BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Penelitian Dalam rangka mencapai sistem perbankan yang kuat, sehat serta efisien
maka Bank Indonesia melakukan proses konsolidasi terhadap perbankan Indonesia. Proses konsolidasi perbankan tersebut semakin dipercepat oleh Bank Indonesia dengan tujuan untuk meningkatkan ketahanan dan kesehatan perbankan dalam jangka panjang, menciptakan kestabilan sistem keuangan dan mendorong pertumbuhan
ekonomi
nasional
yang
berkesinambungan,
juga
untuk
meningkatkan perlindungan terhadap masyarakat mengingat peran bank sebagai salah satu lembaga kepercayaan. Dalam proses percepatan konsolidasi tersebut, Bank Indonesia menyatakan tentang kewajiban modal minimum bank, yang menetapkan bahwa rasio kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR) harus mencapai 8%. Dengan ketentuan tersebut, bank wajib memelihara ketersediaan modal karena setiap pertambahan kegiatan bank khususnya yang mengakibatkan pertimbangan aktivitas harus diimbangi dengan pertambahan pendapatan permodalan sebesar 100 berbanding 8. (Bankirnews, Mei 2011) Dalam proses pemenuhan modal inti minimum, apabila secara individual terdapat bank-bank yang tidak memungkinkan untuk memenuhi target-target modal tersebut, maka ditawarkan opsi agar bank-bank tersebut terlibat aktif dalam proses merger dan akuisisi. Terkait dengan hal tersebut maka Bank Indonesia menetapkan konsep Bank Jangkar (Anchor Bank) yang akan berperan sentral untuk mendorong proses konsolidasi perbankan Indonesia dengan memainkan peran aktif melalui inisiatif akuisisi maupun merger. Bank Jangkar (Anchor Bank) merupakan bank dengan kinerja yang baik serta berpotensi memiliki inisisatif untuk melakukan akuisisi terhadap bank lain. Pada 30 Juni 2005, Bank Indonesia (BI) menerbitkan kriteria bagaimana suatu bank bisa menjadi bank jangkar (anchor bank). Bank yang dapat menjadi bank jangkar adalah bank yang memenuhi kriteria antara lain : memiliki modal inti lebih dari Rp100 miliar, tergolong bank ‘sehat’, mempunyai rasio kewajiban
1
2
pemenuhan modal minimum (CAR) sebesar 10% dan tata kelola bank dengan rating baik, bank memiliki kapasitas untuk tumbuh, didukung dengan permodalan yang kuat dan stabil, memiliki rasio CAR minimal 12% dan rasio modal inti minimal
6%,
bank
mempunyai
kemampuan
untuk
tumbuh
secara
berkesinambungan yang tercermin dari profitabilitas dengan rasio return on asset (ROA) minimal 1,5%, mampu berperan dalam mendukung fungsi intermediasi perbankan. Indikasi kemampuan ini tecermin dari pertumbuhan ekspansi kredit secara riil minimal 22% per tahun dengan rasio kredit terhadap dana pihak ketiga (LDR) minimal 50% dan rasio non performing loan (NPL) neto di bawah 5%, merupakan perusahaan publik atau berencana dalam waktu dekat, serta memiliki kemampuan dan kapasitas untuk menjadi konsolidator. Dengan penetapan kriteria tersebut maka Bank Indonesia mengharapkan bahwa bank yang terpilih menjadi Anchor Bank dapat menjalankan peranannya, melakukan merger dan akuisisi terhadap bank-bank yang memiliki daya saing rendah khususnya dalam permodalan. (Infobanknews, Mei 2011) Dengan adanya kebijakan Bank Indonesia mengenai konsep Bank Jangkar (Anchor Bank), maka menimbulkan persaingan antar bank-bank
yang
