BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Kegiatan perekonomian suatu negara tidak terlepas dari lalu lintas pembayaran
uang, dimana industri perbankan
memegang peranan yang sangat strategis dapat
dikatakan sebagai urat nadi dari sistem perekonomian. Kegiatan pokok bank menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat, mempunyai fungsi sebagai intermediary service. Perbankan jugamemiliki peransebagaiperantarakeuangan( financial intermediary) antarapihak-pihakyang memilikidana(surplusunit)denganpihakpihakyang
memerlukandana(
deficitunit)
sertasebagailembagayangberfungsi
memperlancaraliranlalu lintaspembayaran.Banksebagailembagakeuanganatauperusahaanyang
aktivitasnya
menghimpundanaberupagiro,deposito,tabungan,dansimpananlainnyadari pihak kelebihan
dana
kemudian
menempatkannya
kembali
yang kepada
masyarakatyangmembutuhkandanamelaluipenjualanjasakeuanganyangpada gilirannyadapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak(Taswan, 2006:4). Salah satu strategi bank mengembangkan dan meningkatkan kinerjanya adalah dengan cara konsolidasi.Konsolidasi perbankan bisa melalui merger, akuisisi dan penyertaan modal antar bank. Konsolidasi ini akan semakin marak mengingat persaingan yang ketat, ekspansi bank besar dan tekanan dari Bank Indonesia sebagai otoritas perbankan yang berencana mempercepat konsolidasi perbankan. MenurutHadoriYunus(1994:224),mergeradalah
penggabungan
perusahaandenganjalanpemilikanlangsungolehsuatuperusahaan hartamilikdarisuatu
ataulebihperusahaan
terhadap
lainyangdigabungkan.Jadipada
dasarnyamergeradalahsuatukeputusanuntukmengkombinasikan/ menggabungkan duaatau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan baru. Dalam konteks bisnis, merger adalah suatu transaksi yang menggabungkan beberapa unit ekonomi menjadi satuunitekonomi baru.Proses merger umumnya memakan waktu yang cukup lama, karena masing – masing
pihak
perlu
melakukan
negosiasi,
aspekpermodalanmaupunaspekmanajemen,sumberdayamanusia
1
baik
terhadapaspek–
2
sertaaspekhukumdariperusahaanyangbarutersebut.Olehkarenaitu,penggabungan tersebutdilakukan
secara
drastis
yang
dikenal
dengan
usaha
akuisisi
atau
pengambilalihansuatuperusahaanolehperusahaanlain.Merger/akuisisi merupakan topik yang tengah populer dalam dunia usaha.Aktivitas merger/akuisisi di Indonesia sebenarnya sudah dikenal sejak awal berlakunya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas (“UU 1/1995”).Namun, secara praktis, aktivitas merger sudah dikenal secara sektoral khususnya di bidang perbankan, jauh sebelum berlakunya UU 1/1995(www.kppu.go.iddiakses pada tanggal 12 november 2013). Pada umumnya tujuan dilakukan merger dan akuisisi adalah untuk mendapatkan nilai tambah.Merger dan akuisisi antar bank terjadi sesuai dengan permintaan bank yang bersangkutan, permintaan Bank Indonesia, ataupun permintaan badan khusus yang bersifat sementara dalam rangka penyehatan perbankan. Bank Indonesia mempunyai wewenang untuk meminta bank-bank melakukan merger dan akuisisi apabila bank tersebut menunjukkan ketidaksehatan dalam laporan kinerjanya. Diharapkan setelah melakukan merger dan akuisisi, bank yang bersangkutan dapat menunjukkan peningkatan kinerja. Perubahan setelah merger dan akuisisi akan terlihat pada laporan keuangannya. Merger dan akuisisi dikatakan berhasil jika bank yang melakukan merger dan akuisisi menunjukkan peningkatan dalam kinerja keuangannya. Periode
tahun1985
–
1996,
pertumbuhan
ekonomi
Indonesia
tumbuh
denganpesatsehinggadijulukisebagaiMiracleAsia olehWorldBank.Sejumlah kondisidan kebijakandekeluarkanpada
periodetersebut,salahsatunyaadalah
dikeluarkannyaderegulasiperbankanmelaluipakto88tahun1988yang mempermudahproses
intinya
pendirianbank.Adanyakebijakantersebutmengakibatkan
