BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Minyak mentah merupakan salah satu sumber energi konvensional yang sangat penting dalam menunjang aktivitas perekonomian dan juga sebagai penentu signifikan kinerja ekonomi global. Hal ini dapat ditunjukkan oleh persentase total konsumsi energi dunia, bahwa sebesar 39,9 persen masih didominasi oleh penggunaan minyak mentah. Angka statistik dalam laporan U.S Energy Information Administration Energy (2016) menunjukkan bahwa sejak tahun 2010 rata-rata konsumsi minyak oleh masyarakat dunia setiap harinya mencapai 86,4 juta barrel dan jumlah ini terus meningkat, dan diperkirakan hampir mencapai 95 juta barrel per hari. Perkiraan permintaan energi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun ini turut berkontribusi dalam meramalkan fluktuasi harga minyak di masa depan. Adanya ekspektasi pasar internasional terhadap peningkatan harga minyak telah berdampak pada harga minyak di triwulan kedua tahun 2014 hingga mencapai 180 dollar per barrel. Kestabilan harga minyak sampai dengan level tertinggi selama kurang lebih enam tahun terakhir pasca krisis keuangan global tidak mampu bertahan lebih lama. Memasuki pertengahan kedua tahun 2014, harga minyak justru mengalami pelemahan drastis sekitar 40 persen (point to point). Sampai dengan akhir tahun 2015 harga minyak telah melemah 36 persen menjadi hanya 36,8 dollar AS per barrel, dan diprediksi masih akan terus berlanjut di tahun 2016. Perkembangan rata-rata harga minyak WTI dan Brent dalam 1
rentang waktu 2004 (I) sampai dengan 2015 (IV), ditunjukkan oleh Gambar 1.1 berikut. average
% Change 60
140,00
40
120,00
20
100,00
0
80,00 -20
60,00
-40
40,00 20,00
-60
0,00
-80
Persentase Perubahan %)
Harga Minyak Mentah (USD)
Oil Price 160,00
Period
Gambar 1.0.1 Perkembangan Harga Minyak Mentah, 2004 (I) - 2015 (IV) (U.S. Energy Information Administration dan Thomson-Reuters, 2015)
Pengalaman historis mencatatkan bahwa setidaknya penurunan drastis harga minyak dunia juga pernah terjadi di tahun 1980 dan 2008. Era tahun 1980 ini dikenal sebagai peristiwa “banjir minyak” atau “oil glut”, yaitu melimpahnya pasokan minyak mentah dunia akibat dari upaya pelaku pasar memenuhi permintaan minyak yang sangat pesat. Upaya ini didukung oleh penemuan cadangan minyak baru di berbagai negara, sehingga produsen minyak mentah semakin bertambah dan peningkatan produksi minyak yang dilakukan secara massive. Pasokan minyak yang melimpah pada saat itu terjadi karena didorong oleh harga minyak yang melonjak empat kali lipat saat krisis minyak 1973 dan 1979 hingga akhirnya berkontribusi pada perlambatan kegiatan perekonomian di negara-negara industri. Setelah tahun 1980-an harga minyak yang semula dari 35 dollar AS per barrel merosot 46 persen, jatuh di bawah harga 20 dollar AS per barrel di tahun 1986.
2
Era kedua penurunan drastis harga minyak juga terjadi pada semester kedua tahun 2008 yang melemah 58,5 persen menjadi 40 dollar AS per barrel. Volatilitas harga minyak di tahun 2008 terbagi atas dua periode, yaitu periode awal tahun hingga triwulan kedua dengan tren peningkatan dan periode triwulan ketiga hingga akhir tahun yakni sebagai tren penurunan. Kenaikan harga minyak hingga triwulan kedua tahun 2008 merupakan harga minyak paling tinggi sepanjang sejarah atau dikenal juga sebagai “peak oil”. Kejutan harga minyak yang terjadi selama tahun 2008 bertepatan dengan peristiwa krisis keuangan global 2007/08 akibat gejolak pasar ekuitas, perumahan, kredit, dan finansial di Amerika Serikat (AS). Pertumbuhan ekonomi dunia yang mengalami perlambatan selama masa resesi ekonomi AS, praktek spekulasi harga minyak oleh Commodity Futures Trading Commission (CFTC) AS, dan surplus pasokan minyak yang mencapai 87,02 juta barrel per hari, diduga menjadi penyebab terjadinya penurunan harga minyak mentah dunia secara drastis selama periode tersebut. Pergerakan harian harga minyak mentah dunia yang sangat berfluktuasi, kini tidak lagi hanya disebabkan oleh berbagai faktor tradisional atau fundamental, seperti: penawaran, permintaan, persediaan dan kapasitas cadangan OPEC (Organization of Petroleum Exporting Countries atau organisasi negara-negara pengekspor minyak), maupun perkembangan teknologi, melainkan faktor-faktor berkembang baru (new emerging factors). Beberapa faktor-faktor lain yang mempengaruhi harga minyak selain faktor tradisional atau fundamental tersebut, di antaranya adalah perkembangan pesat perdagangan aset minyak yang memicu spekulasi harga, perubahan nilai tukar dollar AS, peningkatan tajam permintaan
