BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Kawasan pesisir merupakan prioritas utama sebagai pusat pengembangan
kegiatan industri, pariwisata, agribisnis, agroindustri, permukiman, transportasi, dan pelabuhan. Keunggulan fisik dan geografis menjadikan kawasan pesisir berfungsi sebagai pusat kegiatan masyarakat, namun kawasan ini sangat rentan terhadap perubahan, gangguan, dan pencemaran oleh manusia atau alam (Marfai dan King, 2008a; Mardiatno et al. 2007a). Pertumbuhan penduduk yang pesat meningkatkan kebutuhan ruang untuk mewadahi kegiatan manusia. Wujud nyata dari peningkatan kebutuhan ruang dapat dilihat dari perubahan penggunaan lahan tidak terbangun menjadi terbangun. Perubahan penggunaan lahan yang tidak terkendali dan tidak sesuai berdampak pada munculnya masalah lingkungan. Kota Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia yang berfungsi sebagai pusat aktivitas perekonomian setelah Kota Jakarta. Kota Surabaya telah melakukan berbagai pengembangan pembangunan yang pesat baik secara fisik maupun ekonomi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang ada di dalamnya. Perubahan penggunaan lahan terbangun terjadi sangat cepat dari tahun ke tahun. Penggunaan lahan terbangun pada tahun 2002 memiliki persentase 49,26% dan pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 55,32% (Badan Perencanaan dan Pembangunan Kota Surabaya, 2013). Jenis penggunaan lahan yang mengalami peningkatan pesat adalah industri pergudangan, permukiman, dan perdagangan jasa. Perkembangan kota yang pesat meningkatkan beban fisik pada
1
2
permukaan tanah dan berpotensi terjadi penurunan muka tanah. Penurunan tanah baru disadari setelah terlihat tanda-tanda perubahan fisik bangunan, karena penurunan tanah umumnya terjadi secara perlahan dan tidak dirasakan secara langsung. Perluasan daerah genangan pasang, kerusakan pada bangunan, dan infrastruktur merupakan dampak dari penurunan tanah (Wibawa et al. 2011 dan Marfai, 2008a). Bahaya penurunan tanah berpotensi meningkatkan ketinggian genangan yang terjadi di kawasan pesisir pantai. Kota Surabaya merupakan kota pesisir pantai dengan ketinggian rata-rata 0 – 6 meter diatas permukaan air laut dan rata-rata kemiringan tanah sebesar < 3% (Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2013). Ketinggian pasang maksimum yang terjadi adalah 170 cm di atas rata-rata permukaan air laut. Ketinggian pasang akan meningkat seiring dengan adanya kenaikan permukaan air laut sebesar 4,8 mm/tahun dan adanya fenomena penurunan muka tanah yang terhitung pada tahun 2007 - 2010 sekitar 2,79 cm/tahun pada Kecamatan Rungkut, 0,32 cm/tahun pada kecamatan Kenjeran, dan 0,07 cm/tahun pada Kecamatan Krembangan (Kurniawan et al. 2011). Fenomena bahaya penurunan tanah dan bahaya genangan pasang meningkatkan tingkat kerentanan bencana di kawasan pesisir pantai Kota Surabaya. Pengetahuan terkait penggunaan lahan sangat penting untuk kegiatan perencanaan dan manajeman supaya dapat menjadi alternartif solusi dalam mengendalikan pembangunan di kawasan pesisir pantai dan mengurangi tingkat kerentanan (Pratomoatmojo, 2012). Prediksi persebaran risiko multibahaya di kawasan pesisir pantai Kota Surabaya merupakan upaya untuk meningkatkan keselamatan dan kenyamanan kehidupan dan penghidupan yang
3
sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang.
1.2
Rumusan Masalah Kawasan pesisir pantai adalah kawasan yang rentan terhadap bahaya
genangan pasang dan penurunan muka tanah. Perubahan penggunaan lahan menjadi lahan terbangun meningkatkan tekanan yang ada di kawasan pesisir pantai, sehingga kerentanan yang ada di dalamnya meningkat. Tingkat risiko multibahaya di kawasan pesisir pantai terhadap kerentanan penggunaan lahan di masa mendatang perlu dikaji sebagai upaya untuk mengurangi dampak yang akan terjadi dan memposisikan masyarakat dan daerah yang bersangkutan pada tingkatan risiko yang berbeda. Penelitian ini bermaksud untuk melakukan perumusan zonasi risiko mulibahaya di kawasan pesisir pantai dari perspektif penggunaan lahan. Berkaitan dengan hal tersebut, maka pertanyaan penelitian yang dapat dijadikan sebagai landasan dalam pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana prediksi persebaran multibahaya tahun 2030? 2. Bagaimana prediksi persebaran kerentanan berdasarkan perubahan penggunaan lahan tahun 2030? 3. Bagaimana prediksi persebaran risiko multibahaya tahun 2030?
1.3
Tujuan Tujuan yang dicapai untuk menjawab pertanyaan-pertanyaa penelitian
tersebut adalah sebagai berikut ini.