jumlahbankdiIndonesiamengalamipeningkatancukupdrastis.Halitudidukung puladengankeluarnyaUndang-undangNomor7 tahun1992,yangmengakibatkan perbankan diIndonesia tumbuh subur, puluhan bank baru didirikan (Mubarokah,2007). Deregulasiperbankantahun
1988
secaratidak
langsungberperanbesar
terhadapterjadinyakrisisekonomiyangmenimpaIndonesiasejakpertengahantahun1997.Per masalah yangtimbul sebagai akibat deregulasi tersebut adalah bukan terletakpada peningkatanjumlahbank,namunlebihkepadakurangnyasumberdaya yangmemenuhipersyaratanuntuk
mengelolabank
hatian.Mengingatperannyayang
sangatpentingbagiroda
danpenerapanprinsipkehatiperekonomian,pemerintah
3
mengeluarkansejumlahkebijakandalam rangkamenyehatkanperbankannasional.Menurutdata
BankIndonesiadan
BPPNkebijakanyangdikeluarkanantaralain sebanyak71bankditutupdan20bankdimergersehinggajumlahbankberkurangdari bankdi bulan Oktober 1997 menjadi 159 bank
238
di akhir tahun 2001. Krisis
ekonomitersebutmenunjukkanbahwaindustriperbankannasinalbelum
memiliki
kelembagaanperbankanyangkokohdengandukunganinfrastrukturperbankanyang sehinggasecara fundamental masih harus diperkuat untuk
baik
dapat mengatasi gejolak
internalmaupuneksternal.
Belumkokohnyafundamentalperbankannasional
merupakantantanganbesaryang
bukanhanyabagiindustriperbankansecaraumum,
tetapijugabagiBank Indonesiasebagaiotoritaspengawasnya(Mubarokah,2007). Dalam menilai kualitas kinerja suatu Bank dapat dilakukan dengan menggunakan analisis terhadap laporan keuangannya. Laporan keuangan bank berupa neraca memberikan informasi kepada pihak diluar bank, misalnya bank sentral, masyarakat umum, dan investor, mengenai gambaran posisi keuangannya, yang lebih jauh dapat digunakan pihak eksternal untuk menilai besarnya risiko yang ada pada suatu bank. Dalam konteks ini, 4 bank ini telah melakukan merger dengan tujuan meningkatkan nilai kualitas kinerja
keuangannya. Cara yang paling sederhana dalam mengukur kinerja
akuisisi menguntungkan atau tidak adalah dengan membandingkan laporan keuangan bank setelah merger dengan laporan keuangan bank sebelum merger dengan cara melihat dari segi tingkat kesehatan bank tersebut. Apakah tingkat kesehatannya meningkat, sama saja, atau cenderung menurun. Analisis tingkat kesehatan bank merupakan analisis terhadap hasil usaha bank dalam kurun waktu tertentu. Bank yang sehat diharapkan akan tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga mampu menjaga kepentingan dan kepercayaan masyarakat serta mampu memberikan kontribusi bagi perkembangan ekonomi nasional. Alat analisis yang digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank adalah Capital,
Asset
Quality,
Management,
Earning,
Liquidity
(CAMEL)
RATING
SYSTEM.Aspek-aspek tersebut menggunakan rasio keuangan.Hal ini menunjukan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk menilai tingkat kesehatan bank.Capital Adequacy, Asset Quality, Management, Earning Ability, dan Liquidity Sufficiency (CAMEL) merupakan faktor yang menentukan tingkat kesehatan suatu bank. Sistem analisis ini
4
menitikberatkan pada lima aspek analisis, yaitu Capital (Permodalan), Asset Quality(Kualitas Aktiva Produktif), Management (Manajemen), Earning (Rentabilitas), dan Liquidity (likuiditas). Dari penilaian kesehatan bank ini pada akhirnya akan diketahui kinerja bank tersebut. Berdasarkan uraian tersebut penulis merasa tertarik untuk mengkaji tema bank yang melakukan merger pada periode 2001 - 2011 dengan mengangkat judul “Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Sebelum dan Sesudah Merger”.
1.2
Identifikasi Masalah Mengacu pada latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, penelitian
dilakukan untuk meneliti kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah merger. Secara spesifik, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : 1.
Bagaimana kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah merger berdasarkan metode CAMEL periode 2001 – 2011 ?
2.
