BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penelitian Kegiatan Investasi merupakan aktivitas yang dilakukan individu maupun
perusahaan dengan menanamkan dana pada saat ini dengan harapan mendapatkan keuntungan di masa yang akan datang. Dalam melaksanakan kegiatan investasi, investor dihadapkan pada dua hal yaitu tingkat pengembalian (return) dan juga risiko (risk) yang mungkin timbul dengan adanya ketidakpastian (uncertainty). Menurut Brigham & Houston (2006:214) dengan investasi, seorang individu atau perusahaan akan membelanjakan uangnya hari ini dengan berharap akan mendapatkan keuntungan yang lebih besar di masa mendatang. Pasar modal merupakan sarana yang paling efektif untuk para investor dalam menanamkan modal nya agar dapat memeroleh keuntungan. Pasar modal ditemukan hampir di berbagai negara. Hal ini disebabkan oleh daya tarik pasar modal itu sendiri yang mana pemodal memunyai berbagai pilihan investasi yang bisa disesuaikan dengan preferensi risiko yang sanggup ditanggung masingmasing investor. Pasar modal sebagai lembaga penghimpun dana jangka panjang, sering dijadikan alternatif pendanaan bagi perusahaan. Perusahaan yang dapat memerjual-belikan sahamnya adalah perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Salah satu indeks terbaik dalam Bursa Efek Indonesia adalah Indeks LQ45. Indeks LQ45 hanya terdiri dari 45 saham yang telah terpilih melalui berbagai kriteria pemilihan, sehingga akan terdiri dari saham-saham dengan likuiditas dan kapitalisasi pasar yang tinggi. Saham-saham pada indeks LQ45 harus memenuhi kriteria dan melewati seleksi utama yang sangat ketat. Indeks LQ45 akan diperbaharui dua kali setiap satu tahun, yaitu pada bulan februari dan agustus. Perusahaan yang tingkat likuiditas dan kapitalisasi pasarnya menurun atau ada perusahaan lain yang meningkat lebih baik akan menggantikan perusahaannya. Oleh karena itu Indeks LQ45 menjadi salah satu Indeks terbaik dalam Bursa Efek Indonesia.
1
2
Namun dengan baiknya kinerja perusahaan-perusahaan di Indeks LQ45 membuat harga saham perusahaan tersebut menjadi terlampau tinggi untuk para investor dan mengurangi aktifitas saham untuk diperdagangkan. Oleh karena itu untuk mengurangi harga saham dan menarik minat pelaku pasar terutama investor-investor kecil perusahaan menggunakan stock split sebagai aksi korporasi (corporate action) untuk menarik kembali harga kedalam rentang yang optimal. Menurut Susiyanto (2004) dalam Hamzah (2006:24-25): “Pemecahan saham (stock split) merupakan aksi emiten yang dilakukan dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih kecil sesuai dengan rasio stock split yang ditentukan. Sedangkan penggabungan saham (reverse stock split) merupakan aksi emiten yang berkebalikan dengan stock split, yaitu dengan cara menggabungkan nilai nominal saham menjadi nominal yang lebih besar sesuai dengan rasio reverse stock split yang telah ditentukan”. Perusahaan yang telah go public berusaha untuk terus meningkatkan harga sahamnya, karena dalam pasar modal yang efisien harga saham memberikan seluruh informasi yang sebenarnya bagi para investor, maka bila harga saham suatu perusahaan tersebut tinggi otomatis para investor akan menilai perusahaan tersebut baik. Akan tetapi peningkatan harga saham yang terlalu tinggi membuat kemampuan investor dan volume perdagangan saham menurun. Begitu pula sebaliknya apabila harga saham terlalu rendah maka penilaian investor pada perusahaan akan berkurang, oleh karena itu penerbit saham (emiten) harus memerhatikan harga sahamnya. Menurut Jogiyanto (2009:392): “Jika suatu pengumuman mengandung informasi, pasar diharapkan akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar tersebut ditunjukkan dengan adanya perubahan harga sekuritas yang bersangkutan dimana reaksi ini dapat diukur dengan abnormal return”. Walaupun pengumuman pemecahan saham tidak memengaruhi arus kas perusahaan, akan tetapi reaksi yang kemudian muncul dari pasar adalah reaksi positif (Huang dkk, 2007). Adanya pengumuman stock split membuat harga
3