3
minyak oleh negara-negara Asia berkembang yang paling didominasi oleh China dan India sejak tahun 2000, kebijakan pemberian subsidi harga minyak oleh pemerintah di sebagian besar negara Asia, Timur Tengah, dan negara berkembang lainnya (subsidi harga minyak diberikan dalam rangka mengurangi tekanan permintaan jika sewaktu-waktu terjadi kenaikan harga minyak), tidak tercapainya target produksi yang ditargetkan oleh eksportir minyak non–OPEC, dan hipersensitifitas terhadap faktor peristiwa geo-politik, seperti perang antarnegara Timur Tengah yang kerap kali terjadi, sehingga memicu berkurangnya supply minyak mentah, atau bahkan persaingan ketat di pasar minyak internasional. Gambar 1.2 menunjukkan fluktuasi harga minyak mentah dunia dan beberapa peristiwa ekonomi maupun politik yang sedang terjadi di masing-masing periode waktu. Harga per barrel (real 2010 dollars) Krisis keuangan Global Kapasitas pasokan rendah
Perang Irak - Iran Kapasitas cadangan AS habis
Perubahan kebijakan OPEC
9 – 11 serangan
Krisis keuangan Asia Revolusi masyara kat Iran Embargo minyak Arab Irak menyerbu Kuwait
OPEC memotong target produksi 4.2 mmbpd OPEC memotong target 1.7 mmbpd
Gambar 1.0.2 Fluktuasi Harga Minyak Mentah Dunia dan Peristiwa Global (U.S. Energy Information Administration, Thomas Reuters, 2015) Harga minyak yang diperdagangkan di pasar internasional dinyatakan dalam dollar AS, sehingga hubungan diantara keduanya tidak dapat dipisahkan.
4
Perkembangan nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) dinyatakan dalam rupiah menunjukkan penguatan (apresiasi) sejak pertengahan tahun 2013. Sejalan dengan pemulihan kondisi perekonomian AS pasca krisis keuangan global, The Fed mulai memberlakukan pengurangan stimulus moneter (tapering off) pada awal tahun 2014. Pengurangan stimulus menjadikan faktor penyebab dollar terapresiasi pada hampir seluruh mata uang di dunia. Normalisasi kebijakan moneter menimbulkan ekspektasi kenaikan tingkat suku bunga (fed fund rate) sehingga hal ini mendorong pelaku ekonomi, khususnya di pasar uang dan surat berharga, merespon positif berupa aliran modal masuk ke Amerika Serikat. Para pemilik modal melakukan pergantian/shifting dari transaksi berjangka minyak ke aset finansial berdenominasi dollar AS. Sampai dengan akhir tahun 2014, rata-rata nilai tukar nominal rupiah melemah sekitar 1,9 persen (point to point) menjadi Rp12.440,- per dollar AS dari semula Rp12.212 per dollar AS pada akhir bulan September 2014. Di penghujung triwulan ketiga 2015 rupiah telah terdepresiasi 4,49 persen (point to point), yakni nilai tukar dollar terhadap rupiah yang menyentuh level tertinggi, Rp14.000,- per dollar AS.
5
Gambar 1.3 berikut ini menunjukan perkembangan nilai tukar dollar AS dinyatakan dalam mata uang rupiah sejak tahun 2004 hingga akhir tahun 2015.
Gambar 1.3 Perkembangan Nilai Tukar Nominal Rupiah terhadap Dollar AS (Bank Indonesia, CEIC Macroeconomic dashboard FEB UGM,2015) Belakangan ini, perekonomian dunia termasuk Indonesia, menghadapi kondisi tren apresiasi nilai tukar dollar AS bersamaan dengan tren penurunan harga minyak mentah dunia (lihat gambar 1.4). Bank for International Settlements (BIS) merujuk istilah kejutan kembar dalam rangka menjelaskan fenomena ekonomi dikarenakan kejutan harga minyak atau harga komoditas dan kejutan nilai tukar (Nugroho, 2014; Teriba, 2014; De Grauwe, 2008). OIL PRICE 160
14.000,00
140
12.000,00
120
10.000,00
100
8.000,00
80
6.000,00
60
4.000,00
40
2.000,00
20
0,00
Harga Minyak (USD)
Nilai Tukar Nominal (Rp / $)
NER 16.000,00
0
Gambar 1.4 Rata - Rata Harga Minyak dan Nilai Tukar Dollar terhadap Rupiah (U.S. Energy Information Administration, Bank Indonesia, 2015) 6
