BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi sekarang ini dimana situasi persaingan dalam pasar
semakin tajam, indikasi semakin banyaknya ritel modern di Indonesia semakin beragam pula produk yang ditampung oleh retailer mini, super atau hypermarket.
Tabel 1.1 Data perkembangan retail di Indonesia (jumlah outlet) OUTLET 2004 2005 2006 2007 2008 Minimarket 5.604 6.465 7.356 8.889 10.289 Supermarket 965 1.141 1.311 1.379 1.447 34 50 83 99 130 Hypermarket Total 6.603 7.656 8.750 10.367 11.866 Sumber: Indonesian Ritelers Association, Media Data.
Tabel 1.2 Persentase perkembangan retail di Indonesia (% jumlah outlet) OUTLET Minimarket Supermarket Hypermarket Total
2004-2005 15,36% 18,23% 47% 15,94%
2005-2006 13,78% 14,89% 66% 14,28%
2006-2007 20,84% 5,18% 19,27% 18,84%
2007-2008 15,74% 4,93% 31,31% 14,45%
Rata-rata 16,43% 10,87% 40.89% 15,87%
Sumber: data yang telah diolah
Perkembangan tersebut dikarenakan potensi pasar di Indonesia masih cukup besar dan menguatnya usaha kecil menengah, telah menambahnya kelompok masyarakat berpenghasilan menengah atas yang memiliki gaya hidup berbelanja di ritel modern. Fenomena dalam setiap tahunnya produsen mengeluarkan sekitar 5000 produk baru, sedangkan supermarket hanya bisa menampung 8000-15000 produk, hampir 30% dari produk yang di jual itu selalu berganti oleh produk baru Majalah MIX (15 desember 2005:34).
Dengan banyak bermunculan produk baru pada tahun 2005 yang mengakibatkan berkembang pesatnya Hypermarket pada tahun 2005-2006, hal lain ini juga menyebabkan banyak beralihnya Supermarket ke Hypermaket yang dianggap lebih potensial, selain itu formatnya yang cocok dengan karakter konsumen di Indonesia yang menjadikan belanja bagian dari rekreasi, serta mampu menawarkan harga paling rendah, produk selalu fresh, area belanja luas dan jumlah produknya sangat lengkap (Media data riset survey, 2009). Perkembangan ritel di Indonesia ditandai juga dengan meningkatnya Minimarket pada tahun 2006-2007, salah satunya disebabkan karena adanya sistem franchise yang banyak diminati sehingga mengakibatkan jumlah Minimarket di Indonesia berkembang (Pandin, 2009). Sebagai suatu komponen masyarakat, produk mendorong pertumbuhan ekonomi dan memenuhi kebutuhan manuasia untuk memberdayakan sumber daya fisik. Dengan pertumbuhan konsumerisme yang terus berlanjut, maka berlipat gandalah produk dan jasa yang mengakibatkan jumlah minimarket, supermarket, dan hypermarket terus berkembang. Meskipun Ultra Milk mendapatkan jumlah pangsa pasar 52% di ritel modern dan tradisional dari kategori minuman susu dan mendapatkan penghargaan
Super
Brands
Asia
atas
Ultra
Milk
pada
tahun
2007
www.google.com/sipenerima/super/brand/asia1000, akan tetapi seiring dengan terus berkembangnya ritel modern di Indonesia, PT Ultrajaya Milk Industry Tbk dengan merek Ultra Milk-nya, harus dapat bersaing dengan produk-produk baru sejenis yang dikeluarkan oleh para pesaing agar produk Ultra Milk mampu mempertahankan keberadaannya di ritel modern dan tradisional. Salah satu yang diperhatikan dan perlu dilakukan adalah mempertahankan konsumen lama dan terus menggarap pelanggan-pelanggan potensial baru agar jangan sampai pelanggan beralih menjadi pelanggan perusahaan lain. Terlebih perusahaan pesaing adalah perusahaan besar yang bergerak sama menggeluti pasar minuman susu. Konsumen yang kini lebih selektif dalam menenentukan pembelian untuk produk yang dikategorikan baru atau lama berada dipasar seperti halnya Ultra
Milk, tentunya kosumen mempunyai referensi tersendiri untuk menentukan keputusan pembelianya, meskipun keputusan pembelian konsumen merupakan proses yang sangat kompleks, hal ini dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian bagi konsumen. Seringkali keputusan pembelian tidak direncanakan terlebih dahulu untuk produk konsumsi (convinience goods), sehingga konsumen menentukan keputusan pembelian produknya di outlet dimana produk tersebut berada menurut kata hati (buying impulsive) yang dipengaruhi oleh persepsi konsumen terhadap produk. Berjajarnya produk-produk Ultra Milk dan pesaing potensialnya dirakrak mini, super, dan hypermarket konsumen menjadi lebih mudah untuk membandingkan produk-produk sejenis yang ada untuk dijadikan dasar pengambilan
keputusan
pembelian
produk.