nominal saham menjadi rendah. Nilai nominal saham yang rendah membuat permintaan meningkat dan mengakibatkan meningkatnya volume perdagangan saham. Volume perdagangan saham yang meningkat akan membuat harga saham naik sedikit demi sedikit mulai dari harga baru setelah stock split sesuai dengan kinerja perusahaan. Peningkatan harga saham tersebut dapat merubah return dan akhirnya meningkatkan abnormal return. Stock split sendiri merupakan tindakan perusahaan (corporate action) yang masih menjadi fenomena yang menarik hingga saat ini karena banyak pendapat yang menyebutkan bahwa corporate action tersebut tidak memberikan tambahan nilai ekonomis bagi perusahaan dan disebut sebagai kosmetika saham yang artinya corporate action tersebut hanya sebagai upaya untuk membuat sahamnya terlihat menarik bagi investor. Banyak peneliti telah melakukan penelitian mengenai stock split dan telah ditemukan research gap dari penelitian-penelitian tersebut. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sri Fatmawati dan Marwan Asri (1999) pada 30 perusahaan yang terdaftar pada BEJ dengan periode pengamatan bulan Juli 1995 sampai bulan Juni 1997 menghasilkan kesimpulan bahwa rata rata volume perdagangan tidak mengalami perbedaan pada periode sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham dan hasil yang sama ditemukan dalam penelitian Menendez dan Gomez (2003) terhadap 55 perusahaan yang listed di Madrid Stock Exchange. Namun hasil yang berbeda terdapat pada penelitian dari Nurlaela (2009) menunjukkan bahwa volume perdagangan secara keseluruhan mengalami peningkatan yang signifikan. Wang (2000) juga mendapatkan hasil yang sama mengenai volume perdagangan saham bahwa aktivitas stock split mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap volume perdagangan. Hal ini dikuatkan lagi oleh penelitian Aduda dan Caroline (2010) yang mendapati peningkatan volume perdagangan setelah stock split. Penelitian yang dilakukan Wisudowati Ayu Sugito (2009) menguji motivasi dibalik stock split dan reverse stock split: Pembuktian pada likuiditas dan return saham menghasilkan kesimpulan terdapat perbedaan yang signifikan antara likuiditas sebelum dan sesudah pelaksanaan stock split dan reverse stock split.
4
Terdapat abnormal return yang signifikan sebelum tanggal pengumuman stock split dan reverse stock split. Terdapatnya
perubahan
abnormal
return
sebelum
dan
sesudah
pengumuman pemecahan saham dapat digunakan sebagai indikator dari sinyal positif yang dibawa kepada pasar telah beberapa kali diteliti. Michael Hendrawidjaya (2009) mendapati hasil pengujian hipotesis yang membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah pemecahan saham. Hasil yang sama ditemukan pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hendrawaty (2007) yang melakukan penelitian terhadap 15 perusahaan yang listed di BEJ dengan periode pengamatan antara tahun 2005 sampai dengan 2006 juga berhasil membuktikan bahwa tidak didapati perbedaan abnormal return yang signifikan pada periode hari sebelum dan sesudah pengumuman. Namun berbeda dengan hasil penelitian dari Almilia dan Kristijadi (2005) dan juga Aduda dan Caroline (2010) yang menemukan adanya perbedaan abnormal return yang signifikan antara sebelum dan sesudah pengumuman stock split. Michael Hendrawidjaya (2009) menjelaskan bahwa trading range theory dan signalling theory tidak selamanya berlaku dalam peristiwa pemecahan saham karena dari hasil pengujian hipotesis membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan harga saham, TVA dan abnormal return sebelum dan sesudah pemecahan saham. Hal ini memperlihatkan bahwa terdapat fenomena gap dalam penelitian ini karena adanya hasil penelitian yang tidak konsisten dengan teoriteori yang ada yakni trading range theory dan signalling theory. Selain penelitian dari Hendrawidjaya (2009), fenomena gap juga ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Hendrawaty (2007) yang tidak menemukan perbedaan abnormal return yang signifikan pada sebelum dan sesudah stock split. Ditemukan pula hasil yang tidak konsisten pada trading range theory dalam penelitian Sri Fatmawati dan Marwan Asri (1999) dan Menendez dan Gomez (2003) yang tidak menemukan perbedaan rata-rata volume perdagangan saham pada sebelum dan sesudah stock split.
