BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di zaman modern dan globalisasi ini semakin ketat persaingan antara perusahaan di berbagai bidang baik di dalam maupun di luar negeri. Mudahnya akses perusahaan asing untuk memasuki perekonomian suatu perusahaan menjadi salah satu penyebab semakin ketatnya persaingan antara perusahaan di dalam negeri. Namun dengan adanya pasar bebas juga dapat menguntungkan perusahaan salah satunya yaitu dari segi modal yang didapat dari investor asing yang menenamkan modalnya melalui pasar modal. Dengan demikian perusahaan dalam negeri dapat memperoleh modal yang besar dari penanaman modal tersebut. Akibat dari semakin ketatnya persaingan antar perusahaan, banyak perusahaan-perusahaan dalam negeri yang mengembangkan perusahaannya untuk meningkatkan kualitas dan skala yang lebih besar bagi perusahaan untuk dapat bersaing dengan perusahaan lain. Oleh sebab itu perushaaan membutuhkan dana atau modal yang besar dalam melakukan pengembangan perusahaan atau ekspansi. Salah satu alternatif pendanaan yaitu berasal dari pasar modal di mana dana yang diperoleh dapat dalam nominal yang besar. Pendanaan melalui pasar modal didukung pula oleh perkembangan ilmu pengetahuan yang mengubah pola pikir masyarakat akan pentingnya investasi. Investasi dalam bentuk pasar modal semakin diminati oleh para investor di mana investor dapat memperoleh keuntungan yang lebih besar. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi pemerintah, sekaligus sebagai sarana bagi masyarakat untuk melakukan kegiatan investasi (Iswi dan Serfianto 2010:8). Pasar modal adalah tempat berbagai pihak, khususnya perusahaan menjual saham (stock) dan obligasi (bond), dengan tujuan dari hasil penjualan terebut nantinya akan dipergunakan sebagai tambahan dana atau untuk memperkuat modal perusahaan (Fahmi 2012: 52). Pasar modal adalah tempat memperdagangkan berbagai instrumen keuangan 1
2
jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, misalnya saham (ekuitas/penyertaan), obligasi (surat utang), reksadana, produk derivatif maupun instrumen keuangan lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (lebih dari satu tahun), yaitu: saham, obligasi, reksadana, dan berbagai instrumen derivatif seperti option, futures, waran, right, dan lain-lain (Iswi dan Serfianto 2010:8). Dalam mencari dana atau modal perusahaan dapat memperdagangkan beberapa instumen keuangan. Dari instrumen tersebut salah satu instrumen yang dapat dipakai oleh perushaan adalah dengan melakukan penjualan right. Right Issue adalah pemberian hak pemegang saham lama untuk memesan terlebih dahulu saham emiten yang akan dijual dengan harga nominal tertentu. Biasanya hal tersebut dimaksudkan emiten untuk menambah keterbatasan modal perusahaan (Fahmi 2012:116). Right issue adalah salah satu tindakan corporate action yang ditujukan untuk memperkuat permodalan suatu perusahaan. Dana dari hasil right issue dapat digunakan untuk berbagai tujuan, misalnya: melakukan ekspansi usaha, melunasi pembayaran utang atau akusisi internal. Menurut Ghozali dan Solichin (2003) ada dua alasan bagi perusahan melakukan penerbitan saham baru (right issue), yaitu dengan penerbitan saham baru (right issue) dapat mengurangi biaya karena emiten tidak harus membayar fee untuk jasa penjamin (underwriter) dan penerbitan saham baru (right issue) menyebabkan jumlah saham perusahaan bertambah sehingga diharapkan dengan langkah tersebut akan dapat meningkatkan frekuensi perdagangan, yang berarti meningkatkan likuiditas saham. (www.infodatabroker.blogspot.co.id, 17 Agustus 16.00 WIB) Selain itu dengan adanya hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD), para investor lama dapat mempertahankan proporsi kepemilikan mereka di suatu perusahaan. Dari tahun ke tahun cukup banyak perusahaan go public yang melakukan corporate action berupa right issue atau hak memesan efek terlebih dahulu (HMETD). Pada tahun 2010 sebanyak 33 perusahaan melakukan right issue, pada tahun 2011 sebanyak 27 perusahaan melakukan right issue, pada tahun 2012 sebanyak 25 perusahaan melakukan right issue, pada tahun
3
2013 sebanyak 19 perusahaan melakukan right issue. (www.sahamok.com, 17 Agustus 2015 15:35 WIB) Belum lama ini corporate action berupa HMETD atau right issue menjadi salah satu perhatian khusus menteri BUMN. Di mana menteri BUMN Rini Mariani Soemarno Soewandi menyarankan perusahaan BUMN untuk melakukan right issue dibandingkan dengan melakukan IPO. Rini menegaskan, tahun ini tidak ada agenda penawaran umum saham perdana (IPO) ke seluruh perusahaan BUMN. Dalam rencana Kementerian BUMN hanya ada penerbitan saham baru (right issue) untuk mendorong keuangan perusahaan BUMN. Menurut beliau, penerbitan saham baru (rights issue) lebih penting direalisasikan mengingat besarnya kebutuhan dana untuk ekspansi serta implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) tahun ini. "Oleh sebab itu, karena beberapa BUMN yang sudah Tbk, kalau mendapatkan Penyertaan Modal Negara (PMN), tentunya harus rights issue," jelas beliau. Adapun BUMN yang akan melakukan rights issue antara lain PT Adhi Karya (Persero) Tbk, PT Aneka Tambang (Persero) Tbk, PT Bank Mandiri
(Persero)
Tbk,
dan
PT
Waskita
Karya
(Persero)
Tbk.
(www.merdeka.com, 17 Agustus 2015 17:20 WIB) Dengan melakukan right issue diharapkan dapat memperoleh dana yang besar dalam memenuhi tujuan perusahaan baik dalam tujuan pembayaran hutang ataupun ekspansi perusahaan dan lainnya, agar kinerja perusahaan dapat membaik ataupun meningkat. Menurut Simanullung (2014) baik tidaknya pelaksanaan dan ekspektasi dari right issue dapat dinilai melalui kinerja perusahaan dan kinerja saham selama periode tertentu. Akan tetapi tidak selamanya melakukan right issue dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Dari hasil penelusuran oleh www.bereksa.com pada empat perusahaan yang melakukan right issue bernilai di atas Rp4 triliun sejak 2013 yaitu PT Dyviacom Intrabumi Tbk (DNET), PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT BW Plantation Tbk (BWPT) tidak semua perusahaan berkinerja baik setelah melakukan right issue. Berikut ini data dari keempat emiten tersebut.