Apakah ada perbedaan kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah merger berdasarkan metode CAMEL ?
1.3
Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan diatas maka tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah merger berdasarkan metode CAMEL periode 2001 – 2011 2. Untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan bank sebelum dan sesudah merger berdasarkan metode CAMEL
1.4
Kegunaan Penelitian Dari Penelitian ini diharapkan memperoleh informasi yang akurat dan relevan
yang dapat digunakan oleh : 1. Bagi Penulis Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan wawasan pemikiran dan peningkatan pengetahuan penulis mengenai analisis arus kas khususnya kinerja keuangan bank dan merupakan media pembanding antara teori yang telah
5
diperoleh dari literatur dan perkuliahan dengan aplikasi pada bank tempat diadakan penelitian. 2. Bagi obyek yang diteliti Hasil penelitian ini dapat dijadikan salah satu dasar pertimbangan manajemen untuk dijadikan bahan masukan untuk kemajuan bank tersebut terutama dalam penelitian posisi keuangan bank dengan menggunakan analisis laporan keuangan. 3. Bagi pihak lain Menambah wawasan dan referensi yang tertarik dengan konsep sistem pengendalian manajemen sehingga dapat dijadikan bahan kajian dalam penelitian sejenis.
1.5
Kerangka Pemikiran Di dalam dunia persaingan perbankan yang kompetitif dan banyaknya tantangan
yang dihadapi, perbankan harus dapat mengatisipasinya dengan mengambil suatu langkah strategis.Langkah strategis ini dapat mencapai kinerja perbankan menuju arah yang lebih baik.Salah satu langkah strategis perbankan dalam menjaga eksistensinya adalah dengan konsolidasi seperti merger dan akuisisi. Bank Indonesia pun selaku bank sentral menuntut adanya percepatan konsolidasi perbankan. Bank Indonesia mengharapkan sejak tahun 2011 semua bank umum memiliki modal minimum Rp 100 miliar. Sehingga bank umum harus memilih langkah strategis yang tepat antara cari uang sendiri atau diakuisisi dengan pihak lain untuk mengatisipasi keadaan ini. Merger dan Akuisisi dipandang sebagai alat yang cukup efektif dalam langkah strategis bisnis karena dengan strategi tersebut, bank yang sudah beroperasi bisa lebih berkembang dengan bantuan dana yang segar dan manajemen yang lebih baik. Menurut Harianto dan Sudomo (2001, p.640) Merger adalah penyerapan dari suatu perusahaan oleh perusahaan yang lain. Dalam hal ini perusahaan yang membeli akan melanjutkan nama dan identitasnya. Perusahaan pembeli juga akan mengambil baik aset maupun kewajiban perusahaan yang dibeli. Setelah merger, perusahaan yang dibeli akan kehilangan/berhenti beroperasi.
6
Merger dan akuisisi berpengaruh besar terhadap terciptanya efisien dan efektivitas perbankan baik dari segi operasional maupun segi manajemen secara keseluruhan.Dengan adanya peningkatan produksi dan manajemen yang lebih baik dari suatu merger atau akuisisi membuat perbankan lebih efektif dalam menggunakan seluruh asset yang dimiliki dan perluasan pangsa pasar karena bertambahnya kekuatan modal yang ada.Akuisisi pun bertujuan mentransfer keunggulan dari keterampilan manajemen kepada bank target sehingga meningkatkan kinerja bank target. Tingkat kinerja suatu bank pada dasarnya dinilai dari aspek-aspek yang berpengaruh pada kondisi dan perkembangan suatu bank.Salah satu sumber utama indikator yang dijadikan dasar penilaian adalah laporan