BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
Kegiatan bisnis adalah salah satu dari beberapa sektor perekonomian yang paling ramai untuk dibicarakan dan telah sering menjadi bahan perbincangan bagi setiap orang di berbagai forum, baik forum yang bersifat nasional maupun forum yang internasional. Faktor yang membuat kegiatan bisnis ini ramai dibicarakan adalah bahwa salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara dapat dilihat dari kemajuan ekonominya dan yang menjadi tulang punggung dari kemajuan ekonomi adalah bisnis. Dunia bisnis dari tahun ke tahun selalu menagalami kemajuan yang juga selalu diikuti oleh persaingan yang sangat ketat antar perusahaan demi tercapai tujuan perusahaan-perusahaan itu. Dimana salah satu tujuan perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya selain mensejahterakan pemilik perusahaan, dimana dalam hal ini dapat tercipta bila suatu perusahaan dengan tepat mengimplementasikan keputusan keuangannnya. Keputusan keuangan itu sendiri terdiri dari keputusan investasi, keputusan pendanaan, dan kebijakan dividen yang tercermin dalam harga saham di pasar modal. Perusahaan yang bergerak di sektor bisnis itu sendiri terdiri dari berbagai macam bidang, mulai dari yang bergerak di bidang usaha perdagangan, industri, pertanian, manufaktur, peternakan, perumahan, keuangan dan usaha-usaha lainnya. Masing-masing bidang usaha tersebut memiliki karakteristik tersendiri yang berbeda dan khas. Sehingga dalam pencapaian tujuan perusahaan tersebut tidaklah gampang, selalu saja terjadi hambatan dalam pelaksanaannya sehingga sebuah perusahaan harus lebih cermat lagi dalam menjalankan usahanya. Oleh karena itu suatu perusahaan harus melakukan suatu analisis yang sangat baik mengenai keputusan keuangannya sehingga kegiatan perusahaan berjalan dengan baik dan perusahaan mencapai tujuan secara efesien dan efektif, dimana setiap
keputusan
keuangan
itu
masing-masing terdapat faktor dominan yang
mempengaruhinya seperti dari keputusan investasi yang disangat dipengaruhi tingkat profitabilitasnya, dan keputusan pendanaan yang juga dipengaruhi oleh tingkat solvabilitasnya, serta kebijakan dividen yang berkaitan dengan besarnya dividen yang dibagikan oleh perusahaan bagi pemegang saham. Dalam hal tingkat profitabilitas perusahaan berkaitan dengan kemampuan perusahaan dalam menciptakan keuntungan. Selain itu profitabilitas perusahaan juga merupakan salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari dari aktivitas investasinya. Jika kondisi perusahaan dikategorikan menguntungkan atau menjanjikan keuntungan dimasa mendatang maka banyak investor yang akan menanamkan dananya untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dan tentu saja hal ini mendorong harga saham perusahaan tersebut naik menjadi lebih tinggi. Sedangkan dalam hal solvabilitas atau yang lebih dikenal dengan leverage berkaitan dengan seberapa besar kebutuhan dana perusahaan yang dibelanjai dengan hutang. Hal ini berkaitan dengan resiko yang ada di dalam perusahaan. Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan maka perusahaan tersebut semakin beresiko. Yang kemudian akan memungkinkan harga saham perusahaan tersebut akan turun bila tingkat leverage perusahaan tetap tinggi karena investor akan enggan berinvestasi pada perusahaan yang memiliki tingkat resiko yang terlalu tinggi. Bila kita berbicara mengenai kebijakan dividen maka kita mengetahui bahwa pada umumnya investor mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan kesejahteraannya yaitu dengan mengharapkan pengembalian dalam bentuk dividend an capital gain. Dilain pihak, perusahaan juga mengharapkan adanya pertumbuhan
secara
terus
menerusuntuk
mempertahankan
kelangsungan
hidupnya, yang sekaligus juga memberikan kesejahteraan yang lebih besar kepada pemegang sahamnya. Tentunya hal ini menjadi unik karena kebijakan dividen adalah sangat penting untuk memenuhi harapan para pemegang saham terhadap dividen, dan disatu sisi juga tidak menghambat pertumbuhan perusahaan (Alexander, et, al, 1993). Kebijakan dividen pada hakikatnya adalah menentukan
porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai laba ditahan (Levy dan Sarnat, 1990). Kebijakan dividen yang menghasilkan tingkat dividen yang semakin bertambah dari tahun ke tahun akan meningkatkan kepercayaan para investor, dan secara tak langsung akan memberikan informasi kepada para investor bahwa kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba perusahaan semakin meningkat yang nantinya dari informasi tersebut akan mempengaruhi permintaan dan penawaran saham perusahaan dipasar modal, yang selanjutnya akan mempengaruhi terhadap nilai saham perusahaan tersebut. Selain itu terdapat faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi harga saham. Faktor inilah yang berasal dari luar atau disebut dengan faktor eksternal karena perusahaan tidak dapat memperngaruhi nilainya. Faktor eksternal tersebut adalah suku bunga dan inflasi dimana suku bunga dapat mempengaruhi harga saham karena melalui tingkat suku bunga ini seseorang dapat memperkirakan tingkat keuntungan yang akan didapat dari suatu investasi. Misalnya saja dengan membandingkan antara suku bunga tabungan dengan besarnya bunga yang ditawarkan dalam sebuah investasi. Sedangkan dari segi inflasi, akan sangat mempengaruhi kegiatan ekomomi karena membuat harga-harga secara umum menjadi lebih mahal oleh karena itu membuat tingkat biaya yang mesti dikeluarkan oleh perusahaan menjadi lebih besar dan akhirnya membuat keuntungan perusahaan menjadi lebih sedikit. Dengan menipisnya keuntungan yang didapat perusahaan-perusahaan maka akan membuat kegiatan investasi perusahaan berkurang maka dimungkinkan akan mempengaruhi harga saham dimana harga saham pun dipengaruhi oleh kegiatan penawaran dan permintaan terhadap harga saham itu sendiri. Dari uraian diatas diketahui bahwa keputusan keuangan ini diperngaruhi berberapa faktor yang dominan yang dapat kita bagi menjadi faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternalnya yaitu tingkat suku bunga dan inflasi dimana perusahaan tidak dapat mempengaruhi nilainya. Sedangkan faktor internalnya adalah tingkat profitabilitas, tingkat solvabilitas dan kebijakan deviden dimana perusahaan dapat mempengaruhi nilainya. Faktor-faktor inilah yang sangat erat
hubungannya dengan nilai perusahaan yang diindikasikan melalui harga sahamnya. Tetapi apakah yang terjadi sesuai dengan kenyataannya seperti yang berdasarkan teori diatas? Belum tentu juga, oleh karena itu peneliti berusaha menjawab pertanyaan ini dengan melakukan penelitian sehingga peneliti dapat menjawab
pertanyaan
tersebut.
Penelitian
ini
dilakukan
berdasarkan
pengembangan penelitian-penelitian terdahulu dengan cara mengurangi faktorfaktor keputusan keuangan yang tidak terlalu berpengaruh terhadap nilai perusahaan dan menggantinya dengan faktor lainnya yang secara teori dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Dengan demikian penelitian ini ingin secara lebih jauh mengetahui dari faktor-faktor yang sangat mempengaruhi nilai perusahaan tersebut, faktor manakah yang lebih mempengaruhi nilai perusahaan dilihat dari sudut pandang para investor dalam melakukan investasinya. Hal ini patut dilakukan berkaitan dengan terjadinya krisis keuangan yang terjadi secara global sehingga perusahaan harus lebih cermat dalam mengambilkan keputusan keuangannya dan membuat skala prioritas sehingga pencapaian tujuan perusahaan tetap dapat tercapai. Berdasarkan fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengambil judul: “Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI periode 2003-2007”.
1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan Kebijakan dividen, Profitabilitas, dan solvabilitas serta suku bunga, inflasi, dan nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2003 s.d 2007?
2. Bagaimana Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI secara parsial selama periode 2003 s.d 2007? 3. Bagaimana Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI secara simultan selama periode 2003 s.d 2007?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian
ini
dilakukan
dengan
maksud
untuk
mengumpulkan,
menghitung, menganalisis, dan menginterpretasikan data-data dan informasi yang berhubungan dengan Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, dan solvabilitas serta suku bunga dan inflasi sehingga dapat dilakukan analisis dan diperoleh gambaran yang jelas mengenai seberapa besar pengaruh Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, dan solvabilitas serta suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI, dan selanjutnya akan dituangkan oleh penulis dalam bentuk skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen, Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama. Sedangkan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Perkembangan Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga, inflasi, dan nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI selama periode 2003 s.d 2007. 2. Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI secara parsial selama periode 2003 s.d 2007. 3. Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI secara simultan selama periode 2003 s.d 2007.
