BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan
baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa faktor pembawa sifat dan sifat-sifat budaya dari generasi manusia sebelum kita yang saling mempengaruhi dan membentuk perkembangan hidup kita sebagai generasi baru. Karena manusia adalah mahluk sosial yang membutuhkan hidup berinteraksi dengan manusia lainnya dengan cara berkomunikasi. Secara umum komunikasi adalah sebuah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.1 Dan kehidupan yang kita alami didunia adalah sebuah realitas yang dibuat, bahwa semua yang kita tahu dan ada, hanyalah sebatas konstruksi sosial atas kenyataan. 2 Dalam melakukan komunikasi diperlukan proses sosial dengan cara tatap muka, maupun dengan menggunakan media sebagai interaksi dengan sesama manusia. Manusia memiliki peranan penting dalam berinteraksi sesamanya, karena manusia memiliki niat, motivasi, dan kemampuan dalam mencapai hal yang diinginkan. Kegiatan dalam berkomunikasi itulah yang membuat manusia 1
Richard West & Lynn H. Turner. Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Edisi ketiga. Penerbit: Salemba Humanika. 2009 hal 5 2 Alex Sobur. Filsafat Komunikasi Tradisi dan Metode Fenomenologi. Penerbit: PT. Remaja Rosdakarya. 2013 hal 69
1
2
memiliki pemikiran untuk memvisualisasikan dan merepresentasikan sebuah konsep berupa objek yang dianggap memiliki arti. Hasil dari pengalaman dan pengamatan manusia didunia dalam berkomunikasi dan berinteraksi seiring dengan waktu manusia mengenal adanya simbol-simbol yang memiliki makna dari hasil pengamatan terdahulu yang hingga saat ini sebuah simbol masih dipergunakan sebagai bentuk representasi sebuah benda. Seperti halnya simbol kata makna dalam komunikasi memiliki arti sebagai sebuah pesan yang terucap dari orang tersebut. simbol atau lambang adalah sesuatu
yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya. Berdasarkan
kesepakatan sekelompok orang.3 Tetapi, sebuah makna memiliki arti yang berbeda dari setiap budaya. Memahami proses komunikasi ini adalah bagian dari manusia berinteraksi. Berkomunikasi dapat juga dilakukan dengan suatu kebiasaan-kebiasaan yang sering kita lakukan. Kebiasaan dari perilaku setiap budaya memiliki makna itu sendiri. Seperti yang dikatakan para pakar komunikasi: Komunikasi adalah bentuk Ilmu
sosial
yang
dinamis,
kompleks
dan
senantiasa
berubah.
Justru
kebersinambungan dari suatu kegiatan komunikasi itu sangat penting dan harus selalu ada.4Dan komunikasi sekarang didefinisikan sebagai suatu proses dinamik transaksional yang mempengaruhi perilaku dalam mana sumber dan penerimanya dengan sengaja menyandi (to code) perilaku mereka untuk menghasilkan pesan
3
Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Penerbit: Remaja Rosdakarya. 2004 hal 84 Richard West & Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi. Edisi ketiga. Penerjemah Maria Natalia D. M. Penerbit: Salemba Humanika. 2008 hal 30 4
3
yang mereka salurkan lewat saluran (channel) guna merangsang atau memperoleh sikap atau perilaku tertentu.5 Berkomunikasi yang baik adalah dengan berinteraksi sesama manusia dan memahami makna perbedaaan yang ada, maka dari itu ada istilah komunikasi budaya bahwa setaip orang mau tidak mau memahami budaya darimana tempat seseorang itu berasal. Dunia saat ini terbuka lebar bagi siapapun yang ingin mempelajari budaya. Seperti halnya mempelajari adat istiadat atau suatu kebiasaan yang diterapkan, mengenal bahasa yang digunakan, hingga pakaian yang dikenakan dalam daerah tersebut, menjadi sebuah bagian yang menarik untuk dipelajari. Budaya dapat dipelajari bagi siapa saja yang ingin mengenalnya, semakin kita memahami makna setiap budaya yang kita jumpai, semakin kaya pengetahuan kita dalam berkomunikasi. Budaya adalah suatu konsep yang membangkitkan minat. Secara formal budaya didefinisikan sebagai tatanan pengetahuan, pengalaman, kepercayaan, nilai, sikap, makna, hirarki, agama, waktu, peranan, hubungan, ruang, konsep alam semesta, objek-objek materi dan milik yang diperoleh sekelompok besar orang dari generasi ke generasi melalui usaha individu dan kelompok.6 Sebagaimana lingkungan mempengaruhi hidup kita seperti tempat kita tinggal, tempat kita menuntut ilmu, tempat kita bergaul dengan orang-orang disekitar memberikan konteks budaya yang berpengaruh terhadap atas perilaku kita. Maka penting mengetahui makna budaya dan cara-cara memahami didalam setiap budaya tersebut. 5
