1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar belakang Penelitian Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008 sebenarnya bermula
pada krisis ekonomi Amerika Serikat yang lalu menyebar ke negara-negara lain di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Krisis ekonomi Amerika diawali karena adanya dorongan untuk konsumsi (propincity to Consume). Rakyat Amerika hidup dalam konsumerisme di luar batas kemampuan pendapatan yang diterimanya. Mereka hidup dalam hutang, belanja dengan kartu kredit, dan kredit perumahan. Akibatnya lembaga keuangan yang memberikan kredit tersebut bangkrut karena kehilangan likuiditasnya, karena piutang perusahaan kepada para kreditor perumahan telah digadaikan kepada lembaga pemberi pinjaman. Pada akhirnya perusahaan–perusahaan tersebut harus bangkrut karena tidak dapat membayar seluruh utang-utangnya yang mengalami jatuh tempo pada saat yang bersamaan. Runtuhnya perusahaan-perusahaan finansial tersebut mengakibatkan bursa saham Wall Street menjadi tak berdaya, perusahaan-perusahaan besar tak sanggup bertahan seperti Lehman Brothers dan Goldman Sachs. Krisis tersebut terus
merambat
ke
sektor riil
dan
non-keuangan
di
seluruh
dunia..
www.wordpress.com (Elsaryan, September: 2009) Putaran krisis ekonomi dan keuangan global pasca kehancuran Lehman Brothers menimbulkan kekacauan dan kepanikan di pasar keuangan global, termasuk melibas industri perbankan di Indonesia. Di berbagai negara, aliran dana dan kredit terhenti, transaksi dan kegiatan ekonomi sehari-hari terganggu. Aliran dana keluar (capital outflow) terjadi besar-besaran. Indonesia yang saat krisis tidak memberlakukan penjaminan dana nasabah secara menyeluruh, menderita capital outflow lebih parah dibanding negara-negara tetangga yang menerapkan penjaminan dana nasabah secara penuh (blankeet guarantee). Aliran dana keluar itu membuat likuiditas di dalam negeri semakin kering dan bank-bank mengalami kesulitan mengelola arus dananya. Akibat likuiditas dalam negeri mengering
2
maka hal ini mengakibatkan capital outflow dan kepemilikan asing terhadap SBI dan SUN menurun seperti digambarkan dalam grafik berikut ini:
Grafik 1.1: Capital Outflow dan Kepemilikan Asing terhadap SBI dan SUN Turun Signifikan
Situasi krisis ketika itu sampai memukul bank-bank berskala besar. Pada Oktober 2008, ada tiga bank besar BUMN yakni PT Bank Mandiri Tbk., PT Bank BNI Tbk. dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk meminta bantuan likuiditas dari Pemerintah masing-masing Rp5 triliun. Total dana untuk menginjeksi ketiga bank tersebut sebesar Rp15 triliun. Dana tersebut bersumber dari uang pemerintah yang berada di BI. Bantuan likuiditas itu dipakai untuk memperkuat cadangan modal bank atau memenuhi komitmen kredit infrastruktur tanpa harus terganggu likuiditasnya. Maksud bantuan likuiditas Pemerintah ini agar ketiga bank pelat merah tadi tidak perlu mencari pinjaman dari luar negeri. Tapi yang paling menderita adalah bank-bank menengah dan kecil yang mengalami penurunan dana simpanan masyarakat. Kesulitan bank-bank menengah-kecil itu semakin diperparah ketika salah satu sumber pendanaan yang biasanya sangat diandalkan, yakni dana antarbank atau Pasar Uang Antar Bank (PUAB), berhenti mengalir atau macet. Seretnya pasokan dana di masyarakat, membuat industri perbankan berusaha mempertahankan dana-dana (rupiah dan valas) yang mereka miliki guna mengantisipasi munculnya kewajiban seperti penarikan dana tunai deposan secara mendadak. Bank pun mulai berebut dana masyarakat melalui iming-iming tingkat suku bunga tinggi khususnya deposito (dari 6% menjadi 12% per tahun). Dalam
3
