BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi
revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan sebagai alat pertanggung jawaban kepada pemilik modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal. Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan melakukan eksploitasi sumber- sumber alam dan masyarakat sosial secara tidak terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya mengganggu kehidupan manusia. Pada saat banyak perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena itu muncul pula kesadaran untuk mengurangi dampak negatif ini. Banyak perusahaan swasta kini mengembangkan apa yang disebut Corporate Social ResponsibilityDisclousure (CSRD). Penerapan CSRD tidak lagi dianggap sebagai cost, melainkan investasi perusahaan (Erni, 2007 dalam Sutopoyudo, 2009). Corporate Social responsibility Disclousure saat ini bukan bersifat sukarela/ komitmen yang dilakukan perusahaan dalam mempertanggungjawabkan kegiatan perusahaannya, melainkan bersifat wajib/ menjadi kewajiban bagi beberapa perusahaan untuk melakukan atau menerapkannya. Hal ini diatur dalam UndangUndang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas menyatakan : (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL). (2) TJSL merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaanya dilakukan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan www.hukumonline.com. Dengan adanya ini, perusahaan khususnya perseroan
terbatas yang bergerak di bidang dan atau berkaitan dengan sumber daya alam harus melaksanakan tanggung jawab sosialnya kepada masyarakat. Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat didalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH) Pasal 41 ayat (1) yang menyatakan: “Barang siapa yang melawan hukum dengan sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah”. Selanjutnya, pasal 42 ayat (1) menyatakan: “Barang siapa yang karena kealpaanya melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling banyak seratus juta rupiah” (Sutopoyudo, 2009). Untuk lebih jelasnya mengenai perbedaan penelitian penulis dengan penelitian terdahulu disajikan dalam Tabel 1.1 sebagai berikut: Tabel 1.1 Persamaan dan Perbedaan Peneliti dengan Peneliti Penulis No.
Peneliti,
Judul
Persamaan
Perbedaan
Simpulan
Sumber
Tahun. Tempat 1.
Wieke
Pengaruh
Variabel
Variabel
Coerporate
Skripsi
Fricianty
Corporate
penelit: CSR
penelitian:
Social
Universitas
(2013) studi
Governance
nilai
Good
Responsibility
Siliwangi
kasus di BEI
dan Corporate
perusahaan
Governance
yang
diukur
Social
dengan
indek
Responsibility
pengungkapan
terhadap nilai
secara
perusahaan.
berpengaruh
parsial
tidak signifikan terhadap perusahaan.
nilai
2.
Novi
Pengaruh
Variabel
Variabel
Besarnya
Skripsi
Resturiyani
pengungkapan
penelitian:
penelitian:
pengaruh
Universitas
(2012)
CSR terhadap
CSR
Pengungkap
pengungkapan
pasundan
Kinerja
an
Corporate
Bandung
Keuangan
kinerja
Social
perusahaan
Responsibility
CSR,
(CSR) terhadap kinerja keuangan sebesar
16,3%
sedangkan sisanya
83,7%
merupakan pengaruh
dari
faktor-faktor lain seperti likuiditas, solvabilitas, dan stabilitas ekonomi
yang
mempengaruhi kinerja keuangan. 3.
Rica
Pengaruh
Variabel
Variabel
Pengaruh
Oktaviana
Good
penelitian:
penelitian:
disclousure
Universitas
(2013)
Corporate
CSR
Good
secara
Siliwangi
Governance
Corporate
terhadap
dan Corporate
Governance
profitabilitas
Social Responsibility Disclousure Terhadap
CSR
parsial
pada perusahaan
Skripsi
Profitabilitas 4.
Dewa
Pengaruh CSR
Variabel
Variabel
Semakin tinggi
Universitas
Sancahya
terhdap
Penelitian:
Penelitian:
biaya CSR yang
Sebelas
Nistantya
Profitanilitas
CSR,
Nilai
dikeluarkan,
Maret
(2010)
Perusahaan
Profitabilitas
Perusahaan
menjadikan
Surakarta
hubungan perusahaan dengan masyarakat sekitar
dan
lingkungan yang juga
sebagai
konsumen perusahaan akan semakin
baik,
hal
ini
memungkinkan terjadinya peningkatan penjualan (Januarti, 2005). 5.
Danu
Pengaruh CSR
Variabel
Variabel
CSR
Universitas
Candra
Terhadap
Penelitian:
Penelitian:
berpengaruh
Diponegoro
Irawan
Kinerja
CSR
Kinerja
tidak signifikan
(2011)
Peusahaan
Perusahaan
terhadap kinerja perusahaan
Widia
Pengaruh Corporate Social Responsibility
Maulida
Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai variabel Moderating. Studi kasus pada
(2015)
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Disclousure Terhadap Nilai
Berdasarkan fenomena dan penelitian terdahulu yang telah penulis uraikan pada bagian sebelumnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“PENGARUH
CORPORATE
SOCIAL
RESPONSIBILITY
DISCLOUSURE
DAN
PROFITABILITAS
TERHADAP
NILAI
PERUSAHAAN” (Sensus Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia). 1.2
Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan yang akan disrumuskan
penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Corporate Sosial Responsibility Disclousure terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 2. Bagaimana pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 3. Bagaimana pengaruh Corporate Sosial Responsibility Disclousure dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 1.3
Tujuan Penelitiaan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Mengetahui
Corporate
Sosial
Responsibility
Disclousure
Nilai
Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 2. Mengetahui Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 3. Corporate Sosial Responsibility Disclousure dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 1.4
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat/ kegunaan antara lain: 1. Bagi
perusahaan,
dapat
memberikan
sumbangan
pemikiran
tentang
pentingnya pertanggungjawaban sosial perusahaan yang diungkapkan di dalam laporan yang disebut sustainability reporting dan sebagai pertimbangan
dalam
pembuatan
kebijakan
perusahaan
untuk
lebih
meningkatkan
kepeduliannya pada lingkungan sosial. Bagi perusahaan, dapat juga memberikan
gambaran
mengenai
pentingnya
tanggungjawab
sosial
perusahaan, sehingga pemerintah dapat menindaklanjuti pengesaha UU PT, dengan mewajibkan semua perusahaan di Indonesia untuk melaksanakan tanggungjawab sosialnya. 2. Bagi investor, akan memberikan wacana baru dalam mempertimbangkan aspek- aspek yang perlu diperhitungkan dalam investasi yang tidak terpaku pada ukuran- ukuran moneter. 3. Bagi masyarakat, akan memberikan stimulus secara proaktif sebagai pengontrol atas perilaku- perilaku perusahaan dan semakin meningkatkan kesadaran masyarakat akan hak- hak yang harus diperoleh. 4. Bagi lembaga- lembaga pembuat peraturan/ standar, misalnya Bapepam, IAI dan sebagainya, hasil penelitian ini dapat dugunakan sebagai bahan pertimbangan bagi penyusunan standar akuntansi lingkungan dan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas standar dan peraturah yang sudah ada. 5. Bagi penulis, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan serta untuk malihat bagaimana pengaruh Corporate Sosial Responsibility Disclousure dalam nilai perusahaan. 1.5
Lokasi dan Waktu Penelitian
1.5.1 Lokasi penelitian Lokasi penelitian di Bursa Efek Indonesia sedangkan memperoleh data untuk menunjang penelitian ini adalah dari website Bursa Efek Indonesia www.idx.com. 1.5.2 Waktu Penelitian Jadwal penelitian penulis akan dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan September. BAB II TUJUAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1
Tinjauan Pustaka
2.1.1 Corporate Sosial Responsibility Disclousure Pertanggungjawaban sosial perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility Disclousure (CSRD) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan perhatian terhadap lingkingan dan sosial kedalam operasinya dan interaksinya dengan stakeholder, yang melebihi tanggungjawab organisasi di bidang hukum (Darwin, 2004 dalam Anggraini, 2006). 2.1.2
Pengertian Corporate Sosial Responsibility Disclousure Menurut The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD)
menyatakan bahwa : “Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan didefinisikan sebagai komitmen bisnis untuk memberikan kontribusi bagi pembangunan ekonomi berkelanjutan, melalui kerja sama dengan para karyawan serta perwakilan mereka, keluarga mereka, komunitas setempat maupun masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan.”
