BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata dan lingkungan adalah dua komponen yang tidak terpisahkan. Pariwisata yang baik pastilah didukung dengan kondisi lingkungan yang nyaman dan sesuai untuk melakukan aktivitas wisata. Kondisi lingkungan yang baik tidak hanya mendukung kenyamanan untuk berwisata tetapi juga merupakan daya tarik bagi wisatawan untuk berkunjung ke suatu objek wisata. Kenyamanan berwisata bagi wisatawan tidak semata hanya dari kondisi lingkungan fisik yang baik tetapi juga dikombinasikan dengan keberadaan berbagai fasilitas penunjang wisata yang memadai dan kondisi lingkungan sosial yang mendukung sehingga dapat memberikan persepsi yang positif bagi wisatawan saat berkunjung ke suatu objek wisata. Pariwisata sebagai salah satu sektor yang berkembang pesat dan mampu menghasilkan pemasukan devisa yang besar, hal ditandai dengan bahwa selama kurun waktu 1950-1994 perjalanan wisatawan internasional melebihi 2.000 persen. Pada tahun 2000 sebanyak 698 juta wisatawan internasional melakukan perjalanan dan menghasilkan devisa sebesar US$ 476 milliar dan menyerap tenaga kerja sebanyak 115 juta orang (Arronson, 2003 dalam Fandeli, 2005). Peningkatan secara ekonomi berbanding terbalik dengan kondisi lingkungan ditandai dengan penurunan kualitas lingkungan yang terjadi di berbagai tempat yang merupakan tujuan wisata seperti penurunan spesies tumbuhan, abrasi dan gangguan terhadap morfodinamik pantai di Spanyol (Jurado et al., 2012),
1
degradasi lingkungan, abrasi kerusakan terumbu karangdi Pattaya dan Patong di Kepulauan Phuket (Wong, 1998), dan hilangnya lahan subur, polusi dan hilangnya spesies tumbuhan di Pesisir Turki (Burak, Dogan dan Gazioglu, 2004). Seiring dengan perkembangan pariwisata internasional yang pesat, Indonesia sebagai salah satu tujuan wisata juga mengalami peningkatan perjalanan wisatawan baik mancanegara maupun nusantara dari tahun ke tahun. Pariwisata Indonesia sendiri menurut data RPJMN 2010-2014 dalam periode 2005-2008 terus mengalami peningkatan, wisatawan mancanegara meningkat dari 5,0 juta pengunjung dengan pemasukan devisa USD 4,52 milliar menjadi 6,4 juta pengunjung dengan sumbangan devisa USD 7,37 milliar (Nugroho, 2011). Pada tahun 2013 jumlah wisatawan asing yang datang ke Indonesia jumlahnya telah mencapai 8.802.129 orang (Kemenparekraf, 2014). Seperti yang terjadi secara global ternyata secara langsung maupun tidak langsung peningkatan sektor pariwisata ini juga menyebabkan penurunan kualitas lingkungan di Indonesia. Kerusakan terumbu karang di Kepulauan Karimunjawa (Campbell et al., 2013), penurunan daya dukung lahan, penurunan daya dukung air dan peningkatan pengangguran di Bali (Sutawa, 2012), lebih spesifik di Kuta dan Candidasa juga terjadi abrasi pantai (Wong, 1998) adalah berbagai contoh terjadinya kerusakan lingkungan. Bila kerusakan lingkungan yang terjadi baik secara sengaja ataupun tidak sengaja dibiarkan maka akan membuat sektor pariwisata akan terancam (Baiquni, 2004). Perencanaan yang berdasarkan pada kondisi daerah diperlukan agar tidak terjadi penurunan kualitas lingkungan karena pemanfaatan yang berlebihan dan menjaga agar lingkungan tetap lestari.