keuangan bank yang bersangkutan. Berdasarkan laporan itu akan dapat dihitung sejumlah rasio keuangan yang lazim dijadikan dasar penilaian tingkat kesehatan bank. Analisis rasio keuangan memungkinkan manajemen untuk mengidentifikasikan perubahan-perubahan pokok pada trend jumlah, dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan akan membantu mengintepretasikan berbagai hubungan kunci serta kecenderungan yang dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa mendatang. Untuk menganalisis kinerja suatu bank dapat dilakukan dengan cara melihat tingkat kesehatan bank tersebut. Analisis kesehatan bank dapat dinilai dari lima aspek faktor ,diantaranya kecukupan modal, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas,dan likuiditas, atau yang biasa dikenal dengan Capital Adequacy, Asset Quality, Management, Earning Ability, dan Liquidity Sufficiency (CAMEL). Rasio CAMEL adalah menggambarkan suatu hubungan atau perbandingan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan analisis rasio dapat diperoleh gambaran baik buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu bank.Capital Adequacy, Asset Quality, Management, Earning Ability, dan Liquidity Sufficiency (CAMEL) merupakan faktor yang menentukan tingkat kesehatan suatu bank. Sistem analisis ini menitikberatkan pada lima aspek analisis, yaitu : 1. Aspek Permodalan (Capital) Menurut Sawir (2005:129) ”modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang harus tersedia untuk membiayai kegiatan operasi perusahaan sehari-hari”. Martono(2002:88),mengemukakanpadaaspekpenilaianiniyang
dinilai
7
adalahpermodalan yangdidasarkan
CapitalAdequacyRatio
(CAR) yang
telahditetapkanolehBankIndonesia.Permodalanyang
cukupadalah
berkaitandenganpenyediaanmodalsendiriyangdiperlukanuntukmenutup risikoyang mungkintimbuldaripenanamandanadalamaktiva-aktiva mengandungrisikosertauntukmembiayaipenanaman
produktifyang dalam
bendatetap
dan
inventaris.CAR (Capital Adequacy Ratio), Penilaian kuantitatif terhadap permodalan dapat dilihat dari rasio CAR (Capital Adequacy Ratio).CAR adalah rasio yang memperlihatkan seberapa besar jumlah seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari modal sendiri disamping memperoleh dana-dana dari sumbersumber diluar bank.(Kasmir, 2010:275). Dimana rumus yang digunakan yakni : CAR
BankIndonesiamelalui
Modal Bank x 100% Total ATMR
Surat
tanggal28Februari1991yang No.3/21/PBI/2001tentang
EdaranBankIndonesia
No.23/67/Kep/DIR
dipertegasmelaluiPeraturanBankIndonesia kewajibanmodalminimumbank,menetapkan
bahwarasiokecukupanmodalatauCapitalAdequacy Ratio(CAR) harus mencapai 8%. 2. Aspek Asset Quality Kualitasaktivaproduktifadalahsemuaaktivadalamrupiahatauvalasyang
dimiliki
olehbankdenganmaksuduntukmemperolehpenghasilansesuai denganfungsinya,yaitupemberiankredit,kepemilikansurat-suratberharga, danpenempatandanakepadabanklainbaikdalamnegerimaupunluar terkecualipenanaman
danadalam
bentukgiro
BankIndonesia
3/30/DPNP
tanggal
No.
14
atau
negeri
penyertaan(SuratEdaran
Desember2001).
Penilaian
kualitasaktiva produktif dapat dilakukan dengan menghitung rasio NPL (Non Performing Loan), Pengertian Non Performing Loan menurut As. Mahmoeddin (2001), yaitu bahwa non performing loan adalah kredit menepati jadwal
8
angsuran sehigga terjadi tunggakan. Semakin kecil nilai NPL maka semakin baik, biasanya suatu bank dianggap baik jika nilai NPLnya kurang dari 5%.