Pertanggungjawaban sosial perusahaan diungkapkan didalam laporan yang disebut Sustainability Reporting. Sustainability Reporting adalah pelaporan mengenai kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan produknya di dalam konteks pembangunan berkelanjutan (Sustainable development). Sustainability Reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi, lingkungan dan sosial terhadap kinerja organisasi (ACCA, 2004 dalam Anggraini, 2006). Sustainability Report harus menjadi dokumen strategik yang berlevel tinggi yang menerapkan isu, taantangan dan peluang Sustainability development yang membawanya menuju kepada core bisiness dan sektor industrinya. Berkaitan dengan pelaksanaan Corporate Social Responsibility Disclousure, perusahaan bisa dikelompokan ke dalam beberapa kategori. Meskipun cenderung menyederhanakan realitas, tipologi ini menggambarkan kemampuan dan komitmen
perusahaan dalam menjalankan Corporate Social Responsibility Disclousure. Pengkategorian dapat memotivasi perusahaan dalam mengembangkan program Corporate Social Responsibility Disclousure, dan dapat pula dijadikan cermin dan guideline untuk menentukan model Corporate Social Responsibility Disclousure yang tepat (Suharto, 2007). Dengan menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada delapan kategori perusahaan. Perusahaan ideal memiliki kategori reformis dan progresif. Tentu saja dalam kenyataannya, kategori ini bisa saja saling bertautan. 1. Berdasarkan proporsi keuntungan perusahaan dan besarnya anggaran Corporate Social Responsibility Disclousure: a. Perusahaan minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran Corporate Social Responsibility Disclousure yang rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk kategori ini. b. Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi, namun anggaran Corporate Social Responsibility Disclousure -nya rendah. Perusahaan yang termasuk kategori ini adalah perusahaan besar, namun pelit. c. Perusahaan Humanis. Meskipun pfofit perusahaan rendah, proporsi anggaran Corporate Social Responsibility Disclousure -nya relatif tinggi. Perusahaan pada kategori ini disebut perusahaan dermawan atau baik hati. d. Perusahaan Reformis. Perusahaan ini memiliki profit dan anggaran Corporate Social Responsibility Disclousure yang tinggi, perusahaan seperti ini memandang Corporate Social Responsibility Disclousure bukan sebagai beban, melainkan sebagai peluang untuk lebih maju (Gambar 2.1). 2. Berdasarkan tujuan Corporate Social Responsibility Disclousure: apakah untuk promosi atau pembayaran masyarakat : a. Perusahaan
pasif.
Perusahaan
yang
menerapkan
Corporate
Social
Responsibility Disclousure tanpa tujuan jelas, bukan untuk promosi, bukan pula untuk pemberdayaan, sekedar melakukan kegiatan karitatif. Perusahaan seperti ini melihat promosi dan Corporate Social Responsibility Disclousure sebagai hal yang kurang bermanfaat bagi perusahaan.
b. Perusahaan Impresif. Corporate Social Responsibility Disclousure lebih diutamakan untuk promosi dari pada untuk pemberdayaa. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan “tebar pesona” dari pada “tebar karya”. c. Perusahaan Agresif. Corporate Social Responsibility Disclousure lebih ditujukan untuk pemberdayaan dari pada promosi. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan karya nyata dari pada tebar pesona. d. Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan Corporate Social Responsibility Disclousure untuk tujuan promosi dan sekaligus untuk pemberdayaan. Promosi dan Corporate Social Responsibility Disclousure dipandang sebagai kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu sama lain bagi kemajusn perusahaan.
Profit Perusahaan Perusahaan Ekonomis- Pelit
Perusahaan Reformasi – Maju
Perusahaan Minimalis- KecilLemah
Perusahaan Humanis – Baik Hati/ Dermawa Anggaran CSR
Gambar 2.1 Kategori Perusahaan Berdasarkan Profit Perusahaan dan Anggaran Corporate Social Responsibility Disclousure Sumber : Suharto (2007) Promosi
Gambar
2.2
Kategori
Perusahaan Impresif – Tebar Pesona
Perusahaan Progresif – Tebar Pesona dan Karya
Perusahaan Pasif – Tidak Tebar Pesona dan Karya
Perusahaan Agresif – Tebar Karya Pemberdayaan
Perusahaan
Berdasarkan
Responsibility Disclousure Sumber : Suharto (2007)
Tujuan
Corporate
Social
2.1.3 Manfaat Corporate Social Responsibility Disclousure Pada dasarnya dengan menerapkan Corporate Social Responsibility Disclousure ada banyak manfaat yang akan diterima. Ini sebagaimana di ungkapkan oleh Suhandari M.P bahwa manfaat Corporate Social Responsibility Disclousure bagi perusahaan antara lain (Irham, 2013 : 83): 1.
Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra perusahaan.
2.
Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara social
3.
Mereduksi resiko bisnis perusahaan
4.
Melebarkan akses sumberdaya bagi operasional usaha
5.
Membuka peluang pasar yang lebih luas
6.
Merreduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah
7.
Memperbaiki hubungan legulator
8.
Memperbaiki hubungan dengan stakeholders
9.
Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan
10. Peluang mendapatkan penghargaan. Manfaat lain yang dirasakan oleh perusahaan dengan menerapkan Corporate Social Responsibility Disclousure berdampak jangka panjang. Salah satunya jika ternyata perusahaan menemukan potensi lain di daerah tersebut maka masyarakat dan pemerintah disana akan dengan cepat mendukung keberadaan perusahaan tersebut. 2.1.4 Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Menurut Martin Freedman, dalam Henny dan Murtanto (2001) dalam Kuntari dan Sulistiyani (2007), ada tiga pendekatan dalam pelaporan konerja sosial, yaitu: 1. Pemeriksaan sosial (Social Audit) Pemeriksaan sosial mengukur dan melaporkan dampak ekonomi, sosial dan lingkungan dari program- program yang berorientasi sosial dari operasi- operasi yang dilakukan perusahaan. Pemeriksaan sosial dilakukan dengan membuat suatu daftar aktivitas- aktivitas perusahaan yang memiliki koneksi sosial, lalu auditor sosial akan mencoba mengestimasi dan mengukur dampak- dampak yang ditimbulkan oleh aktivitas- aktivitas tersebut.
2. Laporan Sosial (Social Report) Berbagai alternatif format laporan untuk menyajikan laporan analisis telah diajukan oleh para akademis dan praktisioner. Pendekatan- pendekatan yang dapat dipakai oleh perusahaan untuk melaporkan aktivitas- aktivitas pertanggungjawaban sosialnya ini dirangkum oleh Dilley dan Weygandt menjadi empat kelompok sebagai berikut (Henry dan Muranto, 2001 dalam Kuntari dan Sulistyani, 2007) : a.
Inventory Approach Perusahaan mengkomplikasikan dan mengungkapkan sebuah daftar yang
komprehensif dari aktivitas- aktivitas sosial perusahaan. Daftar ini harus memuat semua aktivitas sosial perusahaan baik yang bersifat positif maupun negatif. b.
Cost Approach Perusahaan membuat daftar aktivitas- aktivitas sosial perusahaan dan
mengungkapkan jumlah pengeluaran pada masing- masing aktivitas tersebut.
c.
Program Management Approach Perusahaan
tidak
hanya
mengungkapkan
aktivitas-
aktivitas
pertanggungjawaban sosial tetapi juga tujuan dari aktivitas tersebut serta hasil yang telah dicapai oleh perusahaan sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan itu. d.
Cost Benefit Approach Perusahaan mengungkapkan aktivitas- aktivitas yang memiliki dampak sosial
serta biaya dan manfaat dari aktivitas tersebut. Kesulitan dalam penggunaan pendekatan ini adalah adanya kesulitan dalam mengukur biaya dan manfaat sosial yang diakibatkan oleh perushaan terhadap masyarakat. 3. Pengungkapan Sosial dalam Laporan Tahunan (Disclousure In Annual Report) Pengungkapan sosial adalah pengungkapan informasi tentang aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan sosial perusahaan. Pengungkapan sosial dapat dilakukan melalui berbagai media antara lain laporan tahunan, laporan
interim/ laporan sementara, prospektur, pengumuman kepada bursa efek atau melalui media masa. Perusahaan cenderung untuk mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan aktivitasnya dan dampak yang ditimbulkan oleh perusahaan tersebut. Gray, et al., dalam Florence, et al., 2004 menyebutkan ada tiga studi, yaitu : a.
Decision Usefulness Studies Belkaoui (1989) dalam Anggraini (2006) mengungkapkan bahwa perusahaan
yang melakukan aktivitas sosial dan mengungkapkannya dalam laporan keuangan . sehingga dari studi- studi yang dilakukan oleh para peneliti yang mengemukakan pendapat ini menentukan bukti bahwa informasi sosial dibutuhkan oleh para pemakai laporan keuangan. Para analis, banker dan pihak lain yang dilibatkan dalam penelitian tersebut diminta untuk pemeringkatan terhadap informasi akuntansi. Informasi akuntansi tersebut tidak terbatas pada informasi tradisiaonal yang telah dinilai selama ini, namun juga informasi yang lain yang relatif baru dalam wacana akuntansi sosial perusahaan pada posisi yang moderately important. b.
Economic Theory Studies Studi ini menggunakan agency theory dimana menganalogikan manajemen
sebagai agen dari suatu prinsipal. Lazimnya, prinsipal diartikan sebagai pemegang saham atau tradisional user lain. Namun, pengertian prinsipal tersebut meluas menjadi seluruh interst group perusahaan yang bersangkutan. Sebagai agen, manajemen akan berupaya mengoperasikan perusahaan sesuai dengan keinginan publik. c.
