BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia adalah negara kepulauan, dimana ketika kita berbicara masalah budaya, Indonesia mempunyai berbagai macam suku dan ras yang tinggal di dalamnya sehingga kebudayaan Indonesia sangat beragam. Kebudayaan Indonesia yang beragam ini dapat menjadikan bangsa ini lebih bernilai dibandingkan bangsa lain karena betapa berharganya nilai-nilai budaya lokal yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Seharusnya setiap warga negara bisa lebih tanggap dan peduli lagi terhadap semua kebudayaan yang ada di Indonesia. Pada tataran ideal, media lokal, termasuk di antaranya radio siaran, memiliki fungsi ekonomi, sosial, politik, serta kebudayaan bagi sebuah daerah. Media lokal merupakan
sarana
pengembangan
nilai-nilai
dan
potensi
lokal,
termasuk
kebudayaan lokal. Sebuah kebudayaan lokal dapat dikatakan berkembang bila mendatangkan manfaat bagi masyarakatnya dan memberi kesadaran tentang manfaat tersebut pada masyarakatnya (Yudhapramesti dan Fadilah, 2011: 4). Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan lembaga penyiaran yang didirikan oleh komunitas tertentu dan menjadi hak milik komunitas tersebut. Lembaga penyiaran komunitas didirikan tidak untuk mencari keuntungan, melainkan untuk mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan dengan menyajikan
program-program
budaya,
pendidikan,
dan
informasi
untuk
komunitasnya atau masyarakat setempat. Seperti yang tertulis dalam UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran, Lembaga Penyiaran Komunitas merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.
1
Ishadi (2004) dalam buku Rachmiatie (2007) yang berjudul Radio Komunitas: Eskalasi Demokratisasi Komunikasi menyebutkan, bahwa kehadiran media komunitas secara fisik adalah dapat mengisi blank spot penyiaran, bisa menjadi pendukung dari penyiaran nasional dan secara langsung menumbuhkan karakter budaya lokal yang akan menguatkan budaya nasional Indonesia (Rachmiatie: 2007: 55). Blank spot yang dimaksud adalah daerah-daerah yang tidak terjangkau siaran dari media manapun, hal tersebut yang dapat memperkuat peranan radio komunitas khususnya dalam membantu khalayak pendengar di wilayah yang terpencil dan memang jauh dari kawasan perkotaan serta mengajak mereka untuk berpartisipasi langsung dalam kegiatan penyiaran. Seperti halnya yang dikatakan oleh Rachmiatie (2007) dalam bukunya yang berjudul Radio Komunitas: Eskalasi Demokratisasi Komunikasi: …Radio komunitas ternyata sangat tepat untuk kondisi Indonesia. Pertama, menumbuhkan partisipasi yang merupakan kekuatan bagi komunitas untuk membuka pintu perubahan kehidupan komunitas. Kedua, melayani informasi di segala sektor kehidupan komunitas. Ketiga, mempromosikan dan merefleksikan budaya, karakter dan identitas lokal/komunitasnya. Keempat, meningkatkan akses untuk penyebaran informasi secara lisan. Kelima, merupakan tanggung jawab sosial atas kebutuhan komunitasnya. Keenam, berperan penting dalam memberikan kekuatan bagi kaum yang terpinggirkan dan para grass root (Rachmiatie, 2007: 105). Selain itu, media komunitas memiliki kegunaan yang khas sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya. Kegunaan dan fungsi media komunitas yang khas tersebut membuat media komunitas berbeda dengan media massa lainnya. Gazali (2004) dalam buku Rachmiatie (2007) yang berjudul Radio Komunitas: Eskalasi Demokratisasi Komunikasi menyebutkan tentang kegunaan media komunitas yang diantaranya adalah merepresentasikan dan mendukung budaya dan identitas lokal, menciptakan pertukaran opini secara bebas di media, menyediakan
program
yang
variatif,
merangsang
demokrasi
dan
dialog,