2
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan salah satu tujuan wisata utama di Indonesia, kedua setelah Bali. Menurut data dari Statistik Kepariwisataan DIY (2012), wisatawan baik nusantara maupun mancanegara yang datang ke Daerah Istimewa Yogyakarta dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan, seperti ditunjukkan pada Gambar 1.1. Salah satu tujuan utama pariwisata di DIY adalah Kabupaten Gunung Kidul. Dari data Statistik Kepariwisataan DIY (2012), Gunung Kidul memiliki PAD dari pariwisata terkecil kedua dengan jumlah PAD sebesar Rp.8.478.765.503, tetapi memiliki sumbangan kedua terbesar dibanding kabupaten lain untuk biaya retribusi obyek dan daya tarik wisata (Lampiran 5). Besarnya pendapatan dari biaya retribusi obyek dan daya tarik wisata menunjukkan bahwa Gunung Kidul merupakan salah satu tujuan utama wisatawan untuk berkunjung. Objek wisata pantai adalah tujuan utama wisata di Gunung Kidul terlihat dari jumlah wisatawan yang datang terdapat 860.350 orang atau 67,26 % berkunjung ke kawasan objek wisata Pantai Gunung Kidul dari 1.279.065 orang yang berkunjung ke Gunung Kidul sepanjang tahun 2012. Pariwisata Gunung Kidul memang mengandalkan keindahan pantainya untuk menarik wisatawan dan menjadi penopang ekonomi Kabupaten Gunung Kidul. Dalam pelaksanaan kegiatan pariwisata yang merupakan komoditas utama untuk dijual adalah keindahan obyek dan kenyamanan pelayanan sehingga kelestarian obyek harus dipertahankan dan kepentingan masyarakat juga harus diutamakan (Baiquni, 2004).
3
Gambar 1.1 Jumlah Wisatawan (orang) Berkunjung ke DIY 2008-2012 2500000 2000000 1500000 1000000 500000 0 Jumlah
2008
2009
2010
2011
2012
1284757
1426057
1456980
1607694
2360173
Sumber : Data statistik kepariwisataan DIY 2012
Peningkatan jumlah kunjungan ke Objek wisata Pantai Gunung Kidul bak pedang bermata dua yang dapat memberikan keuntungan serta kerugian di saat bersamaan. Keuntungan yang didapat yaitu meningkatkan taraf ekonomi, mengembangkan potensi daerah, dan katalis bagi pengembangan sumberdaya manusia. Di lain pihak juga dapat merugikan karena dapat menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, kerusakan lingkungan dan bahkan hilangnya budaya lokal setempat. Zhong, Deng, Song, dan Ding (2011) dalam Tang (2014) dalam penelitian di China juga menemukan bahwa pariwisata dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi tetapi juga memberikan dampak pencemaran lingkungan bila tidak direncanakan dengan baik. Menurut Gartner (1996) dalam Fandeli (2005) pariwisata yang berkembang pesat sejak awal dekade 1970an yang menjadikan pariwisata sebagai industri terbesar di dunia, setelah sepuluh tahun kemudian mulai menunjukkan berbagai dampak negatif terhadap komponen lingkungan sosial, budaya, biota dan berbagai ekosistem. Menurut Sammeng dikutip Gravel (1979) dalam Muhammad (2011) penurunan kualitas lingkungan menyebabkan pariwisata sering dianggap
4
hanya mengeksploitasi lingkungan dan hanya mengejar keuntungan finansial tanpa memperhitungkan dampak yang dapat ditimbulkan terhadap lingkungan sekitarnya. Bagaimanapun perkembangan pariwisata sangat bergantung terhadap kondisi lingkungan. Lingkungan yang baik dan nyaman tidak hanya menunjang perkembangan pariwisata tetapi juga merupakan faktor penarik bagi kedatangan wisatawan, artinya terdapat hubungan yang erat antara pariwisata dan kualitas lingkungan (Tang, 2014). Senada dengan hal ini Fandeli dan Suyanto (1999) menyatakan bahwa keadaan lingkungan perlu diperhatikan karena apabila terjadi gangguan mutu lingkungan maka daya tarik suatu objek wisata akan berkurang. Perdebatan isu tentang pariwisata yang menimbulkan berbagai dampak kerusakan lingkungan telah menghilangkan pandangan akan pariwisata sebagai green industry. Akhirnya setiap orang hampir sepakat bahwa penyelesaiannya dengan mengembangkan pariwisata baru untuk menciptakan pariwisata yang berkelanjutan (Swarbrooke, 1999 dalam Fandeli, 2005). Pariwisata yang berkelanjutan merupakan jawaban akan kebutuhan keseimbangan antara ekologi dan ekonomi. Sebagai jawaban untuk mengurangi dampak kerusakan dari pengembangan pariwisata konvensional diperlukan kebijakan yang tepat, sehingga pemanfaatan saat ini tidak akan mengorbankan kemampuan generasi yang akan datang untuk dapat memenuhi kebutuhannya. Scott (1998) dalam Yekti (2002) pariwisata konvensional yang saat ini dengan mengundang banyak pengunjung (mass tourism) dapat berakibat pada kerusakan ekosistem dan kerusakan pendapatan potensial (destroying income potential).