Social and Political Theory Studies Studi di bidang ini menggunakan teori stakeholder, teori legitimasi organisasi
dan teori ekonomi publik. Teori stakeholder mengasumsikan bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder. Pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudit (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu). Darwin (2004) dalam Angraini (2006)
mengatakan bahwa
Corporate Social Responsibility terbagi menjadi 3 kategori yaitu ekonomi, kinerja lingkungan dan kinerja sosial. Sedangkan dalam penelitian ini mengidentifikasi halhal yang berkaitan dengan pelaporan sosial perusahaan berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative). Global Reporting Inititive (GRI) adalah sebuah jaringan berbasis organisasi yang telah mempelopori perkembangan dunia, paling banyak menggunakan kerangka laporan keberlanjutan dan berkomitmen untuk terusmenurus
malakukan
perbaikan
dan
penerapan
di
seluruh
dunia
www.globalreporting.org. daftar pengungkapan sosial yang berdasrkan standar GRI juga pernah digunakan oleh Dahli dan Siregar (2008), peneliti ini menggunakan 6 indikator pengungkapan yaitu : ekonomi, lingkungan, tenaga kerja, hal asasi manusia, sosial dan produk. Indikator- indikator yang terdapat di dalam GRI yang digunakan dalam penelitian yaitu: 1. Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator) 2. Indikator Kinerja Lingkungan (economic performance indicator) 3. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator) 4. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human right performance indicator) 5. Indikator Kinerja Social (social performance indicator) 6. Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator) Saat ini mayoritas multinasional yang bergerak dalam beberapa sektor yang mengumumkan laporan mengenai dampak yang ditimbulkan terhadap ekonomi, sosial dan lingkungan, sehingga standar GRI lebih fokus pada 3 pengungkapan (Dwi Kartini, 2009 : 26) yaitu:
1. Dimensi Ekonomi Indikator dimensi ekonomi, yaitu :
Kinerja ekonomi, menunjukan aktivitas perusahaan
Interaksi antara perusahaan dengan pasar (Interaksi Pasar)
Pengaruh ekonomi tak langsung
Dimensi keuangan merupakan hal yang mendasar untuk memahami organisasi dan berkelanjutannya (Dwi Kartini, 2009 : 28). 2. Dimensi Sosial Indikator sosial yakni meliputi hak azasi manusia, praktek tenaga kerja, masyarakat, dan tanggungjawab atas produk (Dwi Kartini, 2009 : 30). 3. Dimensi Lingkungan Dimensi lingkungan menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada kehidupan didalam sistem alam, termasuk ekosistem, tanah, udara dan air. Indikator kerja sosial terkait dengan inout (bahan baku, energy, air) dan output (emisi/ gas, limbah sungai, limbah kering/ sampah) (Dwi Kartini, 2009 : 34). 2.1.5
Jenis program Corporate Social Responsibility Disclousure Kotler dan Lee dalam buku “Corporate Social Responsibility Disclousure :
Doing The Most Good for Your Company ” (2005) menyebutkan beberapa kategori aktivitas Corporate Social Responsibility Disclousure : 1. Promosi Kegiatan Sosial (Cause Promotion) Pada aktivitas Corporate Social Responsibility Disclousure ini perusahaan menyediakan dana atau sumber daya lainnya yang dimiliki perusahaan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap suatu kegiatan sosial atau untuk mendukung pengumpulan dana, partisipasi dari masyarakat atau perekrutan tenaga sukarela untuk suatu kegiatan tertentu. Fokus utama dari kategori aktivitas Corporate Social Responsibility Disclousure ini adalah komunikasi persuasif, dengan tujuan menciptakan kesadaran masyarakat terhadap suatu masalah sosial. 2. Pemasaran Terkait Pemasaran Sosial (Cause Related Marketing) Pada aktivitas Corporate Social Responsibility Disclousure ini perusahaan memiliki komitmen untuk menyumbangkan presentase tertentu dari penghasilannya untuk suatu kegiatan sosial berdasarkan besarnya penjualan produk. Kegiatan ini biasanya didasarkan kepada penjualan produk tertentu, untuk jangka waktu tertentu
serta untuk aktivitas derma tertentu. Untuk konteks Indonesia, pelaksanaann cause related marketing terutama ditujukan untuk kegiatan beasiswa, penyediaan air bersih, pemberian layanan kesehatan, pengembangan usaha kecil dan menengah. 3. Pemasaran Kemasyarakatan Korporasi (Corporate social Marketing) Corporate social marketing ini dilakukan perusahaan dengan tujuan untuk mengubah perilaku masyarakat (behavioral changes) salam suatu issue tertentu. Aktivitas Corporate Social Responsibility Disclousure ini adalah untuk mendorong perubahan perilaku yang berkaitan dengan:
a. Bidang Kesehatan (healt issues) Kampanye Corporate social marketing yang dilakukan perusahaan dilakukan bertujuan untuk mengubah perilaku msayarakat yang memiliki dampak bagi kesehatan mereka. Misalnya : mengurangi kebiasaan meroko, HIV/ AIDS, kanker eating disorders, dll. b. Bidang Keselamatan (injury prevention issues) Bidang ini mencakup keselamatan lalu lintas, pencegahan dari kejahatan, pencegahaan
dari
pembajakan.
Misalnya
:
keselamatan
berkendara,
pengurangan peredaran senjata api, dll c. Bidang Lingkungan (environmental issues) Kampanye Corporate social marketing yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk mengubah perilaku masyarakat agar meninggalkan berbagai perilaku yang merusak lingkungan, misalnya : konservasi air, polusi, pengurangan penggunaan pestisida. d. Bidang Masyarakat (community involvement issues) Kampanye Corporate social marketing yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk mengubah perilaku orang agar mereka lebih terlibat dalam kegiatan sosial
masyarakat.
Misalnya
:
memberikan
suara
menyumbangkan darah, perlindungan hak- hak binatang, dll
dalam
pemilu,
4. Kegiatan Filatropi Perusahaan (Corporate philathropy) Corporate philathropy mungkin merupakan bentuk CSRD yang paling tua. Pada aktivitas CSRD ini perusahaan memberikan sumbangan langsung dalam bentuk derma untuk kalangan masyarakat tertentu. Sumbangan tersebut biasanya berbentuk pemberian uang secara tunai, bingkisan/ paket bantuan atau pelayanan secara CumaCuma. Corporate philathropy yang dilaksanakan perusahaan antara lain : a. Sumbangan uang tunai, misalnya : memberikan beasiswa kepada anakanak kurang mampu. b. Pemberian produk c. Pemberian layanan Cuma- Cuma d. Mengijinkan penggunaan fasilitas dan saluran distribusi yang dimiliki perusahaan untuk digunakan bagi kegiatan sosial. e. Menawarkan penggunaan peralatan yang dimiliki oleh perusahaan. 5. Pekerjaan
Sosial
Kepada
Masyarakat
Secara
Sukarela
(Community
Volunteering) Pada aktivitas Corporate Social Responsibility Disclousure ini perusahaan mendukung dan mendorong para karyawan, rekan pedagang eceran atau para pemegang franchise agar menyisihkan waktu dan tenaga mereka secara sukarela guna membantu organisasi- organisasi masyarakat lokal maupun masyarakat yang menjadi sasaran program. 2.1.6 Teori Stakeholder Konsep tanggung jawab sosial perusahaan telah mulai dikenal sejak awal 1970an, yang secara umum dikenal dengan stakeholder theory artinya sebagai kumpulan kebijakan dan praktik yang berhubungan dengan stakeholder, nilai- nilai, pemenuhan ketentuan hukum, penghargaan masyarakat dan lingkungan, serta komitmen dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan secara berkelanjutan. Stakeholder theory dimulai dengan asumsi bahwa nilai (value) secara eksplisit dan tak dipungkiri merupakan bagian dari kegiatan usaha. (Freeman, et al. 2002 dalam Waryani, 2009).