menginginkan untuk menjadi salah satu dari Anchor Bank, sehingga bank-bank yang berminat menjadi Anchor Bank akan berupaya meningkatkan kinerjanya dalam berbagai segi. Bank yang memiliki kinerja yang baik merupakan bank yang memiliki kesehatan yang baik. Tingkat kesehatan bank merupakan hasil dari penilaian kualitas atas berbagai aspek yang berpengaruh terhadap kondisi kinerja suatu bank. Untuk mengetahui tingkat kesehatan suatu bank, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kesehatan bank. Untuk melakukan penilaian tersebut terdapat 5 faktor kuantitatif yang diukur untuk menentukan tingkat kesehatan bank yang dikenal dengan nama CAMEL yang meliputi Capital, Asset Quality, Management, Earnings, dan Liquidity. Namun selanjutnya pada tanggal 5 Januari 2011 Bank Indonesia telah mengeluarkan PBI nomor 13/1/PBI/2011 tanggal 5 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum yang menggantikan PBI sebelumnya Nomor No. 6/10/PBI/2004 tentang Sistem Penilaian Tingkat
3
Kesehatan Bank Umum yang telah berlaku selama hampir tujuh tahun. Dimana faktor kualitas asset (A), likuiditas (L), dan sensitivitas terhadap resiko pasar (S) pada sistem CAMELS melebur ke dalam faktor profil resiko (R) pada Sistem RGEC, sedangkan faktor rentabilitas (E) dan permodalan (C) tetap ada pada sistem yang baru. Seolah-olah ada faktor baru yaitu Good Corporate Governance (G) yang menggantikan faktor Manajemen (M) pada sistem lama. Namun jika dicermati, kepatuhan terhadap penerapan GCG sudah masuk pada faktor Manajemen (M) pada sistem CAMELS yaitu dimasukkan pada komponen manajemen umum. Dua komponen lainnya untuk faktor Manajemen pada sistem CAMELS yaitu Penerapan Sistem Manajemen Resiko dan Kepatuhan Bank, sebagian besar indikatornya diperkirakan masuk ke profil resiko pada sistem RGEC. Akhirnya tinggal GCG yang tersisa dalam faktor Manajemen. Jadilah GCG sebagai faktor tersendiri dalam sistem yang baru. (Kompasiana, Mei 2011) Banyak pihak yang berkepentingan dalam penilaian kinerja pada sebuah perusahaan perbankan, diantaranya bagi para manajer, investor, pemerintah, masyarakat bisnis, maupun lembaga-lembaga yang terkait. Manajemen sangat memerlukan hasil penilaian terhadap kinerja unit bisnisnya, yaitu untuk memastikan tingkat ukuran keberhasilan para manajer dan sekaligus sebagai evaluasi penyusunan perencanaan strategi maupun operasional pada masa selanjutnya. Dengan kinerja perbankan yang baik akan menarik minat investor untuk melakukan investasi pada sektor perbankan. Karena investor melihat, semakin sehat suatu bank, maka manajemen bank tersebut bagus, serta diharapkan bisa memberikan return yang memadai. Hal ini penting bagi investor untuk berusaha mencari dan mendapatkan return yang tinggi. Pemerintah sangat berkepentingan terhadap penilaian kinerja suatu lembaga keuangan, sebab memiliki fungsi memajukan dan meningkatkan perekonomian Negara. Sedangkan masyarakat sangat menginginkan agar badan usaha sektor perbankan sangat sehat dan maju sehingga dapat dicapai efisiensi dana berupa biaya yang murah dan efisiensi. Berdasarkan manfaat dari penilaian tingkat kesehatan terhadap perbankan, maka penulis merasa perlu untuk melakukan pengujian terhadap tingkat kesehatan
4
perbankan, oleh karena itu sebagai usulan skripsi penulis mengambil judul : PENGARUH PERKEMBANGAN KESEHATAN BANK TERHADAP PERKEMBANGAN RETURN SAHAM INDUSTRI PERBANKAN YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2011.
1.2.
Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian tersebut, maka masalah
yang dapat diidentifikasikan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimana perkembangan kesehatan pada industri perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia, berdasarkan laporan keuangan yang telah dipublikasikan pada periode 2007-2011 ? 2. Bagaimana perkembangan return saham pada industri perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2011 ? 3. Berapa besar pengaruh perkembangan kesehatan bank terhadap return saham pada industri perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2011 ?
1.3.
Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai
penilaian kesehatan industri perbankan yang Go Public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. Selain itu, penulis juga akan menggunakan penelitian ini sebagai bahan penyusunan skripsi yang merupakan salah satu prasyarat penulis dalam memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen S1 Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas widyatama Bandung. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisis perkembangan kesehatan pada industri perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia berdasarkan laporan keuangan yang telah dipublikasikan pada periode 2007-2011. 2. Untuk menganalisis perkembangan return saham pada industri perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011.
5
3. Untuk menganalisis besarnya pengaruh perkembangan kesehatan industri perbankan terhadap perkembangan return saham pada industri perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2011. 1.4.
Batasan Masalah Dalam penulisan skripsi ini penulis membatasi penulisan hanya dengan
menggunakan metode analisis RGEC, sesuai dengan alat pengukuran kinerja bank yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Namun dikarenakan adanya keterbatasan data yang didapat oleh penulis dalam mendapatkan data Good Corporate Governance (GCG) yang diukur berdasarkan peringkat CGPI (Corporate Governance Perseption Index) dan dikeluarkan oleh majalah SWA tidak lengkap dimana kebanyakan peringkat beberapa bank hanya menghasilkan peringkat 0 serta perhitungan pada penelitian ini dilakukan dengan pendekatan kuantitatif, metode analisis RGEC dengan memperhitungkan sebagian jenis aspek, tanpa memperhitungkan aspek Manajemen yang dilihat melalui peringkat Good Corporate Governance (GCG), melainkan mulai dari Risk (R), Earning (E), dan Capital (C). Maka ruang lingkup yang diambil oleh penulis berupa rasio-rasio keuangan. Dengan demikian penilaian tingkat kesehatan bank ini meliputi dan didasarkan pada aspek Risk menggunakan aspek risiko kredit yang diukur dengan NPL (Net Profit Loan), Earning dengan menggunakan ROA, dan Capital menggunakan CAR karena komponen RGEC dalam penelitian ini sebagai indikator untuk mengukur kinerja suatu bank terhadap return saham bukan untuk memberi peringkat pada masing-masing banknya.
1.5.
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi banyak pihak,
diantaranya : 1. Bagi Perusahaan Dapat memberikan sumbangan informasi dalam penetapan kebijakan terutama menyangkut keuangan dan kebijakan lain terutama berdasarkan analisis RGEC. Serta sebagai bahan pengembangxan dalam pengambilan keputusan
6
untuk melakukan perbaikan didalam meningkatkan kesehatan bank didalam meningkatkan kualitas pelayanan pada masyarakat. 2. Bagi Investor Dapat memberikan sumbangan informasi bagi pihak investor mengenai tingkat kesehatan perbankan yang nantinya dapat digunakan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk berinvestasi. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat kesehatan bank juga diharapkan sebagai sumber informasi dan referensi untuk memungkinkan penelitian selanjutnya mengenai topik-topik yang berkaitan, baik yang bersifat melanjutkan maupun melengkapi. 4. Bagi Penulis Penelitian ini dapat bermanfaat untuk memperdalam dan mengaplikasikan teori yang sudah diperoleh, terutama dalam hal menganalisa aktiva perbankan, serta pemahaman baru terhadap penilaian kinerja perusahaan perbankan.
1.6.
Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Bank merupakan lembaga keuangan yang usaha pokoknya adalah
menghimpun dana dan menyalurkannya kembali ke masyarakat, baik dalam bentuk kredit maupun bentuk lainnya, serta memberikan jasa-jasa dalam lalu lintas peredaran uang. Fungsi dari perbankan ini sesuai dengan yang dinyatakan dalam Undang-Undang RI No. 7 tahun 1992 yang disempurnakan menjadi Undang-Undang RI No. 10 tahun 1998, dimana fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat. Definisi Bank menurut Kasmir (2008:11), Bank diartikan sebagai lembaga keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sebagai lembaga perantara keuangan pada prakteknya bank sangat bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat. Oleh karena itu, untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat terhadapnya, bank selalu berupaya
7
untuk selalu menjaga tingkat kepercayaan masyarakat dengan berpegang teguh pada prinsip kehati-hatian bank (Prudential Banking) dalam menjalankan kegiatan usahanya. Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tergantung pada kesehatan bank. Budisantoso dan Triandaru (2006:51) mengartikan kesehatan bank sebagai “kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku”. Pengukuran terhadap kesehatan perbankan dilakukan berdasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia NO. 6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 mengenai tata cara penilaian tingkat kesehatan bank. Dalam pedoman perhitungan tersebut dijelaskan bahwa pada dasarnya penilaian terhadap tingkat kesehatan bank menggunakan pendekatan kualitatif dengan mengkualifikasikan komponen permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas, dan likuiditas. Dalam penilaian tingkat kesehatan bank, pengukuran atas berbagai indikator dalam penilaian tingkat kesehatan bank pada dasarnya tidak bisa dilakukan oleh masyarakat umum, karena laporan tingkat kesehatan bank hanya disampaikan kepada Bank Indonesia saja. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengambil keputusan ekonomi, dari laporan keuangan bisa diperoleh informasi mengenai
kinerja
perusahaan.
Menggunakan
laporan
keuangan
untuk
menganalisis kinerja suatu bank akan menghasilkan interpretasi yang valid dan menggambarkan posisi keuangan yang sesungguhnya. Melalui laporan keuangan inilah penilaian kesehatan bank dapat dilakukan. Menurut Munawir (2007:2), laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Peraturan Bank Indonesia No. 3/22/PBI/2001 telah menetapkan bahwa laporan keuangan yang harus dipublikasikan oleh bank, yaitu : Neraca, Laporan Perubahan Laba Rugi, Laba Ditahan serta Laporan Komitmen dan Kontijensi.
8
Dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan maka dapat diketahui informasi mengenai penilaian tingkat kesehatan perbankan. Penilaian tingkat kesehatan bank didasarkan pada faktor RGEC, namun karena adanya keterbatasan data dengan ini penulis hanya menggunakan sebagian faktor penilaian tingkat kesehatan bank, yaitu Risk (R), Earning (E), dan Capital (C). Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No: 13/1/PBI/2011 penilaian faktor pertama adalah Profil Risiko. Profil Risiko merupakan penilaian terhadap risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional Bank. Penilaian Risiko inheren merupakan penilaian atas risiko yang melekat pada kegiatan bisnis Bank, baik yang dapat dikuantifikasikan maupun yang tidak, yang berpotensi mempengaruhi posisi keuangan Bank. Karakteristik risiko inheren Bank ditentukan oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis, karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas Bank, industri dimana Bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi makro ekonomi. Maka digunakan dua dimensi untuk risk profile, yaitu nilai faktor dan peringkat risiko sebelum menentukan peringkat akhirnya. Atau dengan kata lain, nilai sebuah indikator merupakan fungsi dari nilai indikatornya dan kualitas manajemen risiko yang terkait dengan indikator tersebut. Aspek “Risk Profile“ tersebut mencakup 8 (delapan) jenis Risiko yaitu: 1. Risiko Kredit, menggunakan 12 indikator penilaian 2. Risiko Pasar, menggunakan 17 indikator penilaian 3. Risiko Operasional, menggunakan 15 indikator penilaian 4. Risiko Likuiditas, menggunakan 11 indikator penilaian 5. Risiko Hukum, menggunakan 13 indikator penilaian 6. Risiko Stratejik, menggunakan 10 indikator penilaian 7. Risiko Kepatuhan, menggunakan 5 indikator penilaian, dan 8. Risiko Reputasi, menggunakan 10 indikator penilaian. Dengan semakin meningkatnya kompleksitas usaha dan profil risiko, bank perlu mengidentifikasikan permasalahan yang mungkin timbul dari operasional bank. Bagi perbankan, hasil akhir penilaian terhadap kondisi bank tersebut dapat digunakan sebagai salah satu sarana dalam menetapkan strategi usaha diwaktu