kondisi biaya dana (cost of funds) yang semakin mahal, tiada pilihan bagi bankbank untuk memangkas laba usaha mereka guna mempertahankan eksistensi diri di jagad belantara perbankan nasional. Bila merujuk data statistik BI per Desember 2008, laba bank-bank umum setelah pajak diperkirakan Rp30,61 triliun. Jumlah ini merosot Rp3,86 triliun bila merujuk angka perolehan laba sebulan sebelumnya (Nopember) yang membukukan sebesar Rp34,47 triliun. Penurunan laba ini terutama disebabkan beban biaya (cost of funds) yang semakin tinggi. (www.wikisource.org). Pasar saham dan pasar modal Indonesia pun mengalami kelesuan. Akibat terpuruknya harga saham, kerugian yang dialami investor di pasar modal, seperti dilaporkan Infobank, sudah mencapai Rp 457,31 triliun hanya dalam kurun Oktober 2007-September 2008 karena kapitalisasi pasar anjlok dari Rp 1.464,32 triliun menjadi Rp 1.007,01 triliun. Dalam setahun (akhir 2008 dibandingkan dengan akhir 2007), kerugian mencapai Rp 911,83 triliun (Kompas, 4 April 2009). Pasar modal secara umum merupakan suatu tempat bertemunya para penjual dan pembeli untuk melakukan transaksi dalam rangka memperoleh modal. Penjual dalam pasar modal merupakan perusahaan yang membutuhkan modal (emiten), sehingga mereka berusaha untuk menjual efek-efek di pasar modal. Sedangkan pembeli (investor) adalah pihak yang ingin membeli modal di perusahaan yang menurut mereka menguntungkan. Dalam proses perolehan dana dari masyarakat perusahaan yang memiliki kinerja yang baik akan mempunyai kesempatan untuk mendapatkan dana yang lebih besar bila dibandingkan dengan perusahaan yang kinerjanya kurang baik, hal ini karena investor dan kreditor akan tertarik dengan perusahaan yang memiliki kinerja yang baik Kinerja sebuah perusahaan lebih banyak diukur berdasarkan rasio-rasio keuangan selama satu periode tertentu. Pengukuran kinerja berdasarkan rasio keuangan ini sebenarnya belum dapat memuaskan keinginan pihak manajemen khususnya bagi para penyandang dana. Bagi pihak manajemen dengan analisis rasio keuangan tersebut belum cukup untuk mengetahui apakah telah terjadi nilai
4
tambah perusahaan atau tidak, sedangkan bagi para penyandang dana belum mempunyai keyakinan apakah modal yang telah ditanamkannya akan memberikan tingkat pengembalian hasil yang diharapkan. Selain itu, pengukuran kinerja dengan menggunakan analisis rasio keuangan harus membandingkan rasio suatu perusahaan dengan perusahaan lain yang sejenis atau rasio perusahaan tersebut pada periode-periode sebelumnya. Untuk menganalisis laporan keuangan, maka digunakan metode-metode tertentu yang telah baku. Pedoman perhitungan rasio keuangan terdiri dari rasio permodalan, rasio aktiva produktif, rasio rentabilitas atau profitabilitas, rasio likuiditas, dan rasio kepatuhan seperti yang telah ditetapkan Bank Indonesia melalui Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001. Hasil analisis tersebut sangat penting bagi pimpinan perusahaan untuk mengkontrol kebijakan-kebijakan yang telah diambil baik kondisi keuangan yang lalu, saat ini maupun yang akan datang dalam rangka menjalankan operasi perusahaan dan membantu dalam mengambil berbagai keputusan yang harus dilaksanakan secepat mungkin agar tujuan perusahaan itu dapat tercapai. Dari keterangan diatas terlihat jelas bahwa dalam menganalisis laporan keuangan,
seorang
pemilik
saham
perusahaan
pada
prinsipnya
lebih
