpulan data adalah sebagai berikut: a. Studi Pustaka (library research) Merupakan suatu penelitian dengan cara mempelajari literaturliteratur, buku-buku dan sumber lainnya. Seperti majalah, jurnal, internet dan Koran- koran yang berhubungan dengan penelitian. b. Penelitian Lapangan (Field Research)
Penelitian lapangan merupakan suatu penelitian untuk memperoleh data dari perusahaan dengan cara observasi yaitu mengunjungi secara langsung perusahaan melalui objek yang diteliti melalui : Dari situs BEI : www.idx.co.id Dan metode analisis menggunakan pooled data (pooling of cross sectional and time series observasitions) atau disebut juga panel data.
1.7
Waktu dan Lokasi Penelitian Data penunjang untuk penelitian ini diperoleh di Kampus
Universitas Widyatama, jalan Cikutra No. 204A Bandung 40125, dan di Pojok Bursa Efek Indonesia- Capital Market Center Universitas Sangga Buana YPKP dijalan P.H Hasan Mustofa 68 Bandung. Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari sampai dengan bulan Mei tahun 2010.