5
Tujuan dari pariwisata yang berkelanjutan tidak hanya semata memikirkan berkelanjutan dari sisi lingkungan tetapi juga bagaimana kunjungan wisata juga berkelanjutan sehingga kenyamanan wisatawan turut menjadi bagian penting, artinya berkelanjutan secara ekologi dan ekonomi berjalan secara beriringan. Keadaan lingkungan fisik yang baik dan ketersediaan berbagai fasilitas yang mendukung
kenyamanan
wisatawan
menjadi
hal
yang
penting
untuk
mengembangkan suatu objek wisata. Kenyamanan wisatawan yang baik berarti wisatawan tersebut memiliki persepsi yang positif terhadap suatu objek wisata. Persepsi kenyamanan wisatawan yang baik merupakan hasil dari kombinasi dari kondisi keadaan lingkungan yang nyaman serta ketersediaan fasilitas pendukung wisata dan kondisi lingkungan sosial yang mendukung sehingga membuat wisatawan memiliki pengalaman yang positif dan berkesan. Hasil yang diharapkan dari persepsi wisatawan yang positif tersebut adalah membuat wisatawan akan melakukan kunjungan kembali bahkan turut membantu mempromosikan suatu objek wisata. Pariwisata yang berkelanjutan ini terkait erat dengan kualitas lingkungan fisik yang mendukung kegiatan wisata serta kenyamanan wisata bagi wisatawan. Kabupaten Gunung Kidul terdapat berbagai variasi tipologi pesisir yang membuat variasi kualitas lingkungan antar pantai berbeda. Semakin baik kondisi setiap komponen lingkungan maka kualitas lingkungannya akan semakin baik, dan bila ditunjang dengan keberadaan fasilitas yang memadai maka akan mendukung kenyamanan wisatawan sehingga akan didapat keseimbangan antara
6
aspek ekologi dan ekonomi. Agar arahan pengembangan pariwisata dapat sesuai dengan konsep berkelanjutan maka perlu dilakukan kajian kualitas lingkungan untuk kegiatan wisata dan persepsi kenyamanan wisatawan di Objek Wisata Pantai Kukup, Pantai Sundak dan Pantai Wediombo, Kabupaten Gunung Kidul.
