BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ketersedian energi listrik merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan saat ini. Kebutuhan energi listrik sangat dominan bagi manusia, dimulai dari kebutuhan di dalam rumah tangga, bisnis, pemerintahan, industri rumah tangga hingga industri besar serta seluruh aspek kehidupan lainnya, ini berarti bahwa ketersediaan energi listrik ini sangat penting dan sangat berpengaruh dalam meningkatkan laju pertumbuhan kualitas sosial ekonomi masyarakat secara umum. Menurut data yang diperoleh dari Sub. Bidang Humas PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, sejarah ketenagalistrikaan di Indonesia dimulai pada akhir abad ke-19 ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga listrik untuk keperluan sendiri. Selama Perang Dunia II berlangsung perusahaan-perusahaan listrik tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, perusahaan listrik tersebut direbut oleh pemudapemuda Indonesia pada bulan Sepember 1945 dan diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, saat itulah Presiden Sukarno kemudian membentuk badan organisasi Jawatan Lisrik dan Gas. Peristiwa inilah yang kemudian diperingati sebagai hari lahir organisasi kelistrikan nasional dan selanjutnya ditetapkanlah tanggal 27 Oktober sebagai Hari Listrik Nasional (HLN). 1
2
Pada tahun 1897 di Jakarta didirikanlah pusat pembangkitan tenaga listrik, yang berlokasi di daerah Gambir sekarang ini, oleh salah satu perusahaan listrik Belanda (NV NIGM). Pada masa pemerintahan Jepang, perusahaan ini diambil alih dan selanjutnya berganti nama menjadi perusahaan listrik Djawa Denki Jogyosha Djakarta Shisha. Dengan berakhirnya kekuasaan Jepang pada 17 Agustus 1945, maka dibentuklah Djawatan Listrik dan Gas Tjabang Djakarta yang kemudian dikembalikan lagi kepada pemilik asal (NV NIGM) pada tahun 1947 dan namanya berubah menjadi NV OGEM Cabang Jakarta. Selanjutnya karena adanya nasionalisasi oleh Pemerintah Indonesia sesuai Keputusan Menteri PU dan Tenaga No. U 16/9/I tanggal 30 Desember 1953, maka pada tanggal 1 Januari 1954 dilakukan serah terima dan pengelolaannya diserahkan ke Perusahaan Listrik Jakarta dengan wilayah kerjanya adalah meliputi Jakarta Raya, Ranting Kebayoran, dan Tangerang. Tangal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) dalam bentuk Jawatan di dalam lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (PUTL). Perusahaan merupakan kelanjutan usaha beberapa perusahaan listrik Belanda yang diambil-alih oleh Pemerintah Republik Indonesia. Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 1965, status Perusahaan berubah menjadi perusahaan yang berbadan hukum. Selanjutnya ditetapkan menjadi Perusahaan Umum (Perum) berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 30 tahun 1970 yang dipertegas dengan Peraturan Pemerintah No. 18 tahun 1972. Tak lama kemudian, status badan hukum Perusahaan berubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama
3
Perusahaan Perseroan PT Perusahaan Listrik Negara disingkat PT PLN (Persero). Akta perubahan ini disahkan dengan Keputusan Menteri Kehakiman No. C2-11.519.HT.01.01.Th.94 tanggal 1 Agustus 1994, serta diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 73 tanggal 13 September 1994, Tambahan No. 6731. Khusus untuk PLN Distribusi Jakarta & Tangerang, bahwa awalnya pada tahun 1961, Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara (BPU PLN) dibentuk PLN khusus untuk wilayah Jakarta, dengan nama Perusahaan Listrik Negara Eksploitasi XII. Selama 12 tahun berjalan, pada tanggal 23 Maret 1973, Peraturan Menteri PUTL No 01/Prt/1973 menetapkan, bahwa PLN Eksploitasi XII diubah menjadi Perusahaan Umum Listrik Negara Distribusi IV, yang meliputi : Cabang Gambir, Cabang Kota, Cabang Cabang Kebayoran, Cabang Jatinegara, Cabang Tanjung Priok, Cabang Tangerang, dan Bengkel Karet. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri PUTL No. 45/Kpts/1976 tanggal 8 Agustus 1976, nama PLN Distribusi IV diubah menjadi PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang,
sesuai Surat Edaran Direksi PLN No. 025/PST/1976
tanggal 17 April 1976). Pada kurun waktu 1984 s/d 1988 terjadi beberapa penambahan Unit Kerja, sehingga PLN Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang memiliki 7 (tujuh) Unit Cabang sebagai unsur pelaksana pelayanan, 1 (satu) Unit Pengatur Distribusi (UPD) dan 1 (satu) Bengkel Pemeliharaan Kelistrikan. Dua yang disebut terakhir adalah sebagai Unit unsur penunjang.
