BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun
juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan akibat buangan limbah industri yang umumnya mengandung logamlogam berat. Perkembangan peradaban dan semakin bertambahnya jumlah penduduk dengan sendirinya menambah aktivitas kehidupan. Penambahan fungsi rumah sebagai tempat usaha tidak diikuti penambahan fasilitas pendukung seperti
penambahan fasilitas pembuangan limbah industri. Sejalan dengan
perkembangan pembangunan diberbagai aspek terutama dibidang industri timbul berbagai masalah baru, hal ini terkait dengan pencemaran lingkungan oleh limbahlimbah buangan dari industri-industri yang semakin meningkat dari waktu kewaktu. Hal ini akan sangat berpengaruh pada kesehatan tanaman, hewan dan manusia (Muryanto, 2010). Industri yang mengalirkan buangan limbah cairnya ke aliran-aliran air di sekitarnya semakin bertambah banyak, sehingga akan menyebabkan beberapa hal, seperti aliran air yang semakin tercemar, merusak tatanan kehidupan air (ikan, mikroorganisme, dan lain-lain), merusak ketersediaan air untuk kepentingan umum (misalnya: fasilitas rekreasi dan fasilitas belanja) serta tidak layak sebagai sumber persediaan air bersih. Aliran air tersebut juga tidak menjadi sehat sebagai persediaan air industri. Untuk mencegah terjadinya akibat-akibat tersebut, maka diadakan suatu upaya pengawasan atau pemantauan terhadap limbah cair yang dibuang (Mahida, 1984). Pencemaran air pada saat ini sudah sangat besar dan peningkatannya relatif tinggi, hal ini dapat dilihat dari berbagai sungai yang ada di Jawa, khususnya di daerah Yogyakarta. Pencemaran ini dipengaruhi oleh adanya industri-industri yang berkembang di sekitar aliran sungai tersebut. Pembuangan bahan kimia maupun pencemar lain ke dalam air akan mempengaruhi kehidupan dalam air. Pada air
1
sungai yang telah tercemar ini akan mengalami penurunan terutama dari segi kualitas air tersebut dan tentunya hal ini akan sangat membahayakan baik untuk konsumsi maupun untuk bidang usaha pertanian. Pembuangan limbah maupun bahan pencemar lain akan mempengaruhi kehidupan dalam air, suatu bahan pencemar dalam suatu ekosistem mungkin cukup banyak sehingga akan meracuni organisme berada di sana. Indikasi pencemaran air dapat kita ketahui baik secara fisika (warna, bau, rasa, suhu, daya hantar listrik, total padatan terlarut, kekeruhan), kimia (pH, Biological Oxygen Demand, Chemical Oxygen Demand, sulfida, timbal, kromium, fenol, alkalinitas) maupun biologi (aktivitas organisme). Secara umum, pencemaran pada air dapat diidentifikasi sebagai berikut : a. Perubahan pH (tingkat keasaman / konsentrasi ion hidrogen) air normal yang memenuhi syarat untuk suatu kehidupan memiliki pH netral dengan kisaran nilai 6.5 – 7.5. Air limbah industri yang belum terolah dan memiliki pH diluar nilai pH netral, akan mengubah pH air sungai dan dapat mengganggukehidupan organisme didalamnya. Hal ini akan semakin parah jika daya dukung lingkungan rendah serta debit air sungai rendah. Limbah dengan pH asam / rendah bersifat korosif terhadap logam. b. Perubahan warna, bau dan rasa air normal dan air bersih tidak akan berwarna, sehingga tampak bening / jernih. Bila kondisi air warnanya berubah maka hal tersebut merupakan salah satu indikasi bahwa air telah tercemar. Timbulnya bau pada air lingkungan merupakan indikasi kuat bahwa air telah tercemar. Air yang bau dapat berasal darilimba industri atau dari hasil degradasioleh mikroba. Mikroba yang hidup dalam air akan mengubah organik menjadi bahan yang mudah menguap dan berbau sehingga mengubah rasa. c. Timbulnya endapan, koloid dan bahan terlarut endapan, koloid dan bahan terlarut berasal dari adanya limbah industri yang berbentuk padat. Limbah industri yang berbentuk padat, bila tidak larut sempurna akan mengendap di dasar sungai, dan yang larut sebagian akan menjadi koloid dan akan menghalangibahan-bahan organik yang sulit diukur melalui uji BOD (Biological Oxygen Demand) karena sulit didegradasi melalui reaksi biokimia, namun dapat diukur menjadi uji COD
2
(Chemical Oxygen Demand). Adapun komponen pencemaran air pada umumnya terdiri dari bahan buangan padat, bahan buangan organik dan bahan buangan anorganik. Keberadaan limbah industri dapat diketahui berupa pencemaran fisik, seperti berbau menyengat, dan kontaminan akan membuat air menjadi keruh. Timbulnya gejala tersebut secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu tanda terjadinya tingkat pencemaran air yang cukup tinggi. Limbah berwarna timbul akibat penggunaan zat pewarna yang masih melekat setelah dipakai. Pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh dampak perkembangan industri perlu dikaji lebih mendalam, karena apabila hal ini tidak diperhatikan akan mengakibatkan terganggunya keseimbangan antara makhluk hidup dengan lingkungan. Daerah yang dijadikan sebagai pusat industri mempunyai permasalahan tersendiri terhadap pencemaran, akan lebih bermasalah lagi ketika hasil buangan yang berupa polutan yang sulit terurai dan akan mencemari lingkungan perairan apabila dibuang ke badan