1.2 Perumusan Masalah Gunung Kidul merupakan daerah dengan bentukan khas yang didominasi oleh bentuklahan karst. Luas wilayah karst Gunung Kidul kurang lebih 798,38 km2 sekitar 53,70% dari total luas Kabupaten Gunung Kidul (Wasidi, dkk,. 2013). Wahyuningsih (2009) bentuklahan karst sendiri memiliki kelemahan yaitu ekosistemnya yang dikategorikan rapuh (fragile ecosystem) dan merupakan sumberdaya alam yang tidak dapat diperbaharui (nonrenewable resources). Dibalik kelemahan ini potensi wisata alam di daerah ini sangat besar, sehingga tentu saja harus dijaga agar tidak mengalami kerusakan. Hasil penelitian Fakultas Geografi UGM (1997) dalam Indarwati (2004) fenomena karst yang ada di kawasan Gunung Kidul memiliki estetika tinggi, disamping memiliki sifat multiaspek untuk pembelajaran semua cabang ilmu pengetahuan yang dapat diaplikasikan di kawasan ini sehingga memiliki nilai strategis secara ilmiah, juga memiliki nilai ekonomi dan kemanusiaan sehingga oleh International Union of Speleologi diusulkan menjadi warisan alam dunia (World Natural Heritage). Kekayaan daerah karst Gunung Kidul terancam oleh adanya penambangan yang banyak dilakukan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sektor pariwisata bila dilakukan dan dikelola dengan baik serta
7
mempertimbangkan kelestarian lingkungan maka akan dapat berperan penting sebagai
solusi
untuk
mengatasi
masalah
kerusakan
lingkungan
akibat
penambangan dengan membuat masyarakat untuk berpindah mata pencaharian ke sektor pariwisata. Potensi wisata alam di Gunung Kidul yang beragam dan memiliki potensi yang berbeda dan keunikan tersendiri tiap pantainya membuat kawasan ini menjadi tujuan wisata di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Berdasarkan tipologinya terdapat beberapa tipe Pesisir Gunung Kidul diantaranya land erosion coast, marine deposition coast, volcanic coast, structurally shaped coast serta coast built by organism yang memiliki keunikan masing-masing. Pada penelitian ini lokasi yang diteliti adalah Pantai Kukup yang mewakili bentukan coast built by organism, Pantai Sundak yang mewakili bentukan marine deposition coast dan Pantai Wediombo yang mewakili bentukan volcanic coast. Pariwisata yang berbasis pada keindahan alam seperti di Gunung Kidul merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan lingkungan yang harus terjaga dengan baik. Lingkungan yang baik dan nyaman tidak hanya dapat menunjang perkembangan pariwisata tetapi berperan penting sebagai faktor penarik bagi kedatangan wisatawan. Peningkatan jumlah wisatawan yang berkunjung dapat menurunkan kualitas lingkungan. Penurunan kualitas lingkungan yang dapat terjadi karena peningkatan jumlah wisatawan antara lain pencemaran air laut akibat sampah, buangan limbah MCK, kerusakan rataan terumbu, pengambilan spesies karang secara sengaja, ataupun pembangunan akomodasi wisata yang berlebihan. Bila terjadi kerusakan pada lingkungan karena pemanfaatan pariwisata
8
yang berlebihan, tentu saja akan mengurangi minat wisatawan yang akan berkunjung. Di lain pihak, wisatawan selain membutuhkan kondisi lingkungan baik untuk mendukung kenyamanan berwisata juga memerlukan berbagai fasilitas wisata serta kondisi lingkungan sosial yang mendukung sehingga kenyamanan berwisata dapat tercapai. Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara pemenuhan akan kebutuhan wisatawan sehingga memiliki pengalaman yang baik saat berwisata serta kelestarian lingkungan yang merupakan tujuan utama dari pengelolaan wisata yang berkelanjutan. Diperlukan pengelolaan lingkungan agar daerah wisata yang ada tidak terlalu dieksploitasi untuk mengejar keuntungan sesaat. Hal ini diperlukan karena bila timbul kerusakan lingkungan karena suatu kawasan wisata terus menerus dieksploitasi maka akan mengurangi keindahan objek wisata dan pada akhirnya jumlah pengunjung semakin lama akan menurun. Setiap kegiatan pariwisata haruslah terkendali agar tidak menimbulkan kerusakan lingkungan (Fandeli, 1999). Demi menjaga keseimbangan agar tidak pemanfaatan objek wisata sesuai dengan tujuan keberlanjutan yaitu kualitas lingkungan yang baik dapat tercapai serta tujuan secara ekonomi yaitu persepsi kenyamanan wisatawan yang positif turut pula tercapai, maka diperlukan arahan pengembangan yang sesuai. Objek Wisata Pantai di Kabupaten Gunung Kidul merupakan salah satu objek wisata andalan yang menjadi sumber pendapatan bagi Pemerintah Daerah Gunung Kidul karena menarik jumlah wisatawan yang besar setiap tahunnya serta menjadi sumber mata pencaharian bagi masyarakat baik
9
yang terlibat langsung maupun tidak langsung dalam pengelolaan pariwisata sehingga suatu hal yang penting untuk dilakukan kajian kualitas lingkungan untuk kegiatan wisata serta mengetahui persepsi kenyamanan wisatawan agar pengembangan wisata dapat dilakukan secara optimal dengan tetap menjaga kelestarian dari sisi ekologi dan ekonomi. Berdasarkan permasalahan diatas maka dirumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimana kualitas lingkungan untuk kegiatan wisata di Objek Wisata Pantai Kukup, Pantai Sundak dan Pantai Wediombo, Kabupaten Gunung Kidul ? 2. Bagaimana persepsi kenyamanan wisatawan di Objek Wisata Pantai Kukup, Pantai Sundak dan Pantai Wediombo, Kabupaten Gunung Kidul ? 3. Bagaimana
kaitan
antara
kualitas
lingkungan
dengan
persepsi
kenyamanan wisatawan ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.