berkepentingan yaitu untuk menganalisis keuntungan saat ini dan di masa-masa yang akan datang. Hal tersebut berkaitan dengan profitabilitas atau kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba, serta likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dengan tingginya profit yang dicapai oleh perusahaan maka kemungkinan hasil yang diterima oleh para pemegang saham pun akan meningkat dan apabila hasil yang diterima pemegang saham tinggi hal ini akan menyebabkan investor lain memburu saham perusahaan tersebut yang akibatnya harga saham akan meningkat. Apabila dilihat dari segi likuiditas, dengan terpenuhinya kewajiban jangka pendek suatu perusahaan hal ini mengindikasikan bahwa kepercayaan nasabah dapat terjaga dan nasabah akan merasa tenang dan nyaman menyimpan dananya di bank bersangkutan. Apabila nasabah telah merasa nyaman pada suatu bank dapat disimpulkan nasabah tersebut akan tetap menyimpan dananya di bank tersebut yang dapat dijadikan
5
sumber modal bagi bank tersebut yang nantinya akan berimbas terhadap profitabilitas yang tinggi pula dan akan meningkatkan harga saham pula. Selain hal itu, likuiditas sebuah perusahaan mengindikasikan pula bagaimana perusahaan mengelola arus dananya, apabila pengelolaan arus dana buruk maka para investorpun tidak mau menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut. Maka sangatlah jelas betapa pentingnya suatu profitabilitas dan likuiditas bagi perkembangan harga saham perusahaan. Pada penelitian ini penulis memilih salah satu sektor perusahaan sejenis yang terdapat di BEI yaitu sektor perbankan khususnya bank milik pemerintah. Bank milik pemerintah merupakan bank-bank yang diunggulkan oleh Negara untuk meningkatkan perekonomian Indonesia. Setiap bank milik pemerintah memiliki keunggulan masing-masing dimana masing-masing keunggulan tersebut bisa membantu meningkatkan keadaan ekonomi kita. Seperti contoh bank BTN dengan spesialisasi KPRnya, BRI dengan spesialisasi kualitas aktiva produktif pada kredit UKMnya, Bank BNI sebagai bank pemerintah terbesar saat ini, Bank Mandiri yang merupakan gabungan dari empat Bank yaitu Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Ekspor Impor Indonesia dan Bank Pembangunan Indonesia. Keempat bank tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan perbankan di Indonesia Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis mengambil judul “Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas terhadap indeks harga saham perbankan pada bank milik pemerintah periode 2004-2009.”
1.2
Pembatasan Masalah dan Identifikasi Masalah Indeks harga saham dikatakan sebagai pencerminan fenomena kegiatan
ekonomi, politik, sosial dan keamanan suatu negara, dengan demikian indeks harga saham dipengaruhi beberapa faktor antara lain ekonomi, sosial, politik, keamanan, ideologi, budaya suatu negara yang dalam bahasa investor faktorfaktor tersebut disebut faktor teknikal. (www.wikisource.org) Namun demikian indeks harga saham juga dipengaruhi faktor-faktor fundamental emiten yaitu kinerja perusahaan yang tercermin dari laporan
6
keuangan dimana dalam menganalisis laporan keuangan terdiri dari rasio permodalan, rasio aktiva produktif, rasio rentabilitas atau profitabilitas, rasio likuiditas, dan rasio kepatuhan. Akan tetapi penulis hanya membatasi pada rasio Profitabilitas (dengan indikator Return on Assets), ROA suatu perusahaan mengindikasikan seberapa efisienkah manajemen suatu perusahaan dalam mengelola asetnya guna mendapatkan keuntungan, maka apabila ROA tinggi kemampuan manajemen dalam mengelola asset-asetnya pun baik dan sudah pasti keuntungan yang didapat juga tinggi sehingga hal ini akan memicu para investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut yang akan berimbas naik pula terhadap harga saham karena semakin banyak investor yang ingin menanamkan modalnya pada suatu perusahaan maka secara otomatis harga sahampun
meningkat
(www.investopedia.com).