4
Berdasarkan PP No. 23 tahun 1994 tanggal 16 Juni 1994, PLN yang sebelumnya dikenal berbentuk sebagai Perusahaan Umum (PERUM) berubah statusnya menjadi berbadan hukum PERSEROAN TERBATAS (PT), sehingga namanya berubah menjadi PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang. PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, (untuk selanjutnya disebut dengan PLN Disjaya), merupakan salah satu Unit Distribusi PT. PLN (Persero), yang beralamat di Jl. M. Ridwan Rais No. 1, Jakarta Pusat, yang bertanggung jawab untuk mendistribusikan pasokan tenaga listrik untuk melayanai & memenuhi kebutuhan tenaga listrik masyarakat di kawasan Jakarta dan Tangerang dan sekitarnya. Dengan memberikan pelayanan yang berkualitas, baik dari aspek pasokan tenaga listrik/ atau teknis maupun aspek pelayanan atas produk unggulannya. Berdasarkan data yang diperoleh peneliti, saat ini PLN Disjaya memiliki kurang lebih sekitar 3,8 juta pelanggan (Juni 2012) dengan karakteristik pelanggan yang beragam, mulai golongan rumah tangga, industri, bisnis, pemerintah, sosial, serta pelanggan very important person (VIP) sampai pelanggan dengan kategori very-very important person (VVIP).
Gb. 1.1 Logo PT. PLN ( Persero ) (Sumber: Website PLN www.pln.co.id)
5
Sebagai salah satu Unit PLN Distribusi yang memasok tenaga listrik ke masyarakat, maka PLN Disjaya harus mampu menjawab tantangan terhadap tuntutan pelayanannya melalui program-program layanan unggulan, agar mampu meningkatkan image postif bagi PLN, sesuai Visi dan Misi PLN.
1.2
Visi & Misi PLN. PT. PLN (Persero) sebagai salah satu perusahaan Badan Usaha Milik
Negara (BUMN) memiliki VISI & MISI sesuai dengan tanggung jawabnya dalam memenuhi seluruh pasokan tenaga listrik secara nasional kepada masyarakat. VISI PLN adalah : Ingin Diakui sebagai Perusahaan Kelas Dunia yang Bertumbuh kembang, Unggul dan Terpercaya dengan bertumpu pada Potensi Insani. Sedangkan MISI PLN yaitu : Melaksanakan usaha pendistribusian dan penjualan tenaga listrik dalam jumlah dan mutu yang memadai untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan nasional, Melakukan usaha sesuai dengan kaidah ekonomi yang sehat, Memperhatikan kepentingan stakeholder, dan Meningkatkan kepuasan pelanggan. Visi & Misi PLN inilah yang mendasari gerak langkah PLN Disjaya, juga PLN Unit lainnya dalam upaya terus menerus memberikan layanan yang sebaikbaiknya kepada seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah Indonesia.