Menurut
Alma
(2007:59)
menegaskan, ...setelah melakukan penilaian maka diambilah keputusan membeli atau tidak membeli , penilaian ini sangat mempengaruhi konsumen yang tidak loyal terhadap satu produk atau konsumen yang tidak mendapatkan informasi produk secara lengkap dan detail. Persepsi atau pandangan dapat mempengaruhi penilaian konsumen terhadap Ultra Milk. Kemasan dapat memberikan gambaran awal mengenai suatu produk, baik itu dari segi kualitas maupun nilai produk yang ditawarkan oleh produsen (Ervianty dan Hudrasyah, 2007). Ketersedian produk yang banyak dan distribusi yang baik, dapat memudahkan konsumen untuk mendapatkan produk tersebut. Dalam hal ini kemasan sangatlah berperan untuk penyampaian produk sehingga produk Ultra Milk dapat dikonsumsi oleh banyak orang, selain itu kemasan juga dapat berfungsi sebagai perangkap emosional yang sangat ampuh untuk menarik perhatian konsumen. Persepsi kemasan dapat menimbulkan kesan kualitas produk oleh konsumen (Lorgen dan Witell, 2005), menurut Aacker (1991:97) kesan kualitas adalah persepsi pelanggan atas keseluruhan mutu atau keunggulan suatu produk atau servis berkenaan dengan tujuan yang diharapkan oleh pelanggan, berhubungan dengan alternatif-alternatif. Sehingga persepsi kemasan pada kesan
kualitas Ultra Milk yang baik akan mendorong konsumen pada tahap keputusan pembelian. Perkembangan teknologi, material, produksi, dan kondisi masyarakat konsumen yang terus berubah mengakibatkan peningkatan perlunya kemasan untuk melindungi, menyimpan dan mengirimkan barang. Dalam penelitian (Junita, 2008) menambahkan fungsi kemasan sudah melampaui fungsi dasarnya sebagai pembungkus dan pelindung produk. Persaingan produk tidak lagi terbatas pada keunggulan kualitas atau teknologi canggih semata, tetapi juga pada usaha untuk mendapatkan nilai tambah agar memberikan emotional benefit kepada konsumen. Dalam pemasaran, pengemasan dan pelabelan diberlakukan sebagai elemen strategi produk. Daya tarik suatu produk tidak dapat terlepas dari kemasannya, kemasan merupakan pemicu karena ia langsung berhadapan dengan konsumen untuk memberikan respon positif dalam hal ini membeli produk, karena tujuan akhir dari pengemasan adalah untuk menciptakan penjualan. Wirya (1999:45). Kemasan juga menjadi suatu alat yang berfungsi sebagai silent salesman di rak-rak toko dan merupakan sarana komunikasi sebuah produk (Junita, 2008). Dengan banyaknya pilihan konsumen maka munculah kompetisi produk, pada akhirnya mendorong kebutuhan untuk diferensiasi pasar dan kebutuhan untuk berbeda dari pasaran. Hal ini dilakukan pada kemasan Ultra Milk yang menggunakan visualisasi sehingga dapat memberikan informasi melalui warna, ilustrasi serta penempatan tifografi yang sesuai seperti pada tulisan
isinya
terjamin selama kemasan tidak bocor dan tidak kembung , informasi tersebut tertera pada kemasan Ultra Milk dengan tifografi serta penempatannya yang akurat memudahkan konsumen untuk membaca informasi dan memahaminya, dengan menjelaskan segala sesuatu tentang produk kepada konsumen yang tidak diinformasikan melalui media iklan seperti (komposisi, cara penggunaan, batas kadaluarsa, perusahaan yang memproduksi, label untuk pengaduan dan lainya), dengan kemasan tersebut diharapkan dapat menciptakan citra perusahaan.
