BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Penelitian Di masa kini dan di masa depan, perusahaan-perusahaan menghadapi
lingkungan bisnis yang kompleks dan turbulen karena meningkatnya proses globalisasi yang melanda hampir semua negara, termasuk Indonesia. Lingkungan tersebut menuntut sistem penilaian kinerja yang sangat berbeda dari yang pernah digunakan dengan sukses di masa lalu. Sistem penilaian kinerja yang dibutuhkan adalah sistem yang dapat menilai kinerja seluruh komponen kunci yang ada dalam perusahaan. Sistem tersebut harus mampu mengetahui keadaan dan kedudukan perusahaan dalam bidang usahanya. Berdasarkan informasi yang dihasilkan oleh sistem penilaian kinerja tersebut, pihak manajemen menentukan langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi perkembangan terkini. Sistem penilaian kinerja perusahaan tradisional masih kental diwarnai oleh tolok ukur keuangan seperti Return on Investment (ROI), Earning per Share (EPS) dan terakhir memakai Economic Value Added (EVA). Penekanan penilaian kinerja perusahaan pada aspek-aspek non keuangan, seperti tingkat kepuasan pelanggan, tingkat kepuasan karyawan dan kegiatan operasi internal perusahaan masih sangat kurang diperhatikan (Berny: 2002). Pengukuran yang hanya mempertimbangkan kinerja keuangan tersebut memiliki kelemahan, yaitu ketidakmampuan perusahaan untuk mengukur kinerja harta-harta tak tampak (intangible assets) dan kemampuan sumber daya manusianya. Tolok ukur keberhasilan perusahaan perlu dicermati dengan baik karena terkadang tidak menggambarkan keadaan sebenarnya. Sering terjadi, suatu badan usaha yang baru saja dinyatakan sangat sehat, tiba-tiba dalam kurun waktu yang tidak terlalu lama ternyata bangkrut (Johnson Pakpahan: 2005). Perusahaan Xerox dapat dijadikan suatu contoh betapa pentingnya memperhatikan aspek non finansial dalam mengukur kinerja badan usaha. Sampai pertengahan tahun 1970an perusahaan Xerox memiliki ukuran keuangan yang sangat baik, yaitu
1
2
peningkatan keuntungan, pertumbuhan penjualan, dan ROI yang tinggi. Tetapi perusahaan tersebut hampir gagal pada tahun 1980-an. Monopoli virtual yang dinikmatinya dalam bisnis fotocopy hanya memperlihatkan kesuksesan dalam aspek keuangan, tetapi tidak dalam aspek pelanggan. Banyak pelanggan yang kurang puas, karena harga / biaya menjadi semakin tinggi. Setelah perusahaan lain dari Jepang dan Amerika memasuki bisnis fotocopy, pelanggan yang kurang puas dan tidak loyal berpindah. Alhasil, Xerox hampir gagal (Berny: 2002). Robert S. Kaplan dan David P. Norton pada tahun 1992 memperkenalkan suatu sistem manajemen kinerja yang baru, yaitu Balanced Scorecard. Balanced Scorecard adalah sekumpulan pengukuran finansial dan non finansial yang menggambarkan keseimbangan antara pengukuran eksternal dan internal, serta keseimbangan antara pengukuran hasil dan ukuran yang mengendalikan kondisi di masa yang akan datang (Dr. Paul Walsh: 1996). Balanced Scorecard memungkinkan manajer melihat bisnis yang digelutinya dalam perspektif konsumen / pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan, serta perspektif keuangan. Konsekuensi dari keempat perspektif tersebut adalah manajer tidak lagi semata-mata tergantung pada ukuran keuangan jangka pendek sebagai satu-satunya indikator dari kinerja perusahaan. Balanced Scorecard justru mengintrodusir empat proses manajemen yang baru dan mengkombinasikan longterm strategic objectives dengan short term actions (Roy Gony: 1997). Sampai saat ini, praktek Balanced Scorecard belum pernah dipraktekkan secara terintegrasi di Indonesia, melainkan baru secara parsial. Hal ini dikarenakan manajemen organisasi di Indonesia baru pada tahap belajar mengadopsi praktek-praktek terbaik sistem manajemen modern (Vincent Gaspersz, 2003: 134). PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading Company, Tbk adalah salah satu perusahaan berskala nasional yang ikut merasakan dampak dari globalisasi. Salah satu misi PT. Ultrajaya adalah menghasilkan produk dengan biaya yang rendah namun tetap memiliki kualitas tinggi, agar dapat mempertahankan keunggulan bersaing. Misi perusahaan tersebut disosialisasikan sampai ke tingkat bawah dalam bentuk target-target dan ukuran-ukuran kinerja. Departemen Operasional
3
sebagai departemen yang memproduksi barang-barang industri juga harus mencapai target yang telah ditetapkan, sehingga dengan sendirinya turut berpartisipasi dalam mencapai misi perusahaan. Target ini dapat dicapai melalui Balanced Scorecard (bisa dikatakan mini balanced scorecard, namun tetap memiliki karakteristik dan fungsi balanced scorecard yang utuh). PT. Ultrajaya mulai menerapkan Balanced Scorecard pada akhir tahun 2002, dan merasakan manfaatnya secara signifikan. Berdasarkan fenomena, uraian, rujukan, dan manfaat Balanced Scorecard, maka penulis tertarik untuk melakukan suatu penelitian dan menuangkannya ke dalam sebuah skripsi dengan judul: “Evaluasi Kinerja Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Balanced Scorecard”.