Dimana rumus yang digunakan yakni :
3. Aspek Management Aspekmanajemeninidinilaidengancara manajemen,meliputibeberapa manajemenkualitasaktiva
mengkuantifikasikanpelaksanakan komponenyaitumanajemenpermodalan,
produktif,
manajemenrentabilitas,danmanajemen
likuiditas.Dalam menilai aspek manajemen ini dengan menghitung rasio BOPO (biayaoperasiterhadap
pendapatan
operasi).Rasiobiayaoperasional
digunakanuntukmengukur tingkatefisiensidankemampuanbankdalam melakukan kegiatan operasinya(Dendawijaya, 2005:77). Dimana rumus yang digunakan yakni :
4. Aspek Earning Penilaian aspek ini diguankan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan keuntungan, juga untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai bank yang bersangkutan. Penilaian ini meliputi :
i)
ROA
(Return (Return
on
Asset)
PengertianReturnonAsset(ROA)menurutM.HanafidanAbdulHalim(2004 83
)
ROA
:
adalah
9
Rasioyangmengukurkemampuanperusahaanmenghasilkanlabadengan menggunakantotalaset(kekayaan)yangdipunyaiperusahaansetelah disesuaikan denganbiaya– biayauntuk menandaiaset tersebut“. Dimana rumus yang digunakan yakni : ROA
Laba sebelum pajak Rata rata Total Asset
100%
ii) ROE (Return On Equity) Pengertian ROE menurut Bambang Riyanto (2001:44) Return On Equity adalah perbandingan antara jumlah profit yang tersedia bagi pemilik modal sendiri di satu pihak dengan jumlah modal sendiri yang menghasilkan laba tersebut di lain pihak. Atau dapat dikatakan bahwa rentabilitas modal sendiri adalah kemampuan suatu perusahaan dengan modal sendiri yang bekerja di dalamnya untuk menghasilkan keuntungan. Dimana rumus yang digunakan yakni : ROE
Laba Bersih 100% Modal Sendiri
iii) NIM (Net Interest Margin) Pengertian NetInterest Margin (NIM) menurut Surat
Edaran
BankIndonesiaNo6/23/DPNPtanggal31Mei2004NetInterestMargin(NIM)mer upakanperbandinganantarapendapatanbunga
bersihterhadaprata-
rataaktivaproduktifnya. Dimana rumus yang digunakan yakni : NIM
Aktiva Produktif x 100% Pendapatan dari bunga bersih
5. Aspek Liquidity Yakni penilaian terhadap aspek likuiditas bank. Suatu bank dikatakan likuid, apabila bank yangbersangkutan mampu membayar semua hutangnya, terutama hutang-hutang jangka pendek. Selain itu juga bank harus mampu memenuhi semua permohonan kredit yang layak dibiayai. Rasio yang digunakan adalah LDR (Loan to Deposit Rasio) Menurut Dendawijaya (2005) Loan to Deposit
10
Ratio (LDR) menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Jika bank dapat menyalurkan seluruh dana yang dihimpun memang akan menguntungkan, namun hal ini terkait resiko apabila sewaktu-waktu pemilik dana menarik dananya atau pemakai dana tidak dapat mengembalikan dana yang dipinjamnya. Sebaliknya, apabila bank tidak menyalurkan dananya maka bank juga akan terkena resiko karena hilangnya kesempatan untuk memperoleh keuntungan, batas minimum pinjaman yang diberikan bank adalah 80% dan maksimum 110%. Dimana rumus yang digunakan yakni : LDR
Total kredit Total dana pihak ketiga
100%
Dari penjabaran kerangka pemikiran di atas penulis mencoba untuk menganalisa pokok permasalahan yang menjadi fenomena dalam dunia usaha mengenai merger. Hasil dari proses merger sebenarnya dilihat dari bagaimana kinerja keuangan perusahaan dalam hal ini, kinerja keuangan setelah merger lebih baik dikarenakan terjadinya peningkatan di segala aspek yaitu aspek permodalan, kualitas aktiva, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Dalam penelitian ini diambil sampel 4 bank yang melakukan merger periode 2001 - 2011 yakni Bank CIMB NIAGA, Bank OCBC NISP, Bank Windu Kentjana Internasional dan Bank Artha Graha Internasional. Melalui penelitian ini dapat dilihat apakah merger yang dilakukan 4 bank ini berpengaruh atau tidak terhadap kinerja keuangan suatu perusahaan. Apakah setelah merger masing-masing kinerja keuangan banknya lebih tinggi, sama saja atau cenderung menerima dibandingkan sebelum merger. Pengukuran kinerja bank ini memakai metode CAMEL yang dapat mengukur tingkat kesehatan suatu Bank. Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang diambil dari jurnal antara lain penelitian yang dilakukan oleh Prema Pradiksa (2011)yang berjudul Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Akuisisi pada Bank Devisa Nasional yang Diakuisisi oleh Lembaga Keuangan Asing Periode 2004-2007 Berdasarkan Metode CAMEL, diperoleh hasil bahwa pengujian terhadap uji hipotesis Wilcoxon Signed Ranks
11
memperoleh hasil bahwa tidak terdapat perbedaan pada rasio CAR, PPAPAP, PDN, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR bank antara periode sebelum dengan periode sesudah akuisisi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa akuisisi tidak memberikan dampak yang cukup berarti terhadap kinerja keuangan bank.Hal ini dapat dilihat dari tidak adanya perbedaan pada seluruh rasio bank periode sebelum dan sesudah akuisisi.