Mengkaji kualitas lingkungan untuk kegiatan wisata di Objek Wisata Pantai Kukup, Pantai Sundak dan Pantai Wediombo, Kabupaten Gunung Kidul.
2.
Mengkaji persepsi kenyamanan wisatawan di Objek Wisata Pantai Kukup, Pantai Sundak dan Pantai Wediombo, Kabupaten Gunung Kidul.
3.
Mengkaji kaitan antara kualitas lingkungan dengan persepsi kenyamanan wisatawan.
10
1.4 Manfaat Penelitian 1. Sebagai
bahan
informasi
dan
pertimbangan
untuk
perencanaan,
pengelolaan, evaluasi serta kebijakan pemerintah daerah terhadap sektor pariwisata. 2. Sebagai bahan referensi bagi penelitian yang terkait dengan pariwisata dan lingkungan. 3. Sebagai bahan informasi bagi masyarakat untuk dapat mengetahui tentang pengelolaan pariwisata yang sesuai dengan prinsip keberlanjutan dan memberikan pandangan akan pemanfaatan potensi ekonomi yang seimbang antara kepentingan ekonomi dan ekologi.
1.5 Keaslian Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk dapat menjawab tujuan penelitian seperti yang telah dirumuskan pada bagian 1.3. Penelitian-penelitian terkait kualitas lingkungan untuk kegiatan pariwisata telah dilakukan di berbagai tempat. Metode yang digunakan pada penelitian sebelumnya terkait dengan populasi adalah metode penelitian survey, sampling dengan metode purposive sampling dan analisis kualitatif dan kuantitatif. Pada penelitian sebelumnya terkait lingkungan dan pariwisata lebih ditekankan pada perhitungan daya dukung lingkungan di objek wisata dengan menggunakan daya dukung fisik. Pada penelitian ini menggunakan metode sampling dengan sampel aksidental dan melihat kualitas lingkungan dari komponen-komponen lingkungan alami yaitu komponen abiotik
11
dan biotik serta melihat persepsi kenyamanan wisatawan dengan melihat serta mempertimbangkan tipologi pesisir di Kabupaten Gunung Kidul. Dari penelitian sebelumnya perbedaan terdapat pada lokasi penelitian, tujuan yang akan dicapai, unit analisis serta cara analisis yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya Kesuma (2014) dan Cokrowati (2014) yang mengkaji objek wisata yang memiliki kemiripan dengan penelitian ini yaitu di objek wisata pantai. Pada penelitian Kesuma (2014) melihat daya dukung Pantai Glagah sedangkan pada penelitian ini tidak hanya melihat satu objek wisata pantai tetapi beberapa pantai yang memiliki karakteristik yang berbeda, unit analisis, parameter yang digunakan dalam penelitian daya dukung serta tujuan yang ingin dicapai pun berbeda. Pada penelitian Cokrowati (2006) memiliki unit analisis yang berbeda dengan penelitian ini dimana unit analisis yang digunakan adalah obyek daya tarik wisata. Dari segi tujuan Pramono (2007) memiliki tujuan yang hampir serupa dimana melakukan kajian terkait kondisi lingkungan fisik serta persepsi wisatawan tetapi kedua penelitian tersebut menggunakan metode daya dukung fisik (Physical Carrying Capacity) untuk melakukan pengukuran daya dukung lingkungan yang digunakan sebagai acuan untuk melihat kualitas lingkungan di obyek yang dikaji sedangkan pada penelitian ini digunakan metode skoring dari hasil pengumpulan data komponen lingkungan untuk mengetahui kondisi kualitas lingkungan fisik di lokasi penelitian. Parameter yang digunakan pada penelitian ini memiliki perbedaan serta tujuan yang berbeda dengan penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini untuk mengkaji kualitas lingkungan didasarkan pada komponen lingkungan dengan