1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang penelitian di atas, maka penulis
dapat mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan dibahas pada penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah proses penerapan Balanced Scorecard pada perusahaan yang diteliti telah memadai? 2. Apakah terdapat perbedaan yang positif dan signifikan pada kinerja perusahaan, sebelum dan sesudah penerapan Balanced Scorecard ?
1.3
Maksud dan Tujuan Penelitian Penelitian ini akan dilakukan dengan maksud untuk mendapatkan
gambaran mengenai peranan Balanced Scorecard dan pengaruhnya terhadap pencapaian misi perusahaan, dengan tujuan penelitian sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui kememadaian proses penerapan Balanced Scorecard pada perusahaan yang diteliti. 2. Untuk mengetahui besarnya perbedaan kinerja perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Balanced Scorecard.
4
1.4
Pembatasan Masalah Dalam penelitian ini penulis menganggap perlu untuk melakukan
pembatasan masalah. Hal ini bertujuan agar penelitian dapat dilakukan dengan lebih terarah dan jelas sehingga diharapkan dapat diperoleh hasil yang baik dan dapat dimanfaatkan dengan baik pula. Adapun pembatasan masalah yang dilakukan penulis adalah: 1. Balanced Scorecard hanya akan ditelaah dari segi proses penerapannya, yang meliputi aktivitas pengenalan konsep Balanced Scorecard dan pengintegrasian Balanced Scorecard ke dalam proses manajemen. 2. Dalam telaah kinerja perusahaan, penulis membatasi hanya pada aktivitas operasi perusahaan saja, yang meliputi kegiatan produksi, quality control, plant controller, utilities, dan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan produksi. Hal ini dilakukan karena pada perusahaan yang diteliti, Balanced Scorecard masih diterapkan secara parsial, dan aktivitas operasi dianggap sebagai aktivitas inti dan cukup mewakili peranan konsep Balanced Scorecard terhadap peningkatan kinerja perusahaan.
1.5
Kegunaan Penelitian Dari penelitian ilmiah ini penulis berharap dapat memberikan sedikit
kontribusi yang berguna bagi berbagai pihak, diantaranya: 1. Bagi penulis sendiri, dapat menambah wawasan pemikiran dan peningkatan pengetahuan yang selama ini diperoleh dari teori yang dipelajari selama kuliah dengan penerapan di lapangan. 2. Bagi perusahaan lain, hasil penelitian dan pembahasan ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau informasi tambahan mengenai penerapan Balanced Scorecard bagi peningkatan kinerja perusahaan. 3. Bagi pihak lain, sebagai bahan masukan, literatur, dan referensi bagi kalangan mahasiswa dan akademis dalam menambah wawasan dan pengetahuan terutama dalam bidang akuntansi manajemen.
5
1.6
Rerangka Pemikiran Organisasi adalah suatu wadah yang berisi sekumpulan orang yang saling
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi nirlaba yang mempunyai tujuan, terutama dalam hal finansial. Strategistrategi kemudian dirumuskan sebagai langkah untuk mencapai tujuan. Umtuk mengetahui apakah orang-orang di dalam organisasi telah mengimplementasikan strategi yang dimaksudkan, organisasi menciptakan sistem penilaian kinerja sebagai salah satu proses pengendalian. Penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya (Mulyadi, 2001: 415). Tujuan dari sistem penilaian kinerja adalah pelaksanaan strategi. Dalam menyusun sistem seperti ini, manajemen senior memilih pengukur yang paling mewakili strategi perusahaan. Pengukur ini dapat dilihat sebagai faktor keberhasilan masa kini dan masa depan; jika ukuran ini membaik, berarti strategi telah dilaksanakan dengan baik. Sistem penilaian kinerja merupakan suatu mekanisme yang memperbaiki kemungkinan untuk perusahaan agar strategi yang dijalankan dapat berhasil (Robert N. Anthony & Vijay Govindarajan, 2003: 75). Menurut Mulyadi (2001: 416), manfaat penilaian kinerja adalah sebagai berikut: 1. Mengelola operasi organisasi secara efektif dan efisien melalui pemotivasian karyawan secara maksimum. 2. Membantu pengambilan keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti: promosi, transfer, dan pemberhentian. 3. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan dan pengembangan karyawan dan untuk menyediakan kriteria seeleksi dan evaluasi program pelatihan karyawan. 4. Menyediakan umpan balik bagi karyawan mengenai bagaimana atasan mereka menilai kinerja mereka. 5. Menyediakan suatu dasar bagi distribusi penghargaan.