Menurut Nugroho (2014), setidaknya terdapat tiga hal yang dapat menjelaskan keterkaitan atau pengaruh satu sama lain antara harga minyak mentah dan nilai tukar dollar AS, yakni: (1) currency invoicing pada transaksi perdagangan minyak dalam mata uang dollar AS. Apresiasi dollar AS akan menyebabkan permintaan minyak menurun karena impor yang lebih mahal, (2) shifting investasi antara aset komoditi (termasuk minyak) ke aset berdenominasi dollar AS (US Treasury Notes) karena ekspektasi keuntungan yang menurun pada aset komoditi disaat pelemahan harga minyak, sementara apresiasi dollar AS mendorong investor melakukan pertukaran jenis aset tersebut, (3) pilihan bagi produsen minyak untuk melakukan hedging atau lindung nilai terhadap harga minyak (dalam dollar AS) sehingga coverage jaminan kredit berupa hasil produksi dan penjualan minyak tetap mencukupi, hal ini akan meningkatkan permintaan terhadap dollar AS dan menyebabkan dollar terapresiasi. Indonesia menjadi negara importir bersih minyak (net – oil importer) sejak tahun 2004. Berdasarkan data statistik British Petroleum, hingga tahun 2014 (Gambar 1.5), produksi minyak mentah Indonesia mengalami penurunan rata-rata 1800
dalam Barrel Per Hari (BpH)
1600
Konsumsi; 1641
1400 1200 1000
Produksi; 852
800 600 400 200 1965 1967 1969 1971 1973 1975 1977 1979 1981 1983 1985 1987 1989 1991 1993 1995 1997 1999 2001 2003 2005 2007 2009 2011 2013
-
Gambar 1.5 Total Produksi dan Konsumsi Minyak Indonesia (1965 - 2014) (BP Statistical Review, 2015 7
2,1 persen per tahun dengan total konsumsi 1641 barrel per hari (bph). Keterbatasan dalam pengembangan teknologi untuk penyulingan dan pengolahan minyak, serta cadangan minyak yang kian menurun menjadi kendala dalam hal eksplorasi menyebabkan selisih antara produksi dan konsumsi tersebut harus dipenuhi melalui perdagangan impor. Mankiw (2009: 181–183), menyatakan bahwa suatu negara menganut perekonomian terbuka tidak memerlukan nilai yang sama antara produksi dan konsumsi, karena negara tersebut dapat memenuhi kebutuhannya dengan membeli dari negara lain (gains from trade). Pengadaan impor minyak untuk Indonesia berbeda dengan jenis komoditas impor lainnya, yakni dilakukan oleh PT Pertamina Energy Trading Ltd (PES)1 sebagai lembaga pemerintah yang berwenang melakukan proses tender terbuka maupun pembelian secara langsung kepada perusahaan nasional negara produsen minyak untuk mendapatkan harga minyak terbaik. Sebagaimana dikategorikan sebagai negara importir minyak atau negara kosumen, maka Indonesia hanya berperan sebagai penerima harga (price taker) yang berlaku di pasar internasional. Selain menjadi pertimbangan dalam menentukan permintaan, harga minyak internasional digunakan pula sebagai acuan bagi harga minyak Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP) 2. Harga minyak dunia sebagian besar dihitung dalam dollar AS, sehingga perubahan
1
Pertamina Energy Trading Limited (Petral) terdiri atas dua anak usaha: Zambesi Investment Ltd di Hongkong dan Pertamina Energy Service Pte di Singapura. Masing – masing sedang dalam proses dilikuidasi atau penutupan hingga April 2016. Alasan tuntutan keterbukaan informasi dan efisiensi, serta adanya dugaan mark-up harga pengadaan impor minyak mentah, melatarbelakangi pengalihan peran Petral kepada Integrated Supply Chain (ISC) Pertamina. 2 Indonesian Crude Price (ICP) merupakan harga rata – rata 52 jenis minyak mentah dunia yang menjadi dasar perhitungan anggaran pemerintah (APBN), dan selanjutnya menjadi asumsi besaran subsidi bahan bakar minyak.
8
dalam nilai tukar dollar dapat mempengaruhi permintaan minyak mentah di negara-negara yang tidak menggunakan dollar AS sebagai mata uang domestik (Austvik, 1987). De Schryder dan Peersman menemukan jika apresiasi dari nilai tukar dollar yang kuat akan menyebabkan penurunan permintaan terhadap minyak mentah di negara-negara yang tidak menggunakan dollar AS pada transaksi sehari-hari di negara tersebut. Apresiasi nilai tukar dollar yang berarti terdepresiasinya nilai tukar rupiah terhadap dollar, memiliki pengaruh positif bagi neraca perdagangan (trade balance) karena daya saing ekspor meningkat (X > M). Nilai tukar riil memberikan indikasi harga relatif barang di kedua negara, yakni dengan dollar yang sama akan memberikan jumlah rupiah yang lebih banyak, dan demikian sebaliknya. Berdasarkan uraian di atas, pengaruh kejutan kembar harga minyak dan nilai tukar riil, serta pendapatan dalam mempengaruhi permintaan impor minyak Indonesia menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini.