4
1. Menganalisis prediksi multibahaya di kawasan pesisir pantai Kota Surabaya : a. menganalisis prediksi persebaran bahaya penurunan muka tanah, dan b. menganalisis prediksi persebaran bahaya genangan pasang air laut. 2. Menganalisis prediksi kerentanan penggunaan lahan di kawasan pesisir pantai Kota Surabaya : a. menganalisis prediksi perubahan penggunaan lahan, dan b. mengaanalisis prediksi kerentanan prediksi penggunaan lahan. 3. Menganalisis prediksi risiko multibahaya di kawasan pesisir pantai Kota Surabaya
1.4
Ruang Lingkup Wilayah Kawasan pesisir pantai Surabaya terbagi menjadi dua zona berdasarkan
pasang surutnya, yaitu zona utara dan zona timur (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika Maritim Tanjung Perak Kota Surabaya, 2011). Kawasan pesisir pantai yang terletak pada zona utara memiliki ketinggian pasang maksimum 150 cm dari permukaan air laut, sedangkan zona timur memiliki ketinggian pasang maksimum 170 cm dari permukaan laut. Topografi daratan di zona utara lebih rendah dibandingkan zona timur, sehingga dalam penelitian yang dilakukan ini menggunakan ruang lingkup kawasan pesisir pantai Kota Surabaya bagian utara yang meliputi Kecamatan Benowo, Kecamatan Asemrowo, Kecamatan Krembangan, Kecamatan Pabean Cantikan,
dan Kecamatan
Semampir. Gambar 1.1 menunjukkan ruang lingkup wilayah yang menjadi batasan dalam penelitian ini.
Gambar 1. 1 Ruang Lingkup Wilayah Penelitian Sumber : Badan Perencanaan dan Pengembangan Kota Surabaya (Bapekko),2013
5
6
1.5
Batasan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk menilai potensi multibahaya dan kerentanan
di wilayah penelitian yang terjadi di tahun 2013 dan 2030. Melalui kombinasi pemodelan prediksi multibahaya dengan model prediksi penggunaan lahan diharapkan dapat menangani permasalahan spasial terkait pengembangan kawasan pesisir pantai serta meminimalkan risiko bencana di kawasan pesisir pantai. Penilaian kerentanan yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari tingkat kerentanan yang didapatkan dari setiap jenis penggunaan lahan dalam menghadapi bencana. Model penurunan muka tanah menggunakan kecenderungan penurunan muka tanah berdasarkan titik ketinggian yang didapatkan dari Badan Perencanaan Pembangunan Kota (Bappeko) Surabaya tanpa melibatkan pengamatan aspek geologi secara langsung. Model prediksi penurunan muka tanah ini mengikuti model sebelumnya oleh Marfai dan King (2007). Model ini memiliki perhitungan yang sederhana, sehingga dapat diterapkan pada penelitian ini. Model genang pasang menggunakan modifikasi dari pemodelan sebelumnya oleh Marfai (2008). Model prediksi genang pasang dihasilkan oleh HHWL (Highest High Water Level) untuk melihat kecenderungan kenaikan permukaan air laut tanpa melibatkan pemantauan dari aspek oseanografi dan aspek geologi secara langsung. Penelitian yang dilakukan ini akan menghasilkan : 1. peta prediksi multibahaya di kawasan pesisir pantai Surabaya; 2. peta prediksi kerentanan penggunaan lahan di kawasan pesisir pantai Surabaya;
7
3. peta prediksi risiko multibahaya di kawasan pesisir pantai Surabaya.
1.6
Kerangka Penelitian Alur kerangka penelitian yang menjadi landasan dalam penelitian ini
dijelaskan melalui Gambar 1.2. Alur kerangka penelitian menunjukkan bahwa di Kota Surabaya terdapat kecenderungan penurunan muka tanah dan kenaikan permukaan air laut yang berdampak pada meningkatnya ketinggian genang pasang air laut. Kecenderungan perubahan penggunaan lahan di kawasan pesisir pantai meningkatkan tingkat kerentanan. Pemetaan zona risiko multibahaya pada saat ini dan masa yang akan datang merupakan salah satu bentuk upaya mitigasi nonstruktural agar masyarakat dan pemerintah memiliki gambaran tentang risiko bencana yang ada. Kecenderungan penurunan muka tanah meningkatkan ketinggian genangan pasang air laut
Multibahaya di kawasan pesisir meningkat
Kecenderungan perubahan penggunaan lahan di wilayah pesisir
Perkembangan perkotaan
Kerentanan kawasan pesisir meningkat
Dampak negatif yang ditimbulkan oleh bencana
Meminimalkan dampak bencana dengan pemetaan zonasi risiko multibahaya
Menemukenali Kecenderungan Multibahaya
Menemukenali kerentanan berdasarkan perspektif Perubahan penggunaan lahan
Gambar 1.2. Alur Kerangka Penelitian (Sumber: Hasil Analisis, 2014) Prediksi Persebaran Risiko Multibahaya di Kawasan Pesisir Pantai Surabaya Berdasarkan Penggunaan Lahan