Desain kemasan Ultra Milk yang memiliki kontur yang khas dengan bentuk kotak, pelabelan dan paduan warnanya, memudahkan konsumen untuk mengenali dan mengidentifikasi keberadaan Ultra Milk di outlet. Selain itu secara fungsional dapat memberikan benefit pada konsumen, karena menggunakan tutup putar (screw caps) pada kemasan maka dapat memberikan kemudahan dan kenyamanan pada saat menuangkan, menyimpan dan mempergunakannya kembali. Alasan lain mengapa kemasan Ultra Milk dijadikan objek penelitian, karena Ultra Milk UHT (Ultra High Temperature) dikemas secara higienis dengan menggunakan kemasan aseptik multilapis berteknologi canggih, kemasan multilapis ini kedap udara sehingga bakteri pun tak dapat masuk ke dalamnya. Karena bebas bakteri perusak minuman, maka susu UHT pun tetap segar dan aman untuk dikonsumsi. Selain itu kemasan multilapis susu UHT ini juga kedap cahaya sehingga cahaya ultra violet tak akan mampu menembusnya dengan terlindungnya dari sinar ultra violet maka kesegaran susu UHT pun akan tetap terjaga. Setiap kemasan aseptik multilapis susu UHT disterilisasi satu per satu secara otomatis sebelum diisi dengan susu. Proses tersebut secara otomatis dilakukan hampir tanpa adanya campur tangan manusia sehingga menjamin produk yang sangat higienis dan memenuhi standar kesehatan internasional. Dengan demikian teknologi UHT dan kemasan aseptik multilapis menjamin susu UHT bebas bakteri dan tahan lama tidak membutuhkan bahan pengawet dan tidak perlu disimpan di lemari pendingin hingga 10 bulan setelah diproduksi www.google.com/proses/uht:upaya/penyelamatan/gizi/pada/susu Dari beberapa fenomena yang penulis kemukakan, penulis tertarik menganalisis lebih dalam, sejauh mana tingkat keterkaitan persepsi konsumen pada kemasan Ultra Milk yang disinyalir menjadi faktor dasar keputusan pembelian konsumen, dengan kenyataan yang ada dilapangan sebenarnya. Maka penulis melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Persepsi Konsumen pada Kemasan Terhadap Keputusan Pembelian Ultra Milk . (survey pada Alfamart Dago Atas Bandung)
1.2
Identifikasi Masalah Masalah-masalah tersebut antara lain: 1. Bagaimana persepsi konsumen pada kemasan Ultra Milk? 2. Bagaimana keputusan pembelian konsumen terhadap Ultra Milk? 3. Seberapa besar pengaruh persepsi konsumen pada kemasan terhadap keputusan pembelian Ultra Milk?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian adalah: 1. Untuk mengetahui persepsi konsumen pada kemasan Ultra Milk 2. Untuk mengetahui keputusan pembelian konsumen pada Ultra Milk 3. Untuk mengetahui pengaruh persepsi konsumen pada kemasan terhadap keputusan pembelian Ultra Milk
1.4
Kegunaan Penelitian Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini ialah: 1. Penulis Untuk meningkatkan wawasan pemahaman masalah yang berhubungan mengenai kemasan serta keputusan pembelian konsumen, dan juga merupakan pengembangan dari teori - teori yang telah didapatkan dalam perkuliahan. 2. Perusahaan Dapat membantu perusahaan dalam memecahkan masalah-masalah yang terkait dengan menggunakan informasi-informasi yang dihasilkan dalam penelitian ini. 3. Pihak lain Dari penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi bagi pihak-pihak yang tertarik untuk mengetahui lebih jauh informasi-informasi yang dihasilkan dari penelitian ini ataupun yang berkeinginan untuk melakukan penelitian selanjutnya.