12
menggunakan metode observasi, penggunaan data sekunder, maupun dari citra satelit dan untuk persepsi kenyamanan berwisata menggunakan wawancara dengan menggunakan kuesioner kepada wisatawan yang berkunjung ke lokasi penelitian. Perbandingan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 1.1.
13
Tabel 1.1 Penelitian Sebelumnya yang Terkait dengan Penelitian Judul Pengeloalaan Daerah Kepesisiran Untuk Pengembangan Pariwisata Berdasarkan Daya Dukung Lingkungan Di Pulau Giliketapang Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur Kajian Daya Dukung Taman Hutan Raya (TAHURA) “Ngargoyoso” Terhadap Pengunjung
Tahun (Jenis) Cokrowati, 2006 (Tesis)
Pramono, 2007 (Tesis)
Tujuan 1. Mengetahui Sumberdaya yang berpotensi sebagai objek dan daya tarik wisata di daerah kepesisiran Pulau Giliketapang 2. Mengetahui daya dukung lingkungan Pulau Giliketapang untuk pembangunan pariwisata. 3. Mengarahkan bentuk pariwisata yang tepat untuk dikembangkan di daerah kepesisiran Pulau Giliketapang 1. Mengetahui besarnya daya dukung TAHURA “Ngargoyoso” 2. Mengethui persepsi wisatawan dan masyrakat sekitar dalam rangka pengembangan TAHURA “Ngargoyoso”
Lokasi
Metode
Hasil
Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur
Analisa - Objek dan daya tarik wisata di daerah kepesisiran data Giliketapang yang memiliki potensi untuk dikembangan primer adalah pantai pasir putih, terumbu karang, goa, petilasan, kualitatif dan perkampungan nelayan. dan - Jumlah rata-rata wisatawan Pulau Giliketapang sampai kuantitatif saat ini belum melampaui angka daya dukung lingkungan dan belum menimbulkan gangguan. - Pola pengembangan pariwisata yang tepat di Pulau Giliketapang adalah Small Island Eco Tourism.
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah
Analisa - Daya dukung fisik kawasan sebesar 3.181 data kunjungan/hari/231,2 dengan daya dukung riil sebesar primer 3.104/orang/hari/231,2 ha. kualitatif - Persepsi masyarakat sekitar TAHURA “Ngargoyoso” dan sebagian besar positif kuantitatif - Hasil analisa regresi linier prediksi jumlah wisatawan yang berkunjung ke TAHURA “Ngargoyoso” pada tahun 20072016 bertambah 11.197 pertahun.
14
Lanjutan Tabel 1.1 Judul Kepariwisataan Berkelanjutan Di Wilayah Yogyakarta Bagian Utara
Daya Dukung Lingkungan dan Strategi Pengelolaan Kawasan Pariwisata Pantai Glagah, Kabupaten Kulon Progo
Tahun (Jenis) Muhammad, 2011 (Disertasi)
Kusuma, 2014 (Tesis)
Tujuan
Lokasi
Metode
Hasil
1. Mengkaji perkembangan wilayah yang berpengaruh terhadap kepariwisataan, daya dukung dan keserasian lingkungan 2. Dampak kepariwisataan terhadap ekonomi masyarakat, persepsi masyarakat, wisatwan dan interaksi masyarakat terhadap pembangunan kepariwisataan di wilayah Yogyakarta bagian utara.