1.4 Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk digunakan sebagai berikut: 1. Penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis sehingga mampu menjelaskan hubungan antara
Kebijakan dividen,
Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan, serta dapat menjadi bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi peneliti selanjutnya jika akan melakukan penelitian yang berhubungan dengan Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, dan solvabilitas serta suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan.
2. Bagi Perusahaan –perusahaan terutama perusahaan Perbankan a. Memberikan sumbangan pengetahuan, informasi dan saran-saran yang dapat digunakan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan. b. Memberikan sumbangan dalam menyusun kerangka pemikiran yang mampu menjelaskan hubungan Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan c. Menyediakan informasi yang dapat dipakai oleh pengambil keputusan terutama
manajemen
yang
berkaitan
langsung
dengan
masalah
pengelolaan Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi untuk melihat seberapa jauh pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan pada pada Sektor Perbankan yang terdaftar di BEI.
3. Masyarakat
a. Pembaca Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan informasi kepada pembaca mengenai pengaruh Pengaruh Kebijakan dividen, Profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi terhadap nilai perusahaan. b. Pengembangan Ilmu Hasil penelitian ini dapat memperkaya hasil penelitian mengenai manajemen keuangan sehingga dapat dijadikan bahan acuan bagi para peneliti yang akan memperdalam bidang yang sama.
1.5 Kerangka Pemikiran a. Kebijakan Deviden Dampaknya Terhadap Nilai Perusahaan Keuntungan yang diperoleh perusahaan tidak seluruhnya digunakan untuk keperluan pendanaan operasionalnya. Perusahaan harus memeriksa relevansi antara laba yang ditahan untuk diinvestasikan kembali (retained earning to be reinvested) dengan laba yang dibagikan kepada para pemegang sahamnya dalam bentuk dividen (revenue that divided to the share holders as divided). Pertumbuhan perusahaan dan dividen adalah kedua hal yang diinginkan perusahaan tetapi sekaligus merupakan suatu tujuan yang berlawanan. Untuk mencapai tujuan tadi perusahaan menetapkan kebijakan dividen yaitu kebijakan yang dibuat oleh perusahaan untuk menetapkan proporsi pendapatan yang dibagikan sebagai dividen yang dibayar, bearti semakin sedikit laba yang dapat ditahan dan sebagai akibatnya ialah menghambat tingkat pertumbuhan laba dan harga sahamnya. Sebaliknya, kalau perusahaan ingin menahan sebagian besar labanya tetap di dalam perusahaan berarti bagian dari laba yang tersedia untuk pembayaran dividen adalah semakin kecil. Akibatnya, dividen yang di terima pemegang saham atau investor bisa dan tidak sebanding dengan risiko yang mereka tanggung. Kebijakan dividen sangat penting karena mempengaruhi kesempatan investasi perusahaan, harga saham, struktur finansial, arus pendanaan dan posisi
likuiditas. Dengan perkataan lain, kebijakan dividen menyediakan informasi mengenai performa (performance) perusahaan. Oleh karena itu, masing masing perusahaan menetapkan kebijakan dividen yang berbeda-beda, karena kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan otomotif dalam membayar dividen kepada para pemegang sahamnya, maka perusahaan mungkin tidak dapat mempertahankan dana yang cukup untuk membiayai pertumbuhannya di masa mendatang. Sebaliknya, maka saham perusahaan menjadi tidak menarik bagi perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan otomotif harus dapat mempertimbangkan antara besarnya laba yang akan ditahan untuk mengembangkan perusahaan otomotif. Untuk itu, peranan seorang manajer keuangan sangat penting dalam memutuskan apakah kebijakan yang diambil oleh perusahaan baik bagi nilai perusahaan dimasa mendatang di mata para investor. Parthington (1989) dalam jurnalnya yang berjudul “Dividend Policy: Case Study Australian Capital Market” menunjukkan beberapa variabel yang mempengaruhi penentuan dividen yaitu: (1) profitabilitas, (2) stabilitas dividen dan earning, (3) likuiditas dan cash flow, (4) investasi, dan (5) pembiayaan. Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba merupakan indikator utama dari kemampuan perusahaan untuk membayar dividen, sehingga profitabilitas sebagai faktor penentu terpenting terhadap dividen. Hal ini juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh
John Lintner (1956) dalam jurnalnya yang berjudul
“Distributions of income of corporation of among dividends, retained earnings and taxes”. Penelitian yang membahas hubungan langsung antara deviden dan harga saham telah banyak dilakukan, namun hasilnya masih belum jelas (ambigu). Tetapi pengumuman pembagian dividen merupakan salah satu faktor penting yang dapat
mempengaruhi
investor
untuk
berinvestasi.