Selain
menggunakan
Profitabilitas, penulis juga menggunakan rasio Likuiditas (dengan indikator Loans To Deposits Ratio), LDR suatu perusahaan mengindikasikan seberapa efisienkah perusahaan dalam memanfaatkan dana pihak ketiga untuk melakukan ekspansi kredit sehingga bila perusahaan mampu mengoptimalkan LDR maka dapat diartikan perusahaan tersebut akan mengalami peningkatan laba yang secara garis lurus apabila laba meningkat akan meningkatkan pula harga saham perusahaan tersebut.(www.wikisource.org) Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, maka penulis mengadakan identifikasi masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kondisi profitabilitas, likuiditas, dan Indeks Harga Saham Sektoral pada Bank milik pemerintah periode 2004-2009? 2. Bagaimanakah pengaruh antara Profitabilitas dengan likuiditas pada Bank milik pemerintah periode 2004-2009? 3. Bagaimana pengaruh profitabilitas dan likuiditas bank terhadap Indeks Harga Saham Sektoral baik secara simultan maupun parsial pada Bank milik pemerintah periode 2004-2009?
7
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud penelitian ini adalah untuk mengumpulkan data dan informasi
tentang bagaimana Pengaruh Profitabilitas dan Likuiditas bank terhadap indeks harga saham perbankan. Yang akan dijadikan sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan salah satu prasyarat yang harus dipenuhi oleh penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Widyatama Bandung. Tujuan penelitian ini secara umum adalah untuk mengetahui karakteristik yang berkaitan dengan indeks harga saham, profitabilitas, dan likuiditas bank pada bank-bank milik pemerintah tersebut, apakah profitabilitas dan likuiditas yang sangat bagus akan berpengaruh bagus pula terhadap indeks harga saham atau sebaliknya profitabilitas dan likuiditas yang kurang bagus akan berpengaruh kurang bagus pula terhadap harga sahamnya. Sedangkan tujuan penelitian secara khusus adalah untuk mendapatkan jawaban dari permasalahan yang diidentifikasi diatas, yaitu: 1.
Untuk menganalisis kondisi profitabilitas, likuiditas dan Indeks Harga Saham bank pada Bank milik pemerintah periode 2004-2009.
2.
Untuk menganalisis pengaruh antara profitabilitas dengan likuiditas pada Bank milik pemerintah periode 2004-2009.
3.
Untuk menganalisis pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap Indeks Harga Saham perbankan baik secara simultan maupun parsial pada Bank milik pemerintah periode 2004-2009.
1.4
Kegunaan Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat bagi:
1. Bagi Kalangan Perbankan Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi masukan yang berguna bagi kalangan perbankan terutama dari segi profitabilitas dan likuiditas agar dapat mencapai harga saham yang lebih tinggi khususnya Bank milik pemerintah.
8
2. Bagi Penulis Dapat menambah pengetahuan mengenai industri perbankan umumnya dan khususnya dapat mengetahui mengenai profitabilitas, likuiditas, dan indeks harga saham Bank milik pemerintah.
3. Bagi Kalangan Akademis dan Masyarakat Sebagai bahan dokumentasi untuk melengkapi sarana yang dibutuhkan dalam penyediaan bahan studi bagi pihak-pihak yang mungkin membutuhkan untuk penelitian lebih lanjut mengenai masalah-masalah profitabilitas dan likuiditas juga masalah indeks harga saham.