4
Tabel 1.1 Perusahaan Yang Melakukan Right Issue Dengan Jumlah Yang Besar
Sumber: Bereksa.com Dari penelusuran yang dilakuakan bereksa, emiten pertama PT Dyviacom Intrabumi Tbk (DNET) yang melakukan right issue untuk mengakusisi PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) pemilik sekaligus operator restoran KFC, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI) produsen Sari Roti dan PT Indomarco Prisma yang menjalankan bisnis ritel dengan merek Indomaret. Dengan masuknya tiga usaha ritel tersebut, kinerja laba bersih DNET langsung melonjak dua kali lipat meski pendapatan turun. Emiten kedua, PT Sekawan Intipratama Tbk (SIAP) yang melakukan rights issue senilai Rp4,68 triliun tengah tahun lalu. Kinerja SIAP setelah rights issue pertengahan tahun lalu mulai membaik. Indikasinya pendapatan naik 37 persen pada 2014 dibanding tahun sebelumnya. SIAP pun dapat membukukan laba bersih dan membalikkan kerugian pada tahun sebelumnya. Emiten ketiga, rights issue senilai Rp8,4 triliun dilakukan oleh PT Bumi Resources Tbk (BUMI) untuk membayar utang. Perusahaan batu bara terafiliasi Grup Bakrie ini memang masih kesulitan keuangan. Hingga saat ini, pemilik tambang batu bara dengan cadangan terbesar di Indonesia ini belum menyampaikan laporan tahun penuh 2014 disebabkan restrukturisasi hutang. Kinerja BUMI juga masih buruk hingga kuartal ketiga 2014. Pendapatan turun 17% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Akan tetapi, nilai rugi sudah berkurang 86,73 persen. Kini, perseroan masih berkutat dengan utang di
5
anak usahanya senilai total $1,3 miliar, yang juga mendapat perpanjangan moratorium selama lima bulan hingga Oktober. Terakhir, PT BW Plantation Tbk (BWPT) yang sudah berubah nama menjadi PT Eagle High Plantations Tbk dengan nilai rights issue Rp10,8 triliun. Dana tersebut digunakan untuk membeli kebun sawit sekaligus memasukkan unit perkebunan Grup Rajawali milik Peter Sondakh ke lantai bursa. Dikarenakan rights issue BWPT baru efektif November, aksi korporasi itu belum membawa banyak dampak terhadap kinerja perseroan. Pendapatan BWPT pada 2014 tercatat naik hampir dua kali lipat, tetapi laba bersih hanya menanjak 4,2 persen dibanding kinerja 2013. (www.bereksa.com, 17 Agustus 2015 19:55 WIB) Grafik 1.1 Perkembangan Pertumbuhan Pendapatan Sepanjang Tahun 2014 Dari Keempat Emiten Yang Melakukan Right Issue Dengan Jumlah Yang Besar
Sumber: Bereksa.com Berikut ini beberapa penelitian mengenai kinerja keuangan perusahaan dan right issue. Ibnu Khajar (2010) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh right issue terhadap kinerja keuangan perushanaan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa right issue secara total belum menunjukkan perubahan
6
kinerja keuangan yang signifikan pada perusahaan-perusahaan yang melakukan right issue dalam periode 2003-2006 pada perusahaan non perbankan dan non lembaga pembiayaan. Ditunjukkan bahwa dari lima rasio yaitu Current Ratio, Total Debt To Total Asset, Net Profit Margin, Total Asset Turn Over dan Price Earnig Ratio hanya dua rasio yaitu Current Ratio dan Price Earning Ratio saja yang menunjukkan berbeda secara signifikan pada dua tahun sebelum sesudah right issue. Afrira Syuhana dan Syahyunan (2013) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh right issue terhadap kinerja perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia. Hasil menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Net Profit Margin sebelum dan setelah melakukan right issue. Namun, kinerja keuangan perusahaan yang diproksikan dengan Current Ratio, Debt Ratio, Total Asset Turnover, dan Return On Asset tidak ada perbedaan sebelum dan setelah melakukan right issue. Esther Adelin (2015) melakukan penelitian yang berjudul analisis perbandingan kinerja keuangan dan kinerja saham sebelum dan sesudah right issue periode 2011 pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hasil menunjukkan bahwa tedapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan sebelum dan sesudah pengumuman right issue, sedangkan pada kinerja saham tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya yaitu Economic Value Added (EVA). Ria Ayu Devi (2014) dalam penelitiannya yang berjudul perbandingan antara Economic Value Added (EVA) dan Return On Asset (ROA) dalam menilai kinerja perusahaan. Hasil menunjukkan bahwa metode Economic Value Added (EVA) dinilai lebih menguntungkan karena penilaian kinerja dengan menggunakan EVA membantu para manajer untuk membuat keputusan investasi yang lebih baik, mengidentifikasi kesempatan-kesempatan untuk meningkatkan kinerja, dan mempertimbangkan benefit jangka panjang dan jangka pendek untuk perusahaan.