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Tanggung jawab sosial perusahaan tindakan memaksimalkan laba untuk kepentingan pemegang saham (stakeholder), namun lebih luas lagi bahwa kesejahteraan yang dapat diciptakan oleh perusahaan sebetulnya tidak terbatas kepada kepentingan pemegang saham, tetapi juga untuk kepentingan stakeholder, yaitu semua pihak yang mempunyai keterkaitan atau klaim terhadap perusahaan (Untung, 2006 dalam Waryanti, 2009). Mereka adalah pemasok, pelanggan, pemerintah, masyarakat lokal, investor, kaaryawan, kelompok politik, dan asosiasi perdagangan. Seperti halnya pemegang saham yang mempunyai hak terhadap tindakan- tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan, stakeholder juga mempunyai hak terhadap perusahaan. (Waryanti, 2009). Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan untuk mempengaruhi pemakaian sumber- sumber ekonomi yang digunakan perusahaan. Oleh karena itu power stakeholder ditentukan oleh besar kecilnya power yang dimiliki stakeholder atas sumber tersebut (Ghozali dan Chariri, 2007). Power tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap media yang berpangaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan (Deegan, 2000 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Oleh karena itu, “ketika stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting bagi perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara- cara yang memuaskan keinginan stakeholder” (Ullmsn 1982, hal. 552 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Atas dasar argument diatas, teori stakeholder umumnya berkaitan dengan cara- cara yang digunakan perusahaan untuk memanage stakeholder (Gray, et al.,
1997 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Cara- cara yang dilakukan perusahaan untuk memanage stakeholder tergantung pada stategi yang diadopsi perusahaan (Ullman, 1985 dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Organisasi dapat mengadopsi strategi aktif atau pasif. Ullman (1985) dalam Ghozali dan Chariri, (2007) mengatakan bahwa stategi aktiv adalah apabila perusahaan berusaha mempengaruhi hubungan organisasinya dengan stkeholder yang dipandang berpengaruh/ penting. Sedangkan perusahaan yang mengadopsi strategi pasif cenderung tidak memonitor aktivitas stakeholder dan secara sengaja tidak mencari strategi optimal untuk menarik perhatian stakeholder adalah rendahnya tingkat pengungkapan informasi sosial dan rendahnya kinerja sosial perusahaan. Program Corporate Social Responsibility Disclousure bukan program pemaksaan tapi bentuk rasa kesetiakawanan terhadap sesama umat manusia, yaitu membantu melepaskan pihak- pihak dari berbagai kesulitan yang dialaminya. Dampak negatif perusahaan terhadap lingkungan sekitar mengakibatkan hilangnya kepercayaan masyarakat. Untuk meminimalisir dampak negatif ini adalah dengan mengungkapkan informasi- informasi mengenai operasi perusahaan
sehubungan
dengan lingkungan sebagai tanggungjawab perusahan. 2.2
Nilai Perusahaan Nilai perusahaan merupakan landasan moral dalam mencapai visi dan misi
perusahaan. Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaan, suatu perusahaan akan berusaha untuk memaksimalkan nilai perusahaannya. Nilai perusahaan yang universal antara lain adalah terpercaya, adil dan jujur. Pengertian Nilai Perusahaan menurut Agus Susanto dalam Riak Susanti (2001 : 487) dan Retno (2012) yaitu sebagai berikut: “Nilai jual perusahaan sebagai suatu bisnis yang sedang beroperasi. Adanya kelebihan jual diatas likuiditas adalah nilai dari organisasi manajemen yang menjalankan perusahaan itu. ”
Nilai perusahaan merupakan kondisi tertentu yang telah dicapai oleh perusahaan sebagai gambaran dari kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan setelah melalui suatu proses kegiatan selama beberapa tahun, yaitu sejak perusahaan tersebut didirikan sampai dengan saat ini. Meningkatkan nilai perusahaan adalah sebuah prestasi, yang sesuai dengan keinginan para pemiliknya, karena dengan meningkatnya nilai perusahaan, maka kesejahteraan para pemilik juga akan meningkat. Nilai perusahaan sangat penting karena dengan nilai perusahaan yang tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (BringhamGapensi, 1996). Semakin tinggi harga saham semakin tinggi pula nilai peruhaan. Nilai perusahaan yang tinggi menjadi keinginan para pemilik perusahaan, sebab dengan nilai yang tinggi menunjukan kemakmuran pemegang saham juga tinggi. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga pasar dari saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan (financing), dan manajemen aset. Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008), karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris (Nurlela dan Islahuddin, 2008). Samuel (2000) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008) menjelaskan bahwa enterprise value (EV) atau dikenal juga sebagai firm value (nilai perusahaan) merupakan konsep penting bagi investor, karena merupakan indikator bagi pasar menilai perusahaan secara keseluruhan. Sedangkan Wahyudi (2005) dalam Nurlela dan Islahuddin (2008) menyebutkan bahwa nilai perusahaan merupakan harga yang bersedia dibayar oleh calon pembeli andai perusahaan tersebut dijual. Dalam penilaian perusahaan terkandung unsur proyeksi, asuransi, perkiraan, dan judgment. Ada beberapa konsep dasar penilaian yaitu : nilai ditentukan untuk
suatu waktu atau periode tertentu; nilai harus ditentukan pada harga yang wajar; penilaian tidak dipengaruhi oleh kelompok pembeli tertentu. Secara umum banyak metode dan teknik yang telah dikembangkan dalam penilaian perusahaan, di antaranya adalah : a) pendekatan laba antara lain metode rasio tingkat laba atau price earning ratio, metode kapitalisasi proyeksi laba; b) pendekatan arus kas antara lain metode diskonto arus kas; c) pendekatan dividen antara lain metode pertumbuhan dividen; d) pendekatan aktiva antara lain metode penilaian aktiva; e) pendekatan harga saham; f) pendekatan economic value added (Suharli, 2006). Pada dasarnya tujuan manajemen keuangan adalah memaksimumkan nilai perusahaan. Akan tetapi di balik tujuan tersebut masih terdapat konflik antara pemilik perusahaan dengan penyedia dana sebagai kreditur. Jika perusahaan berjalan lancar, maka nilai saham perusahaan akan meningkat, sedangkan nilai hutang perusahaan dalam bentuk obligasi tidak terpengaruh sama sekali. Jadi dapat disimpulkan bahwa nilai dari saham kepemilikan bisa merupakan indeks yang tepat untuk mengukur tingkat efektifitas perusahaan. Berdasarkan alasan itulah, maka tujuan manajemen keuangan dinyatakan dalam bentuk maksimalisasi nilai saham kepemilikan perusahaan, atau memaksimalisasikan harga saham. Tujuan memaksimumkan harga saham tidak berarti bahwa para manajer harus berupaya mencari kenaikan nilai saham dengan mengorbankan para pemegang obligasi. Herwidayatmo mengatakan nilai perusahaan dapat dilihat melalui nilai pasar atau nilai buku perusahaan dari ekuitasnya. Ia menambahkan dalam neraca keuangan, ekuitas menggambarkan total modal perusahaan. Selain itu, nilai pasar bisa menjadi ukuran nilai perusahaan. Penilaian terhadap perusahaan tidak hanya mengacu pada nilai nominal. Menurutnya kondisi perusahaan mengalami banyak perubahan setiap waktu secara signifikan. Sebelum krisis nilai perusahaan dan nominalnya cukup tinggi. Tapi setelah krisis kondisi perusahaan merosot sementara nilai nominalnya tetap (Tempointeraktif.com, dalam Kurniawan, 2008). Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari harga sahamnya.