1.5
Kerangka Pemikiran Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah
menghimpun dana dan menyalurkannya kembali ke masyarakat, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk lainnya, serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Fungsi perbankan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Undang-Undang RI No.7 tahun 1992 yang disempurnakan menjadi UndangUndang RI No.10 tahun 1998, dimana fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Definisi bank menurut Undang-undang No.10 tahun 1998 tentang perubahan Undang-undang No.7 tahun 1992 tentang perbankan, yaitu: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.” Dari uraian diatas jelas bahwa bank merupakan suatu badan usaha yang bergerak di bidang keuangan sebagai lembaga intermediasi dari masyarakat kepada masyarakat lagi dalam rangka meningkatkan taraf hidup orang banyak. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa untuk dapat melakukan aktivitas intermediasi dengan baik maka bank tersebut haruslah memiliki kinerja yang baik pula. Kinerja pada dasarnya dapat diartikan sebagai hasil yang dicapai atas
9
berbagai aktivitas yang dilakukan, biasa juga dikatakan sebagai hasil yang telah dicapai atas segala aktivitas yang dilakukan dalam mendayagunakan sumbersumber yang tersedia. Dengan demikian disamping memperhatikan hasil yang dapat dicapai, kita juga harus memperhatikan sumber-sumber yang digunakan untuk memperoleh hasil tersebut. www.wikipedia.org Terdapat banyak pihak yang berkepentingan terhadap kinerja keuangan perusahaan antara lain investor, kreditur, dan manajemen perusahaan. Untuk mengukur kinerja keuangan perusahaan, pihak-pihak tersebut mendasarkan diri pada laporan keuangan yang diterbitkan oleh pihak manajemen perusahaan. Sebagai salah satu pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan, investor merupakan salah satu pihak yang memiliki kepentingan langsung terhadap laporan keuangan perusahaan yang nantinya dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi investor dalam berinvestasi. Kasmir (2003:238) sebagai berikut: ”Laporan keuangan ini bertujuan untuk memberikan informasi keuangan perusahaan, baik kepada pemilik, manajemen maupun pihak luar yang berkepentingan terhadap laporan tersebut. Dikarenakan laporan keuangan tersebut ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pihak luar, maka informasi yang disajikan didalamnya bersifat ringkas dan mencerminkan kinerja perusahaan secara keseluruhan sehingga memudahkan para investor untuk mempelajari dan memahami laporan keuangan perusahaan tersebut. Para investor selain harus memahami isi yang terkandung di dalam laporan keuangan juga harus mampu mengolah dan menganalisis semua informasi yang ada agar keputusan yang dihasilkan merupakan keputusan yang optimal dan hasil yang diperoleh merupakan hasil yang maksimal. Dengan suatu metode dan teknik analisis tertentu, informasi keuangan perusahaan mampu memberikan informasi yang lengkap tentang kesehatan perusahaan. Informasi tentang kesehatan perusahaan sangat diperlukan oleh pihakpihak terkait yang diantaranya adalah investor, supplier, pemegang saham, dan lainnya. Di dalam mengukur perbedaan tujuan dan harapan yang ingin dicapai
10
baik itu supplier, pemegang saham, maupun manajemen maka diperlukan rasiorasio yang mengukur semua laporan keuangan yang diperoleh perusahaan. Harahap (2002:297) berpendapat bahwa rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan. Menurut Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 3/30/DPNP tanggal 14 Desember 2001 pedoman perhitungan rasio keuangan terbagi menjadi : 1. Rasio Permodalan 2. Rasio Aktiva produktif 3. Rasio Rentabilitas atau Profitabilitas 4. Rasio Likuiditas, dan 5. Rasio Kepatuhan Rasio profitabilitas merupakan titik ukur untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Gitman (2006:67) mengelompokan rasio profitabilitas terdiri dari : 1. Gross Profit Margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase pendapatan bersih yang diperoleh dari setiap penjualan. 2. Operating Profit Margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase dari penjualan sebelum bunga dan pajak. 3. Net Profit Margin, rasio ini mengukur berapa besar persentase dari penjualan setelah bunga dan pajak (penjualan bersih). 4. Earning per share, rasio ini mengukur tingkat profitabilitas dari tiap lembar saham 5. Return On Assets, rasio ini mengukur efektivitas keseluruhan kinerja manajemen dalam mengolah aktiva perusahaan. 6. Return On Equity, rasio ini mengukur tingkat pengembalian dari modal sendiri atau investasi para pemegang saham biasa. Dalam penelitian ini penulis menggunakan ROA sebagai indikator untuk mengukur profitabilitas perusahaan. ROA merupakan suatu cara untuk mengukur seberapa banyak laba bersih yang diperoleh dari keseluruhan kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini untuk memberikan gambaran bagaimana