6
1.3 Alasan Rebranding dari Listrik Pra Bayar menjadi Listrik Pintar
Sesuai dengan Misi PLN yang terakhir yaitu meningkatkan kepuasan pelanggan, maka sejalan dengan perkembangannya PLN dengan komitmen yang kuat berusaha keras untuk secara terus-menerus menciptakan program-program inovasi yang andal, berkualitas dan kreatif,
guna meningkatkan kualitas
pelayananannya kepada masyarakat. Salah satu inovasi layanan yang telah dikembangkan adalah Listrik Pra Bayar (LPB). Listrik Pra Bayar merupakan Produk Layanan PLN bagi masyarakat yang menggunakan listrik melalui pembelian pulsa listrik, seperti halnya membeli pulsa handphone.
Sesuai dengan Brand-nya, Listrik Pra Bayar, maka cara
pembelian tenaga listrik oleh pelanggan dilakukan dengan membeli Token/ pulsa listrik, yang artinya melakukan pembayaran/ pembelian tenaga listrik di awal pemakaian. Pelanggan dapat membeli Token (isi ulang pulsa listrik) di payment point, ATM, retail/ downline switching provider, SMS Banking dll. Berdasarkan informasi dari Majalah Internal PLN Pusat “FOKUS”, sesuai dengan hasil Rapat Kerja (Raker) PLN di Purwakarta pada tanggal 4 Januari 2012 Direksi PLN menetapkan target sambungan baru listrik pra bayar sebagai salah satu program prioritasnya di tahun 2012. Ini menjadi program lanjutan yang secara signifikan pelanggan Listrik Pra Bayar 4 tahun terakhir di seluruh Indonesia sudah mencapai 4 juta pelanggan. Brand Lsitrik Pra Bayar ini telah digunakan oeh PLN semenjak tahun 2008 hingga akhir tahun 2011. Sehubungan dengan Program lanjutan Listrik Pra Bayar
7
merupakan program prioritas di tahun 2012, maka PLN mentargetkan sasaran pelanggan Listrik Pra Bayar diharapkan mencapai minimal 5 juta pelanggan sampai dengan akhir tahun 2012 ini sebagaimana yang telah ditulis dalam rubrik ”Dari Redaksi” di Majalah Fokus (majalah internal pegawai PLN Pusat) oleh Bapak Bambang Dwiyanto selaku Pemimpin Redaksi ”Saat ini sudah sekitar 4 juta pelanggan PLN dilayani dengan sistem, prabayar. Di akhir tahun nanti minimal akan mencapai 5 juta”, imbuhnya. Sebagai upaya mencapai sasaran tersebut di atas, maka Direksi PLN dalam Rapat Kerja PLN awal tahun 2012 tersebut telah menetapkan Keputusan Direksi No. 1484.K/DIR/2011 tentang Branding Produk Listrik Prabayar pada 23 Desember 2011 menjadi Listrik Pintar. Dengan diberlakukannnya Keputusan Direksi tersebut, maka nama Produk Layanan “Listrik Pra Bayar (LPB)” dinyatakan tidak berlaku lagi dan selanjutnya menggunakan nama baru, yaitu “Listrik Pintar” dengan maskot produk bernama SI PINTAR (Gb.1.2 dan Gb.1.3) yang untuk selanjutnya pembahasan Listrik Pra Bayar disebut dengan Listrik Pintar.