Jika nilai sahamnya tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik. Karena tujuan utama perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham (Gapensi, 1996 dalam Wahidahwati, 2002). 2.2.1 Jenis- jenis Nilai Terdapat beberapa konsep nilai yang satu sama lainya terkadang cukup sulit dibedakan. Jenis- jenis nilai antara lain: a. Nilai Nominal Yaitu, nilai yang tercantum secara formal dalam anggaran dasar perseroan, disebutkan secara eksplisit dalam neraca perusahaan, dan juga ditulis jelas dalam surat saham kolektif. b. Nilai Pasar Sering disebut kurs adalah harga yang terjadi dari proses tawarmenawar dipasar saham. Nilai ini hanya bisa ditentukan jika saham perusahaan dijual di perusahaan. c. Nilai Intrinsik Merupakan nilai yang mengacu pada perkiraan riil suatu perusahaan. Nilai perusahaan dalam konsep nilai intrinsik ini bukan sekedar harga dari sekumpulan aset, melainkan nilai perusahaan sebagai entitas bisnis yang memiliki kemampuan menghasilkan keuntungan di kemudian hari. d. Nilai Buku Adalah nilai perusahaan yang dihitung dengan dasar konsep akuntansi. e. Nilai Likuiditas Adalah nilai jual seluruh aset perusahaan setelah dikurangi semua kewajiban yang harus dipenuhi. Nilai sisa itu merupakan bagian para pemegang saham. Nilai pada perusahaan mengandung unsur perkiraan, proyeksi, dan judgement. Ada beberapa konsep dasar mengenai nilai perusahaan yaiyu : 1) nilai di tentukan untuk suatu waktu atau periode tertntu, 2) nilai di tentukan dengan nilai yang wajar,
3) penilaian tidak di pengaruhi sekelompok pembeli. Penilaian perusahaan di tentukan oleh seorang penilai memandang pada sudut penilaian tertentu. Adapun faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan (Roni, 2012), di antarnya: a. Kebijakan deviden b. Profitabilitas perusahaan c. Leverage perusahaan. 2.3
Profitabilitas Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas
kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas (Heinze, 1976 dalam Florence, et al., 2004). Pendapat lain menyebutkan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan salah satu indikator yang tercakup dalam informasi mengenai kinerja perusahaan jangka panjang. Hubungan
antara
profitabilitas
perusahaan
dengan
pengungkapan
tanggungjawab sosial telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial.sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaaan maka senakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman & Haire, 1978 dan Preston, 1978, Hackston & Milne, 1996 dalam Anggraini, 2006). Pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan mencerminkan suatu pendekatan adaptive dalam menghadapi lingkungan yang dinamis dan multidimensional serta kemampuan untuk mempertemukan tekanan sosial dengan reaksi kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, keterampilan manajemen perlu dipertimbangkan untuk survive dalam lingkungan perusahaan masa kini (Cowen, et al., 1987 dalam Florence, et al., 2004). Sartono (2001:119) mendefinisikan profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva produktif maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin besar profitabilitas
berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin besarnya profitabilitas. Rasio profitabilitas terdiri atas Profit Margin, Basic Earning Power, Return On Assets, dan Return On Equity. Menurut Petronila dan Mukhlasin (2003) dalam Wahidahwati (2002) profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti : laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/ aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Profitabilitas suatu dapat diukur dengan menghubungkan antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan dengan kekayaan atau assets yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan tersebut (Drs. S. Munawar, 1979 : 86). Profitabilitas perusahan dapat dilihat dari penyajian laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan gambaran dari suatu perusahaan pada waktu tertentu (biasanya ditunjukkan dalam periode atau siklus akuntansi), yang menunjukkan kondisi keuangan yang telah dicapai suatu perusahaan dalam periode tertentu. Dengan kata lain, laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, yaitu merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Menurut Munawir (2000:31) “Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan.” Keuntungan yang layak dibagikan kepada pemegang saham adalah keuntungan setelah bunga dan pajak. Semakin besar keuntungan yang diperoleh smakin besar kemampuan perusahaan untuk mambayarkan dividennya. Para manajer tidak hanya mendapatkan dividen, tapi juga akan memperoleh power yang lebih
besar dalam menentukan kebijakan perusahaan. Dengan demikian semakin besar dividen (dividen payout) akan semakin menghemat biaya modal, disisi lain para manajer (insider) menjadi meningkat powernya bahkan bisa meningkatkan kepemilikannya akibat penerimaan deviden sebagai hasil keuntungan yang tinggi. Jadi profitabilitas menjadi pertimbangan penting bagi investor dalam keputusan investasinya.
2.3.1 Tobin Q Menurut Pasternack dan Rosenberg (2002) dalam Dian (2008) : “Tobin’s Q is specified as the ratio of the firm value devided by the replacement value of assets, use the narket value of the firm’s equity added with the book value of the debt as a measure of the firm value, and the book value af asset.” Tobin’s Q merupakan salah satu rasio keuangan yang digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar perusahaan (Wannerfield, dkk 1988). Rasio Tobin’a Q memasukan semua unsur hutang dan modal saham perusahaan, tidak hanya saham biasa dan tidak hanya ekuitas perusahaan yang di masukan namun seluruh asset perusahaan. Pengukuran nilai perusahaan menggunakan Tobin’s Q yang di kembangkan oelh White at al, 2002. Tobin’s Q diukur dengan rumus: Q= EMV (equaty market value) ditentukan oleh lembar saham dan harga penutup saham di pasar, sedangkan EBV (equity book value) ditentukan dari seluruh asset perusahaan. 2.4
Kerangka Pemikiran Irham (2013 : 81) mendefinisikan Corporate Social Responsibility sebagai
berikut :
“Corporate Social Responsibility adalah komoitmen perusahaan atau dunia bisnis untuk berkontribusi dalam pengembangan ekonomi yang berkelanjutan dengan memperhatikan tanggungjawab perusahaan dan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan.”
Indikator dari Corporate Social Responsibility Disclousure adalah jumlah pengungkapan Corporate Social Responsibility Disclousure dan jumlah yang harus diungkapkan. Terdapat 5 indikator yang harus diungkapkan sebagai indikator keberhasilan Corporate Social Responsibility Disclousure, yaitu: a. Indikator kinerja ekonomi Indikator Kinerja Ekonomi (economic performance indicator). b. Indikator Kinerja Lingkungan (environment performance indicator). c. Indikator Kinerja Tenaga Kerja (labor practices performance indicator). d. Indikator Kinerja Hak Asasi Manusia (human rights performance indicator). e. Indikator Kinerja Sosial (social performance indicator). f. Indikator Kinerja Produk (product responsibility performance indicator). Pengertian Nilai perusahaan menurut Agus Santono (2001 : 487) dalam Retno (2012) yaitu sebagai berikut : “Peluang investasi menunjukan sinyal positif tentang pertumbuhan aset perusahaan di waktu yang akan datang, sehingga meningkatkan harga saham, jumlah saham yang beredar, nilai buku dari total hutang, dan nilai buku dari total aktiva merupakan indikator nilai perusahaan.” Suatu perusahaan dikatakan mempunyai nilai yang baik jika kinerja perusahaan juga baik. Nilai perusahaan dapat tercermin dari hargasahamnya, jika nilai saham tinggi bisa dikatakan nilai perusahaannya juga baik dan menjamin untuk kemakmuran para pemilik atau para pemegang saham.
Investor cenderung akan memilih untuk berinvestasi di perusahaan yang akan memberikan tingkat keuntungan yang lebih besar dengan tingkat resiko yang relatif seimbang. Apabila perusahaan mendapatkan keuntungan besar, maka akan memotivasi para investor untuk berinvestasi. Sehingga harga saham dan permintaan akan saham pun meningkat. Harga saham dan dan jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi nilai Tobin Q sebagai proksi nilai perusahaan. Jika harga saham dan jumlah saham yang beredar naim, maka nilai Tobin Q juga akan naik. Tobin Q yang bernilai lebih dari 1, menggambarkan bahwa perusahaan menghasilkan earning dengan tingkat return yang sesuai dengan harga perolehan asset- assetnya (Tobin dan Brainard, 1997). Tanggung jawab sosial Perusahaan merupakan tanggung jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanam modal untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan sesuai dengan lingkungan, nilai norma, dan budaya
masyarakat
setempat.
Corporate
Social
Responsibility Disclousure
merupakan salah satu strategi perusahaan dalam meningkatkan Image perusahaan kepada pihak eksternal. Dengan melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility Disclousure dapat menarik para investor untuk melakukan investasi dalam
perusahaan.
Dengan
melakukan
pengungkapan
Corporate
Social
Responsibility Disclousure diharapkan menjadi nilai plus untuk perusahaan, karena mayoritas konsumen akan meninggalkan suatu produk yang mempunyai citra buruk atau diberikan negative dan mempunyai produk yang memiliki citra baik. Hal ini akan mempengaruhi nilai perusahaan. Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya dan telaah pustaka, maka variabel yang terkait dalam penelitian ini dapat dirumuskan melalui suatu kerangka pemikiran sebagai berikut: Corporate Social Responsibility Disclousur (X₁)
Nilai Perusahaan (Y)
Profitabilitas (X₂) Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran UU Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan terbatas
Luas Luas Pengungkapan CSR 2008
Luas Pengungkapan CSR 2006 2.5 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, penulis merumuskan hipotesis penelitian yang akan diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Corporate Social Responsibility Disclousure berpengaruh tidak signifikan terhadap Nilai Perusahaan 2. Profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan 3. Corporate Social Responsibility Disclousure Profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan secara Eksternal dan Internal di perusahaan BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1
Objek Penelitian Menurut Sugiyono (2004 : 13) menjelaskan bahwa :
“Objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan reliable tentang suatu hal (Variable tertntu).”
Adapun yang menjadi objek penelitian adalah nilai perusahaan oleh Tobin Q sebagai variabel dependen, indeks Corporate Social Responsibility Disclousure sebagai variabel independen 1 dan Profitabilitas sebagai variabel independen 2. Untuk menghitung nilai perusahaan diperlukan data mengenai penutupan saham pertahun, jumlah saham beredar akhir tahun, toal uang, dan total modal dari masingmasing perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 3.1.1
Perusahaan Manufaktur Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan yang memproses bahan
mentah menjadi barang yang siap untuk dipasarkan (Dedy, 2012). Semua proses produksi yang dilakukan menggunakan berbagai alat modern. Pada pada perusahaan manufaktur tidak hanya memproduksi saja, melainkan melakukan marketing dan proses dagang. Sehingga perusahaan manufaktur dapat di kategorikan pada perusahaan dagang dengan tingkat yang lebih komplek.