11
perusahaan di dalam menghasilkan profitabilitas. ROA yang tinggi merupakan harapan setiap bank karena aktiva-aktiva yang dimiliki tergolong produktif. Husnan, (2003:32) menerangkan bilamana suatu perusahaan dapat mengelola seluruh aktiva produktifnya dengan baik, maka secara otomatis tingkat profitabilitas perusahaan akan meningkat sehingga hal tersebut akan memacu para investor untuk berinvestasi dalam saham bank tersebut. Hal ini menyimpulkan apabila profitabilitas tinggi akan berdampak tinggi pula harga saham yang dicapai. Selain itu pihak perbankan dituntut untuk menjaga likuiditas bank. Untuk menjaga likuiditas bank tetap dalam kondisi sehat, maka bank diharuskan menjaga Loan to Deposit Ratio (LDR) pada kisaran 85%-110%, seperti yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Bank Indonesia No.26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993. Menurut Susilo, dkk. (2000:106), Loan to deposit ratio (LDR) tersebut menyatakan seberapa jauh kemampuan bank dalam membayar
kembali
penarikan
dana
yang
dilakukan
deposan
dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya. Dimana semakin tinggi rasio ini, menunjukkan semakin rendahnya kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan, sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah akan semakin besar. Simorangkir (2004:147) mengatakan bahwa bagi Bank yang dapat menjaga likuiditasnya, membuat perusahaan terhindar dari kondisi bermasalah sehingga memungkinkan suatu perusahaan untuk memperoleh profitabilitas yang optimal. Hal di atas menyimpulkan bahwa dengan likuiditas yang baik akan berdampak baik pula terhadap profitabilitas perusahaan yang akan berdampak positif terhadap harga saham.
Selain hal itu, likuiditas sebuah
perusahaan mengindikasikan pula bagaimana perusahaan mengelola arus dananya, apabila pengelolaan arus dana buruk maka para investorpun tidak mau menginvestasikan modalnya pada perusahaan tersebut, apabila investor tidak ada yang mau menanamkan modalnya di perusahaan tersebut maka akan secara otomatis harga sahampun akan mengalami penurunan. Dari penjelasan mengenai profitabilitas dan likuiditas di atas, hal ini akan berpengaruh
positif
terhadap
harga
saham.
Sunariyah
(2003:111)
12
mengungkapkan bahwa Saham merupakan surat berharga sebagai bukti penyertaan atau pemilikan individu maupun institusi yang dikeluarkan oleh sebuah perusahaan yang berbentuk Perseroan Terbatas (PT). Untuk menentukan harga saham dapat dilihat dari dari beberapa faktor diantaranya adalah faktor fundamental dan faktor teknikal. A. Muslimin (1995) menyatakan bahwa harga saham dipengaruhi oleh faktor fundamental. E. Rassyid (1999) menyatakan bahwa faktor-faktor teknikal atau non-fundamental emiten memiliki hubungan yang signifikan dengan perubahan harga saham dimana harga saham dinyatakan melalui Indeks Harga Saham. Dengan demikian Indeks harga saham dipengaruhi oleh banyak faktor seperti dikemukakan Halim (2002:8) yang menyatakan bahwa Indeks Harga Saham (IHS) merupakan ringkasan dari pengaruh simultan dan kompleks dari berbagai macam variabel yang berpengaruh, terutama tentang kejadian-kejadian ekonomi. Sunariyah (2003:122) mengungkapkan bahwa Indeks harga saham merupakan catatan terhadap perubahan-perubahan maupun pergerakan harga saham sejak mulai pertama kali beredar sampai pada suatu saat tertentu. Dengan demikian Indeks harga saham bisa dijadikan barometer kesehatan ekonomi suatu negara dan sebagai dasar melakukan analisis statistik atas kondisi pasar terakhir. Berdasarkan uraian diatas mengenai pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap indeks harga saham, maka penulis menyusun bagan kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut:
13
Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran BANK
Kinerja Bank
Analisis Fundamental
Kinerja Keuangan
Analisis Teknikal Kinerja Manajemen
Laporan Keuangan
• • • •
Ideologi Politik Ekonomi dll
Rasio Keuangan Rasio Profitabilitas
ROA
Rasio Likuiditas
Rasio Permodalan
Rasio Aktiva Prod.