Dalam
penelitian
Dita
AwaliaAfriani
(2012)
yang
menganalisiskinerjakeuanganbanksebelumdan setelahmerger(studikasus:bankuobindonesia)dengan
hasil
penelitian
menunjukanadanyaperbedaan NIMantarasebelumdan setelah merger. Rasio NIMsetelah Merger menurun, ini menunjukan bahwa kemampuan Bank UOBIndonesiadalam mengelola
aktivaproduktifnyaguna
menghasilkanlababersihtidaksemakinbaik.Meskipunberdasarkanhasiluji bedamenunjukanbahwa CashRatio, LDR, LAR,ROA,ROE, BOPO,CAR, DER, dan DTARtidak signifikan beda antarasebelumdan setelah merger, namun rasio-rasio tersebutmenunjukan perubahan. Dalam penelitian EkoAdiWidyanto (2012), bertujuan untuk menganalisis tingkatkesehatandan kinerjakeuangan bank dengan menggunakanmetodecamel(studikasus pada
pt.bank
mega
syariahindonesia
periode
menunjukanhasilpenelitiantingkatkesehatandankinerjakeuanganpadasetiap turunnaiknamuntetapdalamkategori rasioAktivaproduktifyangdiklasifikasi
baik(KPMM/CAR).Kinerjakeuangan
2008-2010) rasiomeski baik
pada
(APD)terhadapAktivaProduktif,PPAPyang
dibentukterhadapdanPPAPyangwajib dibentukjugadalamkategori baik.Kinerjakeuangan padarasioROAmasihdalamkategori
baikwalaupuntidakstabil(naikdanturun).Rasiobiaya
12
operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO)padatahun 2008sebesar 116,25% tidakmemenuhi ketentuanBankIndonesia,yaitu biayaoperasionaltidaklebihdari 93,52%.Ini berarti
biayaoperasionalpadatahun2008lebihtinggi
dari
padapendapatanoperasionalnya.DanrasioyangterakhiradalahFDRtidakmemenuhi ketentuanBankIndonesia,yang seharusnya tidak lebih dari94,755%. Menurut penelitian Yudyatmoko dan Na’im (2000) yang melakukan pengujian pada terhadap 34 kasus merger dan akuisisi selama 1989-1995menunjukan hasil dimana tidak ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah melakukan merger dan akuisisi. Berdasarkan teori yang sudah dikemukakan di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran Perbankan
Merger
Kinerja Keuangan Bank
Sebelum Merger
Sesudah Merger
13
Analisis Laporan Keuangan (CAMEL)
Capital (CAR)
Asset Quality (NPL)
Management (BOPO)
Earning
Liquidity (LDR)
(ROA, ROE, NIM)
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah dikemukakan di atas, maka dapat ditarik hipotesis penelitian sebagai berikut :
“Terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja keuangan Bank sebelum dan sesudah merger”.
1.6
Metodologi Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian deskriptif dan komparatif. Menurut
Nazir (2003:54): “Penelitian deskriptif merupakan sebuah metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang.” Sedangkan definisi penelitian komparatif menurut Sugiyono (2009:11): “Penelitian
komparatif
membandingkan.”
adalah
suatu
penelitian
yang
bersifat
14
Adapun teknik lain yang dilakukan oleh penulis adalah sebagai berikut : 1. Penelitian lapangan (field research) Merupakan penelitan dengan maksud untuk mendapatkan data atau infomasi dari keadaan yang sebenarnya atau penelitian langsung ke sumber data. Untuk mendapatkan data atau informasi melalui objek yang diteliti seperti :Website resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id). 2. Penelitian kepustakaan (library research) Merupakan penelitian dengan cara mempelajari bahan-bahan yang dianggap perlu dari literatur-literatur yang terkait masalah yang diteliti untuk mendapatkan bahan yang akan dijadikan landasan teori dalam penyusunan skripsi. 1.7
Lokasi dan Waktu Penelitian Untuk keperluan penelitian ini, penulis melakukan penelitian pada sampel 4 Bank
yang melakukan merger dalam rentang waktu dari tahun 2001-2011. Dimana penelitian ini dilakukan secara tidak langsung ke perusahaan, yaitu melalui penelitian Laporan Keuangan yang didapat dari laporan tahunan.Waktu penelitian berlangsung mulai dari November 2013, mulai dari pengumpulan data sampai dengan akhir penulisan skripsi.