1.5
Kerangka Pemikiran Semakin beragamnya masalah pemasaran menyebabkan perusahaan-
perusahaan yang ada saling bersaing memperebutkan pasar, karena perusahaan merupakan salah satu unit ekonomi yang pada umumnya mengejar keuntungan. Dalam situasi persaingan yang ketat ini, perusahaan dituntut untuk selalu dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan pasar sasaran, dimana dalam melakukan pembelian suatu produk konsumen lebih selektif dan selalu membuat perbandingan
terhadap
suatu
produk
dengan
produk
lainnya.
Dengan
menggunakan kemasan sebagai sarana untuk mengkomunikasikan produk terhadap konsumen akan menjadi lebih efektif dengan adanya keunikan dan diferensiasi produk serta mendapatkan keunggulan kompetitif dengan produk perusahaan lainnya. Konsumen selalu memiliki pertimbangan tertentu dalam membeli barang, daya tarik pertamanya terfokus pada visualisasi dan kepraktisan dari kemasan. Menurut Alma (2005:160) kemasan dapat berpengaruh terhadap konsumen, yang bersifat implusif, emosional yang tidak direncanakan terlebih dahulu. Hal ini dapat terjdi karena konsumen sulit melakukan penilaian terhadap kualitas isi produk yang ada didalamnya, kemasan merupakan reference point, titik pemula yang dipandang menarik oleh konsumen (persepsi). Menurut Wirya (1999:5) Persepsi dapat didefinisikan sebagai proses dimana manusia mengadakan kontak dengan lingkungannya dan bagaimana manusia bereaksi pada bentuk dan visual objek tertentu Persepsi konsumen dibentuk oleh tiga pengaruh, antara lain: 1. Karakteristik dari stimuli 2. Hubungan stimuli dengan sekelilingnya 3. Kondisi
kondisi di dalam diri konsumen sendiri
Stimuli adalah setiap bentuk fisik, visual dan komunikasi verbal yang dapat mempengaruhi tanggapan individu seperti warna, aroma, rasa dan sebagainya. Persepsi fisik inilah yang mempengaruhi perilaku konsumen di dalam mengambil keputusan pembelian suatu produk. Webster (1993:299)
Pada suatu produk mempunyai kemasan yang telah dirancang untuk kesesuaian produk tersebut, kemasan menurut Kotler (2006:77) adalah aktivitas atau kegiatan dalam merancang dan memproduksi wadah atau bungkus suatu produk. Sedangkan menurut Klimchuk dan Krasovec (2007:33) kemasan berlaku untuk
membungkus,
melindungi,
mengirim
mengeluarkan,
menyimpan,
mengidentifikasi, dan membedakan sebuah produk di pasar. Pada akhirnya kemasan berlaku sebagai pemasaran produk dengan mengkomunikasikan kepribadian atua fungsi produk konsumsi secara unik. Kemasan merupakan pemicu karena fungsinya langsung berhadapan dengan konsumen. Dengan demikian kemasan harus dapat memberikan impresi spontan yang mempengaruhi tindakan positif konsumen di tempat penjualan, dalam hal ini membeli produk (Cenadi:2000). Seorang pakar di bidang pemasaran mengatakan bahwa teknologi telah membuat packaging berubah fungsi, Kartajaya (2000:89) dulu orang bilang Packaging protects what it sells (Kemasan melindungi apa yang dijual). Sekarang, Packaging sells what it protects (Kemasan menjual apa yang dilindungi). Dengan kata lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat menjual produk yang dikemasnya. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Aruman dalam majalah MIX (Desember 2005:13) kemasan mempunyai kekuatan untuk menjelaskan produk dan membantu meningkatkan penjualan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya bahwa kemasan berpengaruh terhadap kesan kualitas produk. Pengaruh tersebut selanjutnya dapat mendorong konsumen untuk membeli dan menggunakan produk (Ervianty dan Hudrasyah, 2007). Dapat diambil kesimpulan dari pernyataan diatas mengenai kemasan yang dikemukakan oleh ahli dan peneliti sebelumnya, maka dengan menggunakan kemasan sebagai strategi produk akan dapat mendorong konsumen pada tahap keputusan pembelian. Pentingnya kemasan karena kemasan adalah satu kesatuan yang tidak dipisahkan dengan produk yang dikemasnya, tujuan dari kemasan menurut Alma (2005:160) yaitu :