Hasil-hasil
penelitian
sebelumnya menunjukkan bahwa return sahan dan harga saham bereaksi terhadap pengumuman dividen dilihat dari besarnya dividen yang dibagikan. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Pujiono (2002) dalam jurnalnya yang berjudul “Dampak Kebijakan Dividen terhadap Harga Saham pada Waktu Ex- Dividend Day” dan juga menurut Sularso, R.A. (2003), “Pengaruh Pengumuman Dividen Terhadap
Perubahan HargaSaham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di Bursa Efek Jakarta (BEJ)”. Reaksi tersebut terjadi khususnya pada hari-hari disekitar tanggal ex-dividend. Berdasarkan hal diatas diketahui bahwa kebijakan dividen yang dilakukan sebuah perusahaan akan berpengaruh terhadap harga sahamnya Dimana antara kebijkan dividen dan harga saham memiliki hubungan yang positif yaitu semakin tinggi dividen yang dibayarkan perusahaan kepada pemegang saham akan memberikan dampak meningkatkatnya harga saham perusahaan itu, begitu juga sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena dengan adanya pembayaran dividen yang tinggi memberikan asumsi bahwa keadaan perusahaan sedang bagus maka membuat banyak investor ingin investasi pada perusahaan itu. H1 = Kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan (melalui Harga sahamnya)
b. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Nilai perusahaan Pertumbuhan pasar menunjukkan kinerja perusahaan sehingga investor akan merespon dan nilai perusahaan akan berubah-ubah sesuai dengan kinerja perusahaan tersebut. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang baik sehingga investor akan merespon positif sinyal tersebut dan nilai perusahaan meningkat. Menurut penelitian Haryanto dan Toto Sugiharto (2003) dalam jurnalnya yang berjudul “Pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan industri minuman di Bursa Efek Jakarta” menyatakan bahwa ratio-ratio profitabilitas memiliki pengaruh yang signifikan mempengaruhi harga saham perusahaan. Hal ini juga sesuai dengan teori Singnally theory oleh Bhattacarya (1979) dalam jurnalnya yang berjudul “Imperfect information, dividend policy and the bird in the hand Fallacy” yang mengemukakan bahwa profitabilitas yang tinggi menunjukkan prospek perusahaan yang bagus sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pembayaran dividen yang semakin meningkat menunjukkan prospek perusahaan semakin bagus sehingga investor akan tertarik untuk membeli saham dan nilai perusahaan akan meningkat. Ukuran perusahaan yang besar menunjukkan perusahaan
mengalami perkembangan sehingga investor akan merespon positif dan nilai perusahaan akan meningkat. Pangsa pasar relatif menunjukkan daya saing perusahaan lebih tinggi dibanding pesaing utamanya. Investor akan merespon positif sehingga nilai perusahaan akan meningkat. Berdasarkan hal diatas diketahui bahwa tingkat profitabilitas suatu perusahaan dapat memberikan pengaruh terhadap harga sahamnya, dimana pengaruhnya bersifat positif dimana semakin tinggi tingkat profitabilitas yang dihasilkan suatu perusahaan maka membuat harga sahamnya juga akan meningkat, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena bila nilai profitabilitasnya tinggi akan memberikan gambaran kepada investor bahwa perusahaan itu bekerja dengan baik dalam menghasilkan laba sehingga dapat menimbulkan minat investor untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut karena dengan berinvestasi pada perusahaan yang profitabilitasnya tinggi, para investor berharap akan mendapatkan pembagian dividen yang tinggi ataupun memperoleh keuntungan dari capital gain bila harga sahamnya terus meningkat karena tingkat profitabilitasnya dianggap baik. Yang pada akhirnya akan dapat terus meningkatkan harga saham perusahaan. H2 = Profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai perusahaan (melalui Harga sahamnya)
c. Pengaruh Solvabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Hutang adalah instrumen yang sangat sensitive terhadap perubahan nilai perusahaan. nilai perusahaan ditentukan oleh bersarnya struktur modal menurut Mogdiliani dan Miller dalam Brigham (1999) melalui bukunya yang berjudul “intermediate financial management”. Selain itu menyatakan juga bahwa semakin tinggi proporsi hutang maka semakin tinggi harga saham, namun pada titik tertentu peningkatan hutang akan menurunkan nilai perusahaan karena manfaat yang diperoleh dari penggunaan hutang lebih kecil dari pada biaya yang ditimbulkan. Dan melalui ratio Solvabilitas inilah kebijakan-kebijakan hutang ditentukan oleh sebuah perusahaan.