Gb. 1.2 Logo Listrik Pra Bayar
Gb. 1.3 Logo Listrik Pintar
(Sumber: Humas PLN Disjaya)
8
1.3.1
Listrik Pintar Listrik Pintar
yang dahulu sering disebut dengan Listrik Pra
Bayar adalah produk layanan dari PLN yang menawarkan cara pembelian tenaga listrik dengan menggunakan Pulsa/Token/ Strum di awal sebelum pemakaian. Inovasi layanan dari PLN ini memberi kesempatan kepada pelanggan untuk mengendalikan pemakaian listrik sesuai kebutuhan. Menurut bidang Niaga PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang, teknologi yang digunakan dalam meteran Listrik Pintar adalah STS (Standard Transfer Specification). Pengembangan STS diprakarsai oleh ESKOM (Penyedia layanan listrik di kota Durban - Afrika Selatan). STS merupakan satu-satunya
standar internasional untuk
mentransfer kredit energi listrik. STS menggunakan sistem token untuk proses transfer kredit ke dalam meter (yang selanjutnya disebut STRUM oleh PLN). STRUM adalah 20 digit angka yang unik dan berisi informasi untuk dimasukkan ke dalam kWh-Meter Listrik Pintar yang didapatkan oleh setiap pelanggan pada saat membeli energi listrik di delivery cahnnel PLN. Berikut ini adalah contoh STRUM PLN:
9
Gb. 1.4 Token/ Voucher Pulsa Listrik Pintar (Sumber: Humas PLN Disjaya)
Pilihan nilai STRUM yang ditawarkan oleh PLN terbagi menjadi dua, yaitu nilai STRUM tertentu (Rp.20.000, Rp.50.000, Rp.100.000, Rp.250.000, Rp.500.000) dan pilihan STRUM bebas / Flexibel
dengan
nominal pulsa dari Rp. 20.000 hingga Rp. 1 juta. Nilai STRUM yang diperoleh telah terpotong dari unsur kWh, PPJ, PPN dan Materai. Maka, penggunaan nilai STRUM Rp. 100.000 dengan daya 450 tarif rumah tangga akan berbeda dengan penggunaan Rp. 100.000 tarif 450 di golongan industri.
1.3.2
Perbedaan Listrik Pra Bayar dan Listrik Pintar
10
Berdasarkan hasil wawancara dengan bidang Niaga PLN Disjaya, saat ini untuk produk Listrik Pintar, kualitas produk meteran telah di standardkan sesuai dengan Standar Nasional Indonesia, yaitu standar disetiap produk untuk menggunakan bahasa indonesia, menu-menu yang sama untuk setiap penggunaan, dan khusus untuk ambang batas kredit (istilah bidang Niaga) jika dahulu saat Listrik Pra Bayar setiap pelanggan ditetapkan untuk 20 kwh meteran akan berbunyi namun untuk Listrik Pintar dapat penetapan Kwh sebagai pengingatan tanda akan habisnya pulsa dapat diatur sesuai dengan keinginan pelanggan, juga pengaturan pengingatan melalui buyi dari meteran dapat di atur berapa kali pengulangan. Yang terpenting dikatakan sebagai Listrik Pintar karena meteran ini dapat mengetahui kondisi kualitas instalansi bangunan. Selain beberapa hal yang telah disebutkan di atas, meteran listrik Pintar ini juga dapat memperlihatkan beberapa informasi lain yang dapat menguntungkan penggunanya dengan menekan tombol yang telah ditentukan, antara lain : a.
Sisa kWh. (37 ENTER)
b.
Total pemakaian s/d saat ini. (38 ENTER)
c.
Tegangan saat ini. (41 ENTER)
d.
Arus saat ini. (44 ENTER)
e.
Konsumsi Daya saat ini. (47 ENTER)
11
f.
Pemakaian kWh bulan berjalan, bulan lalu, dua bulan lalu, dst. (83 ENTER, 84 ENTER, 85 ENTER dst)
1.3.3 Keuntungan bagi Pelanggan a.
Tidak ada Abonemen bulanan (Rekening Minimum).
b.
Pelanggan dengan mudah dapat memantau pemakaian listriknya setiap saat.
c.
Pelanggan dapat mendisiplinkan diri sendiri untuk menggunakan listrik sesuai anggaran belanja.
d.
Pelanggan dengan mudah dapat mengendalikan pemakaian dan biaya listriknya sehingga terhindar dari pemborosan.
e.
Pelanggan bisa membeli Listrik sesuai kebutuhannya.
f.
Tidak ada denda keterlambatan.
g.