Rasio Kepatuhan
LDR
CAR, Aktiva tetap terhadap modal
NPL, Ak.Prod bermaslah, PPAP,dll.
BMPK GWM
Harga saham Indeks Harga saham
Keterangan Variabel yang diteliti Variabel yang tidak diteliti
14
1.6
Hipotesis Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan dan tujuan dari
penelitian, maka penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut: 1.
Likuiditas bank berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada Bank milik pemerintah periode 2004-2009.
2.
Likuiditas dan profitabilitas bank baik secara simultan maupun parsial berpengaruh signifikan terhadap Indeks Harga Saham perbankan pada bank milik pemerintah periode 2004-2009.
1.7
Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif dan verifikatif. Metode deskriptif menggambarkan atau melukiskan atas setiap data aktual serta fenomena yang ada. Menurut Cooper and Shindler (2003:10), pengertian metode deskriptif adalah : “ A descriptive study tries to discover answer to the question who, what, when, where and sometimes how to discribe or difine a subject, often by creating a profile of a group of problems, people or event.” Sedangkan definisi metode Verifikatif menurut Rasyad (2003:6) adalah: “ Metode verifikatif adalah metode yang digunakan untuk melakukan perkiraan (estimate) dan pengujian hipotesis. “ Sedangkan Marzuki (2002:7), pengertian metode verifikatif sebagai berikut: “Metode verifikatif merupakan metode yang bertujuan melakukan pengujian, hipotesis, pengaruh variabel X terhadap variabel Y, yang bertujuan untuk menguji suatu pengetahuan.” Data yang telah diperoleh selama proses penelitian kemudian akan dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih terperinci, serta untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah analisis statistik parametrik
15
berdasarkan data yang diperoleh. Analisis statistik parametrik yang digunakan yaitu Analisis Regresi dan Korelasi Linier Berganda (Multiple Linear Regression dan Correlation Analysis). Sedangkan hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini berupa hubungan yang ada antara variabel independen (variabel X1 dan X2) terhadap variabel dependen (variabel Y) secara langsung. Untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan atau korelasi antara kedua variabel tersebut, maka perlu dilakukan pengujian dengan menggunakan metode korelasi pearson product moment (PPM) untuk korelasi parsial. Sedangkan untuk menguji hubungan variabel-variabel penelitian dapat menggunakan korelasi ganda (multiple correlation). Selain dengan metode korelasi PPM dapat juga menggunakan model analisis jalur (Path analysis). Analisis ini digunakan untuk menentukan seberapa besar pengaruh dari suatu variabel independen (X1,X2) terhadap variabel dependen (Y). Kemudian untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis, digunakan statistik uji F untuk menguji secara keseluruhan dan uji t untuk pengujian secara individual.
1.8
Waktu dan Tempat Penelitian. Dalam penelitian tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap Bank
Milik Pemerintah Indonesia. Dimana penelitian dilakukan secara tidak langsung ke perusahaan yaitu melalui penelitian ke pojok bursa ITB untuk mendapatkan laporan keuangan tahunan (annual report) dan laporan mengenai harga saham perusahaan selama 6 tahun yaitu periode 2004-2009. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2010 sampai dengan bulan September 2010.