6
Selama ini, sistem penilaian kinerja perusahaan tradisional masih kental diwarnai oleh tolok ukur keuangan seperti Return on Investment (ROI), Earning per Share (EPS), dan terakhir memakai Economic Value Added (EVA) (Berny: 2002). Namun, kinerja yang baik dalam aspek finansial belaka tidaklah cukup. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perusahaan yang baru saja dinyatakan ‘sehat’ tiba-tiba saja collaps. Sebaliknya, perusahaan yang dinyatakan tidak sehat ternyata dapat bertahan hidup, bahkan makin berkembang (Johnson Pakpahan, 2005). Hal ini membuktikan betapa pentingnya memperhatikan aspek non finansial dalam mengukur kinerja perusahaan. Pada tahun 1992, Robert S. Kaplan dan David P. Norton memperkenalkan suatu sistem manajemen kinerja yang baru, yaitu Balanced Scorecard. Mereka mendefinisikan Balanced Scorecard sebagai berikut: “Balanced Scorecard menerjemahkan misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran, yang tersusun ke dalam empat perspektif: keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan” (Kaplan & Norton, 2000: 22). Lewat seminar yang diadakan pada tanggal 30-31 Oktober 1996 di Hotel Le Meridien, Dr. Paul Walsh menyebutkan beberapa keuntungan lain yang diperoleh dari Balanced Scorecard, yaitu: 1. Untuk menarik orang-orang ke arah strategi dan visi. 2. Menyediakan wadah kerjasama dan peran serta sseluruh manajer fungsional. 3. Untuk menghubungkan formulasi strategi dengan implementasi strategi. 4. Memotivasi karyawan karena mereka menjadi tahu apa yang mereka kerjakan dan alasan mengapa mereka mengeerjakan suatu pekerjaan. Melihat manfaat-manfaat penerapan Balanced Scorecard yang menutupi kekurangan penilaian kinerja dari aspek finansial belaka, penulis tertarik untuk meneliti dan menguji kebenaran hipotesis deskriptif sebagai berikut: “Terdapat perbedaan yang positif dan signifikan antara evaluasi kinerja perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Balanced Scorecard”.
7
1.7
Metode
Penelitian,
Operasionalisasi
Variabel,
dan
Penetapan
Hipotesis 1.7.1
Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah
metode deskriptif-komparatif dengan jenis penelitian studi kasus pada perusahaan yang diteliti. Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok menusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu sistem maupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki (Moh. Nazir, 1999: 63). Penelitian komparatif adalah salah satu jenis penelitian deskriptif (deskriptif-komparatif) yang ingin mencari jawab secara mendasar tentang sebabakibat, dengan menganalisa faktor-faktor penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu. Metode penelitian komparatif adalah bersifat ex post fact. Artinya, data dikumpulkan setelah semua kejadian yang dikumpulkan telah selesai berlangsung sehingga peneliti dapat melihat akibat dari suatu fenomena dan menguji hubungan sebab-akibat dari data-data yang tersedia (Moh. Nazir, 1999: 68).
1.7.2
Operasionalisasi Variabel Sesuai dengan judul skripsi yang dipilih, yaitu “Evaluasi Kinerja
Perusahaan Sebelum dan Sesudah Penerapan Balanced Scorecard”, maka dapat diidentifikasikan 3 variabel penelitian sebagai berikut: 1. Variabel pertama adalah Proses Penerapan Balanced Scorecard pada perusahaan yang diteliti. 2. Variabel kedua adalah Kinerja Perusahaan Sebelum Penerapan Balanced Scorecard. 3. Variabel ketiga adalah Kinerja Perusahaan Setelah Penerapan Balanced Scorecard.
8
Tabel 1.1 Operasionalisasi Variabel Pertama
Variabel ● Proses
Tahap 1. Define the
Deskripsi a. Penentuan scorecard unit bisnis.