mendukung pembangunan dan perubahan sosial, mempromosikan masyarakat madani,
mendorong hadirnya pemerintahan yang baik (good governance),
merangsang partisipasi melalui penyebaran informasi dan inovasi, menyediakan
2
kesempatan bersuara bagi yang tidak memiliki kesempatan, menghubungkan komunikasi
di
komunitas,
memberi
kontribusi
pada
variasi
kepemilikian
penyiaran, dan menyediakan SDM bagi industri penyiaran (Rachmiatie, 2007: 55). Kegunaan-kegunaan media komunitas tersebut membuat keberadaan media komunitas penting untuk tetap ada dalam dunia penyiaran Indonesia. Berikut daftar radio komunitas yang ada di Indonesia dan Jawa Barat:
Tabel 1.1 Daftar Jumlah Radio Komunitas di Indonesia
WILAYAH PROVINSI
JUMLAH STASIUN RADIO KOMUNITAS
Provinsi Lampung
8
Provinsi Jawa Barat
45
Provinsi Jawa Tengah
27
Yogyakarta
49
Provinsi Bali
9
Provisi NTB
22
Provinsi Jakarta
5
Provinsi Jawa Timur
59
Provinsi Papua (Irian Jaya Barat)
5
Provinsi Kalimantan Timur
5
Provinsi Kalimantan Barat
15
Provinsi Sulawesi Utara
5
Provinsi Sulawesi Tenggara
15
Provinsi Sulawesi Selatan
15
Provinsi Sumatera Barat
11
Provinsi Sumatera Utara
10
Provinsi Banten
22
3
Provinsi Aceh
23
Jumlah Seluruh Radio
350 stasiun RK
Komunitas di Indonesia
Sumber: JRKI, 2014
Tabel 1.2 Radio Komunitas di Jawa Barat yang Terdaftar Aktif pada Tahun 2014 Kota/Kabupaten
Radio Komunitas yang Masih Aktif
Kota Bandung
2
Kab. Bandung Barat
5
Kab. Bandung
7
Kab. Sumedang
2
Kab. Cianjur
2
Kab. Purwakarta
4
Kab. Subang
4
Kota Bekasi
1
Kota Bogor
2
Kab. Bogor
1
Kab. Karawang
1
Kab. Cirebon
5
Kab. Kuningan
1
Kab. Majalengka
1
Kab. Indramayu
2
Kab. Tasikmalaya
3
Kab. Ciamis
2 JUMLAH
45 Sumber: JRKI, 2014
4
Sucipto dkk. (1998) dalam buku Rachmiatie (2007) yang berjudul Radio Komunitas: Eskalasi Demokratisasi Komunikasi menyebutkan beberapa hasil penelitian tentang peran dan fungsi media komunitas di Jawa Barat, menyatakan bahwa meskipun penduduk pedesaan di Kabupaten Bandung dan Subang memiliki
dan
menggunakan
surat
kabar,
radio,
televisi dengan
berbagai
keragaman acaranya, sebagian besar penduduk menyukai media komunitas, dengan
alasan
umum
ingin
mengetahui
perkembangan
pembangunan
dan
kebudayaan daerah sendiri, yakni Jawa Barat (Sunda) (Rachmiatie, 2007: 57). Di Bandung, tepatnya di Ujungberung, berdiri sebuah radio komunitas yang menamakan dirinya “Radio Komunitas Seni Budaya” yang berorientasi khusus seni dan budaya Sunda. Awal berdirinya stasiun radio ini digagas oleh Novi Sumengkar, Deden Kusnia, dan Deddy Suhendar. RKSB adalah singkatan dari Radio Komunitas Seni Budaya, merupakan nama udara yang baru untuk Radio Maja 107,7 FM Ujungberung, Bandung. Nama RKSB sendiri digunakan sejak awal oleh Maja FM, namun tidak dijadikan nama udara. Sejak bulan Desember 2014 dan diresmikan pada bulan Januari 2015, Maja FM berubah nama udara menjadi RKSB 107,7 FM Bandung. Nama Maja diambil dari nama lokasi studio dan padepokan seni lembah di lokasi studio, yakni Curug Maja, Ujungberung, Bandung. Radio Komunitas Seni Budaya menitikberatkan kepada seni dan budaya, khususnya seni dan budaya Sunda adalah karena RKSB berada di wilayah Bandung Timur. Wilayah Bandung Timur merupakan kawasan seni budaya yang berkonsep Sundapolis, sebagaimana telah dicanangkan oleh Walikota Bandung (Hasil wawancara dengan General Manager Radio Komunitas Seni Budaya, Novi Sumengkar. Selasa, 12 Januari, 2016). Karena Kota Bandung masih kental dan terkenal dengan budaya aslinya, yaitu budaya Sunda, tak jarang pula stasiun-stasiun radio komunitas di Bandung menyajikan beberapa program acara khusus untuk budaya Sunda diantara program-program mereka yang umumnya berisi pendidikan dan informasi, diantaranya adalah:
5
Tabel 1.3 Radio Komunitas dan Program Acara
No.