1. Melindungi barang-barang yang dibungkusnya sewaktu barang-barang tersebut bergerak melalui proses-proses marketing. 2. Memudahkan pedagang eceran utuk membagi-bagi atau memisahkan barang tersebut. 3. Untuk mempertinggi nilai isinya dengan daya tarik yang ditimbulkan oleh pembungkus, sehingga menimbulkan cirri-ciri khas produk tersebut. 4. Untuk identifikasi, mudah dikenal, karena adanya label/merk yang tertera pada kemasan. 5. Pembungkus dapat digunakan sebagai alat komunikasi karena membawa berita atau catatan mengenai produk itu. 6. Pembungkus merupakan silent salesman, seperti disupermarket. Pembeli yang tidak dilayani oleh salesman tetapi pembeli cukup mengetahui dan memilih barangnya sendiri dengan membaca label pada bungkusnya.
Kemasan akan sangat berpotensi untuk menjual suatu produk dipasar, akan tetapi kemasan tersebut harus menciptakan persepsi yang baik terhadap konsumen sebagai pendukung bagi produk yang dikemasnya. Daya tarik kemasan yang dapat menciptakan kesan kualitas akan produk dapat mendorong pada tindakan-tindakan konsumen yang akan menguntungkan perusahaan. Secara konseptual sistematika pemikiran penelitian ini ditunjukan dalam gambar 1.1 berikut :
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
KEMASAN 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Warna Bentuk Logo/merek Ilustari Tifografi (bentuk tulisan) Tata letak Wirya (1999:25)
VISUAL Graphics Size
KEPUTUSAN PEMBELIAN
Persepsi Kesan kualitas Keunikan Informasi Praktis Higienis
1. 2. 3. 4.
5.
6.
7. 8. 9.
Adanya keinginan (protection)Kemasan yang melindungi (operating) Kemasan mudah digunakan (reusable) Kemasan dapat diisi kembali atau untuk wadah lain (promotion) Artistik, bentuk, warna dan desain kemasan (image) Kemasan mencerminkan kemewahan (shipping) Mudah dibawa (labeling) Isi pemakaian dan kualitas Kemasan yang mencerminkan inovasi Tjiptono (2007:106)
1.6
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, maka ditarik hipotesis penelitian bahwa Persepsi konsumen pada kemasan dapat berpengaruh terhadap keputusan pembelian Ultra Milk
1.7
Metode Penelitian Metodologi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan survei. Menurut Nazir (2005:54), bahwa : Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.
Pendapat lain yang dikemukakan oleh Sumarni dan Wahyuni (2006:106) bahwa penelitian deskriptif adalah: Model statistik digunakan untuk menganalisis data dengan mendeskrifsikan data yang telah terkumpul adanya dan tidak membuat kesimpulan secara umum (generalisasi).
Sedangkan pendapat lain mengenai penelitian deskriptif yang dikemukakan oleh Indrianto dan Supomo (1999:170) bahwa: Statistik deskriptif pada dasarnya merupakan proses transformasi data penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan.
Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegitan, sikap, pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh dari suatu fenomena. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat hubungan antar fenomena yang diselidiki serta mendapatkan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan.
A. Sumber Data Penelitian dilaksanakan dengan mengumpulkan, menggunakan dan mengevaluasi data primer, yaitu data primer yang telah diolah lebih lanjut menjadi
bentuk tabel, grafik, diagram, gambar dan sebagainya sehingga lebih informatif bagi pihak lain. B. Metode Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang akan dipergunakan dalam penelitian ini adalah: 1.