Untuk Rumah Sewa bermanfaat untuk membatasi penggunaan listrik berlebihan
h.
Pelanggan tidak perlu repot membukakan pintu rumah karena tidak akan didatangi petugas pencatat meter.
i.
Tidak akan ada kesalahan pencatatan meter.
j.
Tidak ada istilah menunggak, sehingga tidak akan didatangi petugas penagihan. k.
Privasi pelanggan tidak terganggu.
12
1.3.4
Perbedaan Proses Listrik Pintar dan Pasca Bayar a. Proses Bisnis Pasca Bayar
Gb. 1.5 Proses Bisnis Pasca Bayar (Sumber: Bidang Niaga PLN Disjaya)
b. Proses Bisnis Listrik Pintar (Listrik Pra Bayar)
Gb. 1.6 Proses Bisnis Pra Bayar
13
(Sumber: Bidang Niaga PLN Disjaya)
Berdasarkan penjelasan mengenai Listrik Pintar di atas, sebenarnya banyak keuntungan yang diberikan oleh PLN kepada pelanggan. Namun saat ini, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dan paham secara benar mengenai produk Listrik Pintar. Ini karena proses sosialisasi yang kurang maksimal dari pihak PLN Disjaya. Hal ini di tandai dengan banyaknya pengguna listrik Pasca Bayar dibandingkan Listrik dengan brand Pra Bayar maupun Litrik Pintar. Salah satu permasalahannya adalah adanya perubahan logo dari Listrik Pra Bayar menjadi Listrik Pintar yang berbeda sehingga akan berdampak pada pencapaian target yang telah direncanakan sebelumnya. Selama observasi ketika melakukan kerja praktek, kegiatan yang dilakukan oleh sub. Bidang Humas PLN Disjaya masih sebatas sosialisasi di satu kampung binaan Area-Area PLN Disjaya. Dan kegiatan tersebut hanya satu kali dilakukan selama 1 bulan. Pencapaian target yang besar tidak akan mungkin bisa dicapai jika hanya menggunakan strategi perencanaan sosialisasi dan promosi yang kurang maksimal seperti yang telah dijelaskan di paragraf sebelumnya. Dan dampaknya masyarakat tidak akan paham dan bersifat unaware terhadap produk layanan PLN tersebut. Oleh karena itu, perubahan brand dari Listrik Pra Bayar menjadi Listrik Pintar perlu dilakukan sosialisasi promosi yang lebih transparan, terarah, intensif, berkesinambungan dan komprehensif kepada masyarakat luas, dan juga kepada internal pegawai PLN yang berfungsi sebagai market agent perusahaan. Hal ini
14
dilakukan agar PLN lebih mampu menciptakan brand awareness yang selalu melekat baik secara image maupun aktualisasinya di lapangan. Kontribusi dari pegawai bidang Niaga dan sub. bidang Humas (bidang yang terkait langsung dalam penelitian ini) di perusahaan dituntut agar dapat memberikan keuntungan dalam peningkatan kesadaran akan perusahaan, produk yang dipasarkan; perekrutan dan pemeliharaan staf yang lebih baik; pangsa pasar yang lebih besar; kesetiaan pelanggan dan kepuasan pemegang saham. Dan dengan kata lain peran PR yang turut mendukung kegiatan pemasaran bidang Niaga sangat menentukan efektifitas perusahaan mencapai sasaran yang ingin dicapai dalam memberikan kepuasan kepada masyarakat terhadap prduk-produk invasi layanan yang di ciptakan oleh PLN. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana Strategi promosi PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta dan Tangerang dalam mendukung Brand Awareness Listrik Pintar.