air seperti sungai atau saluran irigasi (Hindarko, 2003). Industri batik merupakan industri yang sangat potensial untuk dikembangkan. Berawal dari metode sederhana, yaitu menggambar dengan canting dan mencelupkan dalam pewarna, batik cap dengan cara dicap pada cetakan sampai produksi masal dengan mesin modern. Dalam pembuatan batik, dari proses awal hingga proses penyempurnaan diindikasikan menggunakan bahan kimia yang mengandung unsur logam berat, sehingga bahan buangannya juga masih mengandung unsur logam berat tersebut. Bahan buangan dari limbah batik dapat beupa zat tersuspensi dan zat organik. Konsentrasi COD, BOD dan warna pada umumnya melebihi baku mutu yang ditentukan pemerintah. Apabila bahan buangan tersebut tidak diolah dengan baik, maka bahan buangan tersebut dapat mencemari dan menurunkan kualitas lingkungan serta dapat merusak kehidupan yang ada di lingkungan tersebut. Batik Plentong yang terletak di Jl. Tirtodipuran No. 48, Brontokusuman, Mergangsan, Yogyakarta adalah salah satu industri diantara puluhan industri batik yang berkembang di wilayah Yogyakarta. Dari kegiatan industri ini dapat menghasilkan limbah cair yang yang dapat mengakibatkan lingkungan dan
3
sekitarnya menjadi tercemar dan tidak sehat. Dengan kata lain bahwa kesehatan lingkungan di lokasi tersebut akan terganggu, bahkan dapat menimbulkan berbagai penyakit. Dalam proses produksinya, industri batik banyak menggunakan bahanbahan kimia. Bahan kimia ini biasanya digunakan pada proses pewarnaan atau pencelupan. Kegiatan industri adalah salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah. Faktor lainnya berupa faktor-faktor alami, yaitu kondisi batuan, iklim, dan vegetasi. Keragaman jenis batuan dan material dalam tanah dapat mempengaruhi besarnya kadar suatu senyawa secara kimia. Lama kontak dengan batuan dan sifat adhesi kohesi antar unsur senyawa dengan batuan adalah dua hal yang bersifat alami dan berpengaruh terhadap kadar dari suatu senyawa. Kadar konsentrasi limbah dapat berkurang jika limbah tersebut melewati batuan atau endapan sebelum dibuang ke badan air. Meski demikian, hal tersebut bukanlah sebuah anjuran karena tetap merusak kualitas lingkungan dan dianjurkan untuk diolah terlebih dahulu limbah buangan industri dengan baik. Material kasar seperti pasir dan krikil memiliki karakteristik dapat mengurangi kekeruhan atau menjernihkan suatu zat cair. Material halus seperti lempung bersifat menyerap kadar logam atau kimia tertentu, misalnya kadar timbal dapat berkurang oleh adanya jenis lempung montmorilonit.
1.2.
Perumusan Masalah
Berdasar berbagai permasalahan di daerah penelitian, maka dirumuskan: 1) Bagaimanakah perbandingan penurunan beban pencemar Chemical Oxygen Demand (COD) dan kejernihan warna yang berasal dari buangan limbah Industri Batik Plentong menggunakan pemodelan media penyaring dengan material endapan dataran kaki volkan, dataran aluvial dan pesisir selama seminggu? 2) Bagaimana distribusi spasial penurunan beban pencemar COD dan warna yang berasal dari buangan limbah industri batik menggunakan pemodelan media penyaring dengan material endapan dataran kaki volkan, dataran aluvial dan pesisir?
4
1.3.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah maka ada dua hal tujuan yang perlu dikaji dalam penelitian ini: 1) Membandingkan kadar Chemical Oxygen Demand (COD) dan warna yang berasal dari buangan limbah Industri Batik Plentong menggunakan pemodelan media penyaring dengan endapan yang berasal dari dataran kaki volkan, dataran aluvial dan pesisir selama seminggu; 2) Memetakan distribusi spasial penurunan beban pencemar limbah industri (COD dan warna) batik menggunakan pemodelan media penyaring dengan endapan yang berasal dari dataran kaki volkan (daerah penelitian), dataran aluvial dan pesisir selama seminggu.
1.4.
Kegunaan Penelitian Kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini adalah: 1) Bagi peneliti: dapat dijadikan sebagai acuan penelitian-penelitian yang sama pada waktu yang akan datang sekaligus mengkoreksi adanya kekurangan dari penelitian ini; 2) Bagi pengelola industri: memberikan gambaran sekaligus masukan terkait dengan limbah yang dihasilkan beserta pengelolaan dari industri setempat; 3) Bagi pemerintah: memberikan gambaran pengelolaan limbah industri batik untuk perbaikan kualitas lingkungan; 4) Bagi
masyarakat:
memberikan
informasi,
wawasan
maupun
pengetahuan tentang kondisi pencemaran di daerah penelitian. . 1.5. Batasan Masalah Ruang lingkup penelitian ini akan dibatasi pada masalah: 1) Limbah cair yang diambil sebagai sampel berasal dari hasil pembatikan pada proses pewarnaan Industri Batik Plentong Yogyakarta;
5
2) Material yang digunakan sebagai media penyaring berasal dari endapan Sungai Code, Sungai Winongo dan Sungai Opak; 3) Endapan untuk media penyaring diambil dengan kondisi tidak terusik (undisturb); 4) Parameter yang akan diteliti adalah kadar COD dan warna serta penurunannya setelah melewati media penyaring; 5) Pengujian parameter dilakukan selama 7 hari berturut-turut; 6) Pengujian limbah menggunakan metode penyaringan.
6