9
yang akan datang yang diharapkan dengan penilaian kesehatan terhadap suatu bank maka kepercayaan masyarakat akan meningkat pula. Faktor penilaian kesehatan yang kedua adalah Earning (Rentabilitas). Pengertian rentabilitas menurut Harahap (2007:304) yaitu: “Rasio Rentabilitas atau disebut juga Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan, dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya. Rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dan disebut juga Operating Ratio.” Penilaian rentabilitas suatu perusahaan ditujukan guna mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan laba dan efisiensi usaha yang dicapai oleh bank. Dapat dinilai dengan menggunakan indikator ROA (Return On Asset) yang diukur dengan perbandingan laba sebelum pajak dengan total aktiva. (Riyanto, 2001:35) Penilaian kesehatan bank yang terakhir dilihat dari faktor Capital (modal). Faktor modal dalam kegiatan usaha perbankan merupakan hal terpenting. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, salah satu kriteria penilaian tingkat kesehatan bank adalah kecukupan modal atau Capital Adequacy Ratio (CAR). Menurut Sawir (2005:38), CAR merupakan rasio untuk mengukur kemampuan permodalan pada suatu bank setelah dikurangi aktiva tetap dan untuk menutupi kemungkinan kegagalan yang ada dalam proses permodalan kredit. Semakin tinggi rasionya akan menunjukan hasil yang semakin baik. CAR akan menjadi daya tarik bagi para investor untuk menanamkan dananya dalam perusahaan akan membawa sinyal positif bagi bagi pihak perusahaan. Selain itu, CAR berpengaruh secara signifikan dan bersifat positif terhadap harga saham. Dimana apabila harga saham tinggi, maka tingkat pengembalian/return-nya pun akan tinggi, begitupun sebaliknya. Return merupakan salah satu variabel dalam berinvestasi, return memungkinkan seorang investor untuk membandingkan keuntungan yang diharapkan disediakan oleh berbagai tingkatan pengembalian yang diinginkan selain itu return memiliki peran yang sangat signifikan dalam menentukan nilai
10
sebuah saham. Adapun analisa yang dapat digunakan yaitu analisa fundamental, dimana analisa ini mencoba untuk membentuk opini investor mengenai harga saham dimasa mendatang melalui penyelidikan mendalam terhadap kondisi keuangan dari suatu perusahaan (likuiditas asset, jumlah hutang, profit margin, pertumbuhan earnings dan prospek masa depan dan perilaku sahamnya sendiri). Return saham adalah keuntungan yang dinikmati investor atas investasi saham yang dilakukannya. Return tersebut memiliki dua komponen yaitu current income dan capital gain (Wahyudi, 2003). Bentuk dari current income berupa keuntungan yang diperoleh melalui pembayaran yang bersifat periodik berupa dividen sebagai hasil kinerja fundamental perusahaan. Sedangkan capital gain berupa keuntungan yang diterima karena selisih antara harga jual dan harga beli saham. Besarnya capital gain suatu saham akan positif, bilamana harga jual dari saham yang dimiliki lebih tinggi dari harga belinya. Ada anggapan bahwa dengan menggunakan beragam jenis analisis teknikal yang dikombinasikan satu sama lain disertai juga dengan analisis fundamental yang paling up to date akan menghasilkan keputusan yang tepat atau setidaknya mendekati. Namun kenyataannya pergerakan pasar yang selalu dinamis tetap sulit diprediksi secara tepat. Oleh karena itu model-model analisis tersebut harus ditempatkan sebagai fungsi alat bantu pengambilan keputusan atau analytical tools (Hariyanto, 2004). Investor yang ingin menanamkan dananya dalam saham emiten perbankan, akan memilih emiten yang kokoh kinerjanya dan selalu stabil dalam berbagai macam kondisi ekonomi yang terjadi. Selain itu dengan perkembangan kinerja perbankan yang semakin meningkat maka keinginan investor untuk berinvestasi pada saham perbankan pun akan meningkat pula sehingga akan meningkatkan return perusahaan. Sebagai pihak yang berinvestasi, tentunya investor menginginkan agar nilai saham yang dimilikinya dapat semakin meningkat yang secara otomatis akan meningkatkan nilai kekayaan pemegang saham. Bagi para pemodal, membeli saham maka secara otomatis para pemodal tersebut telah membeli prospek perusahaan. Apabila prospek perusahaan semakin baik, maka
11