1.4
Ruang Lingkup Ruang lingkup dalam penelitian ini bertujuan untuk memberikan batasan
terhadap lingkup pokok permasalahan dalam obyek penelitian yang disusun penulis. Selama melakukan observasi, peneliti mengamati pelanggan pengguna Listrik Pasca Bayar masih lebih banyak di bandingkan Listrik Pintar. Maka dalam penelitian ini akan dibatasi mengapa pelanggan Listrik Pasca Bayar masih lebih banyak dibandingkan pengguna Listrik Pintar dan bagaimana strategi
15
promosi PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dalam “mempengaruhi” masyarakat, guna mencapai target pencapaian pelanggan Listrik Pintar. 1.5
Tujuan dan Manfaat 1.5.1
Tujuan Berdasarkan ruang lingkup masalah di atas, maka penelitian ini
ditujukan untuk: 1.
Melengkapi syarat kelulusan (Strata1)
mencapai jenjang setara Sarjana-S1
pada Fakultas Ekonomi dan Komunikasi pada jurusan
Marketing Communication dalam peminatan Public Relation di Universitas Bina Nusantara 2.
Untuk mengetahui strategi promosi yang telah dilakukan oleh PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dalam mendukung brand awareness produk Listrik Pintar kepada pelanggan.
3.
Untuk mengetahui hasil dari implementasi strategi promosi yang telah dilakukan oleh PT PLN (Persero) Distribusi Jakarta Raya dan Tangerang dalam mendukung brand awareness produk Listrik Pintar kepada pelanggan.
16
1.5.2
Manfaat Sedangkan untuk manfaat penelitian, penulis bagi menjadi dua
kegunaan, yaitu Kegunaan Teoritis dan Kegunaan Praktis. Secara teoritis, hasil penelitian ini dapat memberikan referensi penelitian mengenai Strategi Promosi PT. PLN (Persero) Distribusi Jakarta dan Tangerang. Untuk kegunaan praktis, penulis membagi manfaat hasil penelitian menjadi tiga kategori yaitu untuk Universitas, Perusahaan, dan penulis. Untuk Universitas, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan acuan bagi rekan mahasiswa lainnya, khususnya Fakultas Ekonomi dan Komunikasi jurusan Komunikasi Pemasaran (Marketing Communication) Konsentrasi Public Relations dan Akademis yang akan melakukan penelitian selanjutnya, khususnya mengenai strategi promosi. Bagi Perusahaan, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan saran kepada PT. PLN Disjaya agar lebih profesional , efektif , transparan, dan dapat menjadi bahan evaluasi kinerja dalam mendukung usaha penetrasi pemasaran produk dan programnya melalui kegiatan
media
sosialita. Dan untuk Penulis, penelitian ini lebih membuka wawasan dan pengetahuan baru bagi Peneliti terhadap penerapan teori-teori komunikasi dalam memecahkan masalah yang ada pada objek penelitian yang berhubungan dengan dunia ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan
17
tentang pengkajian Strategi Promosi PT. PLN Disjaya, sehingga dapat menunjang kemajuan dalam dunia kerja.
1.6
Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metodologi Kualitatif. Metode kualitatif adalah metode dimana data diinterpretasikan melalui analisis pemaknaan. Metode kualitatif tidak tergantung pada analisis statistik untuk mendukung sebuah interpretasi tetapi lebih mengarahkan peneliti untuk membuat sebuah pernyataan retoris atau argumen yang amsuk akal mengenai temuannya (Turner, 2008: 77). Metode kualitatif juga didefinisikan sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orangorang dan prilaku yang dapat diamati (Bogdan & Taylor, 1975 dalam buku J.Moleong (2007:3). Selain pernyataan di atas, pendekatan ini dipilih penulis berdasarkan 3 (tiga) alasan. Pertama, metode kualitatif bersifat induktif yaitu penelitian ini bertujuan utnuk mengembangkan teori melalui pengungkapan fakta, sehingga semua pernyataan yang diucapkan oleh informan merupakan suatu key points yang penting untuk kemudian di kembangkan oleh penulis. Berbeda dengan metode kuantitatif yang bersifat deduktif yang tujuan pencarian data hanya untuk menguji suatu teori,sehingga jawaban dari informan yang tidak sesuai akan dihilangkan.