1.2
Rumusan Masalah Kejutan kembar sebagai fenomena global yang terjadi akhir - akhir ini,
disebabkan oleh pelemahan tajam harga minyak yang disertai juga dengan tren penguatan dollar AS. Keterkaitan antara keduanya dapat dilihat dari transaksi perdagangan minyak di pasar internasional yang dihitung dalam mata uang dollar AS. Apresiasi dollar AS terhadap mata uang negara konsumen, misalnya, turut berdampak pada pelemahan permintaan minyak karena harga yang lebih mahal. Bagi negara produsen minyak, penguatan dollar AS dan pelemahan harga minyak dapat merugikan mereka dengan permintaan yang menurun dan peningkatan jaminan kredit untuk membiayai produksi dan penjualan. Kejutan sebagai faktor
9
tidak terantisipasi (unexpected) menciptakan kondisi ketidakpastian atau uncertainty bagi permintaan dan penawaran di pasar. Terlebih kejutan kembar harga minyak dan nilai tukar mempunyai dampak yang saling mix dan berbeda antara negara pengimpor dan pengeskpor minyak. Apresiasi dollar AS akan menguntungkan bagi AS dan pihak-pihak dengan aset berdenominasi dollar, yakni melalui peningkatan daya beli relatif mata uang dollar terhadap barang dan jasa negara lain. Demikian sebaliknya, merugikan bagi negara yang terdepresiasi mata uangnya. Sejalan dengan analisis permasalahan di atas, besaran impor akan sangat mempengaruhi keseimbangan eksternal suatu negara tercermin pada kondisi transaksi berjalan hasil pencatatan neraca perdagangannya. Ketergantungan Indonesia terhadap impor minyak mentah menunjukan kerentanan terhadap dua indikator penentu permintaan, yakni harga dan nilai tukar riil. Semakin tinggi harga minyak akan terjadi transfer kekayaan dari importir minyak kepada eksportir minyak (Krugman, 1980; 1983a,b). Harga minyak dihitung dalam dollar AS sehingga nilai tukar menjadi dasar pertimbangan dalam transaksi pembelian tersebut. Perbedaan perilaku antara kedua jenis faktor tersebut dapat diamati dalam jangka pendek dan jangka panjang. Nilai tukar dollar AS cenderung menguat dalam jangka pendek di saat harga minyak melemah, sebaliknya dalam jangka panjang nilai tukar dollar AS terdepresiasi ketika harga minyak menguat. Permintaan impor minyak mentah Indonesia dalam penelitian ini dihitung dalam volume sehingga menunjukan perubahan kuantitas impor dalam merespon pengaruh kedua jenis variabel tersebut beserta faktor eksogen yang tidak
10
diantisipasi di antara keduanya. Dengan turut mempertimbangkan pendapatan riil nasional sebagai representasi dari aktivitas perekonomian, penelitian ini berusaha menjawab bagaimana pengaruh kejutan kembar harga minyak dan nilai tukar riil bagi permintaan impor minyak Indonesia.
1.3
Keaslian Penelitian Beberapa dekade terakhir telah memunculkan banyak perhatian pada studi
mengenai permintaan impor minyak secara umum dan minyak mentah pada khususnya di banyak negara. Berbagai penelitian empiris terbaru terkait elastisitas permintaan impor minyak telah banyak memodelkan fungsi dasar permintaan impor berdasarkan teori, yakni pengaruh utama dari dua variabel penting: harga dan pendapatan nasional riil dalam kerangka model jangka panjang dan jangka pendek di masing-masing negara importir minyak (Marbuah, 2014; Baek dan Kim, 2013; Tsirimokos, 2011; Ziramba, 2010; Babatunde dan Egwaikhide, 2010; Ghosh, 2009; Sa‟ad, 2009; Pedregal dkk., 2009; Farinelli dkk., 2008; Zhao dan Wu, 2007; Jiping dan Wu, 2008; Altinay, 2007; Narayan dan Smyth, 2007; Cooper, 2003; Gately dan Huntington, 2002; Ghouri, 2001). Alat analisis yang digunakan pada sebagian besar penelitian terdahulu pada data runtut waktu adalah pendekatan autoregressive distributed lag (ARDL) model, dan error correction model (ECM). Penelitian lainnya, menguji pengaruh harga dan pendapatan terhadap permintaan impor di berbagai negara menggunakan pendekatan data panel. Marbuah (2014) melakukan studi empiris terhadap faktor utama: elastisitas harga dan elastisitas pendapatan sebagai penentu permintaan impor minyak mentah di Ghana, dengan menggunakan kerangka
11
pemodelan autoregressive distributed lag (ARDL). Baek dan Kim (2013) dalam menguji pengaruh pertumbuhan ekonomi dan harga impor minyak mentah terhadap volume impor minyak mentah di Korea, juga menggunakan pendekatan kointegrasi ARDL bound testing yang dikembangkan oleh Pesaran dkk. (2001) agar kemudian dapat dengan mudah diturunkan pendekatan model koreksi kesalahan (ECM) melalui transformasi linear sederhana. Ziramba (2010) menguji permintaan impor minyak mentah di Afrika Selatan sebagai fungsi dari pendapatan riil dan harga minyak mentah, dengan analisis jangka panjang multivariat Johansen co integration dan spesifikasi model koreksi kesalahan (ECM) umum untuk dinamika jangka pendek. Selain metode atau pendekatan ECM dan ARDL, model Nerlove’s partial adjustment digunakan oleh Cooper (2003) dan Tsirimokos (2011) dalam menganalisis faktor penentu permintaan minyak mentah di 10 negara anggota IEA, dan di 23 negara, dengan data panel. Penelitian De Schryder dan Peersman (2012) dengan menggunakan pendekatan data panel, menguji faktor nilai tukar dollar AS dalam model permintaan minyaknya. Estimasi model panel koreksi kesalahan (panel error correction model) digunakan untuk menganalisis faktor penentu permintaan minyak di 23 negara OECD, 42 negara non – OECD, dan 65 negara importir minyak. Keaslian penelitian ini dapat ditinjau dari berbagai aspek, diantaranya: komponen variabel-variabel yang diteliti, metode dan alat yang digunakan, sehingga berpengaruh pada perbedaan hasil studi. Penelitian ini menganalisis permintaan impor minyak mentah di Indonesia dengan data time series selama
12
periode 2004.1–2015.4. Periode waktu tahun 2004 terpilih karena menimbang Indonesia dinyatakan sebagai negara importir bersih minyak mentah (net-importir oil).