5
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN VOLUME PERDAGANGAN SAHAM SEBELUM DAN SESUDAH PENGUMUMAN
PEMECAHAN
SAHAM
(STOCK
SPLIT)
PADA
PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI INDEKS LQ45 PERIODE 20112013”. 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan
latar
belakang
yang
telah
diuraikan
diatas,
maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut: 1.
Apakah terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock split?
2.
Apakah terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian
1. Maksud Penelitian Maksud dari penelitian ini yaitu mengumpulkan data dan informasi tentang perbandingan abnormal return dan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split yang nantinya akan penulis gunakan sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu prasyarat dalam menempuh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama. 2. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan bukti empiris tentang hal-hal berikut: 1. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah stock split. 2. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan volume harga saham yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah stock split.
6
1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan antara lain sebagai
berikut : 1.
Bagi Investor Penelitian ini dapat dipakai sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan investasi saham pada perusahaan yang melakukan stock split, karena sesuai dengan signalling theory perusahaan yang melakukan stock split biasanya memberikan sinyal positif untuk perusahaan di masa depan.
2.
Bagi Perusahaan (Emiten) Penelitian ini dapat dipakai sebagai suatu informasi yang digunakan untuk menentukan strategi dalam pelaksanaan stock split atau sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan yang akan digunakan ketika perusahaan perlu melakukan stock split
3.
Bagi Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan penulis dalam bidang ilmu keuangan, khususnya mengenai kinerja keuangan serta stock split.
4.
Bagi Penelitian Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi dasar perluasan penelitian dan memberikan kajian serta pengetahuan kepada para akademisi mengenai permasalahan yang mungkin akan dihadapi saat melakukan stock split.
1.5
Metode Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian explanatory. Penelitian explanatory
menurut Soehartono (2002:33): “Penelitian explanatory adalah suatu penelitian yang memunyai tujuan untuk menguji hipotesis yang menyatakan hubungan sebab akibat antar dua variabel atau lebih dengan bias yang kecil dan meningkatkan kepercayaan”.
7
Penelitian ini menggunakan pendekatan studi peristiwa (event study). Bodie, dkk (2006:491) mendefinisikan bahwa event study sebagai teknik riset keuangan yang memungkinkan seorang pengamat menilai dampak dari suatu peristiwa harga saham perusahaan. Dengan penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa studi peristiwa (event study) adalah studi yang memelajari dampak atau pengaruh suatu peristiwa atau corporate action terhadap harga saham di pasar. Dalam metode event study untuk mengetahui reaksi pasar dapat ditunjukkan dengan adanya perbubahan harga saham yaitu terjadinya peningkatan atau penurunan setelah atau sebelum terjadinya peristiwa. Peristiwa dalam penelitian ini adalah pemecahan saham (stock split) yang dilakukan oleh emiten yang terdaftar di Indeks LQ45 selama periode 2011-2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan metode verifikatif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk membuat deskripsi secara sistematik, aktual dan akurat mengenai faktafakta,sifat-sifat serta pengaruh antar fenomena yang diteliti, sedangkan metode verifikatif digunakan untuk meneliti ulang hasil penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk memverifikasikan kebenaran hasil penelitian sebelumnya, serta kuantitatif merupakan penelitian yang menekankan pada analisis data numeric (angka). Pengertian metode deskriptif menurut Umi Narimawati (2008:21): “Metode yang menggambarkan atau menguraikan hasil penelitian melalui pengungkapan berupa narasi, grafik, maupun gambar”. Sedangkan pengertian metode verifikatif menurut Umi Narimawati (2008:21): “Metode pengujian hipotesis melalui alat analisis statistik”. Dan pengertian data kuantitatif menurut Sugiyono (2006:13): “Data
yang
diangkakan.”
berbentuk
angka
atau
data
kuantitatif
yang
8
1.6
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder dari Bursa Efek
Indonesia melalui situsnya www.idx.co.id, www.finance.yahoo.com, Indonesian Capital Market Electronic Library (ICAMEL), pojok bursa Universitas Widyatama, Indonesia Capital Market Directory, dan jurnal peneliti lain. Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari 2015 sampai dengan selesai.