Data primer ini didapatkan melalui teknik-teknik sebagai berikut : Observasi, yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap kebiasaan konsumen di lapangan. Kuesioner, yaitu penulis memberikan formulir-formulir yang berisi pertanyaan-pertanyan yang dijawab oleh konsumen yang bersangkutan dalam objek penelitian. Pengisisan kuesioner ini didasarkan atas pengetahuan dan pengalaman pihak yang bersangkutan sesuai dengan penelitian yang dibutuhkan. Wawancara, yaitu penulis malakukan wawancara dengan konsumen yang terlibat dalam objek yang diteliti. Dalam melakukan wawancara, agar mendapatkan informasi yang benar dan terarah pada masalah yang diteliti, maka maka penulis berpedoman pada daftar pertanyaan yang telah disiapkan oleh penulis sebelumnya.
2.
Penelitian kepustakaan, merupakan data sekunder penelitian yang dilakukan untuk menghimpun teori-teori, pendapat-pendapat yang dikemukakan oleh para ahli yang diperoleh dari buku-buku kepustakaan serta literatur lainnya yang dijadikan sebagai landasan teoritis dalam rangka melakukan pembahasan. Landasan teori ini dijadikan sebagai pembanding dengan kenyataan. C. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau aspek dari
orang maupun objek yang memiliki variasi tertentu dan ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya.
Pengertian variable menurut Sumarni dan Wahyuni (2006:21) adalah: Suatu atribut, sifat, atau nilai dari individu, obyek atau, kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan dipelajari kesimpulannya.
Pendapat lain menurut menurut Nazir (2003:123) bahwa: variabel adalah Konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.
Sedangkan pendapat lain mengenai variabel yang dikemukakan oleh Indrianto dan Supomo (1999:61) bahwa: Variabel adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbgai macam nilai dan dapat diukur.
Penelitian ini menggunakan dua jenis variable yaitu: 1. variable independent (x) yaitu variable yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variable variable terikat (varable dependent). Jadi variable independent adalah yang mempengaruhi. Pada penelitian ini berupa Persepsi Konsumen pada Kemasan Ultra Milk. 2. variable dependent (y) yaitu variable yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat dari variabel bebas (variable independent), berupa Keputusan Pembelian Ultra Milk.
D. Teknik Pengolahan Data Dalam penelitian terdapat dua analisis data: 1. Analisis kualitatif, yaitu analisis yang mengungkapkan masalah secara essay berdasarkan pada variabel yang diteliti, yang bertujuan untuk menjelaskan pengaruh kausal antar variabel
variabel yaitu menghubungkan pengaruh
persepsi konsumen pada kemasan terhadap keputusan pembelian Minute Maid yang diperoleh dari penelitian.
2. Analisis kuantitatif, yaitu analisis yang mengungkapkan besamya pengaruh dan hubungan yang dinyatakan dengan angka berdasarkan perhitungan dan analisis statistik. E. Metode Analisis Data Koefisien korelasi Rank Spearman Analisa untuk mengukur kuat atau lemahnya hubungan antar variabelvariabel bebas dan tidak bebas.
1.8 Periode dan Lokasi Penelitian Guna memperoleh data dalam penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat dalam menempuh ujian sidang Serjana Ekonomi Jurusan Manajemen pada Fakultas Bisnis dan Manajamen Universitas Widyatama, penulis mengadakan penelitian dengan memilih lokasi secara random pada hypermarket, supermarket dan minimarket yang berada di Kota Bandung, maka hasil random tersebut penelitian akan dilakukan di minimarket Alfamart Dago Atas, Bandung, Jawa Barat. Adapun penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai dengan selesai.
1.8.1 Waktu Penelitian Table 1.3 Waktu Penelitian BULAN MINGGU BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V SIDANG
DESEMBER 1 2 3 4
JANUARI 1 2 3 4
FEBRUARI 1 2 3 4
1
MARET 2 3 4