Metode
analisis
menggunakan
pendekatan
ECM
melihat
adanya
kemungkinan hubungan keseimbangan jangka panjang walaupun dalam jangka pendek terjadi ketidakseimbangan yang dicerminkan oleh pengaruh kejutan kembar terhadap permintaan minyak mentah Indonesia (Insukindro, 1998). Beberapa perbedaan aspek pada penelitian terdahulu terangkum dalam Tabel 1.1 berikut ini.
13
Tabel 1. 1 Penelitian Terdahulu
No
Judul dan Penulis (Tahun)
Variabel
Metodologi
Hasil
Variabel terikat: Harga inelastis terhadap permintaan
Understanding Crude Oil
Nilai impor minyak
Import Demand
mentah dalam miliar dollar
minyak mentah baik dalam jangka
Behaviour in Ghana
AS (OilM)
panjang maupun jangka pendek. Faktor lainnya yang mempengaruhi
Variabel bebas: PDB riil dalam miliar dollar AS (GDP), Harga 1.
minyak mentah (OilP) ratarata UK Brent, Dubai, Fateh dan West Texas
George Marbuah (2014)
Analisis pendekatan Auto-Regressive Distributed Lag Model (ARDL)
permintaan impor minyak antara lain: kurs riil efektif, produksi dalam negeri, dan pertumbuhan penduduk. Produk Domestik Bruto ditemukan paling
berpengaruh
terhadap
Intermediate (WTI) dalam
permintaan minyak mentah dengan
dollar AS per barrel, dan
hasil estimasi inelastis dalam jangka
Variabel kontrol, berupa:
pendek dan elastis dalam jangka
kurs riil efektif/real
panjang.
effective exchange rate
14
(REER), produksi minyak mentah dalam negeri dan tingkat pertumbuhan penduduk. Impor
terus
masa depan meningkat, sehingga
Crude Oil Price and
Harga minyak mentah
Rupee, Dollar Exchange
dunia dalam dollar AS,
Rate: An Analysis of
impor minyak mentah
Preliminary Evidence
India dalam juta ton, dan
Multiple Linear
nilai tukar rupee per $1
Regression Models
dollar AS. Periode data Dr. A. Hidhayatulla,
1972 – 1973 sampai
Mahammad Rafee. B
dengan 2012 – 2013.
(2014)
mentah
meningkat ketika harga minyak di
Relationship Between
2.
minyak
impor
minyak
menjadi
sumber
utama permintaan akan dollar yang tinggi
dan
berkontribusi
pada
penguatan dollar terhadap rupee. Hasil
penemuan
dapat
menjadi
masukan bagi pemerintah India dalam membuat kebijakan untuk mengendalikan harga bensin guna mencegah depresiasi rupee terhadap dollar AS.
15
Relationship between
Variabel terikat:
Crude Oil Price and
Model I: impor minyak
Rupee, Dollar Exchange
mentah (OI)
bahwa impor minyak mentah terus
Rate: An Analysis of
Model II: Nilai tukar
meningkat
Preliminary Evidence,
Indian Rupee terhadap
minyak mentah meningkat.
1972-73 to 2012-13
US$ (X rate)
3. Variabel bebas:
Hasil
Multiple Linear Regression Models
uji
empiris
membuktikan
ketika
harga
future
Permintaan yang kuat berkontribusi memperkuat
nilai
tukar
dollar
terhadap Indian rupee. Persamaan kedua menunjukan setiap
Associate Proffesor of
Model I: harga minyak
Economics, Research
(OP)
satu
Scholar (Ph.D MANF
Model II: impor minyak
mentah memperkuat 0.266 nilai
JRF Jamal Mohamed
(OI)
tukar dollar terhadap Indian rupee.
juta
tonne
impor
minyak
College India (2014)
4.