Sleman, Yogyakarta
Analisa data primer dan sekunder secara kualitatif dan kuantitatif
- Perkembangan wilayah kepariwisataan sangat ditentukan oleh variable kependudukan, infrastruktur, tata guna lahan, aksesbilitas, obyek daya tarik wisata, fasilitas penunjang, peran serta masyarakat. - Hasil penelitian dan temuan menunjukkan wilayah Yogyakarta bagian utara mempunyai kecenderungan perkembangan kepariwisataan yang tinggi.
1. Mengidentifikasi potensi sumberdaya wisata di Pantai Glagah. 2. Mengidentifikasi daya dukung lingkungan untuk kegiatan pariwisata dengan kebutuhan kegiatan pariwisata Pantai Glagah. 3. Menyusun strategi pengembangan pariwisata kawasan Pantai Glagah agar sesuai dengan daya dukung lingkungannya.
Kabupaten Kulon Progo, DIY
Analisa data primer dan sekunder secara kuantitatif dan kualitatif
- Pantai Glagah memiliki potensi sumberdaya wisata yang belum dikembangkan.Terdapat tiga potensi pengembangan wisata di Glagah yaitu minat khusus, budaya dan wisata alam. - Daya dukung udara dan lahan mencukupi sedangkan daya dukung air tidak mencukupi. Daya dukung terbesar adalah daya dukung atraksi Sungai Serang, sedangkan yang terendah adalah daya dukung atraksi renang. Untuk daya dukung fasilitas parker mencukupi sedangkan untuk penginapan masih kurang. - Pengembangan wisata di Glagah selain melihat aspek wisata berdasarkan penilaian wisatawan juga melihat pertimbangan hasil daya dukung wisata.
15
Lanjutan Tabel 1.1 Judul Kajian Kualitas Lingkungan untuk Kegiatan Wisata dan Persepsi Kenyamanan Wisatawan di Objek Wisata Pantai Kukup, Pantai Sundak dan Pantai Wediombo,
Kabupaten Gunung Kidul
Tahun (Jenis) Apriyanto, 2015 (Tesis)
Tujuan 1. Mengkaji kualitas lingkungan untuk kegiatan wisata di Objek Wisata Pantai Kukup, Pantai Sundak dan Pantai Wediombo, Kabupaten Gunung Kidul. 2. Mengkaji persepsi kenyamanan wisatawan di Objek Wisata Pantai Kukup, Pantai Sundak dan Pantai Wediombo, Kabupaten Gunung Kidul. 3. Mengkaji kaitan antara
kualitas lingkungan dengan persepsi kenyamanan wisatawan.
Lokasi Kabupaten Gunung Kidul, DIY
Metode
Hasil
Analisa data primer dan sekunder secara kuantitatif dan kualitatif
- Kualitas lingkungan untuk kegiatan wisata di Pantai Kukup dan Pantai Sundak termasuk kategori tinggi sedangkan Pantai Wediombo termasuk kategori sedang dimana terdapat kurangnya ketersediaan open space untuk kegiatan wisata serta kerapatan vegetasi. - Persepsi wisatawan mengenai tingkat kenyamanan di Pantai Kukup, Pantai Sundak dan Pantai Wediombo didominasi persepsi nyaman, diperlukan peningkatan pada aspek kebersihan di lokasi wisata, peningkatan ketersediaan pembuangan sampah serta peningkatan kualitas akses jalan menuju lokasi objek wisata. - Kualitas lingkungan dengan kenyamanan wisata di
Pesisir Gunung Kidul memiliki keterkaitan, dimana kondisi kualitas lingkungan yang tinggi maka kenyamanan wisatawan didominasi persepsi nyaman.
16