1.
Nama Stasiun Radio Radio Kita-kita (RAKITA)
Radio Komunitas
2.
Bandung Selatan (KOMBAS)
3.
Radio Alfa
Program Radio
Waktu Siaran Minggu, pukul
Kebudayaan Kita
11.00 – 13.00 WIB
Seni dan Budaya Sunda Wayang Golek dan
Sabtu, pukul 22.00
menyajikan lagu-lagu
– 02.00 WIB
Sunda klasik Kawih Sunda Alfa
Senin – Sabtu,
(Pelestarian budaya kawih
pukul 13.00 –
Sunda)
15.00 WIB
Selain stasiun radio tersebut, masih ada lagi beberapa stasiun-stasiun radio komunitas di Bandung yang mempunyai program acara budaya Sunda. Namun, dari seluruh program budaya Sunda yang ada di radio-radio komunitas yang ada di Bandung, umumnya program tersebut tidak menjadi program utama dan tidak menjadi ciri khas atas identitas radio-radio komunitas tersebut. Radio-radio komunitas tersebut hanya menjadikan program budaya Sunda tersebut sebagai salah satu program untuk melengkapi program-program mereka yang lainnya. Berbeda dengan radio-radio komunitas tersebut, Radio Komunitas Seni Budaya (RKSB) justru menjadikan program acara khusus untuk budaya sebagai program utama dan program dominan yang menjadikan hal tersebut sebagai ciri khas atas identitas RKSB sendiri. RKSB memiliki komunitas budaya yang jelas, seperti komunitas calung, komunitas bajidoran, dan lain-lain. Sementara radio komunitas lain biasanya hanya mewakili satu komunitas saja. Selain itu, dari berbagai komunitas seni dan budaya yang ada di RKSB dapat dijadikan sebagai aspirasi dan penyalur ekspresi
6
tentang seni dan budaya (Hasil wawancara dengan Station Manager Radio Komunitas Seni Budaya, Deden Kusnia. Selasa, 17 Maret 2015). Di tengah ketatnya persaingan industri media, isu kualitas program menjadi semakin mengemuka, karena kualitas dipandang sebagai suatu syarat penting untuk memenangkan persaingan tersebut dalam memenangkan konsumen. Untuk radio komunitas terutama, bagaimana radio tersebut tetap mempunyai daya saing sedangkan tidak hanya bersaing dengan radio komunitas lainnya, tetapi juga dengan radio swasta dan komersial yang lebih dikenal oleh pendengar? Karena itu, diharapkan pengelola stasiun radio komunitas berusaha untuk mengembangkan kebijakan bersaing dengan menargetkan kelompok pendengar yang lebih spesifik. Dengan berorientasi pada celah-celah pendengar tertentu, aktifitas dalam menentukan strategi pemrograman menjadi lebih efisien dan efektif karena target pendengar menjadi lebih jelas dan spesifik. Terkait dengan strategi pemrograman, maka stasiun radio membuat programprogram yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan khalayak, dimana dengan adanya strategi ini maka penentuan program-program yang sesuai dan menarik khalayak akan jauh lebih mudah. Pemrograman dapat diawali dengan melakukan penelitian dan memilih pemilihan materi program yang memenuhi selera khalayak yang diinginkan. Minat dan kebutuhan khalayak memegang peranan penting dalam penyusunan program. Sebuah radio yang baik, baik radio komunitas ataupun radio swasta, adalah radio yang mampu menghasilkan program siaran yang sesuai dengan kebutuhan khalayak sasaran. Pemrograman penting untuk sebuah stasiun radio, terutama radio komunitas, karena pemrograman yang baik dan terencana dengan matang akan
menghasilkan
program siaran
yang
baik
dan
memenuhi kebutuhan
khalayaknya. Berdasarkan latar belakang inilah peneliti merasa bahwa strategi pemrograman yang dijalankan oleh Stasiun Radio Komunitas Seni Budaya Ujungberung tersebut menarik untuk diteliti.