Assesing Dynamics of
Variabel terikat :
Analisis hubungan
Dalam jangka panjang: pendapatan
Crude Oil Import
Volume impor minyak
jangka pendek dan
riil lebih signifikan mempengaruhi
Demand in Korea ,
mentah Korea Selatan (M)
jangka panjang,
permintaan impor minyak mentah
pendekatan
Korea Selatan dibandingkan dengan
Variabel bebas:
Autoregressive
harga minyak mentah dunia.
Harga minyak mentah
Distributed Lag
1986Q1 - 2010Q4
Dalam jangka pendek: pengaruh
16
dunia (P) berdasarkan jenis
(ARDL).
harga minyak lebih besar terhadap
acuan West Texas
impor minyak mentah dibandingkan
Intermediate (WTI) dan
dengan tingkat pendapatan.
Hyun Seok Kim, Jungho
PDB riil Korea Selatan
Baek (2013)
(Y), serta variabel dummy kejutan pasar (market shock), Krisis Keuangan Asia : Q4 1997 - Q4 2000 = 1, (DUM). Masing masing variabel diestimasi dalam bentuk logaritma natural. Apresiasi nilai tukar USD secara
The U.S. Dollar
Variabel terikat:
Exchange Rate and The
Total konsumsi minyak per
robust
Demand for Oil
kapita (dem)
permintaan minyak.
5.
Pendekatan data panel
mendorong
penurunan
Perubahan 1 persen nilai tukar USD
Variabel bebas:
terlihat mempunyai efek lebih kuat
PDB riil per kapita
terhadap
(GDPN), harga riil minyak
daripada perubahan 1 persen pada
permintaan
minyak
17
mentah (OILP), nilai tukar
harga riil minyak mentah dunia
riil efektif USD (RER),
dalam USD. Hasil estimasi membuktikan bahwa
tren waktu liner (Trend), konstan–spesifik negara
dampak
(Ci). Periode data tahunan
menggeser
(1971–2008), banyaknya
menjadi lebih sedikit sepanjang
sampel: 65 negara importer
waktu.
nilai
tukar
permintaan
USD minyak
Konsumsi minyak beraksi secara
minyak. Selien De Schryder, Gert Peersman (2012)
dari
asimetris terhadap kenaikan atau Semua variabel
penurunan USD, dengan reaksi yang
dikonversikan menjadi
lebih besar ke apresiasi USD.
logaritma natural, model bentuk elastisitas konstan.
6.
Hasil empiris : elastisitas (baik
Price and Income
Variabel terikat:
Elasticities of Crude Oil
permintaan impor minyak
Demand(The Case of Ten
mentah di 10 negara
Nerlove partial
di jangka pendek dan karenanya
IEA Countries)
anggota IEA (Swedia,
adjustment model
lebih inelastik, hal ini menunjukan
harga dan pendapatan) lebih rendah
Denmark, Spanyol,
bahwa negara – negara perlu waktu
Portugal, Turkey,
untuk menanggapi perubahan harga
18
Finlandia, Italia, German,
dan pendapatan. Estimasi
USA, Jepang), periode waktu 1980 – 2009
ekonometrik
menggambarkan bahwa konsumsi minyak adalah sangat harga inelastik
Variabel bebas:
baik dalam jangka pendek dan
Harga riil minyak mentah
jangka panjang. Elastisitas pendapatan lebih elastis
dunia, PDB riil per kapita, konsumsi minyak per
daripada elastisitas harga dan dekat
kapita dengan lag satu
dengan
tahun dan trend waktu
panjang, yang berarti bahwa negara
kesatuan
dalam
jangka
lebih sensitive terhadap perubahan Christos Tsirimokos
pendapatan.
(2011)
7.
Estimasi elastisitas jangka panjang
Explaining Nigeria's
Variabel terikat:
Analisis hubungan
import demand behavior:
Kuantitas riil permintaan
jangka panjang, teknik
permintaan
a bound testing
impor agregat (Md)
estimasi Auto-
pendapatan
Regressive Distributed
masing-masing adalah sebesar 2.48
approach, 1980 – 2006
impor dan
harga
terhadap relatif
19
Lag Model (ARDL)
dan -0.133.
bound testing approach Nilai Variabel bebas:
(Pesaran et al.,2001).
koefisien
menunjukan
harga
kondisi
relatif Marshall-
Pendapatan riil (Y) dan
Lerner tidak dapat terpenuhi di
rasio harga impor agregat
Nigeria dan perubahan harga relatif
dengan indeks harga
yang
barang produksi (RP =
menghasilkan realokasi cukup bagi
Pm/Pd).
arus perdagangan (trade flows).
besar
diperlukan
untuk
Permintaan impor Nigeria secara
M. Adentunji Babatunde
signifikan
dan Festus O.
pertumbuhan
Egwaikhide (2010)
dipengaruhi
oleh
ekonomi,
yang
memiliki dampak negatif terhadap neraca perdagangan.
8.
Harga
Price and Income
Variabel terikat:
Metode kointegrasi
dan
pendapatan
Elasticities of Crude Oil
Kuantitas impor minyak
Johansen, uji kausalitas
mempengaruhi permintaan impor
Import Demand in South
mentah (Q)
Granger Causality dan
minyak
Africa: A Cointegration
Variabel bebas:
pendekatan Error
masing sebesar -0.147 dan 0.429.