3.1.2 Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang
dunia ke I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali pasar modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 3.1 [Desember
Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh
1912]
Pemerintah Hindia Belanda
[1914
–
Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I
–
Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di
1918] [1925
Semarang dan Surabaya
1942]
Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan [Awal tahun
Surabaya ditutup
1939] [1942
–
Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II
Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak
1952] [1956]
aktif [1956
–
Perdagangan di Bursa Efek vakum
1977] [10 Agustus
Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ
1977]
dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama19 Tahun 2008 tentang
Surat Berharga Syariah Negara [1977 –
Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
1987]
dibandingkan instrumen Pasar Modal [1987]
Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia
[1988 –
Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas bursa terlihat meningkat
1990] [2 Juni
Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan.
Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan
1988]
organisasinya terdiri dari broker dan dealer [Desember
Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang
1988]
memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal
[16 Juni
Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya
1989] [13 Juli
1995]
Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ
1992] [22 Mei
Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh
Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems)
[10
Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995
November
tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai
1995]
Januari 1996
[1995]
Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya
[2000]
Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia
[2002]
BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading)
[2007]
Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI)
[02 Maret 2009]
Peluncuran Perdana Sistem Perdagangan Baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG
3.1.2.1 Visi dan Misi bursa Efek Indonesia (BEI) VISI Menjadi bursa yang kompetetif dengan kredibilitas tingkat dunia. MISI Menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisien biaya serta penerapan Good Governance. 3.2
Metode Penelitian Metode penelitian meliputi prosedur dan cara melakukan pengolahan data
untuk menjawab dan memecahkan masalah penelitian termasuk menguji hipotesis sehingga memudahkan dalam membuat kesimpulan. Adapun metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode deskriptif dan metode korelasional. Metode deskriptif
yaitu metode penelitian yang menuturkan atau yang menggambarkan situasi pada masa sekarang, kemudian menganalisis serta menginterprestasikan data- data yang diperoleh dengan analisis tertentu. Menurut Sugiama (2008 ; 37) bahwa : “Riset deskriptif dapat dimaksudkan untuk meneliti suatu kelompok atau individu manusia, suatu set kondisi, suatu objek atau hal apapun pada masa sekarang”. Sedangkan metode korelasi adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui pengaruh dua variabel atau lebih (Rus Efandi, 2003 : 31). 3.2.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel
3.2.1.1 Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen, variabel independen, dan variabel moderating. 1. Variabel independen Variabel
independen
adalah
variabel
yang
menjelaskan
atau
mempengaruhi variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan variabel Corporate Social Responsibility Disclousure sebagai variabel independen.
2. Variabel dependen Variabel dependen adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen pada penelitian ini adalah nilai perusahaan. 3.2.2 1.
Definisi Operasional Variabel Variabel Independen Informasi mengenai Corporate Social Responsibility Disclousure (X₁)
berdasarkan standar GRI (Global Reporting Initiative). GRI terdiri dari 3 fokus pengungkapan, yaitu :
a.
Ekonomi Dimensi ekonomi menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada kondisi ekonomi dari stakeholder dan sistem ekonomi pada tingkat lokal, nasional, dan tingkat global. Indikator ekonomi menggambarkan:
Arus modal di antara berbagai pemangku kepentingan; dan
Dampak ekonomi utama dari organisasi seluruh masyarakat.
Kinerja keuangan merupakan hal yang mendasar untuk memahami organisasi dan keberlanjutannya. Akan tetapi, informasi ini biasanya sudah dilaporkan dalam laporan keuangan. (www.globalreporting.org). b.
Lingkungan Dimensi lingkungan menyangkut keberlanjutan organisasi berdampak pada kehidupan di dalam sistem alam, termasuk ekosistem, tanah, udara, dan air. Indikator kinerja lingkungan terkait dengan input (bahan, energi, air) dan output (emisi/gas, limbah sungai, limbah kering/sampah). Selain itu, kinerja mereka mencakup kinerja yang berkaitan dengan keanekaragaman hayati, kepatuhan lingkungan, dan informasi yang berkaitan lainnya seperti limbah lingkungan dan dampak dari produk dan jasa (www.globalreporting.org).
c.
Sosial Dimensi sosial menyangkut keberlanjutan sebuah organisasi telah berdampak di dalam sistem sosial
yang beroperasi.
Indikator kinerja
sosial
GRI
mengidentifikasi kunci aspek kinerja yang meliputi praktek perburuhan/tenaga kerja, hak asasi manusia, masyarakat/sosial, dan tanggung jawab produk www.globalreporting.org. Mengingat masih sedikitnya perusahaan di Indonesia yang melaporkan kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungannya dalam bentuk sustainability reporting, maka penelitian ini pun terbatas hanya pada datadata yang terdapat dalam laporan tahunan perusahaan. Hal ini agar tidak terjadi kesenjangan antara perusahaan yang sudah membuat sustainability reporting dengan perusahaan yang belum membuatnya (Dahli
dan Siregar , 2008). Penghitungan CSRD dilakukan dengan menggunakan variabel dummy yaitu : Score 0 : Jika perusahaan tidak mengungkapkan item pada daftar pertanyaan. Score 1 : Jika perusahaan mengungkapkan item pada daftar pertanyaan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian Setelah melakukan penelitian dan memperoleh data yang di perlakukan penguji hipotesis melakukan pengujian hipotesis melalui serangkaian langkahlangkah uji statistik. Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 16.0. data yang di olah adalah Corporate Social Responsibility Disclousure, profitabilitas dan nilai perusahaan dari setiap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2013. Dalam penelitian ini penulis mengambil 10 sampel perusahaan yang memenuhi syarat yang penulis ajukan untuk dijadikan sampel dalam penelitian. Penelitian yang dilakukan penulis adalah selama satu periode, maka jumlah sub sampel sebanyak 10 laporan tahunan perusahaan. Penelitian ini menggunakan sampel perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2014, dengan pemilihan sampel dengan purposive sampling method. Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan pada ban III diperoleh jumlah sampling sebnayak 10 perusahaan manufaktur. 4.1.1 Corporate Social Responsibility Disclousure Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia 2013 Untuk Corporate Social Responsibility Disclousure pada perusahaan manufaktur di ukur dengan variabel dummy yaitu dengan indek score. Hasil penelitian di tunjukan pada tabel sebagai berikut:
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan manufaktur Yang Melakukan Pengungkapan Corporate Social Responsibility Disclousure Pada Tahun 2013 NO
KODE
INDEK %
1
ANTM
31.55
2
ASII
24.48
3
AUTO
29.43
4
BRNA
3.84
5
GGRM
8.00
6
HMSP
8.00
7
ICBP
17.94
8
INDF
24.35
9
INDS
6.41
10
RMBA
2.56
Sumber: Data Yang Diolah, 2015 Melihat hasil olahan pada tabel diatas terlihat nilai indek pengungkapan Corporate Social Responsibility. Nilai indek ini menunjukan besar kecilnya nilai Corporate Social Responsibility Disclousure yang dilakukan perusahaan. Semakin banyak jenis pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan, maka semakin besar nilai indek. Melihat hasil olah pada tabel diatas terlihat perusahaan yang melakukan Corporate Social Responsibility Disclousure dari masing- masing perusahaan. Untuk nilai rata- ratanya sebesar 0,17 atau 17%, dengan nilai tertingginya ada pada PT. Aneka Tambang Tbk yaitu dengan nilai 0,3155 atau 31.55%, ini menunjukan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility cenderung sangan baik sedangkan nilai terendahnya yaitu pada PT. Bentol Internasional Investama Tbk sebesar 0,256 atau 2.56%, ini menunjukan bahwa Corporate Social Responsibility Disclousure cenderung rendah karena tidak melakukan Corporate Social Responsibility Disclousure dengan baik.
Untuk keperluan analisis data yang diperoleh dengan menggunakan bantuan komputer melalui program SPSS dengan tujuan untuk memperoleh hasil pengujian yang akurat. Hasil analisis menunjukan bahwa perusahaan yang melakukan pengungkapan Corporate Social Responsibility dari masing- masing perusahaan. Nilai indek ini menunjukan besar kecilnya nilai pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan. Semakin banyak jenis pengungkapan Corporate Social Responsibility yang dilakukan perusahaan, maka semakin besar nilai indek. Untuk nilai rata- ratanya sebesar 0,17 atau 17%, dengan nilai tertingginya ada pada PT. Aneka Tambang Tbk yaitu dengan nilai 0,3155 atau 31.55%, ini menunjukan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility cenderung sangan baik sedangkan nilai terendahnya yaitu pada PT. Bentol Internasional Investama Tbk sebesar 0,256 atau 2.56%, ini menunjukan bahwa pengungkapan Corporate Social Responsibility Disclousure cenderung rendah karena tidak melakukan CSR dengan baik. Dengan nilai tertinggi ini menunjukan perusahaan melakukan Corporate Social Responsibility Disclousure tergolong baik, dan patuh pada peraturan. Karena Corporate Social Responsibility Disclousure ini di atur dalam Undang- Undang No. 25 Tahun 2007, di samping itu mereka mengejar reputasi dan mengejar peluang pasar. Untuk keperluan data analisis data yang diperoleh dengan menggunakan komputer melalui program SPSS dengan tujuan untuk memperoleh hasil pengujian yang akurat. 4.1.2 Profitabilitas Pada Prusahaan Manufaktur yang Tercatat Pada Bursa Efek Indonesia 2013 Profitabilitas adalah kemampuan menghasilkan laba (profit) selama periode tertentu dengan menggunakan aktiva yang produktif atau modal, baik modal secara keseluruhan maupun modal sendiri (Van Horn dan Wachowiez, 1997:148-149). Pendapat lain menyebutkan bahwa profitabilitas perusahaan merupakan salah satu indikator yang tercakup dalam informasi mengenai kinerja perusahaan jangka panjang. Kinerja keuangan tersebut dapat dilihat melalui analisis laporan keuangan.