7
1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan uraian latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka fokus penelitian yang akan dibahas dalam penelitian ini, adalah: 1. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Radio Komunitas Seni Budaya Ujungberung dalam mempertahankan eksistensinya? 2. Bagaimana strategi pemrograman yang dilakukan oleh Radio Komunitas Seni
Budaya
Ujungberung
dalam membuat
program-program yang
dibutuhkan dan digemari oleh masyarakat Ujungberung? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan fokus penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, maka tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui langkah-langkah apa saja yang dilakukan oleh Radio Komunitas
Seni
Budaya
Ujungberung
dalam
mempertahankan
eksistensinya. 2. Untuk mengetahui bagaimana strategi pemrograman yang dilakukan oleh Radio Komunitas Seni Budaya Ujungberung dalam membuat programprogram yang dibutuhkan dan digemari oleh masyarakat Ujungberung. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis Manfaat teoretis dari penelitian ini adalah peneliti berharap penelitian ini dapat
memperkaya
kajian
ilmu
komunikasi,
khususnya
ilmu
broadcasting
mengenai hal-hal yang berkaitan dengan strategi program pada program radio. Penelitian
ini
juga
diharapkan
dapat
digunakan
untuk
memperluas
dan
memperkaya wacana pemikiran, serta menjadi tambahan referensi pustaka, khususnya di konsentrasi Broadcast Fakultas Komunikasi dan Bisnis, Universitas Telkom.
8
1.4.2
Aspek Praktis
1. Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dalam bidang radio tentang strategi pemrograman yang digunakan oleh stasiun Radio Komunitas Seni Budaya Ujungberung. 2. Dapat bermanfaat sebagai masukan bagi para akademisi ilmu komunikasi, khususnya yang mendalami ilmu broadcasting. 3. Bagi Radio Komunitas Seni Budaya, sebagai sumbangan pemikiran pihak radio dalam meningkatkan kemajuan pelaksanaan strategi pemrograman. 1.5 Tahapan Penelitian Dalam melakukan penelitian kualitatif, peneliti melakukan beberapa tahapan yang sistematis dan menyusun secara terstruktur. Peneliti menjadikan program acara di Radio Komunitas Seni Budaya Ujungberung sebagai objek penelitian untuk menganalisis strategi program pada acara tersebut. Selanjutnya, peneliti mendatangi dan meneliti langsung di lokasi Radio Komunitas Seni Budaya Ujungberung. Kemudian, peneliti mencari teori-teori dan literatur yang relevan untuk mendukung penelitian sehingga penelitian dapat dipertanggung jawabkan. Peneliti mencari
teori
komunikasi
yang
berhubungan
dengan
studi
kasus
untuk
menganalisis strategi program acara pada sebuah stasiun radio. Setelah melakukan penelitian, peneliti akan mendapatkan hasil tentang bagaimana strategi program di Radio Komunitas Seni Budaya Ujungberung.
9
Tabel 1.4 Tahapan Penelitian
Mencari Ide
Pengumpulan Data
Data Primer Radio Komunitas Seni Budaya
Data Sekunder (Studi Kepustakaan)
Mencari teori yang berkaitan dengan penelitian
Analisis Radio Komunitas
Validitas Data
Hasil akhir penelitian
Sumber: Data Olahan Peneliti
1.6 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Radio Komunitas Seni Budaya yang beralamat di Babakan Teureup, RT. 07/RW. 10, Kelurahan Pasir Jati Kecamatan Ujungberung, Kota Bandung. Pelaksanaan waktu penelitian dilakukan selama delapan bulan, yaitu mulai dari bulan Maret 2015 sampai dengan bulan November 2015. 10
Tabel 1.5 Tahapan dan Waktu Penelitian
Bulan No.
Kegiatan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Oktober
Nove mber
De sember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1
Tahap Pra-lapangan a)
M enyusun rancangan penelitian
b)
M emilih lokasi penelitian
c)
M engurus Perizinan
d)
M enjajaki dan menilai lokasi dan memilih informan
2
3
Tahap Pekerjaan Lapangan a)
Persiapan
b)
M elakukan Observasi
c)
Wawancara Informan
Tahap Pasca-lapangan a)
Pengumpulan dan pengolahan data
b)
M enyusun proposal penelitian
c)
Seminar Proposal
d)
M enyusun Skripsi
Sumber: Olahan Peneliti