Analysis, 1980 - 2006
PDB riil (Y), Harga riil
Correction Model
minyak (RP), diperoleh
(ECM)
mentah,
yakni
inelastis
masing-
Selain itu terdapat bentuk kausalitas jangka panjang yang tidak langsung
20
atas hasil perkalian harga
antara PDB riil terhadap impor
nominal minyak mentah
minyak mentah.
Emmanuel Ziramba
dengan nilai tukar
(2010)
(R/USD) dibagi dengan PDB deflator tahun 1980 hingga 2006.
An empirical analysis of
Variabel terikat:
petroleum demand for
Total permintaan produk
Hasil bahwa
di Indonesia, dilihat dari
approach
konsumsinya
9.
Variabel bebas: Harga riil minyak PDB riil per kapita, variabel tren mewakili pertumbuhan konstan tahunan efisiensi Suleiman Sa‟ad (2009)
energi
menunjukkan
baik
produk
perkiraan
Indonesia: An application minyak (bensin dan diesel) of the cointegration
penelitian
responsif
total
pangsa
bensin
terhadap
dan lebih
perubahan
pendapatan dari perubahan harga riil ARDL/bound testing approach to cointegraion
produk minyak bumi. Hasil
ini
kebijakan
memiliki yang
penting
implikasi karena
menunjukkan kepada para pembuat kebijakan menggunakan
mungkin kebijakan
perlu harga
berbasis pasar dan kebijakan lainnya selain
standar
efisiensi
energi
21
minimum. Guncangan
Impact of Oil Price Shock Variabel terikat: Produk
minyak
dan
and Exchange Rate
domestik bruto (PDB) riil
apresiasi nilai tukar memberikan
Volatility on
Nigeria
dampak positif bagi pertumbuhan
Economic Growth in
ekonomi riil di Nigeria. Hasil
Nigeria: An Empirical
Variabel bebas: kejutan
Investigation
harga minyak (rata-rata
mengindikasikan
harga minyak mentah UK
peningkatan
Brent kuartalan dalam 10.
harga
USD) dan volatilitas nilai tukar riil (USD– Naira).
Vector error correction methodology (VECM)
investasi, konsumsi,
jangka 1
permanen
panjang persen harga
minyak mentah internsional akan meningkatkan PDB riil sebesar 7.72 persen, sementara 1 persen apresiasi tingkat
Variabel kontrol :
analisis
nilai
tukar
hanya
meningkatkan PDB riil 0.35 persen. Kondisi
keseimbangan berpengaruh
jangka
pengeluaran pemerintah,
panjang
terhadap
perdagangan, PMA.
dinamika jangka pendek, dan PDB
Periode data kuartalan :
riil Nigeria secara otomatis akan
1986 Q1 – 2007 Q4.
melakukan mekanisme penyesuaian
22
Shehu Usman Rano Aliyu (2009)
kembali menuju keseimbangannya. Masing-masing variabel diestimasi dalam bentuk model log linear. Kointegrasi
Import Demand of Crude Oil and Economic Growth: Evidence from India
11.
variabel
Variabel terikat:
mentah (IM)
Analisis hubungan
Variabel bebas:
jangka panjang,
Harga riil impor minyak
pendekatan Auto-
mentah (PR) dan PDB riil
Regressive Distributed
(GDP).
Lag Model (ARDL) Bound testing,
Sajal Ghosh (2008)
Masing-masing variabel
ujikausalitas Granger
ditransformasikan ke
Causality.
natural.
impor
terjadi
minyak
jika
mentah
sebagai variabel terikat (dependent
Kuantitas impor minyak
dalam bentuk logaritma
hanya
variable). Dalam jangka panjang, besarnya elastisitas
pendapatan
terhadap
permintaan impor minyak mentah di India adalah sebesar 1.97. Elastisitas harga baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek menunjukan hasil tidak signifikan secara
statistik
berpengaruh
terhadap permintaan impor minyak mentah di India.
23
Pengurangan impor minyak mentah tidak akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi India di masa yang akan datang, dibuktikan dari hasil uji Granger Causality terdapat sebuah hubungan kausalitas jangka panjang
tidak
langsung
dari
pertumbuhan ekonomi ke impor minyak mentah.
12.
Temuan
Determinants of China's
Variabel terikat:
menunjukkan
Energy Import: An
impor minyak mentah
hubungan antara elastisitas harga
Empirical Analysis
China, dalam log dan
dengan
impor
minyak
bahwa
secara
dilakukan penyesuaian
Analisis Kointegrasi
signifikan berpengaruh positif, dan
musiman (Lncoimsa).
dan pendekatan Vector
bersifat inelastis.
Variabel bebas:
Error Correction Model Dalam jangka panjang, pertumbuhan
harga relative minyak
(VECM)
produksi industri dan perluasan
mentah (Lnpoilsa), nilai
transportasi sektor mempengaruhi
tambah dari industry
impor minyak China, sementara
(Lnvaisa), nilai tambah
output energi dalam negeri memiliki
24
dari industry berat
efek subtitusi.