Selain itu fluktuasi bisnis perusahaan berdampak besar terhadap keuntungan pemilik ekuitas bila sebagian modal perusahaan diungkit (are leveraged) oleh hutang. Oleh karena itu leverage keuangan meningkatkan resiko pemilik modal, seperti yang dikemukakan oleh Brealey et al. (1995: 441) dalam bukunya yang berjudul “Prinsiples of corporate Finance”. Dari hal diatas dapat kita simpulkan bahwa tingkat solvabilitas suatu perusahaan dapat memberikan pengaruh terhadap harga sahamnya. Dimana pengaruhnya bersifat negative, yaitu semakin tinggi tingkat solvabilitasnya maka malah akan membuat harga sahamnya terus menurun. Hal ini dimungkinkan terjadi karena bila suatu perusahaan memiliki tingkat solvabilitas yang tinggi maka perusahaan itu banyak menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan baik untuk perluasan proyek ataupun membiayai modal kerjanya sehingga resiko perusahaan sangatlah tinggi yang pada akhirnya membuat investor tidak lagi tertarik investasi pada suatu perusahaan yang memiliki resiko yang tinggi dan akhirnya membuat harga saham perusahaan tersebut turun. H3 = Solvabilitas berpengaruh terhadap Nilai perusahaan (melalui Harga sahamnya)
d. Pengaruh Suku bunga terhadap Nilai perusahaan Investasi melalui pasar modal selain memberikan hasil, juga mengandung resiko. Besar kecilnya resiko di pasar modal sangat di pengaruhi oleh keadaan negara khususnya di bidang ekonomi, politik dan sosial. Mudji Utami dan Mudjilah Rahayu (2003) dalam jurnalnya yang berjudul “ Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi Dan Nilai Tukar Dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi” menyatakan bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi harga saham adalah Profitabilitas, Tingkat suku bunga SBI, inflasi dan nilai tukar. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga SBI,terhadap naik turunnya harga saham. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Tingkat bunga SBI berpengaruh tehadap Harga Saham. Tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap Harga Saham, variabel Tingkat
bunga SBI adalah Variabel yang paling dominan berpengaruh terhadap Harga Saham . Begitu pula dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh seorang peneliti yang bernama Siti Hajar (2002) dalam jurnalnya yang berjudul ” Pengaruh Kurs, Inflasi dan Suku Bunga SBI Terhadap Harga Saham Perusahaan Properti pada Bursa Efek Indonesia Periode 2003-2007” yang menyebutkan bahwa faktor ekstern yang mempunyai pengaruh besar terhadap harga saham adalah tingkat suku bunga. H4 = Suku bunga berpengaruh terhadap Nilai perusahaan (melalui Harga sahamnya)
e. Pengaruh inflasi terhadapa Nilai Perusahaan Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bayu Cahyosusilo (2008) melalui skripsinya yang berjudul Pengaruh Kurs Dollar, Inflasi, dan Suku Bunga Terhadap Harga Saham di BEI (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur Go Public Di BEI) menyebutkan bahwa “Inflasi berdampak meningkatkan tingkat suku bunga. Meningkatnya suku bunga secara langsung akan meningkatkan beban bunga. Perusahaan yang memiliki leverage yang tinggi akan mendapatkan dampak yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Harga bahan baku juga akan meningkat, jika kenaikan biaya ini tidak dapat diserap oleh harga jual terhadap konsumen, maka profitabilitas perusahaan akan menurun. Menurunnya profitabilitas ini, akan mengakibatkan dampak yang signifikan terhadap pendapatan deviden yang harus diterima oleh investor, yang gilirannya investasi pada saham di pasar modal menjadi hal yang kurang menarik. Pada akhirnya investor akan berpindah ke jenis investasi yang lain, yang memberikan return yang lebih baik dalam hal ini bunga yang tinggi, misalnya deposito.” Berdasarkan hal itu diketahui secara tidak langsung inflasi berpengaruh terhadap harga saham. Meningkatnya inflasi secara relatif adalah signal negatif bagi para investor. Terutama bagi perusahaan yang memiliki solvabilitas yang tinggi karena dapat mengurangi profit dan akhirnya harga saham pun akan turun. Selain itu tingginya tingkat inflasi pada tahun tersebut juga dipicu oleh adanya