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi Antarbudaya. Penerbit: Remaja Rosdakarya. 1993 hal 15 6 Deddy Mulyana. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Penerbit: Remaja Rosdakarya. 2004 hal 18
4
Seperti halnya seorang penari dengan gerak tubuhnya, ada pengertian simbol dalam tarian yang ditampilkan yang mengandung makna yang ingin disampaikan kepada penontonnya. Tarian yang ditarikan oleh penari adalah gerakan yang memiliki makna dan bukanlah gerak sembarangan atau tanpa tujuan. Gerak tari bersifat ritmis dan sifat ritmis inilah yang membedakan gerak tari dengan gerak lainnya. Hingga saat ini sebuah tarian masih digunakan sebagai cara berkomunikasi proses ritual dalam upacara keagamaan, sebagai pengungkapan rasa bersyukur kepada sang pencipta ataupun hanya sebagai hiburan semata. Dan semua itu dilakukan tergantung dari konteks budaya darimana tarian tersebut berasal dan sebagai pelengkap identitas diri untuk mengenal budaya daerah tersebut. Penari sendiri merupakan seseorang yang mempertunjukkan sekaligus menyampaikan isi pesan dari tarian tersebut, tarian yang ditampilkan bisa saja hanya sekedar menghibur, memberikan pengetahuan sebagai bentuk mempelajari kebudayaan daerah tersebut berasal, memberikan beragam interpretasi akan sebuah keindahan dan hal-hal yang agung dalam memaknai arti kehidupan, meningkatkan kesadaran budaya seseorang secara umum agar memperoleh manfaat yang sebaik-baiknya dalam berinteraksi dengan orang yang berbeda budaya, dan sebagai instrument dalam hal berkolaborasi untuk mementaskan kesenian dari budaya tersebut dengan cara bekerjasama yang nantinya dapat mempererat hubungan antara kedua belah pihak dalam menciptakan komunikasi yang baik.
5
Hadirnya sebuah tarian dalam kehidupan manusia merupakan respon manusia dari proses interaksi sosial dan terhadap gerak kehidupan di alam semesta dimana seorang penari adalah bagian dari instrumentnya. Masyarakat pada umumnya mengatakan simbol penari merupakan orang yang mampu menari menggerakan tubuhnya dengan lincah dan memiliki tujuan untuk menghibur penonton ataupun ada makna lain yang ingin disampaikan dalam hal menari. Penari memiliki motif untuk pencapaiannya. Seorang penari bisa saja adalah seseorang yang memang melakukan atas dasar karena dirinya menyukai menari hanya karena sekedar hobi untuk meluangkan waktu, karena kemampuan bakat yang dimiliki dan diasah menjadi seorang penari, dan karena keinginan untuk mampu menari hingga mampu menciptakan gerakan tarian baru menjadi seorang koreografer nantinya. Bahwa seseorang itu dalam membentuk konsep dirinya dengan jalan mengambil perspektif orang lain dan melihat dirinya sendiri sebagai objek.7 Konsep diri (self-concept) merupakan hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar-individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan. Realitas sosial merupakan rangkaian peristiwa yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat, interaksi ini berlangsung secara sadar.8 Mead mengatakan dalam konsep diri penting diketahui ada hubungan timbal balik antara diri sebagai objek dan diri sebagai subjek. Diri sebagai objek 7
Ida Bagus Wirawan. Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma. Penerbit: Kencana Prenada Media Group. 2012 hal 125 8 Ibid. 109
6