Menurut
Brigham
dalam
bukunya
“Managerial
Finance”
mengemukakan
profitabilitas sebagai berikut : “Profitability is the result of a large number of policies and decision”. Sartono (2001:119) mendefinisikan profitabilitas sebagai kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva produktif maupun modal sendiri. Rasio profitabilitas ini akan memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas pengelolaan perusahaan. Semakin besar profitabilitas berarti semakin baik, karena kemakmuran pemilik perusahaan meningkat dengan semakin besarnya profitabilitas yang dimiliki perusahaan. Berikut adalah daftar Rasio on Asset pada perusahaan Manufaktur: Tabel 4.3 Daftar Rasio On Asset Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia 2013 NO
KODE
ROA
1
ICBP
11.4%
2
INDF
5.0%
3
ANTM
41,49%
4
BRNA
1%
5
GGRM
8.63%
6
HMSP
48%
7
ASII
10%
8
AUTO
8%
9
INDS
38%
10
RMBA
8.49%
Sumber: Data yang di olah tahun 2015 4.1.3 Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013
Nilai perusahaan ini di ukur menggunakan rasio Tobin’s Q, pengukuran rasio ini dipengaruhi oleh harga saham dan harga saham yang beredar. Hasil penelitian ini ditunjukan pada tabel sebagai berikut: Tabel 4.2 Nilai Rasio Tobin’s Q TOBIN’s Q
NO
KODE
1
ANTM
0.35
2
ASII
1.75
3
AUTO
0.38
4
BRNA
0.94
5
GGRM
0.67
6
HMSP
1.78
7
ICBP
3.32
8
INDF
2.89
9
INDS
0.19
10
RMBA
1.17
Sumber: Data Yang Diolah, 2015 Melihat hasil olahan pada tabel di atas ternilai nilai perusahaan- perusahaan yang digambarkan melalui rasio Tobin’s Q dari masing- masing perusahaan. Jika harga saham dan jumlah saham yang beredar naik, maka nilai Tobin’s Q juga akan naik. Semakin besar nilai rasio Tobin’s Q maka semakin besar nilai perusahaan, dan sebaliknya semakin kecil nilai rasio Tobin’s Q maka semakin buruk nilai perusahaan. Nilai Tobin yang bernilai lebih dari 1 ,
menggambarkan
bahwa
perusahaan
menghasilakan earning dengan tingkat return yang sesuai dengan harga perolehan asset- assetnay (Tobin’s dan Brainaer, 1997). Untuk nilai rata- rata sebesar 0,72, sedangkan nilai tertingginya ada pada PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk yaitu sebesar 3,32 ini menunjukan bahwa nilai perusahaan cenderung sangat baik sedangkan nilai terendahnya yaitu pada PT. Aneka
Tambang Tbk sebesar 0,35 ini menunjukan bahwa nilai perusahaan cenderung kurang baik. Dengan nilai tertinggi menunjukan perusahaan memiliki nilai perusahaan yang tergolong sangan baik, sehingga para investor dengan melihat nilai perusahaan yang sangat baik maka perusahaan di anggap mampu membayar deviden dengan baik. Karena investor cenderung memilih perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan yang lebih besar di bandingkan dengan resiko yang relative seimbang. Nilai rasio Tobin Q yang bernilai lebih dari 1, menggambarkan bahwa perusahaan menghasilkan earning dengan tingkat return sesuai dengan harga perolehan asset- assetnya (Tobin dan Brainand, 1977). 4.1.4 Analisis Regresi Linier Berganda Persamaan regresi adalah persamaan matematik yang memungkinkan peramalan nilai suatu peubah tak bebas (dependent variable) dari nilai peubah bebas (independent variable). Berdasarka hasil output regresi linier berganda diperoleh persamaan linier sebagai berikut: Y = 1,178+ (0,04X₁) + 0,364X₂ Dimana: Y= Nilai Perusahaan 1,178= Konstanta X₁= CSR X₂= Profitabilitas (0,04)= Koefisien CSR 0,364= Koefisien Profitabilitas Interprestasi: Konstanta sebesar 1,178, nilai konstanta ini merupakan nilai terduga bagi intersap. Sehingga menunjukan jika variabel Corporate Social Responsibility Disclousure dan Prifitabilitas bernilai nol maka nilai perusahaan yang terjadi adalah sebesar 1,178. 4.1.5 Pengujian Hipotesis
4.1.5.1 Koefisien Determinasi (R2) Untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan oleh Corporate Social Responsibility Disclousure dan Profitabilitas terhadap nilai perusahaan dapat diukur dari koefisien determinasi. Berdasarkan hasil output, dapat diketahui koefisien determinasi sebesar 0,257 atau sebesar 25,7%. Artinya 25,7% dari nilai perusahaan di pengaruhi oleh Corporate Social Responsibility Disclousure dan profitabilitas sedangkan 1,969% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.
4.1.5.2 Uji Simultan (Uji F) Uji simulatan dilakukan untuk mengetahui apakah secara simultan ( bersamasama) Corporate Social Responsibility Disclousure dan Profitabilitas mempunyai pengaruh atau tidak terhadap nilai perusahaan (Tobi’s Q). Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh dari variabel Corporate Social Responsibility Disclousure dan Prifitabilitas terhadap nilai perusahaan (Tobi’s Q) dapat ditentukan dengan membandingkan hasil Fhitung dan Ftabel . Selain itu Uji- F juga dapat dilakukan dengan membandingkan antara tingkat signifikan F dan signifikan α. Dalam hal ini signifikan α yang digunakan adalah 4% atau 0,04. Jika sig F < sig α, maka tolak Hο dan terima H₁ sedangkan jika sig F> sig α, maka tolak H₁ dan terima Hο. Berdasarkan hasil output SPSS 16, dapat diketahui bahwa model persamaan ini memiliki tingkat signifikan, yaitu sebesar 0,354 lebih besar dibandingkan dengan taraf signifikan α (0,04), maka dapat disimpulkan bahwa variabel independen dalam model penelitian ini secara simultan tidak signifikan terhadap variabel dependen yaitu nilai perusahaan. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh dari faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan yang di ukur melalui rasio Tobin’s, sedangkan rasio Tobin’s ini lebih dipengaruhi salah satunya oleh pergerakan harga saham. Kecenderungan terjadi dengan melihat tingkat keuntungan yang relatif tinggi dan tingkat resiko yang relatif seimbang, yang mengakibatkan kenaikan pada harga
saham. Corporate Social Responsibility Disclousure yang merupakan salah satu strategi manajemen perusahaan dalam meningkatkan citra perusahaan dalam menarik konsumen, namun dengan melakukan pengungkapan CSR ini akan menambah anggaran biaya perusahaan. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian (Saraswati, 2011) Corporate Social Responsibility Disclousure dan profitabilitas berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. 4.1.5.3 Uji Parsial (Uji- t) Uji- t dilakukan untuk mengetahui apakah secara parsial (masing- masing ) variabel bebas Corporate Social Responsibility Disclousure dan Prifitabilitas memiliki pengaruh terhadap nilai perusahaan (Tobin’s Q). Dengan menggunakan tingkat signifikan α sebesar 0,04 atau 4% sebagai pembanding. Maka kriteria pengambilan keputusannya adalah tolak Hο dan terima H₁, jika profitabilitas t< sig α, dan tolak H₁ terima Hο jika profitabilitas t> sig α. Berdasarkan hasil output SPSS 16, dapat digambarkan sebagai berikut: a. Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclousure terhadap Nilai Perusahaan. Berdasarkan hasil output, dapat diketahui bahwa Corporate Social Responsibility Disclousure memiliki nilai r (korelasi) sebesar 0,111 atau sebesar 11,1%. Hal ini menunjukan bahwa korelasi antara Corporate Social Responsibility Disclousure dan nilai perusahaan sebesar 11,1%. Dan hasil analisis Corporate Social Responsibility Disclousure mempunyai nilai hitung sebesar -0,130 dan nilai profitabilitas sebesar 0,900> sig α 0,04 dengan demikian H₁ ditolak dan Hο diterima. Maka dapat disimpulakan mempunyai pengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Ini menunjukan bahwa peningkatan pada CSR akan menurunkan nilai perusahaan. Hal ini terjadi karena, adanya faktor lain yang mepengaruhi nilai perusahaan salah satunya pergerakan harga saham. b. Pengaruh Proofitabilitas sebagai Variabel Moderating terhadap Nilai Perusahaan
Berdasarkan hasil output, dapat diketahui bahwa Corporate Social Responsibility Disclousure mempunyai nilai r sebesar 0,507 atau 50,7% ini menunjukan bahwa korelasi antara Profitabilitas dan nilai perusahaan sebesar 50,7%. Maka Profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Dan hasil analisis CSRD mempunyai nilai t hitung sebesar 1,517. Hal ini terjadi karena, adanya faktor lain yang mempengaruhi nilai perusahaan salah satunya pergerakan saham. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 Berdasarkan output SPSS, hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel Corporate Social Responsibility Disclousure berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa besar kecilnya praktik Corporate Social Responsibility Disclousure
mempengaruhi peningkatan nilai
perusahaan. Hal ini sesuai dengan teori bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri namun harus memberikan manfaat bagi stakeholdernya. Apabila perusahaan dapat memaksimalkan manfaat yang diterima stakeholder maka akan timbul kepuasan bagi stakeholder yang akan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian Nurlela dan Islahuddin (2008) yang menyatakan bahwa variabel Corporate Social Responsibility Disclousure tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Corporate Social Responsibility Disclusure merupakan komitmen perusahaan dalam mengembangkan ekonomi dengan memperhatikan tanggungjawab perusahaan pada aspek ekonomi, sosial, dean lingkungan. Corporate Social Responsibility Disclusure ini di anggap dapat mendongkrak reputasi citra perusahaan, serta dapat memperbaiki hubungan dengan stakeholders, namun di sisi lain Corporate Social Responsibility Disclusure ini di atur dalam Undang- Undang No. 25 Tahun 2007.