ekspektasi dari masyarakat bahwa rupiah akan semakin terdepresiasi dimasa yang akan datang dan akibatnya tingkat harga akan terus naik. H5 = Inflasi berpengaruh terhadap Nilai perusahaan perusahaan (melalui Harga sahamnya) Berdasarkan penjelasan dan hipotesis-hipotesis diatas, kita dapat simpulkan hipotesis keseluruhan bahwa bahwa terdapat Kebijakan dividen, profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. H6 = Inflasi Kebijakan dividen, profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan (melalui Harga sahamnya) Gambar 1.1 Skema Kerangka Pemikiran
Kebijakan Dividen
Suku bunga
Inflasi Nilai perusahaan
Solvabilitas
Profitabilitas
1.6 Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran dan premis di atas, maka dapat disusun hipotesis penelitian sebagai berikut : 1. Kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan 2. Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
3. 4. 5. 6.
Solvabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Suku bunga berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Inflasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen, profitabilitas, solvabilitas, suku bunga dan inflasi berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
1.7 Metode Penelitian dan Metode Analisis 1.7.1 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dan verivikatif. Menurut Moh. Nazir (2005:54) dalam bukunya yang berjudul “metode penelitian” menyebutkan bahwa pengertian metode dekriptif adalah sebagai berikut: ”Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.”
Sedangkan definisi metode verifikatif menurut Rasdihan Rasyad (2003:6) dalam bukunya yang berjudul “Metode Statistik Deskriptif“ adalah sebagai berikut : “Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis.“ Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.
Dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang terdaftar di BEI dari tahun 2003 - 2007. Data tersebut merupakan data sekunder Populasi adalah seluruh kumpulan elemen yang dapat kita gunakan untuk membuat bebereapa kesimpulan. Populasi pada penelitian ini adalah industri perbankan yang terdaftar BEI 2003 - 2007, dimana dalam industry tersebut terdaftar dua puluh delapan perusahaan yang bergerak di bidang perbankan.
Dalam penentuan sampelnya adalah dengan Judgment Sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan kriteria tertentu sesuai peneliti, dan menurut ziknorah dalam judgment sampling menggunakan Konsep Dasar sebagai berikut Judgment sampling merupakan pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang telah ditentukan
Kriteria pengambilan sampel ada dua yaitu, 1. Expert sampling Pemilihan sampel yang representatif didasarkan atas pendapat ahli sehingga siapa dan jumlah sampel yang diambil tergantung pada pendapat ahli yang bersangkutan. 2. Purposive sampling Pemilihan sampel berdasarkan pada penelitian pribadi peneliti yang menyatakan bahwa sampel yang dipilih benar-benar representaif. Peneliti harus memiliki pengetahuan yang memadai. Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan sampel berdasarkan kriteria sebagai berikut : a. Perusahaan yang terdaftar dalam BEI b. Listing selama periode 2003-2007 c. Lengkap Laporan Keuangannya periode 2003-2007 d. Membayarkan dividen minimal 3 kali pada periode 2003-2007 Sehingga perusahaan yang dijadikan sampel adalah Bank Central Asia Tbk, Bank Negara Indonesia Tbk, Bank Rakyat Indonesia Tbk, Bank Mandiri Tbk, Bank Danamon Tbk, dan Bank CIMB Niaga Tbk
1.7.2 Metode Analisis Ada beberapa metode analisi yang dapat digunakan yaitu :
1. Time Series, yaitu model analisis dengan data yang menggambarkan perkembangan dari waktu ke waktu dari saruan periode waktu yang digunakan. 2. Cross section, yaitu model analisis dengan data yang menggambarkan keadaan antara objek yang satu dengan objek lainnya, missal perusahaan dengan perusahaan lainnya.