Penerapan
measurement
b. Mempelajari keterkaitan antar SBU.
Balanced
architecture.
c. Pelaksanaan aktivitas dari keseluruhan
Scorecard
rantai nilai. 2. Build
a. Penyiapan latar belakang Balanced
consensus around
Scorecard. b. Perolehan informasi tentang lingkungan
strategic objectives.
industri. c. Informasi para pesaing. d. Preferensi pelanggan. e. Perkembangan teknologi. f.
Ukuran dan pertumbuhan pasar.
3. Select and
a. Perspektif Keuangan.
design
b. Perspektif Pelanggan.
measure
c. Perspektif Proses Bisnis Internal. d. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran.
4. Build the implementation plan.
a. Komunikasikan Balanced Scorecard ke seluruh perusahaan. b. Pengembangan pelaksanaan Balanced Scorecard sampai ke tingkat divisi.
9
Tabel 1.2 Operasionalisasi Variabel Kedua
Variabel ● Kinerja Perusahaan Sebelum Penerapan
Dimensi Kinerja
Indikator 1.
Keuangan
Rasio Likuiditas a. Modal Kerja Bersih
Balanced Scorecard
b. Rasio Lancar c. Rasio Cepat 2.
Rasio Aktivitas a. Perputaran Persediaan b. Rata-rata Periode Tagih c. Rata-rata Periode Bayar d. Perputaran Aktiva Tetap e. Perputaran Total Aktiva
3.
Rasio Hutang a. Rasio Hutang b. Rasio Hutang terhadap Ekuitas c. Rasio Mampu Bayar Bunga
4.
Rasio Profitabilitas a. Marjin Laba Kotor b. Marjin Laba Operasi c. Hasil atas Total Aset d. Hasil atas Ekuitas e. Pendapatan per Saham
5.
Rasio Pasar ● Harga Pasar/Pendapatan
10
Tabel 1.3 Operasionalisasi Variabel Ketiga
Variabel ●
Dimensi
Indikator
Kinerja Perusahaan
○ Perspektif
1.
Rasio Likuiditas
Sesudah Penerapan
Keuangan
2.
Rasio Aktivitas
Balanced
3.
Rasio Hutang
Scorecard
4.
Rasio Profitabilitas
5.
Rasio Pasar
○ Perspektif
1.
Market share
Pelanggan
2.
Denda Keterlambatan
3.
Customer Retention
4.
Customer Satisfaction
5.
Customer Profitability
○ Perspektif Proses
1.
Inovasi
Bisnis Internal
2.
Operasi a. Tingkat barang cacat b. Cycle Effectiveness c. Produktivitas
○ Perspektif Pembelajaran dan
3.
Layanan Purna Jual
1.
Kepuasan Karyawan
2.
Retensi Karyawan
Pertumbuhan
a. Tingkat absensi b. Labour Turnover
1.7.3
3.
Produktivitas Karyawan
4.
Tk. Pendidikan Karyawan
Penetapan Hipotesis Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengujian hipotesis yang
berhubungan dengan ada atau tidaknya pengaruh yang positif dan signifikan antara ketiga variabel di atas. Hipotesis nol (Ho) pada umumnya diformulasikan
11
untuk ditolak. Apabila ditolak, maka hipotesis pengganti (Ha) dapat diterima. Hipotesis pengganti ini merupakan hipotesis penelitian, yaitu prediksi yang diturunkan dari teori yang sedang diuji. Adapun penetapan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Ho: Tidak terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kinerja perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Balanced Scorecard (Ho:β = 0). Ha: Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kinerja perusahaan sebelum dan sesudah penerapan Balanced Scorecard (Ha : β > 0).
1.8
Teknik Pengumpulan Data Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan teknik pengumpulan
data sebagai berikut: 1. Penelitian Lapangan (Field Research) Yaitu penelitian langsung pada objek penelitian yang tujuan utamanya adalah pengumpulan data primer yang dibutuhkan. Teknik yang digunakan penulis yaitu: a. Wawancara / tanya jawab informal dengan pihak manajemen perusahaan b. Menelaah
dokumen-dokumen
perusahaan
yang
berkaitan
dengan
penelitian c. Menyebarkan kuesioner-kuesioner untuk menggetahui secara langsung dan objektif mengenai aplikasi Balanced Scorecard serta efektivitas sistem pengukuran kinerja perrusahaan. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian ini dilakukan untuk meemperoleh landasan teoritis yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.
1.9
Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada PT. Ultrajaya Milk Industry & Trading
Company Tbk., yang berlokasi di Jl. Raya Cimareme No. 131 Padalarang. Waktu penelitian akan dilakukan mulai bulan Januari 2006 sampai dengan selesai.