ditunjukkan oleh Mead melalui konsep βMeβ, dan βIβ ditunjukkan sebagai subjek.9 Peneliti akan menggunakan Studi Interaksi Simbolik dalam meneliti realitas kehidupan Penari bali di Sanggar Puspita. Peneliti memiliki alasan faktual dalam memilih penari bali sebagai bahan penelitian sebagai berikut: 1. Banyak tarian sakral bali yang keberadaannya hampir punah karena tidak ada yang meneruskan untuk mempelajarinya dan tarian sakral tidak bisa untuk dikomersilkan atau dipertontonkan disembarang tempat dan waktu.10 2. Pemerintah dan masyarakat seakan tidak lagi peduli akan tari pendet saat Malaysia mengklaim budaya Indonesia, kedepannya berharap agar tidak kecolongan lagi pemerintah Indonesia harus memperhatikan kebudayaan kita.11 3. Banyak seniman Jepang yang telah berhasil dididik menjadi penari bali pada sebuah sanggar tari bali baik yang berada di Jepang ataupun di Indonesia karena memberi inspirasi serta kebebasan berekspresi kepada para seniman di berbagai Negara di belahan dunia.12 4. Pada bulan Juli 2014 ini pemerintah Indonesia melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan diharapkan dapat mengusulkan tarian Bali untuk bisa mendapat pengakuan dari UNESCO.13
9
Ibid. 124 Sumber: http://www.mediaindonesia.com 11 Sumber: http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/nasional/09/08/20/70403-malaysiaklaim-tari-pendet-bali 12 Sumber: http://Antara News Bali.html 13 Ibid. http://Antara News Bali.html 10
7
Setelah peneliti memberikan alasan faktual terhadap memilih penari bali ini adapun peneliti memilih Sanggar Puspita sebagai tempat penelitiannya, dikarenakan sebagai berikut: 1. Sanggar Puspita merupakan sanggar tari bali yang masih bertahan dengan gerakan kreasi tari bali yang bervariasi dalam tarian sakral. 2. Sanggar Puspita mampu berkolaborasi dengan tarian bali kontemporer, seperti pertunjukan Jakarta Fashion Week berkolaborasi dengan para modeling saat pertunjukan diadakan bulan Mei 2014 di harris hotel. 3. Sanggar Puspita melahirkan para penari-penari expatriate yang mampu menari bali serta diuji penguasaan teknik dalam menari di TMII. Peneliti melihat ada nilai budaya yang tertanam dalam sanggar tari bali Sanggar Puspita, diantaranya: 1. Sebuah tarian akan mudah ditarikan dan dikuasai dengan teknik dan penjiwaan yang benar apabila dilakukan dari dalam hati. 2. Tarian bali adalah ibu dari seluruh tarian daerah lainnya. Penelitian Realitas kehidupan penari bali di sanggar puspita ini adalah dengan menggunakan Interaksi Simbolik yaitu sebuah studi yang mempelajari bahwa orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul di dalam sebuah situasi tertentu.14Peneliti dalam hal ini akan ikut melibatkan dirinya dalam suatu kejadian yang diteliti dengan mengetahui konsep diri dalam diri penari Bali di dalam sanggar tersebut.
14
Richard West & Lynn H. Turner. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Penerbit: Salemba Humanika. 2009 hal 96
8
1.2
Fokus Penelitian Berdasarkan penelitian yang dipaparkan, penelitian ini difokuskan pada
kehidupan Penari Bali Sanggar Puspita sebagai berikut: 1. Bagaimana konsep diri yang terbentuk dalam diri para penari bali?
1.3
Tujuan Penelitian Tujuan dari pembuatan penelitian ini adalah untuk mengetahui
pemahaman dan penggambaran realitas kehidupan Penari Bali di Sanggar Puspita Jakarta Selatan.
1.4
Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis/Akademis Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis dan seluruh mahasiswa dalam memahami konsep diri dalam diri seorang Penari bali di Sanggar Puspita Jakarta Selatan.
1.4.2 Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan, informasi, kepada para Penari bali khususnya di Sanggar Puspita Jakarta Selatan mengenai makna konsep diri dan kelak dikemudian hari menambah rasa percaya diri dan sikap positif selalu pada penari Bali yang dipandang oleh masyarakat.
9
1.4.3 Manfaat Sosial Hasil Penelitian yang berupa informasi dan pengetahuan ini mengenai realitas kehidupan Penari Bali Sanggar Puspita, Semoga memberikan manfaat yang berguna dalam memahami konsep diri yang dimiliki oleh Penari Bali sanggar Puspita dengan memberikan inspirasi serta pengaruh positif bagi masyarakat dan agar kelak masyarakat tetap menjaga, melestarikan budaya Indonesia dan menghargai profesi seorang penari bali.