Menurut Gujarati (2003:636) dalam bukunya yang berjudul “dasar-dasar ekonometrika” terdapat tiga jenis pengelolaan data analisisi : -
Time series, yaitu antar waktu, untuk masing-masing perusahaan dengan fungsi yang sama .
-
Cross Section, yaitu antara perusahaan, dengan data minimal empat perusahaan dilakukan estimasi untuk masing-masing periode waktu selama empat tahun
-
Pooled Data, yaitu kombinasi time series dan corss section.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode analisis data yang berupa pooled data karena dengan metode ini kita dapat mengetahui seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel independen dalam kurun waktu 5 tahun sesuai dengan sampel perusahaan yang diambil. Untuk menguji hasil dari model analisis tersebut, peneliti menggunakan uji asumsi kalsik, hal ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan model-model analisis yang dibuat.berikut uji asumsi yang digunakan: 1. Uji Normalitas Sebaran Uji ini untuk mengetahui pengujian apakah data sampel yang diambil telah mengikuti sebaran distribusi normal. Sebaran ini dapat dilihat dari table histrogram atau plat datanya. Normalitas penting untuk statistic inferensial yang bertujuan untuk membuat generalisasi hasil data sempel.
2. Uji Linieritas
Uji ini akan memastikan apakah data sempel sesuai dengan garis linier atau tidak. Jika sebaran data tidak sesuai dengan garis linier maka dapat digunakan analisis regresi non-linier.linieritas dapat dilihat dari plat data liniernya.
3. Uji Autokorelasi Menurut Kendall dan Bockland (1971:8) dalam bukunya yang berjudul “A dictionary of statistical terms” menyebutkan bahwa autokorelasi adalah sebagai “adanya korelasi antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (time series) atau ruang (cross section)”, hal ini dimaksudkan berkaitan dengan asumsi model klasik bahwa unsure gangguan yang berhubungan dengan observasi tidak dipengaruhi oleh unsure gangguan yang berhubungan dengan pengamatan lain. Menurut Gujarati (2007:114) dalam bukunya yang berjudul “dasar-dasar ekonometri jilid 2” menyebutkan bahwa autokorelasi terjadi karena : -
Inersia, yaitu suatu ciri yang menonjol dari sederetan waktu ekonomi yang berpengaruh pada kejadian berikutnya.
-
Bias spesifikasi, yaitu kasus variable yang tidak dimasukka dalam model maupun bentuk fungsional yang tidak benar.
-
Fenomena Cobweb ( fenomena sarang laba-laba)
-
Adanya manipulasi data.
4. Uji Heteroskedastisitas Uji ini muncul apabila kesalahan atau residual dari model yang diamati tidak memiliki varians yang konstan dari suatu observasi ke suatu observasi lainnya. Gejala ini sering muncul dalam data silang tempat daripada runtut waktu, juga sering muncul dalam analisis yang mengunakan rata-rata.
Menurut Gujarati (2007:89) dalam bukunya yang berjudul dasardasar ekonometrika menyatakan bahwa untk memeriksa ada tidaknya heterosdastisitas dapat diketahui dengan alat diagnose sebagai berikut: -
Sifat masalah
-
Pengujian grafis residu
-
pengujian park9
-
pengujian gejser11
-
pengujian heteroskedastisitas white12
-
pengujian heteroskedastisitas yang lain seperti : •
Uji korelasi peringkat spearman
•
Uji Goldfeld-Quandt
•
Uji Peak
•
Uji Breusch-Pagan
•
Uji CUSUMSQ
5. Uji Multikolinieritas Uji yang berarti adanya hubungan linier yang sempurna atau hubungan pasti diantara beberapa atau semua variable yang menjelaskan dari model regresi. Hal ini terdapat karena ada lebih dari satu hubungan linier pasti. Menurut Koutsoyiannis (1978) dalam bukunya “A theory of Econometrics”, multikolinieritas terjadi karena: -
Perubahan nilai beberapa variable yang sejalan dengan perkembangan waktu.
-
Penggunaan variable prederminasi sebagai variable bebas.
1.8 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengambil data sekunder berupa laporan keuangan yang terkumpul dalam pojok BEJ Universitas WIdyatama dan Situs http://www.jsx.co.id yang diambil dari bulan november 2009 sampai dengan January 2009.