7
Hal ini ditunjukkan dengan perolehan nilai Economic Value Added (EVA) tertinggi yang dicapai oleh PT Hanjaya Mandala Sampoerna, Tbk, nilai tertinggi selanjutnya dicapai oleh PT Gudang Garam, Tbk dan pencapaian nilai tertinggi yang terakhir yaitu PT Bentoel Internasional Investama, Tbk. Berdasarkan latar belakang tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai perusahaan yang melakukan right issue. Dalam penelitian ini akan membahas mengenai kinerja keuangan perusahaan yang melakukan right issue menggunakan metode Economic Value Added
(EVA)
dengan judul “ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH RIGHT ISSUE PADA PERUSAHAAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2010-2014” 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, dapat ditarik identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan sebelum melakukan right issue? 2. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan setelah melakukan right issue? 3. Apakah terdapat perbedaan pada kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan right issue? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh data guna menyusunan skripsi sebagai salah satu syarat dalam menempuh gelar Sarjana Ekonomi Fakultas Bisnis dan Manajemen. Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan perusahaan sebelum melakukan right issue. 2. Untuk mengetahui bagaimna kinerja keuangan perusahaan setelah melakukan right issue.
8
3. Untuk mengetahui ada dan tidaknya perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah melakukan right issue. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan dalam latar belakang penelitian di atas, maka peneliti mengidentifikasi permasalahan berdasarkan hal-hal sebagai berikut: 1. Penulis Untuk mengaplikasikan teori-teori yang telah didapat pada saat perkuliahan kedalam kehidupan sehari-hari dan dunia kerja. Serta menambah pengetahuan penulis mengenai bagaimana kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah right issue. 2. Investor Untuk
membantu
investor
dalam
mengambil
keputusan
dalam
berinvestasi. Di mana investor dapat melihat bagaimana kinerja keuangan perusahaan selama sebelum dan sesudah right issue sebagai tolak ukur penilaian perusahaan tersebut. Apabila kinerja perusahaan mengalami kenaikan maka akan menarik minat investor untuk berinvestasi di perusahaan tersebut. 3. Perusahaan Untuk dapat mengetahui bagaimana kondisi kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah right issue sebagai bahan evaluasi perusahaan dalam meningkatkan
kinerja
perusahaan
untuk
menarik
minat
investor
berinvestasi di perusahaannya. 4. Akademik Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai rujukan atau referensi peneliti selanjutnya yang meneliti mengenai right issue.
9
1.5 Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dan komparatif. Pengertian metode deskriptif menurut Nazir (2013:43) adalah sebagai berikut: “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti kasus sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang, dengan tujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.” Sedangkan pengertian metode komparatif menurut menurut Nazir (2013: 47) adalah sebagai berikut: “Penelitian komparatif adalah bersifat ex post facto yang artinya data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung, peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab akibat dari data-data yang tersedia.” Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder yaitu berupa data laporan keuangan periode tahun 2010 hingga tahun 2014. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Penelitian lapangan merupakan penelitian dengan maksud untuk mendapatkan data atau informasi dari keadaan yang sebenarnya atau penelitian langsung ke sumber data. Untuk mendapatkan data atau informasi melalui objek yang diteliti lalu diolah dan dianalisis. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan merupakan penelitian dengan cara mempelajari bahan-bahan yang dianggap perlu dari literatur-literatur yang terkait masalah yang diteliti untuk mendapatkan bahan yang akan dijakdikan landasan teori dalam penyusunan skripsi.
10
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk penelitian ini peneliti melakukan penelitian kepada perusahaanperusahaan yang melakukan right issue pada periode 2012 yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Data yang digunakan merupakan laporan keuangan periode 2 tahun sebelum ringt issue (2010-2011) dan 2 tahun sesudah right issue (20132014). Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan Universitas Widyatama Bandung jalan Cikutra 204 A Bandung. Waktu penelitian ini terhitung dari bulan Agustus 2015.