Xingjun Zhao, Yanrui
(Lnvahisa), nilai tambah
Penemuan ini dapat mengantisipasi
Wu (2007)
industry (Lnvalisa), total
bahwa China akan lebih tergantung
output energi domestik
pada pasokan minyak dari luar
(Lnteopsa), output minyak
negeri, dan terlepas dari pengaruh
mentah domestik
harga
(Lncoilopsa), output batu
perilaku impornya.
minyak
dunia
terhadap
bara domestik (Lncoalopsa), output gas alam domestik (Lnngopsa), output pembangkit listrik tenaga air domestik (Lnhyeopsa), total volume lalu lintas barang (Lntvftsa), total volume lalu lintas penumpang (Lntvptsa). Masing-masing variabel ditransformasikan ke
25
dalam bentuk log dan dilakukan penyesuaian musiman pada data (seasonally adjusted), data kuartalan periode 1995Q1 – 2006Q1. Elastisitas permintaan Price Elasticity of
harga minyak mentah di 23
Demand for Crude Oil:
negara (Australia, Austria,
Estimates for 23
Canada, Denmark, Finland,
Countries
France, Germany, Greece, Iceland, Ireland, Italy,
13.
Japan, Netherlands, New Zealand, Norway, Portugal, Spain, Sweden,
Permintaan impor minyak mentah di Nerlove Partial
ke-23
negara
sangat
sensitif
Adjustment
terhadap perubahan harga minyak dunia.
Switzerland, UK, US : 1971 - 2000, China dan Cooper (2003)
Korea Selatan 1979 – 2000
26
Variabel terikat: The Adjustment of Canadian Impor Demand to Changes in Income, Prices, and Exchange 14.
Rates
volume dalam log (Ln M) Variabel bebas: pendapatan nasional bruto (Ln YD), harga barang impor luar negeri (Ln PF), harga barang dalam negeri
Timothy A. Deyak, W., Charles Sawyer, Richard L., Sprinkle (1993)
Permintaan impor secara relatif
kuantitas riil impor dalam
(Ln PD), nilai tukar (Ln ER), variabel dummy menunjukan periode kuarter observasi (Q1,Q2
Analisis hubungan jangka panjang: uji stasioneritas, uji kointegrasi antar variabel dan metode regresi Ordinary Least Square dengan menyertakan lag.
elastis pada pendapatan dan secara relatif inelastis pada harga. Hasil
estimasi
model
mengindikasikan bahwa permintaan impor
Canada
bersifat
tidak
homogen dan struktur kelambanan dinamis membuktikan terdapat tiga jenis dampak harga mempengaruhi kuantitas impor selama periode waktu yang berbeda.
dan Q3 = 1).
27
1.4
Pertanyaan Penelitian 1. Apakah kejutan kembar harga minyak dan nilai tukar riil berpengaruh negatif terhadap impor minyak mentah Indonesia dalam jangka pendek selama periode 2004 (I) – 2015 (IV)? 2. Apakah pendapatan riil masyarakat berpengaruh positif terhadap impor minyak mentah Indonesia selama periode 2004 (I) – 2015 (IV)?
1.5
Tujuan Penelitian 1. Menganalisis pengaruh kejutan kembar harga minyak dan nilai tukar riil terhadap permintaan impor minyak mentah Indonesia selama periode 2004(I) – 2015(IV). 2. Menganalisis pengaruh produk domestik bruto riil terhadap impor minyak mentah Indonesia selama periode 2004 (I) – 2015 (IV).
1.6
Manfaat Penelitian Dalam rangka menguji faktor-faktor yang menentukan permintaan impor
minyak Indonesia, penelitian ini tidak lagi hanya berpaku pada pengujian faktor fundamental seperti produksi, konsumsi, harga, pendapatan dan lain sebagainya. Penelitian ini khususnya menguji kejutan kembar sebagai mix faktor kejutan eksternal bersumber dari harga minyak dunia dan nilai tukar riil. Kejutan harga minyak diperoleh dari hasil perhitungan antara harga minyak aktual dengan harga minyak ekspektasi, demikian halnya dengan kejutan nilai tukar riil yang diperoleh dari hasil perhitungan antara nilai tukar riil aktual dengan nilai tukar riil ekspektasinya.
28
Dalam menguji faktor kejutan, penelitian ini tidak mengesampingkan teori yang ada sebagai landasan berfikir karena metode yang digunakan dapat mengakomodasi
tujuan
penelitian.
Metode
penelitian
ini
menggunakan
pendekatan kointegrasi dan model koreksi kesalahan atau error correction model (ECM) sebagaimana metode ini dikembangkan oleh Insukindro (1998) untuk menguji variabel shock pada hubungan jangka pendek variabel – variabel yang berkointegrasi,dinamakan I-ECM. Lebih lanjut, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran dan solusi bagi pemerintah dalam menentukan arah kebijakan pengelolaan energi yang berkelanjutan agar dapat mengurangi tekanan eksternal karena ketergantungan akan impor minyak mentah terhadap negara lain.
29