18
Kedua, Metode kualitatif bersifat emik, yaitu mementingkan pandangan subjek yang diteliti baik dari segi alasan, minat, perasaan, dan opini mengenai sesuatu. Dan hal tersebut tidak diperoleh dalam metode kuantitatif , karena hal tersebut tidak dapat dianalisa dengan menggunakan metode eksakta. Ketiga, bahwa metode Kualitatif melibatkan langsung peneliti sebagai partisipasi observasi, yaitu Peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan. Dengan metode ini Peneliti mendapatkan gambaran yang jelas tentang permasalahannya dan dapat menemukan solusi dari pemecahan masalah tersebut. Berbeda dengan metode kuantitatif yang menggunakan kuesioner untuk pengumpulan datanya yang dampaknya menjadikan peneliti kurang memiliki gambaran konkret mengenai permasalahan yang ditelitinya karena peneliti tidak mengetahui alasan jawaban yang diberikan oleh subyeknya. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah in depth-interview dan observasi. In depth interview yaitu suatu teknik metode penelitian
dimana
seorang
responden
atau
kelompok
responden
mengomunikasikan bahan-bahan dan mendorong untuk didiskusikan secara bebas. Penulis melakukan In depth interview secara langsung kepada obyek ( PT. PLN (Perrsero) Distribusi Jakarta dan Tangerang) dan subyek penelitian (pelanggan PLN). Di dalam observasi, peneliti melakuan pengamatan secara langsung terhadap cara kerja Humas PLN yang bekerja sama dengan bidang Niaga dalam melakukan promosi kepada pelanggan dalam mendukung brand awareness Listrik Pintar.
19
1.7
Sistematika Penulisan
Sebagai usaha untuk memperkuat penelitian ini, maka penulis mengajukan sistematika penulisan sebagai berikut: Di dalam Bab I Pendahuluan, diuraikan latar belakang mengenai informasi yang terkait langsung dengan obyek penelitian seperti sejarah obyek penelitian, dan alasan penulis memilih obyek penelitian tersebut. Kemudian diuraikan pula ruang lingkup sebagai pembatasan masalah yang difokuskan oleh penulis agar sesuai dengan konteksnya, Tujuan dan Manfaat penelitian, serta Metodologi penelitian, dan Sistematika Penulisan. Bab II Landasan Teori, bab ini menjelaskan beberapa teori-teori yang memiliki korelasi dengan permasalahan yang dibahas. Teori-teori tersebut terbagi menjadi dua bagian, yaitu teori umum dan teori khusus. Teori umum merupakan teori yang dijadikan landasan dasar yang terkait dengan rumusan masalah, sedangkan Teori Khusus merupakan teori yang digunakan sebagai solusi suatu masalah. Bab III Obyek Penelitian, bab ini membahas garis besar kerangka analisis obyek yang diteliti. Yang menekankan pada inti permasalahan yang ada pada obyek yang diteliti. Bab ini terdiri dari beberapa sub bab dengan judul, uraian, dan alat bantu (diagram, chart,block schema) sesuai dengan masalah yang dibahas. Bab IV Hasil Penelitian, bab ini akan menguraikan secara garis besar kerangka skripsi yang merupakan jawaban atau solusi dari permasalahan di
20
dalam obyek penelitian, yang menekankan pada pemecahan masalah yang ada pada obyek yang diteliti. Dan untuk Bab V Kesimpulan & Saran, sebagai bab terakhir dalam skripsi ini, terdapat dua sub bab, yaitu Kesimpulan dan Saran. Dalam Sub Bab Kesimpulan berisi garis besar simpulan yang akan diambil dari inti penelitian dan hasil penelitian berupa informasi kualitatif. Sedangkan sub bab Saran berisikan suatu solusi alternatif yang diajukan penulis sebagai pertimbangan dalam penyelesaian terhadap masalah yang timbul dalam mengimplementasikan strategi promosi yang lebih baik.