Pada tahun 2013 perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, relatif melakukan Corporate Social Responsibility Disclusure. Nilai perusahaan dalam penelitian ini didefinisikan sebagai nilai pasar, seperti halnya penelitian yang pernah dilakukan oleh Nurlela dan Islahuddin (2008), karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi kemakmuran pemegang saham. Untuk mencapai nilai perusahaan umumnya para pemodal menyerahkan pengelolaannya kepada para professional. Para professional diposisikan sebagai manajer ataupun komisaris (Nurlela dan Islahuddin, 2008). Dalam kegiatan pelaksaannya Corporate Social Responsibility Disclusure berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan namun, pengaruhnya tersebut tidak terlalu tinggi. Kurang nya kegiatan Corporate Social Responsibility Disclusure yang dilakukan oleh perusahaan menyebabkan pengaruh nya tersebut tidak terlalu besar, hal ini karena perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia 2013 tergolong perusahaan yang pelit. 4.2.2 Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat di Bursa Efek Indonesia 2013 Berdasarkan output SPSS, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel profitabilitas sebagai variabel moderating berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Naik turun nya Profitabilitas akan berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan, karena para stakeholder akan memilih perusahaan yang memiliki Profitabilitas dan nilai perusahaan yang tinggi untuk berinvestasi. Profitabilitas adalah faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibelitas kepada manajemen untuk melakukan dan mengungkapkan kepada pemegang saham program tanggung jawab sosial secara lebih luas (Heinze, 1976 dalam Florence, et al., 2004). Hubungan antara profitabilitas perusahaan dengan pengungkapan tanggungjawab sosial perusahaan telah menjadi postulat (anggapan dasar) untuk
mencerminkan pandangan bahwa reaksi sosial memerlukan gaya manajerial. Sehingga semakin tinggi tingkat profitabilitas perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi sosial (Bowman & Haire, 1976 dan Preston, 1978, Hackston & Milne, 1996 dalam Anggraini, 2006). Nilai perusahaan menggambarkan sebarapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaan perusahaan. Nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia tahun 2013 ini di ukur dengan nilai rasio Tobin’s Q. rasio Tobin’s Q ini di hitungdengan memasukan semua unsur hutang, modal saham serta seluruh asset perusahaan. 4.2.3 Pengaruh Corporate Social Responsibility Disclousure dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Tercatat Di Bursa Efek Indonesia 2013 Kedua variabel independen dalam penelitian ini memiliki peran yang berbedabeda terhadap nilai perusahaan, dimana Corporate Social Responsibility Disclousure memiliki peran terhadap lingkungan sekitar (eksternal) yang menunjukan bahwa semakin prusahaan beretika baik maka nilai perusahaan juga akan baik dimata stakeholder, dan profitabilitas mempunyai peran dalam bidang internal perusahaan sebagai indikator kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba dan jika profitabilitas naik maka nilai perusahaan akan meningkat, karena investor cenderung memilih perusahaan yang profitabel. Dari hasil penelitian kedua variabel berpengaruh terhadap nilai perusahaan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Hasil penelitian dan pembahasan mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility Disclousure terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderating pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2013, dengan sampel sebanyak 10 perusahaan dengan kriteria
tertentu, dari hasil penelitian yang menggunakan analisis regesi linier berganda dapat di simpulkan sebagai berikut: 1.
Corporate Social Responsibility Disclousure berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan Manufaktur yang tercatat di Bursa Efek Indonesia pada Tahun 2013. Hasil penelitian ini sama dengan tepri yang diungkapkan bahwa Corporate Social Responsibility Disclousure berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
2.
Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa tinggi rendahnya profitabilitas akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
3.
Corporate Social Responsibility Disclousure dan Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Peran masing- masing variabel
dalam
meningkatkan
nilai
perusahaan
memiliki
karakteristik yang berbeda, dimana Corporate Social Responsibility Disclousure memiliki peran eksternal dalam meningkatkan nilai perusahaan, dan profitabilitas mempunyai peran internal dalam meningkatkan nilai perusahaan. Peran eksternal adalah bagaimana perusahaan melakukan sebuah tindakan/ beretika di luar di luar perusahaan, khususnya tiga aspek yaitu lingkungan, sosial dan ekonomi. Dan peran internal adalah sejauh mana kinerja perusahaan dalam menghasilkan laba. 5.2 Saran Kepada Pihak Perusahaan: 1. Bagi perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia untuk lebih meningkatkan kinerja keuangan dengan cara meningkatkan pendapatan, meningkatkan efisiensi, meningkatkan pengungkapan Corporate Social Responsibility Disclousure (CSRD) untuk mencegah hilangnya kepercayaan
dari para investor maupun dari publik bahkan daoat menarik minat para investor untuk membeli saham. 2. Bagi manajemen perusahaan manufaktur diharapkan lebih memperhatikan dan lebih terbuka dalam mengungkapkan kegiatan- kegiatan yang berhubungan dengan tanggung jawab sosial dalam laporan keuangan
Kepada Peneliti selanjutnya: 1. Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan seluruh perusahaan dengan sampel yang lebih banyak dan tahun pengamatan yang lebih lama. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan melibatkan pihak lain dalam menentukan luas pengungkapan sebagai bahan pemeriksaan kembali. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Fr. R. R. 2006. Pengungkapan Informasi Sosial dan Faktor-faktor yang Corporate. www.policy.hu/suharto. Diakses tanggal 19 Oktober 2009. Fahmi, Irham.2013.”Etika Bisnis”. Bandung : Alfabeta. Ghozali, Chariri. 2007. Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Edisi Ke 4. Husnan, Suad. 1995. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan Keputusan Jangka Pendek. Badan Penerbit UGM : Yogyakarta.
Jalal. 2012. Pelaporan keberlanjutan : GRI standart disclousure. (http://www.csrindonesia.com). Kartini, Dwi. 2009. “Corporate Social Responsibility” : Transformasi konsep Sustainability Management dan Implementasi Di Indonesia. Bandung : Refika Aditama.
Nurlela dan Islahudin. 2008. Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan dengan Prosentase Kepemilikan Manajemen sebagai Variabel Moderating. Simposium Nasional Akuntansi XI. Sosial Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Skripsi S1 Akuntansi UNDIP.
Sugiama, Gima.2008. “ Metode Riset Bisnis dan Manajemen, Edisi pertama. Bandung : Guardaya Intimarya. Sugiono. 2012. “ Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif R&D”. Bandung Alfabeta Sugiyono.2004.Metode Penelitian Bisnis.Bandung: Alfabeta Suharto, Edi. 2007. Corporate Social Responsibility : What is and Benefit for Sukrisno, Agus.2009. “Etika Bisnis dan Profesi”. Jakarta : Salemba Empat. Sutopoyudo. 2009. Pengaruh Penerapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Profitabilitas Perusahaan. Sutopoyudo’s Weblog at. Waryanti, 2009. Pengaruh Karakteristik Perusahaan Terhadap Pengungkapan
www.hukumonline.com www.idx.co.id