return saham yang diperoleh perusahaan juga akan meningkat. Selain itu keuntungan yang diperoleh pemodal dengan membeli atau memiliki saham berupa dividen dan capital gain. Dividen merupakan pembagian keuntungan yang dihasilkan perusahaan sedangkan capital gain merupakan selisih dari harga jual dan harga beli. Menurut penelitian Arjiatno (2012) menyatakan bahwa Resiko (risk) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Earning berdasarkan penelitian Septiami (2007) menyatakan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara Earning dengan return saham, namun menurut Ariyadi (2005) terdapat pengaruh yang signifikan antara Earning dengan return saham. Berdasarkan penelitian Suardana (2009) menyatakan bahwa CAR (Capital Adequacy Ratio) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap return saham. Penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran mengenai seberapa besar pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap return sahamnya di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan indikator-indikator yang diuraikan di atas. Penelitian ini mengabaikan faktor-faktor lain yang sifatnya tidak bisa diukur. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dibuat bagan kerangka pemikiran sebagai berikut :
12
Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Pasar Modal
Masyarakat
Sektor Perbankan
Investor
Bank Swasta
Bank BUMN
Analisis Teknikal
Analisis Fundamental
Laporan Keuangan Perkembangan
Kesehatan Bank
Risk
GCG
Earning
Capital
Return Saham Keterangan : ------------------ = Variabel yang tidak diteliti = Variabel yang diteliti Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan dan tujuan dari penelitian, maka penulis mengambil suatu hipotesis yang akan diuji kebenarannya sebagai berikut : 1. Perkembangan kesehatan bank secara simultan berpengaruh signifikan terhadap return saham pada industri perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011. 2. Perkembangan kesehatan bank secara parsial berpengaruh signifikan terhadap return saham pada industri perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia periode 2007-2011.
13
1.7.
Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penyusunan ini adalah eksplanatory
survey dengan menggunakan metode penelitian deskriptif dan verifikatif. Menurut (wikipedia.com) eksplanatory survey adalah : “Penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis penelitian yang sudah ada.” Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif verifikatif. Dimana pengertian metode deskriptif menurut Nazir (2005:7), yaitu : “Metode deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari metode penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki”. Sedangkan metode verifikatif menurut Sugiyono (2008:55), adalah sebagai berikut : “Metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui kejelasan hubungan suatu variabel (menguji hipotesis pengaruh variable X dan variable Y) melalui pengumpulan data di lapangan”. Data yang diperoleh selama penelitian kemudian akan dianalisis lebih lanjut untuk mendapatkan hasil yang lebih terperinci, serta untuk menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis tersebut adalah analisis statistik parametrik berdasarkan data yang diperoleh. Analisis statistik parametrik yang digunakan yaitu Analisis Regresi dan Korelasi Linier Berganda (Multiple Linear Regression dan Correlation Analysis). Sedangkan hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini berupa hubungan yang ada antara variabel independen (variabel X) itu sendiri dan ada atau tidaknya pengaruh yang ditimbulkan oleh variabel independen (variabel X) terhadap
14
variabel dependen (variabel Y) secara langsung. Sedangkan untuk menguji hubungan variabel-variabel penelitian dapat menggunakan korelasi ganda (multiple correlation). Dan untuk menentukan diterima atau tidaknya hipotesis, digunakan statistik uji t untuk korelasi secara parsial dan dan uji F untuk korelasi secara simultan.
1.8.
Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian tersebut, penulis melakukan penelitian terhadap sektor
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dimana penelitian dilakukan secara tidak langsung ke perusahaan melainkan melalui penelitian ke Pojok Bursa Universitas Widyatama untuk mendapatkan laporan tahunan (annual report) perusahaan guna memperoleh data sekunder berupa laporan keuangan selama 5 tahun yaitu periode 2007-2011. Penelitian ini juga melalui situs internet di www.idx.co.id, www.bi.go.id, serta media elektronik dan media cetak. Adapun penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan November 2012.